4.1
ANALISIS SOSIAL
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastrukturbidang Cipta
Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca
pembangunan/pengelolaan.
Pada
taraf
perencanaan,
pembangunan
infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang
terkait dan sesuai dengan isu-isuyang marak saat ini, seperti pengentasan
kemiskinan
sertapengarusutamaan
gender.
Sedangkan
pada
saat
pembangunankemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan
proseskonsultasi,
pemindahan
penduduk
dan
pemberian
kompensasi,
maupunpermukiman
kembali.
Kemudian
pada
pasca
pembangunan
ataupengelolaan
perlu
diidentifikasi
apakah
keberadaan
infrastruktur
bidangCipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidupbagi
kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.
Dasar
peraturan
perundang-undangan
yang
menyatakan
perlunya
memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1.
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang
Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga
dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok
masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan
anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan
statistik gender.
2.
UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan
Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan
menyediakan
tanah
bagi
pelaksanaan
pembangunan
guna
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan
masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang
Berhak.
3.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah
program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan
penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di
bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan
infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan
akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus
dilanjutkan
4.
Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan
Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin
melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan
usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka
5.
Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan
kepada
Menteri
untuk
melaksanakan
pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan
dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai
dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:
1.
Pemerintah Pusat:
a)
Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
b)
Menjamin
tersedianya
pendanaan
untuk
kepentingan
umum
yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c)
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat
pusat.
d)
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif gender,
khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2.
Pemerintah Provinsi:
a)
Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b)
Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang
bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c)
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat
provinsi.
d)
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif
gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3.
Pemerintah Kabupaten/Kota:
a)
Menjamin
tersedianya
tanah
untuk
kepentingan
umum
di
kabupaten/kota.
b)
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat
kabupaten/kota.
c)
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya
perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota
berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
4.1.1
Aspek Sosial Pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pengarusutamaan Gender
Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan
pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan
responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan,
Neighborhood Upgrading and Shelter
Sector Project
(NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah
(PISEW),Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS),
Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP),
Rural Infrastructure
Support
(RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program
Tabel 4.1
Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kabupaten Karawang
No
Program/
Kegiatan
Lokasi Tahun
Bentuk Keterlibatan/
Akses
Tingkat Partisipasi Perempuan
(Jumlah)
Kontrol Pengambilan Keputusan oleh
Perempuan
Manfaat
Permasalahan yang Perlu Diantisipasi di Masa
Datang
1 Pemberdayaan Masyarakat
a. PNPM Perkotaan
b. PAMSIMAS
c. PPIP
e. SANIMAS
2 Non Pemberdayaan Masyarakat
a. Penyusunan SPPIP
b. Penyusunan RPKPP
c. Penyusunan RTBL
4.1.2
Aspek Sosial Pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besarankegiatan,
dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untukmeminimalisir terjadinya
konflik dengan masyarakat penerima dampakmaka perlu dilakukan beberapa
langkah antisipasi, seperti konsultasi,pengadaan lahan dan pemberian
kompensasi untuk tanah danbangunan, serta permukiman kembali.
1.
Konsultasi masyarakatKonsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan
informasikepada
masyarakat,
terutama
kelompok
masyarakat
yang
mungkinterkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya
diwilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasimereka
berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahanpertimbangan dalam
proses perencanaan. Konsultasi masyarakatperlu dilakukan pada saat
persiapan program bidang Cipta Karya,persiapan AMDAL dan pembebasan
lahan.
2.
Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan
Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah
dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi
di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh
swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan
tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk
meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga
yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.
3.
Permukiman kembali penduduk (
resettlement
) Seluruh proyek yang
memerlukan
pengadaan
lahan
harus
mempertimbangkan
adanya
kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.
Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana
pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk
yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini
dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang
baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi
penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.
