• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM e5440f5fa8 BAB IIbab2 PROFIL KOTA BANJARMASIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM e5440f5fa8 BAB IIbab2 PROFIL KOTA BANJARMASIN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

2

Profil Kota Banjarmasin

2.1 Wilayah Administrasi

Secara astronomis, Provinsi Kalimantan Selatan dengan Banjarmasin sebagai ibukota

provinsi terletak di bagian selatan Pulau Kalimantan pada posisi 114°19'13'' BT -

116°33'28'' BT dan 1°21'49'' LS - 4°10'14'' LS, dengan batas-batas wilayah administrasi

sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Provinsi Kalimantan Timur;

 Sebelah Timur : Selat Makasar;

 Sebelah Selatan : Laut Jawa;

 Sebelah Barat : Provinsi Kalimantan Tengah.

Posisi dan batas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada Peta 2.1.

Secara administratif, wilayah Provinsi Kalimantan Selatan terbagi menjadi 11

kabupaten dan 2 kotadengan luasan wilayah ± 38.769,61Km2 atau 7,21% dari luas

Pulau Kalimantan. Dengan luasan tersebut, Kalimantan Selatan merupakan bagian

terkecil dari Pulau Kalimantan. Daerah yang paling luas di Provinsi Kalimantan Selatan

adalah Kabupaten Kotabaru dengan luas ±9.483 km2 (24,46% dari luas wilayah Provinsi

Kalimantan Selatan) dan daerah dengan luas terkecil adalah Kota Banjarmasin dengan

(2)
(3)
(4)

Berdasarkan Keputusan Walikota Banjarmasin No. 93 Tahun 2000 yang

dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin No. 2 Tahun 2001,

administratif pemerintahan Kota Banjarmasin dibagi menjadi 5 kecamatan, yaitu

Kecamatan Banjarmasin Utara, Kecamatan Banjarmasin Timur, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Kecamatan Banjarmasin Barat, dan Kecamatan Banjarmasin Selatan. Kelima kecamatan tersebut selain berfungsi sebagai pusat perkantoran juga merupakan pusat-pusat pertumbuhan di Kota Banjarmasin.

Kecamatan yang memiliki perkembangan paling pesat adalah Kecamatan Banjarmasin

Tengah sebagai pusat pemerintahan, perkantoran dan perdagangan; Kecamatan

Banjarmasin Timur sebagai pusat perdagangan dan permukiman; serta Kecamatan

Banjarmasin Barat sebagai pusat pelabuhan, jasa dan perdagangan. Kecamatan yang

termasuk dalam wilayah administrasi Kota Banjarmasin dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1

Pembagian Wilayah Administrasi Kota BanjarmasinTahun 2012

Sumber: Kota Banjarmasin dalam Angka, 2013

Berdasarkan Keputusan Gubernur Kalsel No. 184.44/0438.A/KUM/2008,

Pemerintah Kota Banjarmasin mengadakan pemekaran kelurahan yaitu dari sebelumnya

50 kelurahan menjadi 52 kelurahan. Kelurahan Sungai Andai merupakan hasil

pemekaran dari Kelurahan Sungai Jingah, sedangkan Kelurahan Basirih Selatan

merupakan pecahan dari Kelurahan Kelayan Selatan.

2.2 Potensi Wilayah Kota Banjarmasin

Banjarmasin merupakan salah satu pintu gerbang kegiatan ekonomi nasional.

Pulau yang terkenal dengan julukan pulau seribu sungai ini memiliki sebuah Bandar

Pelabuhan besar dan sudah puluhan tahun menjadi pintu keluar masuk bagi kegiatan

HA % JUMLAH PUSAT KECAMATAN

1 Banjarmasin Utara 1.655,00 16,81 10 Kel. Alalak Utara

2 Banjarmasin Selatan 3.826,00 38,86 12 Kel. Kelayan Selatan

3 Banjarmasin Tengah 665,00 6,75 12 Kel. Teluk Dalam

4 Banjarmasin Barat 1.313,00 13,34 9 Kel. Pelambuan

5 Banjarmasin Timur 2.387,00 24,24 9 Kel. Kuripan

JUMLAH 9.846,00 100,00 52

(5)

perekonomian Pulau Kalimantan, khususnya Kalimantan Selatan. Kota Banjarmasin

adalah Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan. Tak hanya sebagai Kota Niaga,

Banjarmasin juga terkenal sebagai salah satu kota bersejarah penghasil Intan, Ruby,

dan berbagai jenis permata.

Terdapat lebih dari 60 sungai yang mengalir di Banjarmasin, penduduk setempat

memanfaatkan sungai sebagai transportasi dan tempat berlangsungnya banyak

kegiatan sehari-hari. Mulai dari MCK, transportasi, jual-beli dan lain-lain. Beberapa

wisata yang teradapat dikota Banjarmasin adalah adanya wisata Alam, wisata kuliner,

wisata dan wisata religi/sejarah/budaya.

2.3 Demografi Dan Urbanisasi

Menurut data statistik yang diambil dari Kota Banjarmasin Dalam Angka Tahun

2012, jumlah rumah tangga di Kota Banjarmasin mencapai 173.269 dengan jumlah

penduduk 648.029 jiwa yang terdiri dari 323.880 laki-laki dan 324.149 perempuan.

Selama tahun 2006 – 2012, jumlah penduduk Kota Banjarmasin mengalami

fluktuasi. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2012 sebesar 2,01% dengan pola

penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh kecamatan. Bila dilihat dari pola

penyebaran penduduk, kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbesar terdapat di

Kecamatan Banjarmasin Selatan sebesar 151.175 jiwa (23,33%); sedangkan

Kecamatan Banjarmasin Tengah memiliki jumlah penduduk terkecil yaitu sebesar

93.167 jiwa (14,38%). Dengan luas wilayah 9.846 Ha, Kota Banjarmasin memiliki

tingkat kepadatan penduduk kotor sebesar 64,80 jiwa/Ha.

Tingginya jumlah penduduk di Kecamatan Banjarmasin Selatan terjadi karena

terpusatnya aktivitas penduduk, dimana aktivitas pelabuhan dan pusat

perdagangan/jasa terletak di kecamatan ini. Jumlah dan pertumbuhan penduduk Kota

(6)

Tabel 2.2

Jumlah dan Angka Pertumbuhan Penduduk Kota Banjarmasin Tahu 2006 – 2012

Sumber: Kota Banjarmasin dalam Angka 2013

Densitas penduduk Kota Banjarmasin tahun 2012 menunjukkan kepadatan bruto

sebesar 65,82 jiwa/Ha dan kepadatan bersih sebesar 145 jiwa/Ha. Tingkat kepadatan

bersih menunjukkan bahwa Kecamatan Banjarmasin Selatan merupakan kecamatan

yang memiliki tingkat kepadatan bersih terbesar yaitu 235 jiwa/ha, karena di daerah

tersebut banyak terdapat kawasan perumahan kumuh. Sedangkan Kecamatan

Banjarmasin Utara memiliki tingkat kepadatan bersih terendah, yaitu 105 jiwa/Ha. Data

mengenai kepadatan penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3

Sumber: Kota Banjarmasin dalam Angka 2013

Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (sex ratio) di Kota Banjarmasin

pada tahun 2012 menunjukkan jumlah laki-laki berimbang dengan jumlah perempuan

(angka sex ratio 100). Angka sex ratio tersebut dapat menjadi potensi pembangunan

dan pengembangan internal bagi Kota Banjarmasin. Sex ratio yang paling tinggi terjadi

di Kecamatan Banjarmasin Barat sebesar 102,65, sedangkan yang paling rendah adalah