Tabel 4.2
Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang Membutuhkan
Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta
Permukiman Kembali
No Komponen Program dan Kegiatan
Tahap I Tahap II Arahan Lokasi
Konsultasi
Pemindahan Penduduk/ Pemberian Kompensasi
Permukiman Kembali
Sebelum Pemindahan
Setelah Pemindahan
1. Pengembangan Permukiman 1)
2) ….dst
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1)
2) …..dst
3. Pengembangan Air Minum
1) 2) ….dst
4. Pengembangan PLP 1)
2) …dst
4.1.3
Aspek Sosial Pada Pasca Pembangunan Bidang Cipta Karya
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnyamemberi manfaat
bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara
kasat mata dan secara sederhana dapatterukur, seperti kemudahan mencapai
lokasi pelayanan infrastruktur,waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga
pengurangan biayayang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan
aksespelayanan tersebut. Hasil identifikasi aspek social pasca pelaksanaan
Tabel 4.3
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca
Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
No
Sektor/Program/Kegiatan
Lokasi
Tahun
Pelaksanaan
Jml Pend. yg
Memanfaat
kan
Ket
I
Pengembangan Permukiman
a.
Penyusunan RPKPP Kec. Karawang Barat (Jatirasa Barat, Jatirasa Tengah & Timur)2015
134.686 jiwa
b.
Perencanaan Teknik (DED) PermukimanKumuh Kota
-Kec. Karawang Barat (Jatirasa Barat, Jatirasa Tengah & Timur)
-
Kec. Karawang Timur (Johar)-
Kec. Cikampek (Jati Indah, Cilewuk, Cijalu)-
Kec.c.
Penataan Permukiman Kumuh
Kota
-
Kec. Karawang
Barat (Jatirasa
Barat, Jatirasa
Tengah &
Timur)
-
Kec. Karawang
Timur (Johar)
-
Kec. Cikampek
(Jati Indah,
Cilewuk, Cijalu)
-
Kec.
2016-2017
477.148 jiwa
d.
Peningkatan Kualitas Permukiman
Kumuh Desa Pinayungan
Kec. Teluk Jambe
timur (Desa
Pinayungan)
2015
12.817 jiwa
No
Sektor/Program/Kegiatan
Lokasi
Tahun
Lingkungan dan Jalan Setapak
(tersebar)
f.
Peningkatan Jalan Poros Desa
Kab Karawang
(tersebar)
2016-2019
2.225.357 jiwa
g.
Peningkatan kualitas rumah layak
huni
Kab Karawang
(tersebar)
2015-2017
2.225.357 jiwa
h.
Pembangunan rumah swadaya
Kab Karawang
(tersebar)
2015-2017
2.225.357 jiwa
i.
Pembangunan Agro/Mina Politan
Kec. Cilamaya
wetan dan kulon
2015-206
136.898 jiwa
j.
Perbaikan Jalan L = 3 M
Kec.
Rengasdengklok
Kawasan Kalijaya
- Kertasari (BLOK
1, 2 & 3 KP2)
2016
880 jiwa
k.
Perbaikan Jalan L=2.5 M
Kec.
Rengasdengklok
Kawasan Kalijaya
- Kertasari (BLOK
1, 2 & 3 KP2)
2016
880 jiwa
l.
Perbaikan Jalan L= 2 M
Kec.
Rengasdengklok
Kawasan Kalijaya
- Kertasari (BLOK
1 &2 KP2)
2016
880 jiwa
m.
Perbaikan Jalan L= 1,2 M
Kec.
Rengasdengklok
Kawasan Kalijaya
- Kertasari (BLOK
1, 2 & 3 KP2)
2016
880 jiwa
n.
Pembuatan Jalan L= 1,2 M
Kec.
Rengasdengklok
Kawasan Kalijaya
- Kertasari (BLOK
1, 2 & 3 KP2)
2016
880 jiwa
o.
Pembuatan Jalan Inspeksi Sungai
Kec.
Rengasdengklok
Kawasan Kalijaya
No
Sektor/Program/Kegiatan
Lokasi
Tahun
II
Penataan Bangunan dan
Lingkungan
a.
Fas. Percepatan Perda
Kab. Karawang
2015
2.225.357 jiwa
b.
DED RTH Monumen Proklamasi
Rengasdengklok
Kec.
Rengasdengklok
Kawasan Kalijaya
- Kertasari.
2015
880 jiwa
c.
Peningkatan Kualitas RTH Eksisting
Sebagai RTH Pusat Pelayanan
Kawasan
Kec.
Rengasdengklok
Kawasan Kalijaya
- Kertasari.
2016
880 jiwa
III
Penyehatan Lingkungan
Permukiman
a.
Sistem Informasi Pengelolaan
Persampahan
Kab. Karawang
2013
2.225.357 jiwa
b.
Sosialisasi Persampahan
Implementasi Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2008
Kab. Karawang
2014
2.225.357 jiwa
c.
DED dan supervisi IPLT (Instalasi
Pengolahan Lumpur Tinja)
Kab. Karawang
2015
2.225.357 jiwa
d.
DED Septic Tank Komunal
Kota Karawang,
Kota Cikampek,
Kec.
Rengasdengklok
2014-2016
1.071.528 jiwa
e.
Penyusunan DED Pengelolaan Air
Limbah Domestik Kawasan
Kec.
Rengasdengklok
Kawasan Kalijaya
- Kertasari (BLOK
1, 2 & 3 KP2)
2015
880 jiwa
f.
Pengadaan Tanah untuk Septic
Tank Komunal
Kota Karawang,
Cikampek &
Rengasdengklok
2014
1.071.528 jiwa
g.
Pembangunan IPLT Jalupang
Kec. Kotabaru
2015
2.225.357 jiwa
h.
Pembuatan Septic Tank Komunal
Kota Karawang,
Cikampek &
No
Sektor/Program/Kegiatan
Lokasi
Tahun
Pelaksanaan
Jml Pend. yg
Memanfaat
kan
Ket
Rengasdengklok
i.
Kendaraan Sedot Tinja
Kab. Karawang
2016
2.225.357 jiwa
j.
Alat Berat Douzer TPA Jalupang
Kec. Kotabaru
2015-2016
2.225.357 jiwa
k.
Alat Berat Fibro (Alat pemadat
sampah)
Kec. Kotabaru
2016-2017
2.225.357 jiwa
l.
Jembatan Timbang (TPA Jalupang)
Kec. Kotabaru
2015
2.225.357 jiwa
m.
Pengadaan Motor Sampah Vol 1
M3
Kec.
Rengasdengklok
Kawasan Kalijaya
- Kertasari (BLOK
1, 2 & 3 KP2)
2015
880 jiwa
IV
Air Minum
a.
SPAM MBR (P/P Jaringan
Perpipaan Optimalisasi)
IKK Batujaya, IKK
Tirtajaya, IKK
Jatisari, IKK
Cilebar, IKK
Karanganyar, IKK
Cilamaya
2015
71.182 jiwa
b.
Peningkatan Kapasitas
Cabang
Telukjambe, Kec.
Telukjambe Timur
2015
14.386 KK
c.
SPAM Pedesaan Rawan Air (P/P
Jaringan Perpipaan)
Desa Cipurwasari
2016
2.464 jiwa
d.
SPAM Khusus KKP (P/P Jaringan
Perpipaan)
SPAM PPI Pakis
2015
11.217 KK
e.
SPAM IKK Baru
IKK Majalaya, IKK
Kotabaru, IKK
Purwasri, IKK
Pakisjaya, IKK
Telukjambe Barat
4.2
ANALISIS EKONOMI
Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan
mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang
perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan sesuai dengan kebijakan
internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat
sesuai direktif presiden. Analisis kebutuhan penanganan penduduk muskin
Kabupaten Karawang dapat dilihat pada
Tabel 4.4
.
Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan
keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:
1.
Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.
2.
Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.
3.
Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester.
4.
Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga
lain.
5.
Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.
6.
Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air
hujan.
7.
Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak
tanah.
8.
Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.
9.
Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.
10.
Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.
11.
Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.
12.
Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.
13.
Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat
14.
Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.
500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal
motor, atau barang modal lainnya.
Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan
sebagai rumah tangga miskin.
4.3
ANALISIS LINGKUNGAN
RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hallingkungan
dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatifpembangunan infrastruktur
bidang Cipta Karya terhadap lingkunganpermukiman baik di perkotaan maupun
di perdesaan. Kajian aspeklingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan
perundang-undangan,kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan
instrumen,serta
pemetaan
antisipasi
dan
rekomendasi
perlindungan
lingkungandan sosial yang dibutuhkan.
1.
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan-Upaya
Pemantauan
Lingkungan
(UKL-UPL)
dan
Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPLH)”
2.