Kecamatan Banjarmasin Tengah yaitu sebesar 96,57. Untuk lebih jelasnya, jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Banjarmasin Utara 90.930 92.652 94.409 96.164 132.340 137.513 142.092

2 Banjarmasin Selatan 144.560 147.425 150.221 153.012 146.068 148.230 151.175

3 Banjarmasin Tengah 110.316 112.452 114.584 116.714 91.700 91.248 93.167

4 Banjarmasin Barat 143.054 146.965 149.753 152.536 143.461 145.366 146.448

5 Banjarmasin Timur 113.865 116.076 118.278 120.476 111.912 112.633 115.147

602.725 615.570 627.245 638.902 625.481 634.990 648.029

1,55 1,81 2,07 1,82 1,58 1,50 2,01

TAHUN

NO KECAMATAN

Jumlah

Pertumbuhan (%)

LUAS

(Ha) 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Banjarmasin Utara 1.655,00 54,94 55,98 57,04 58,11 79,96 83,09 85,86

2 Banjarmasin Selatan 3.826,00 37,78 38,53 39,26 39,99 38,18 38,74 39,51

3 Banjarmasin Tengah 665,00 165,89 169,10 172,31 175,51 137,89 137,22 140,10

4 Banjarmasin Barat 1.313,00 108,95 111,93 114,05 116,17 109,26 110,71 111,54

5 Banjarmasin Timur 2.387,00 47,70 48,63 49,55 50,47 46,88 47,19 48,24

9.846,00 61,22 62,52 63,71 64,89 63,53 64,49 65,82 TAHUN

NO KECAMATAN

(7)

2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

2.4.1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA

BANJARMASIN 2011 – 2015

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun

berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. Dalam unda ng-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan

sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya

berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah

kebijakan Keuangan Daerah, Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum, dan

Program Satuan Kerja Perangkat Daerah, Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah,

dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka

regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Berdasarkan permasalahan, tantangan, serta keterbatasan yang dihadapi Kota

Banjarmasin, Visi Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2016 – 2021, yaitu:

“Kayuh Baimbai Menuju Banjarmasin Baiman (Bertakwa, Aman, Indah, Maju, Amanah dan Nyaman)”

Berdasarkan visi pembangunan Kota Banjarmasin ditetapkan 6 (enam) Misi

Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2016 – 2021, yaitu:

1. Mewujudkan Kota Banjarmasin bertaqwa dalam setiap sendi kehidupan

masyarakat, dengan mengedepankan pendidikan akhlak dan budi pekerti

sehingga terwujud masyarakat Banjarmasin yang religius, berbudi luhur,

(8)

2. Mewujudkan Kota Banjarmasin yang aman, sehat, dan kondusif bagi pribadi dan

kehidupan masyarakat.

3. Mewujudkan Kota Banjarmasin indah dengan penataan kota berbasis tata ruang

berbasis sungai guna terwujud kota yang asri dan harmoni.

4. Mewujudkan Kota Banjarmasin yang maju dengan penguatan perekonomian

melalui sektor perdagangan, perindustrian, dan pelabuhan dengan

memperhatikan pemerataan pendapatan, meningkatkan taraf pendidikan,

pengembangan dan pelestarian budaya banjar serta pariwisata sungai untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat.

5. Melaksanakan pemerintahan amanah, ramah, bersih dan profesional berbasis

teknologi informasi dan komunikasi serta memaksimalkan fungsi melayani

sebagai suatu tanggung jawab terhadap masyarakat dan Tuhan YME.

6. Melaksanakan pembangunan infrastruktur yang handal dan berkelanjutan

dengan memperhatikan kesesuaian Tata Ruang, serta pembangunan menyeluruh

mulai dari daerah terluar, terpencil, dan terbelakang sebagai pembangunan

dasar untuk menjadikan Kota Banjarmasin nyaman yang ditunjang dengan

perbaikan pengelolaan wisata dan pengelolaan pasar tradisional secara

professional.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, dituangkan dalam program kerja daerah

yang direncanakan secara umum dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan,

pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan sebagai berikut:

1. Pembinaan kegiatan-kegiatan keagamaan dan kerukunan umat beragama

dalam rangka meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT (antara lain

bantuan untuk tempat ibadah, organisasi keagamaan, bantuan untuk

ustadz dan ustadzah, penghulu, alim ulama, guru TKA/TPA, dan lain-lain).

2. Pembenahan sarana, prasarana dan infrastruktur kota yang ramah

lingkungan (antara lain perbaikan dan pembangunan jalan lingkungan,

jembatan, drainase, normalisasi sungai, penghijauan, penyediaan dan

(9)

penanganan persampahan dan kebersihan kota, sanitasi dan air bersih,

pembenahan terminal antar modal, penanganan titik-titik kemacetan dan

lain-lain).

3. Pembinaan sosial kemasyarakatan, seni, budaya, olah raga, dan

kepariwisataan (antara lain santunan untuk warga yang meninggal,

penyediaan makam, penyediaan mobil ambulans untuk masyarakat, bantuan

untuk RT, RW dan Dewan Kelurahan, bantuan untuk bidang seni, budaya dan

olah raga, bidang kepemudaan dan kepariwisataan)

4. Pengembangan perekonomian yang menunjang Kota Banjarmasin sebagai

pusat kegiatan nasional/pusat perdagangan dan jasa (antara lain memberikan

kemudahan untuk pengusaha kecil mengakses permodalan, penataan

kawasan perdagangan, pergudangan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi,

dan lain-lain).

Penjabaran dan penerapan misi menuju pencapaian visi Kota Banjarmasin,

dilaksanakan dalam bentuk program-program pembangunan daerah mengacu pada

2 (dua) strategi utama, yaitu:

1. Strategi Membangun Kota Banjarmasin sebagai Kota Perdagangan dan Jasa

dalam menuju Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan; dan

2. Strategi Pemantapan Otonomi Daerah.

Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, arah kebijakan dan program pembangunan

strategi adalah:

1. PENATAAN KAWASAN SUNGAI

a. Normalisasi arus dan bantaran sungai;

b. Penataan lingkungan dan kawasan permukiman di tepi sungai sesuai fungsi

utama dan karakteristik kawasan;

(10)

2. PENINGKATAN INFRASTRUKTUR KOTA

a. Menterpadukan sistem transportasi jalan, sungai dan laut;

b. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas fasilitas dermaga, penumpukan peti

kemas, terminal penumpang dan barang, pergudangan;

c. Menyiapkan pembangunan kawasan sentral bisnis, perdagangan, industri dan

perkotaan;

d. Menyiapkan pembangunan kawasan permukiman dengan fasilitas

pendukungnya;

e. Meningkatkan penyediaan jaringan prasarana dan sarana yang menunjang

pengembangan potensi dan keterkaitan ekonomi antar bagian wilayah kota;

f. Merealisasikan pembangunan kawasan pusat pertumbuhan di masing-masing

kecamatan;

g. Menciptakan ruang publik yang cukup dan memadai;

3. PENINGKATAN EKONOMI KOTA

a. Mendorong penyebaran investasi pada seluruh bagian wilayah kota;

b. Menciptakan iklim mvestasi yang kondusif;

c. Pengembangan jaringan kerjasama antar perilaku ekonomi berdasarkan

pola kemitraan;

d. Kebijakan pengaluran keberadaan pasar modern dan pasar tradisional

dalam kawasan perkotaan;

e. Meningkatkan pemanfaatan keunggulan komparatif geografis, maritim dan

sumber daya intelektual lokal;

f. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang berdaya saing tinggi;

g. Membentuk pusat informasi dan promosi.

h. Meningkatkan kualitas objek wisata dan daya tarik wisata;

4. PENINGKATAN KESADARAN MORALITAS BERMASYARAKAT DAN SUMBER DAYA MANUSIA

a. Pemantapan fungsi, peran dan kedudukan agama sebagai landasan moral

(11)

serta peningkatan fungsi lembaga keagamaan untuk memperkuat jati diri

guna mengatasi dampak perubahan;

b. Mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas prima melalui

peningkatan iman dan takwa, derajat kesehatan, penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang profesional;

c. Mewujudkan tatanan sosial budaya yang religius dan politik yang

demokratis melalui pemberdayaan dan partisipasi publik menuju

supremasi hukum dan hak asasi manusia demi terciptanya rasa aman dan

nyaman bagi seluruh masyarakat

5. PEMANTAPAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

a. Penataan kelembagaan pemerintahan yang efektif dan efisien;

b. Peningkatan kemampuan aparatur pemerintahan;

c. Peningkatan kualitas pelayanan publik;

d. Penciptaan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good governance);

e. Peningkatan kemajuan dan kemandirian dengan mewujudkan

perimbangan keuangan pusat dan daerah.

2.4.2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013 –

2032

Sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Berdasarkan

RTRW Kota Banjarmasin 2013-2032, kebijakan yang berkaitan dengan kawasan

perencanaan yaitu:

1. Rumus kebijakan

Kebijakan penataan ruang merupakan turunan dari visi penataan ruang yang

sudah dirumuskan dan berkorelasi dengan isu strategis kota. Pada sisi lain

(12)

Mengacu pada kata kunci utama visi kota yaitu Kota Sungai atau Kota Air,

maka kebijakan yang sebaiknya diambil adalah:

A. Tata Ruang yang Berkeadilan dan Berimbang; melakukan penataan ruang yang berpihak pada masyarakat luas, selaras dengan alam dan

menjamin kesimbangan ekosistem Kota Banjarmasin yang berbasis sungai.

B. Revitalisasi Sungai; memulihkan fungsi dan kondisi sungai serta menjadikan sungai sebagaihalaman depan kota.

C. Pengelolaan Kantong Air; membangun sistem pengelolaan genangan air dengan pendekatan mitigasi banjir, estetika kota, wahana rekreasi, sebagai

RTH, sumber pendapatan (terbatas) dan penciptaan iklim mikro.

D. Reduksi Beban Kota; mengalihkan kegiatan industri besar, pusat pemerintahan provinsidan pengembangan perumahan ke luar kota.

E. Restrukturisasi Ruang Kota; mendorong pertumbuhan kawasan kota bagian selatan dan utara secara terkendali guna mengurangi beban pusat

kota dengan tetap memperkuat peran Kota Banjarmasin sebagai Pintu

Gerbang Kalimantan bagian selatan.

F. Pembangunan Transportasi Umum (good public transportation governance); membangun sistem transportasi perkotaan yang efektif dan efisien sesuai kebutuhan masyarakat & sistem jaringan prasarana yang

ada, pilihan moda dan prasarana transportasi yang tepat serta berpihak

pada masyarakat luas.

G. Peremajaan dan Revitalisasi Kawasan Kumuh; melakukan perbaikan lingkungan kawasan kumuh perkotaan dengan pendekatan pemberdayaan

masyarakat dan kerjasama lintas pelaku.

2. Rumus Strategi

Rumusan strategi merupakan langkah operasional dari kebijakan penataan

(13)

pada poin-poin kebijakan maka strategi penataan ruang untuk masing-masing

kebijakan adalah sebagai berikut:

A. Tata ruang yang berkeadilan dan berimbang; melakukan penataan ruang yang berpihak pada masyarakat luas, selaras dengan alam dan

menjamin kesimbangan ekosistem Kota Banjarmasin yang unik:

1. Terciptanya ruang publik yang memadai bagi kegiatan sosial ekonomi sebagian besar masyarakat;

2. Tersedianya 30% luas Ruang Terbuka Hijau dalam wilayah kota;

3. Terbangunnya sistem tata air kota yang sesuai dengan prilaku alamiah air pada kawasan pasang surut dengan tetap memberi kemanfaatan

optimal bagi masyarakat kota;

4. Terciptanya pola pembangunan perumahan yang berimbang (1:3:6);

5. Tersedianya ruang bagi kegiatan sektor informa;

B. Revitalisasi Sungai; memulihkan fungsi dan kondisi sungai serta menjadikan sungai sebagaihalaman depan kota.

1. Teridentifikasinya luasan okupasi badan sungai oleh bangunan yang secara bertahap direlokasi keluar dari badan sungai;

2. Pulihnya kembali fungsi sungai;

3. Teridentifikasinya sumber-sumber pencemaran sungai baik yang bersifat fisik, kimia maupun biologi;

4. Tertatanya sempadan sungai secara fungsional dari sudut estetika dan visual;

5. Berfungsinya kembali sungai-sungai tertentu sebagai alat transportasi air;

6. Pulihnya kualitas air sungai sehingga dapat diandalkan sebagai sumber air baku (konsumsi), menopang estetika dan kenyamanan kota, serta

mengembalikan jati diri Kota Banjarmasin sebagai “Kota Seribu Satu Sungai”;

(14)

C. Pengelolaan Kantong Air; membangun sistem pengelolaan genangan air dengan pendekatan mitigasi banjir, estetika kota, wahana rekreasi, sebagai

RTH, sumber pendapatan (terbatas) dan penciptaan iklim mikro.

1. Teridentifikasinya luasan kawasan terbangun pada areal-areal kantong air;

2. Teridentifikasinya areal-areal yang sesuai untuk pembangunan kolam-kolam air sebagai wahana genangan air yang terkendali dan terkelola;

3. Terbangunnya kolam air pada kawasan kantong air dengan rekayasa teknis sehingga mempunyai kapasitas tampung proporsional dengan

volume genangan;

4. Terciptanya berbagai kemanfaatan kolam air/danau kota baik sebagai bagian dari mitigasi banjir, pengendali genangan, taman kota, tempat

rekreasi, pemeliharaan ikan, café tepi danau, dan lain-lain;

5. Terciptanya iklim mikro pada lingkungan sekitar kolam yang menciptakan keteduhan yang asri;

6. Terbangunnya kerjasama dan koordinasi teknis dalam pengelolaan genangan air antar pemerintah kota dan kabupaten tetangga.

D. Reduksi Beban Kota; mengalihkan kegiatan industri besar, pusat pemerintahan provinsidan pengembangan perumahan ke luar kota.

1. Terbangunnya kesepakatan secara teknis antar pemerintah daerah yang tergabung dalam Metropolitan BBM tentang rencana relokasi sebagian

fungsi kota yang saat ini berada di Banjarmasin;

2. Terbangunnya kesepakatan dengan pemerintah provinsi dan pihak pengusaha (industri) tentang teknis pemanfaatan asset yang berada di

wilayah kota;

(15)

secara berimbang di wilayah kota dan diluar kota Banjarmasin

(Banjarbaru/Martapura);

4. Tersusunnya sistem transportasi regional yang mendukung penurunan beban Kota Banjarmasin dan sekaligus mendorong pertumbuhan Kota

Martapura dan Banjarbaru secara terkendali. serta kota-kota satelit di

kawasan metropolitan Banjarmasin-Banjarbaru-Martapura (BBM);

5. Pemindahan pusat pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan ke kota Banjarbaru.

E. Restrukturisasi Ruang Kota; mendorong pertumbuhan kawasan kota bagian selatan dan utara secara terkontrol guna mengurangi beban pusat

kota dengan tetap memperkuat peran Kota Banjarmasin sebagai Pintu

Gerbang Kalimantan bagian selatan.

1. Tersusunnya rencana detil bagian kawasan Kota Banjarmasin bagian utara dan selatan (kasiba/lisiba), sehingga menjadi dasar yang lebih

teknis bagi pembangunan permukiman yang lebih terencana dan

terkendali;

2. Tersusunnya progam investasi pada kedua sub kawasan tersebut sehingga terdapat kepastian hukum dalam berinvestasi;

3. Meningkatnya pemanfaatan jalan lingkar selatan dan utara sebagai jalur lalu lintas regional dari dan ke Pelabuhan Trisakti dan atau Bandara

Syamsudin Noor;

4. Tersusunnya sistem insentif dan disinsentif sehingga terjadi pergeseran pusat perdagangan regional dari pusat kota ke bagian utara dan selatan

kota.

F. Pembangunan Transportasi Umum (good public transportation);

membangun sistem transportasi perkotaan yang efektif dan efisien sesuai

(16)

pilihan moda dan prasarana transportasi yang tepat serta berpihak pada

masyarakat luas.

1. Terbangunnya sistem pedestrian perkotaan yang memadai, teduh dan asri pada sisi-sisi jalan utama dan atau antar pusat-pusat bangunan

publik dan perumahan;

2. Terciptanya sistem jaringan jalan yang tidak memusat namun tetap memberikan akses yang tinggi pada fungsi-fungsi ruang utama kota:

3. Terciptanya sistem trayek kendaraan umum yang tidak berhimpit dan pendek-pendek dengan mengembangkan kendaraan bertrayek panjang

dengan sistem sirkuler:

4. Tersedianya kendaraan khusus untuk siswa sekolah dan pegawai negeri/swasta dengan trayek khusus;

5. Mengembangkan moda angkutan penumpang model Mass Rapid Transit (MRT);

6. Membangun sistem transportasi antar moda darat dan sungai secara efektif dan efisien;

7. Membangun terminal Tipe B antar kota di bagian utara kota dan pemindahan terminal antar kota Km 6 ke arah selatan (Kabupaten

Banjar);

8. Pengelolaan angkutan kendaraan umum yang bersifat informal untuk melayani pergerakan orang dari Kota Banjarmasin ke berbagai kota di

Kalimantan.

G. Peremajaan dan Revitalisasi Kawasan Kumuh; melakukan perbaikan lingkungan kawasan kumuh perkotaan dengan pendekatan pemberdayaan

masyarakat dan kerjasama lintas pelaku.

1. Tersusunnya profil lengkap kawasan kumuh di seluruh wilayah Kota Banjarmasin;

(17)

3. Tergalangnya dukungan penanganan kawasan kumuh dari berbagai lembaga yang berwenang dan kompeten dari pemerintah, non

pemerintah dan lembaga donor;

4. Terbangunnya kesepakatan multistakeholder tentang teknis penanganan kawasan kumuh;

5. Terlaksananya penanganan kawasan kumuh secara bertahap sesuai kemampuan yang ada.

3. RENCANA SISTEM PUSAT-PUSAT PELAYANAN

Dalam menentukan sistem pusat-pusat pelayanan harus melalui beberapa

proses, sehingga dalam melakukan penentuan pusat-pusat pelayanannya

dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat. Adapun proses penentuannya

harus mempertimbangkan aspek-aspek yang menjadi dasar dalam penyusunan

pusat-pusat pelayanan.

A. DASAR PENYUSUNAN PUSAT-PUSAT PELAYANAN KOTA BANJARMASIN

Mengacu pada panduan penyusunan rencana struktur ruang, dasar perumusan

sistem pusat-pusat permukiman Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:

1. Perlunya pengurangan beban pusat kota dengan mendorong

bertumbuhnya pusat pelayanan sub pusat kota di bagian utara dan selatan,

sehingga pusat-pusat pelayanan tidak terpusat pada satu titik di

Banjarmasin Tengah, akan tetapi pelayanannya akan tersebar secara

hirarkis, efektif dan proporsional.

2. Mendorong peningkatan pemanfaatan jalan lingkar utara dan selatan

melalui peningkatan kualitas dan kapasitas jalan serta insentif lainnya

sehingga terjadi percepatan pertumbuhan sub pusat pelayanan kota di

utara dan selatan.

3. Perlunya mendorong sub pusat pelayanan di bagian Utara dan Selatan,

(18)

B. SISTEM PUSAT-PUSAT PELAYANAN

Berdasarkan kondisi eksisting di Kota Banjarmasin, sistem pusat pelayanan

bersifat terpusat di Banjarmasin Tengah sebagai Pusat Kota, sehingga tidak

terjadi keseimbangan dalam perkembangan kota. Berdasarkan daya tampung

jumlah penduduk, dimana pada tahun 2029 akan terjadi pertambahan

penduduk yang cukup tinggi dan jumlahnya melebihi 1 jutan orang, maka

diperlukan adanya penyebaran sistem pusat pelayanan.

Dalam rangka mewujudkan rencana stuktur ruang yang dinamis,

berkesinambungan dan keseimbangan sebuah kota, penentuan pusat-pusat

pelayanan di Kota Banjarmasin dibagi menjadi:

1. PUSAT KOTA, Terletak di Banjamasin Tengah

Merupakan kawasan perkotaan dengan fungsi sebagai pusat pertumbuhan

utama dan Pusat Kegiatan Wilayah perkotaan, dengan orientasi kegiatan

berupa pemerintahan, permukiman, perkantoran, perdagangan dan jasa,

pendidikan, Kesehatan, industri dan pelayanan masyarakat serta sebagai

pintu gerbang perdagangan ke luar wilayah Kota dengan kelengkapan

prasarana dan sarana disamping tingkat pertumbuhan penduduk yang

cukup tinggi. Hal yang paling menonjol dari pusat kota di Banjarmasin

adalah fungsi ruang dengan menggunakan konsep Mix Use Development

(MUD).

2. SUB PUSAT KOTA

Berdasarkan hasil analisis dan kebutuhan pelayanan, setiap wilayah

kecamatan akan memiliki sub pusat kota sehingga penduduk yang berada

pada masing-masing wilayah kecamatan memiliki pusat pelayanan.

Adapun orientasi pelaksanaan kegiatan untuk di setiap sub pusat kota

(19)

Kesehatan, dan kegiatan lainnya yang mendukung pertumbuhan wilayah

di sub pusat kota.

3. PUSAT UNIT LINGKUNGAN

Berada pada lingkungan wilayah masing-masing dan berada pada setiap

wilayah kecamatan. Pusat unit lingkungan merupakan kawasan perkotaan

dengan fungsi sebagai wilayah yang berfungsi melayani masyarakat yang

berada di wilayah masing-masing dengan orientasi kegiatan berupa

pemerintahan, perdagangan, pendidikan, Kesehatan, permukiman, dengan

kelengkapan prasarana dan sarana yang melayani penduduk setempat.

Rencana struktur pelayanan kegiatan Kota Banjarmasin, merupakan

kegiatan fungsional kawasan dengan struktur jangkauan pelayanan serta

orientasi lokasi yang disesuaikan dengan Hirarkhi kegiatan fungsionalnya.

Kegiatan Fungsional tersebut disesuaikan dengan arahan pembanunan dan

posisi Kota Banjarmasin sebagai PKN, Kota Metropolitan BBM dan Kota

Banjarmasin sebagai salah satu Kota yang strategis dalam pintu gerbang

perekonomian di Pulau Kalimatan.

A. Kegiatan fungsional Pusat Kota Banjarmasin sebagai Pusat Kota meliputi:

1. Kegiatan Fungsional yang menjadi pemicu perkembangan ekonomi

skala kota yang menunjang dalam skala regional (provinsi) dan

Nasional:

2. Fungsi Kegiatan Permukiman dengan skala pelayanan Kota;

3. Kegiatan Perekonomian Skala kota (pasar Modern, Mall);

4. Kegiatan Fungsional Pendidikan skala Kota;

5. Kegiatan Fungsional Kesehatan skala Kota;

6. Kegiatan Fungsional Keamanan skala Kota;

7. Kegiatan Kantor Pemerintahan skala Kota;

8. Kegiatan Fungsional Sosial Budaya skala Kota;

(20)

10.Kegiatan Periadatan skala kota.

11.Sirkulasi jaringan jalan arteri primer dan kolektor sangat terhubung

dengan baik dan kualiatas yang memadai;

12.Sistem Transportasi pada skala

(21)

Tabel 2.1

Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Banjarmasin Tahun 2013-2032

VISI MISI TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

Menciptakan Situasi Kehidupan Kota yang Aman dan Nyaman

Peningkatan dan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan, yang memenuhi ketentuan dan standar yang berlaku sehingga terjadi rasa aman dan nyaman

1.Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana perkotaan; dan

2. Meningkatkan sistem pengelolaan prasarana dan sarana perkotaan

Melaksanakan Membangun Prasarana dan Sarana Kota

yang Manusiawi Penataan kawasan permukiman yang aman dan nyaman

1.Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana perkotaan; dan

2Meningkatkan sistem pengelolaan prasarana dan sarana perkotaan.

Penataan dan pengembangan sistem pengelolaan Sumber Daya Air (SDA)

1.Konservasi Sumber Daya Air (SDA); 2.Pendayagunaan Sumber Daya Air (SDA); dan 3.Meremajakan kawasan permukiman yang memiliki

Berjatidiri Pengembangan nilai budaya lokal perencanaan ruang

1.Melakukan penataan bangunan yang memiliki nilai budaya Banjar; 2.Menata kawasan sepanjang sisi sungai untuk menghadap ke sungai; dan 3.Melakukan penataan kawasan yang proporsional dengan ruang terbuka hijau

Peningkatan kualitas nilai arsitektur dan seni bangunan

.Melakukan penataan bangunan yang memiliki nilai budaya Banjar; 2.Menata kawasan sepanjang sisi sungai untuk menghadap ke sungai; dan 3.Melakukan penataan kawasan yang proporsional dengan ruang terbuka hijau.

1.Mengembangkan perumahan vertikal sesuai dengan kebutuhan yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai;

(22)

VISI MISI TUJUAN KEBIJAKAN STRATEGI

1.Menjaga kawasan sempadan sungai dari kerusakan;

2.Menambah ruang terbuka hijau pada kawasan yang kurang

ruang terbuka hijaunya;

Peningkatan ruang terbuka hijau 3.Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penyediaan

dan pengelolaan ruang terbuka hijau; dan

4.Menyediakan ruang terbuka hijau sebagai satu kesatuan

ekologi lingkungan.

Penyediaan prasarana dan sarana pendukung kegiatan 1.Melakukan penataankawasan wisata dan objek-objek wisata; dan

kepariwisataan

Mewujudkan Kota 2.Menyediakan fasilitas untuk kebutuhan wisatawan.

Banjarmasin sebagai 1.Merevitalisasi sungai melalui koordinasi dengan UPT

Destinasi Wisata Kementerian PU yang mengelola wilayah Sungai Barito;

Penataan sungai-sungai yang masih ada 2.Melakukan peremajaan kawasan sepanjang sungai; dan

3.Melaksanaan penyediaan perahu untuk kebutuhan

wisatawan.

1.Mengoptimalisasi pusat Kota sebagai pusat kegiatan

perekonomian;

Pengembangan ekonomi melalui peningkatan sektor 2.Melakukan penataan kawasan sub pusat kota dan pusat

Mewujudkan Kota perdagangan dan jasa, serta sektor lainnya lingkungan sebagai bagian dalam pengembangan

perekonomian Kota; dan

Banjarmasin sebagai Pusat

3.Melaksanakan penataan sektor informal.

Perdagangan dan Jasa

1.Membuka dan mempermudah akses warga masyarakat

Pengembangan industri rumah tangga, sebagai pemacu terhadap permodalan; dan

2.Meningkatkan kapasitas warga masyarakat melalui ekonomi masyarakat

pembentukan kelembagaan di masyarakat (Koperasi, CV

dan berbentuk UKM).

(23)
(24)
(25)

B. Kegiatan fungsional Sub Pusat Kota Kota Banjarmasin, terdiri dari beberapa

aktivitas penting dan persyaratan minimal yang harus ada pada sebuah

pusat unit lingkungan. Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Kantor Pemerintahan;

2. Fasilitas Kesehatan;

3. Fasilitas Sosial Budaya;

4. Fasilitas Olahraga dan Rekreasi;

5. Ruang Terbuka Hijau;

6. Fasilitas Peribadatan (Masjid);

7. Pasar Modern;

8. Terminal Angkutan Kota;

9. Dermaga untuk Angkutan Sungai.

Lokasi Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK) terdapat di Kelurahan Kuin Utara,

Kelurahan Kuripan, Kelurahan Tanjung Pagar, Kelurahan Teluk Dalam dan

Kelurahan Kuin Cerucuk.

C. Kegiatan fungsional Pusat Unit Lingkungan direncanakan berada pada

setiap wilayah dan berada pada lahan-lahan yang kosong. Keberadaan unit

lingkungan diharapkan mampu melayani kebutuhan penduduk dan tidak

terpusat pada pusat kota. Adapun fasilitas yang akan direncakan pada

setiap unit lingkungan adalah Kantor Pemerintah, Fasilitas Kesehatan,

Fasilitas Sosial Budaya, Fasilitas Olahraga dan Rekreasi, Ruang Terbuka

Hijau, Fasilitas Peribadatan (masjid), Pasar Modern, Terminal Angkutan

Kota dan Dermaga untuk Angkutan Sungai. Lokasi pusat-pusat lingkungan

(PL) terdapat di Kelurahan Alalak Utara, Kelurahan Antasan Kecil Timur,

Kelurahan Sungai Jingah, Kelurahan Banua Anyar, Kelurahan Pemurus

Luar, Kelurahan Pemurus Dalam, Kelurahan Kelayan Timur, Kelurahan

Kelayan Selatan, Kelurahan Basirih, Kelurahan Teluk Dalam dan Kelurahan

(26)

C. SISTEM PUSAT KEGIATAN

Di samping sudah terbentuknya sistem pusat pelayanan, Kota Banjarmasin

sudah memiliki fungsi secara ruang wilayah, baik pada tingkat nasional sampai

pada tingkat provinsi. Adapun fungsi ruang Kota Banjarmasin adalah sebagai

berikut:

1. Pusat Kegiatan Nasional

Pada prinsipnya Kota Banjarmasin mempunyai fungsi kegiatan nasional. Hal

ini dicerminkan dengan adanya prasarana atau sarana wilayah yang

mempunyai sistem keterkaitan pelayanan secara nasional, seperti

Pelabuhan Internasional Trisakti, pelayanan lintas provinsi, seperti depot

pertamina, gardu induk listrik yang merupakan bagian dari sistem transmisi

regional, dan lain-lain. Untuk pelayanan kebutuhan masyarakat, seperti

pusat perdagangan yang merupakan simpul koleksi dan distribusi lintas

provinsi (nasional) tetap dipertahankan dan diperkuat di kawasan Pasar

Sudimampir dan sekitarnya.

2. Pusat Kegiatan Wilayah

Dalam rangka mengurangi beban pusat kota, maka terbentuknya

Metropolitan BBM dan Kota Banjarmasin ada di dalamnya merupakan salah

satu langkah yang harus diapresiasi sebagai bagian dari pengurangan

terhadap beban kota sendiri. Pengembangan kawasan akan dikembangkan

pada kawasan bagian selatan serta mengoptimalkan pelayanan di wilayah

Provinsi Kalimantan Selatan, maka pusat kegiatan wilayah yang

diidentifikasikan sebagai pusat perdagangan regional di tingkat provinsi

dikembangkan di selatan yang dilintasi oleh Jalan Lingkar Selatan. Jalan ini

merupakan jalur mobilitas barang dan orang antar kabupaten (sebagian

antar provinsi) yang menghubungkan Pelabuhan Laut Trisakti, Pelabuhan

(27)

3. Pusat Kegiatan Lokal

Secara faktual terjadi tumpang tindih antara pelayanan wilayah dan lokal,

hanya saja ada penekanan fungsi pelayanan (terutama ekonomi) yang

bersifat regional (grosir) dan lokal (retail). Untuk Kota Banjarmasin, pusat

kegiatan lokal pada dasarnya adalah pusat perdagangan jasa yang telah

bertumbuh saat ini, baik itu di Pasar Sudimampir, Pasar Cempaka, Pasar

Antasari, Pasar Lama (tradisional) dan Pasar Duta Mall (modern). Untuk

pelayanan mobilitas, Terminal Antasari sebagai terminal dalam kota, secara

perlahan fungsinya dibatasi. Sedangkan di bagian utara dan selatan

dikembangkan terminal C (di utara pada batas kota dan merubah fungsi

terminal Km 6 menjadi terminal dalam kota tipe C). Secara jaringan sistem

trayek dikembangkan radial-sirkel (menerus), sehingga fungsi terminal

lebih sebagai halte. Dengan demikian, secara faktual telah terjadi

kolaborasi fungsi dari berbagai sektor, baik ekonomi, sosial, budaya dan

aspek yang lainnya, sehingga Pusat Kota Banjarmasin pada kawasan

tertentu berfungsi menjadi Mix Used Developmnet(MUD).

D. SISTEM FUNGSI RUANG WILAYAH

Kota Banjarmasin memiliki fungsi secara ruang wilayah, baik pada tingkat

nasional sampai pada tingkat provinsi. Adapun fungsi ruang Kota Banjarmasin

adalah sebagai berikut:

1. Pada prinsipnya Kota Banjarmasin mempunyai fungsi kegiatan nasional. Hal

ini dicerminkan dengan adanya prasarana atau sarana wilayah yang

mempunyai sistem keterkaitan pelayanan secara nasional, seperti

Pelabuhan Internasional Trisakti, pelayanan lintas provinsi, seperti depot

pertamina, gardu induk listrik yang merupakan bagian dari sistem transmisi

regional, dan lain-lain. Untuk pelayanan kebutuhan masyarakat, seperti

(28)

provinsi (nasional) tetap dipertahankan dan diperkuat di kawasan Pasar

Sudimampir dan sekitarnya.

2. Dalam rangka mengurangi beban pusat kota, maka terbentuknya

Metropolitan BBM dan Kota Banjarmasin ada di dalamnya merupakan salah

satu langkah yang harus diapresiasi sebagai bagian dari pengurangan

terhadap beban kota sendiri. Pengembangan kawasan akan dikembangkan

pada kawasan bagian selatan serta mengoptimalkan pelayanan di wilayah

Provinsi Kalimantan Selatan, maka pusat kegiatan wilayah yang

diidentifikasikan sebagai pusat perdagangan regional di tingkat provinsi

dikembangkan di selatan yang dilintasi oleh jalan lingkar selatan. Jalan ini

merupakan jalur mobilitas barang dan orang antar kabupaten (sebagian

antar provinsi) yang menghubungkan Pelabuhan Laut Trisakti, Pelabuhan

Basirih dengan Pelabuhan Udara Syamsudin Noor.

3. Secara faktual telah terjadi kolaborasi fungsi dari berbagai sektor, baik

ekonomi, sosial, budaya dan aspek yang lainnya, sehingga Pusat Kota

Banjarmasin pada kawasan tertentu berfungsi menjadi Mix Used

Developmnet(MUD).

E. SISTEM PUSAT FASILITAS PERDAGANGAN

Salah satu titik konsentrasi pembangunan Kota Banjarmasin adalah

pembangunan fasilitas perdagangan, mengingat sektor ini merupakan salah

satu sektor ekonomi terkuat dalam perekonomian Kota Banjarmasin. Sesuai

dengan RTRW Kota Banjarmasin, beberapa fasilitas perdagangan baru aan

dikembangkan secara hirarkis dan proporsional dengan tetap mendorong

penurunan beban pusat kota berdasarkan sebaran permukiman dan rencana

pengembangannya. Sementara itu, ada beberapa fasilitas yang masih tetap

dipertahankan dalam skala kota, antara lain Pasar Sudimampir, Pasar

(29)

Dalam skala sub pusat kota (wilayah kecamatan) akan dikembangkan

dibagian selatan, yang direncanakan di sekitar pertemuan Jalan Lingkar

Selatan dengan Sungai Martapura dengan fungsi utama sebagai pusat

perdagangan grosiran-regional dan pergudangan. Pertimbangan

pengembangan pasar regional di selatan ini adalah:

1. Sebagai upaya mengurangi beban pusat kota;

2. Berdekatan dengan Pelabuhan Trisakti dan rencana kawasan pergudangan

pelabuhan;

3. Mempunyai akses sungai (Sungai Martapura) sebagai pilihan untuk

transportasi sungai dari pintu masuk barang (Trisaksti, Martapura Baru) ke

kawasan Pusat Kota dan wilayah lain di hulu Sungai Martapura;

4. Berada pada jalur lintas regional (rencana jalan Banjarmasin Outering

Road) yang menghubungkan moda angkutan nasional, yatiu Pelabuhan

Trisakti, Bandara Samyudin Noor dan pusat permukiman lain di bagian

selatan Pula Kalimantan (Banjar, Banjarbaru, Batulicin, Samarinda, Barito

Kuala, Purucau, Palangkaraya, dan lain-lain);

5. Sudah bertumbuhnya kegiatan pergudangan dan perdagangan pada

kawasan tersebut.

4. RENCANA SISTEM JARINGAN PELAYANAN PRASARANA KOTA A. RENCANA SISTEM JARINGAN LISTRIK

Sejalan dengan peningkatan pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik diperlukan

penambahan kapasitas pembangkit. Penentuan lokasi pembangunan

pembangkit harus mempertimbangkan lokasi sumber bahan bakar/penggerak,

lokasi gardu induk dan jaringan transmisi serta lokasi beban. Pertimbangan

yang tidak kalah pentingnya saat ini adalah aspek lingkungan, apakah

pembangkit yang akan beroperasi tersebut memberikan kontribusi yang besar

terhadap tingkat pencemaran serta apakah kontribusi tersebut masih dapat

(30)

kawasan berpenduduk padat. Arahan untuk mengatasi "krisis listrik" dilakukan

melalui beberapa cara, yaitu:

1. Membangun pembangkit baru;

2. Membeli ekses daya dari pembangkit captive;

3. Melaksanakan rehabilitasi dan mengaktifkan kembali secara terseleksi

pembangkit yang rusak dan RSH (Reserve Shutdown).

Mengingat kota Banjarmasin merupakan kota di atas rawa, pembangunan

jaringan listrik bawah tanah akan membawa resiko dan biaya cukup tinggi.

Oleh karena itu pemasangan jaringan listrik tetap di atas tanah (tiang

berkabel). Dengan pemasangan sistem jaringan listrik (tegangan rendah)

mengikuti jaringan jalan akan memberikan kemudahan dalam pemeliharaan,

biaya yang rendah serta pelayanan yang efektif. Oleh karena itu sistem

pengembangan jalur jaringan listrik dikembangkan sesuai pola pembangunan

jalan dengan memperhatikan pengembangan perumahan baru dan

mengoptimalkan pelayanan pada masyarakat menengah ke bawah.

Pengembangan jaringan listrik diarahkan ke kawasan permukiman baru seperti

HKSN di utara, Sungai Andai di seberang Sungai Andai (timur laut), Basirih

(selatan), dan lain-lain, sebagaimana rencana pengembangan sistem jaringan

jalan kota.

B. RENCANA JARINGAN TELEKOMUNIKASI

Konsentrasi perkembangan produksi tinggi (kegiatan perkotaan) di Kota

Banjarmasin terdapat di Kecamatan Banjarmasin Tengah, sehingga wilayah ini

merupakan wilayah prioritas pelayanan prasarana telekomunikasi. Terkait

dengan hal tersebut, diperlukan upaya membentuk dan menambah jaringan

prasarana telekomunikasi untuk menunjang aktivitas di wilayah tersebut di

seluruh kecamatan. Dalam perkembangannya,Kota Metropolitan BBM sudah

terbentuk di Kalimantan Selatan, sehingga seluruh Kota Banjarmasin menjadi

(31)

Pemenuhan kebutuhan prasarana telekomunikasi dapat dilakukan

dengan cara membentuk dan menambah jaringan prasarana telekomunikasi di

wilayah tersebut, sehingga mampu menciptakan tarikan perkembangan yang

dapat menunjang aktivitas sosial-ekonomi wilayah tersebut.

Fixed phone lebih banyak digunakan oleh perkantoran dan perumahan

lama. Namun, sebagian besar masyarakat/pelaku usaha cenderung

menggunakan telepon atau alat komunikasi nir kabel. Untuk itu diperlukan

adanya penataan BTS yang lebih efektif, aman dan memperhatikan estetika

visual kota. Efektifitas pemasangan menara telekomunikasi bisa didekati

dengan menggunakan menara BTS bersama (3-7 provider untuk satu menara.

C. RENCANA SISTEM JARINGAN AIR MINUM

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan air bersih bagi

masyarakat dan aktivitas sosial ekonomi adalah sebagai berikut:

1. Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum, baik secara

fisik, kimia dan biologis, serta cukup secara kuantitas untuk memenuhi

segala kebutuhan yang diperlukan terutama pada jam puncak:

 Secara kualitas penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan

fisik, kimiawi dan biologis, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak

mengandung zat-zat kimia dalam jumlah berlebih serta tidak

mengandung bakteri yang dapat membahayakan kesehatan.

 Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus dapat menjamin kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama pada jam

puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan

pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya.

2. Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah pelayanan harus

dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan yang cukup.

Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan jumlah penduduk dan

(32)

dikembangkan pada wilayah permukiman perkotaan. Rencana penyediaan air

bersih untuk Kota Banjarmasin adalah sebagai berikut:

1. Sistem sambungan langsung dengan sumber dari PDAM direncanakan

melayani kawasan perkotaan, pusat kegiatan komersil, industri maupun

pusat pemerintahan. Daerah-daerah ini merupakan daerah yang menjadi

kawasan perkotaan yang tersebar di setiap kecamatan di Kota

Banjarmasin.

2. Sistem sambungan halaman (kran/hidran umum) dengan sumber dari

PDAM, direncanakan melayani daerah diluar kawasan perkotaan. Daerah ini

meliputi daerah-daerah yang tidak termasuk dalam kawasan perkotaan

Kota Banjarmasin. Untuk pengelolaannya dapat dilakukan oleh PDAM

sendiri atau di serahkan kepada masyarakat dengan membentuk kelompok

pemakai air.

3. Sistem penyediaan air dengan swadaya murni dari masyarakat, sistem ini

direncanakan untuk wilayah yang belum mendapat pelayanan dari PDAM.

Sebagai daerah rawa yang berair payau, PDAM merupakan kebutuhan

yang paling mendasar. Cakupan pelayanan PDAM kota Banjarmasin sangat

baik, yaitu pada tahun 2009 sudah mencapai 90% dari total keluarga yang

membutuhkan. Namun mengingat perkembangan perumahan dan

pertumbuhan kegiatan komersial diperlukan adanya penambahan kapasitas

untuk masa mendatang.Satu sisi juga penting untuk mengantisipasi penurunan

debit air dan penurunan kualitas air baku. Oleh karena itu diperlukan

kerjasama lintas pelaku dan wilayah.

D. RENCANA SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH

Penduduk Kota Banjarmasin pada Tahun 2030 diperkirakan meningkat.

Implikasi perkembangan penduduk ini adalah bertambahnya jumlah timbulan

sampah. Agar dapat melayani pelayanan sampah pada tahun 2030, diperlukan

(33)

Penanganan persampahan direncanakan dikelola perkotaan atau

kecamatan. Timbunan sampah di Kota Banjarmasin sampai dengan akhir

tahun perencanaan akan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Arahan

recana sistem pengelolaan persampahan disesuaikan dengan sistem

perwilayah yang ada.

Merujuk Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penentuan lokasi TPA,

faktor-faktoryang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi TPA antara lain:

1. Tercakup dalam perencanaan tata ruang kabupaten dan daerah;

2. Jenis tanah kedap air;

3. Daerah yang tidak produktif untuk pertanian;

4. Dapat dipakai minimal untuk 5 – 10 tahun;

5. Tidak membahayakan atau mencemari sumber air;

6. Jarak dari pusat pelayanan +/- 10 km;

7. Merupakan daerah yang bebas banjir.

Selain pertimbangan SNI, pertimbangan lainnya dalam menentukan lokasi dan

jenis TPA adalah:

1. Pencapaian keseimbangan pelayanan dari berbagai sudut lokasi/wilayah;

2. Dapat memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan;

3. Memunculkan “nilai ekonomis sampah” yang secara tidak langsung

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi

terjadinya pencemaran lingkungan akibat sampah;

4. TPA yang dikembangkan adalah TPA dengan kualifikasi antara lain:

a. Tidak menimbulkan bau;

b. Kebutuhkan lahan relatif kecil;

c. Dapat minimalkan bahaya terhadap kesehatan, karena insect (lalat) dan

roden tidak dapat berkembang baik;

d. Terhindar dari bahaya terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran

(34)

e. Setelah kapasitas TPA penuh, dalam beberapa jangka waktu tertentu

lokasi TPA dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya, seperti

taman, tempat rekreasi, lapangan olah raga, dan lain-lain.

Berdasarkan pertimbangan di atas, rencana pengelolaan persampahan sebagai

berikut:

1. Pembangunan TPA dengan luasan 10 Ha untuk melayani setiap Wilayah

Pembangunan;

2. Penambahan jumlah TPS dan perluasan jangkauan pelayanan, terutama di

kecamatan-kecamatan yang memungkinkan;

3. Pengembangan usaha daur ulang sampah, kertas dan plastik (sampah

kering);

4. Sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah controlled landfill dan

open dumping;

5. Peningkatan kesadaran (peran serta) masyarakat dalam menjaga

kebersihan lingkungan;

6. Pengefektifan fungsi pemulung dengan pembangkitan kegiatan daur ulang

sampah menjadi produk-produk yang berdayaguna;

7. Penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan, terutama

diwilayah perkotaan;

8. Pengkomposan sampah-sampah organik dan pembangunan fasilitas tempat

pemisahan jenis sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh

masyarakat mulai dari rumah-rumah sampai tempat-tempat umum, dimana

pemerintah menyediakan sarana tong sampah untuk memilah-milah

sampah tersebut;

9. Re-design Tempat/Lahan Pembuangan Akhir yang ada untuk mencegah

akibat yang ditimbulkan ke depan;

10.Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan lebih tegas

(35)

pihak yang membuang sampah sembarangan, sistem restribusi sampah,

tarif pengelolaan dll;

11.Frekuensi pelayanan dibagi menjadi beberapa kondisi sebagai berikut;

a. Wilayah dengan pelayanan intensif adalah daerah di jalan protokol,

pusat Kabupaten, kawasan permukiman perkotaan tidak teratur dan

daerah komersil.

b. Wilayah dengan pelayanan menengah adalah kawasan permukiman

teratur.

c. Wilayah dengan pelayanan rendah adalah daerah pinggiran kota.

Pengadaan prasarana sampah (TPS, TPA) secara merata dan

proporsional menjadi penting, karena sampah merupakan salah satu persoalan

utama yang dihadapi kota Banjarmasin, terutama sampah domestik.

Penyediaan tempat sementara (TPS) sampah di setiap lingkungan akan

menjadi bagian dari pendidikan lingkungan. Hal ini terkait dengan kewajiban

setiap orang, kelompok, perusahaan, agar mengelola sampahnya secara

bertanggung jawab (UU No. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah).

E. RENCANA SISTEM PENGELOLAAN DRAINASE

Sistem drainase kota perlu dikembangkan secara teknis pada setiap sisi jalan,

melakukan sodetan atau membangun saluran air yang menghubungkan antar

blok perumahan/ bangunan yang tergenang serta mengintegrasikan

pembangunan sistem drainase kota dengan kantong-kantong air (satuan

pengelolaan genangan air), sehingga sirkulasi air menjadi mengalir dan

mengurangi genangan tinggi dan lama pada saat musim hujan.

F. RENCANA SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH

Sebagian besar limbah yang menimbulkan masalah lingkungan adalah limbah

kamar mandi dan industri. Limbah rumah tangga umumnya dibuang langsung

(36)

menggunakan septic tank, namun bagian dasarnya tidak kedap. Sementara itu

limbah industri yang umumnya berada di sempadan sungai menjadi

penyumbang terbesar terhadap penurunan kualitas air sungai. Oleh karena itu

pengembangan IPAL untuk permukiman menjadi prioritas utama untuk

dibangun. Selanjutnya, sesuai dengan kebijakan Pemerintah kota Banjarmasin,

kegiatan industri berat akan di relokasi ke luar kota. Dalam hal ini juga

direkomendasikan untuk merelokasi industri yang mencemari sungai dan udara

ke luar kota.

G. RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN PRASARANA JARINGAN JALAN BAGI PEJALAN KAKI

Pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan yang memiliki hak dalam

penggunaan jalan, sehingga perlu disediakan trotoar bagi pejalan kaki. Secara

umum, Ruang pejalan kaki memiliki tipologi sebagai berikut:

1. Ruang Pejalan Kaki di sisi Jalan (Sidewalk), merupakan bagian dari sistem

jalur pejalan kaki dari tepi jalan raya hingga tepi terluar lahan milik

bangunan.

2. Ruang Pejalan Kaki di sisi Air (Promenade), merupakan ruang pejalan kaki

yang pada salah satu sisinya berbatasan dengan badan air (danau, laut,

sungai, atau kolam) dan sisi lainnya berupa jalan, tanaman, dan bangunan.

3. Ruang Pejalan kaki di Tepi Bangunan (Arcade), merupakan ruang pejalan

kaki yang berdampingan dengan bangunan pada salah satu atau kedua

sisinya. Arcade umumnya disediakan pada kawasan perdagangan/

komersial.

4. Ruang Pejalan kaki di RTH (Green Pathway), merupakan ruang pejalan kaki

yang terletak diantara ruang terbuka hijau agar pejalan kaki tidak berjalan

di atas rumput atau tanaman yang ada di RTH/taman.

5. Ruang Pejalan Kaki di bawah tanah (Underground), merupakan ruang

pejalan kaki yang terletak diantara ruang bawah tanah, Underground

(37)

6. Ruang Pejalan Kaki di atas tanah (elevated), merupakan ruang pejalan kaki

berupa fasilitas penyebarangan tidak sebidang agar jalur pedestrian yang

ada tidak terputus dan untuk memudahkan dalam pergantian jalur yang

berbeda.

Penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan jalan pejalan kaki

meliputi:

1. Ruang pejalan kaki di sisi jalan pada Jalan A. Yani, dan Jalan R. Suprapto.

2. Ruang pejalan kaki di sisi air pada kawasan Mesjid Raya Sabilal Muhtadin,

Jalan Sudirman dan Jalan Piere Tendean.

3. Ruang pejalan kaki di kawasan komersial/perkantoran yaitu ruang pejalan

kaki di kawasan komersial terdiri atas Jalan Pangeran Antasari, Jalan

Pangeran Samudra, Jalan Hasanudin, dan ruang pejalan kaki di kawasan

perkantoran terdiri atas Jalan RE. Martadinata, Jalan S. Parman, dan Jalan

Brigjen Hasan Basri.

4. Ruang pejalan kaki pada kawasan RTH Kamboja.

H. RENCANA JALUR EVAKUASI BENCANA

Kota Banjarmasin bukan merupakan kawasan bencana alam ataupun terkena

dampak dari bencana alam, akan tetapi Kota Banjarmasin sudah merencanakan

beberapa kawasan sebagai jalur evakuasi untuk bencana banjir dan bencana

rawan kebakaran. Adapun lokasi evakuasi tersebut adalah di ruang terbuka yang

ada di pusat-pusat lingkungan. Di samping itu lokasi-lokasi evakuasi di Kota

Banjarmasin adalah sekolah-sekolah dan bangunan pemerintah di sekitar lokasi

bencana.

(38)

1. Jalur evakuasi bencana banjir memanfaatkan jaringan jalan meliputi: Jalan

Perdagangan, Jalan P.M Noor, Jalan Sutoyo S, Banjarmasin Inner Ringroad,

Jalan Pramuka, Sungai Martapura, dan Sungai Alalak menuju

bangunan-bangunan pemerintahan berlantai dua.

2. Jalur evakuasi bencana kebakaran memanfaatkan jaringan jalan meliputi:

Jalan Perdagangan, Jalan P.M Noor, Jalan Sutoyo S., Banjarmasin Inner

Gambar

Tabel 2.2
Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kota Banjarmasin Tahun 2013-2032

Referensi

Dokumen terkait

Pada PES 2013, akan lebih mudah dalam melakukan dribbling untuk melewati pemain lawan, namun lebih susah dalam melakukan umpan 1-2 jika dibandingkan PES 20121. Trik dalam

Motor X digunakan untuk menggerakkan motor jarak potong berapa cm sesuai dengan setting yang telah di set sebelumnya, Motor Y digunakan untuk menggerakkan motor

Hasil penelitian pada tikus jantan yang diturunkan kinerja reproduksinya menunjukan bahwa ekstrak rumput kebar dapat mengembalikan berat testis mulai perlakuan hari ke-7.. Untuk

Berisi tentang kesimpulan dari data–data yang telah dianalisa dan selanjutnya akan diberikan saran dari kesimpulan yang telah didapat terutama bagi pihak

Sayangnya aturan yang ada ini hanya dapat diterapkan bagi wajib pajak badan dalam transaksi perdagangan online dan tidak dapat diterapkan bagi wajib pajak orang

Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan MOODLE dapat meningkatkan SRL siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 3

Akan tetapi, yang menjadi persoalan dalam ritual setiap tarekat yang ada adalah bahwa hampir mayoritas ritual tarekat mencitrakan Tuhan dalam bentuk atau citra laki-laki dan

Sesuai dengan hasil penelitian, diketahui bahwa sumber daya manusia termasuk dalam faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai pada kantor Dinas Pendidikan