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara
Tabel 4.4
Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Karawang
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
1 Jatirasa Tengah & Timur, Kel Karangpawitan, Kec. Karawang Barat
421 KK/ 1684 Jiwa
Mata Pencaharian : 30 % - 60 % bekerja di sector informal. Kondisi Lingkungan :
- 70 % Mayoritas Lokasi Permukiman Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai.
- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan Sedang ( untuk kondisi Jalan Setapak )
- 30-60% Mayoritas Lokasi Permukiman Terjadi Genangan
- 70% Mayoritas Rumah Tangga Memiliki Kloset Leher Angsa Yang Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal
- 70% Mayoritas Rumah Tangga Pada Lokasi Permukiman Terlayani Air Bak (Setengah Wilayah
Mendapatkan Air Bersih Perpipaan, Sebagian Memakai Timba Dan Pompa
- 30-60% Mayoritas Sampah Domestik Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS
- kawasan permukiman yang tidak layak huni padat tidak teratur, muka bangunan tidak teratur, jarak antar bangunan sempit, kondisi bangunan semi permanen dengan konstruksi dari bilik bambu dan sebagian tembok hanya setengah bata terbuka. Kondisi ini terkesan kumuh.
- rumah-rumah penduduk dengan kondisi kumuh ini berdiri di atas tanah milik PJKA.
- Masih terdapat drainase yang tidak menerus, sehingga air tidak tersalurkan, kondisi drainase yang ada kurang baik, terdapat drainase yang tidak menggunakan
- Pemelihaan dan peningkatan permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni
- Penataan dan perbaikan lingkungan kumuh
- Peningkatan rumah sehat dan layak huni
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
Kondisi Hunian Secara Umum :
- 30-60% Mayoritas Bangunan Hunian Tidak Teratur
- 100 unit/ha Lokasi Permukiman Memiliki Kepadatan Bangunan Sedang
- Kepadatan penduduk rata-rata 400-500 jiwa/Ha
- Mayoritas Bangunan Hunian Memiliki Luas Lantai < 7,2M2
- 50-70 % Mayoritas Bangunan Hunian Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen Status Kepemilikan Hunian :
- >50% bangunan dilengkapi dengan IMB, sebagian wilayah yang digunakan masyarakat merupakan tanah milik PJKA
perkerasan sehingga air meluap, masih ada drainase yang tertimbun oleh tumpukan sampah, dan terdapat pula air buangan limbah rumah tangga yang menyatu dengan saluran drainase.
- masih menggunakan MCK bersama, dimana kondisi MCK tersebut sudah tidak layak pakai.
- Kondisi persampahan di kawasan ini belum terkelola dengan maksimal, masih terdapat tumpukan sampah di beberapa titik pada lahan kosong. 2 Jatirasa Barat, Kel.
Karangpawitan, Kec. Karawang Barat
Mata Pencaharian : 30 % - 60 % bekerja di sector informal. Kondisi Lingkungan :
- 70 % Mayoritas Lokasi Permukiman Terlayani Jaringan Jalan Yang
- kawasan permukiman yang tidak layak huni padat tidak teratur, muka bangunan tidak teratur, jarak antar
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
Memadai.
- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan Sedang ( untuk kondisi Jalan Setapak )
- 30-60% Mayoritas Lokasi Permukiman Terjadi Genangan
- 70% Mayoritas Rumah Tangga Memiliki Kloset Leher Angsa Yang Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal
- 70% Mayoritas Rumah Tangga Pada Lokasi Permukiman Terlayani Air Bak (Setengah Wilayah
Mendapatkan Air Bersih Perpipaan, Sebagian Memakai Timba Dan Pompa
- 30-60% Mayoritas Sampah Domestik Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS
Kondisi Hunian Secara Umum :
- 30-60% Mayoritas Bangunan Hunian Tidak Teratur
- 100 unit/ha Lokasi Permukiman Memiliki Kepadatan Bangunan Sedang
- Kepadatan penduduk rata-rata
bangunan sempit, kondisi bangunan semi permanen dengan konstruksi dari bilik bambu dan sebagian tembok hanya setengah bata terbuka. Kondisi ini terkesan kumuh.
- rumah-rumah penduduk dengan kondisi kumuh ini berdiri di atas tanah milik PJKA.
- Masih terdapat drainase yang tidak menerus, sehingga air tidak tersalurkan, kondisi drainase yang ada kurang baik, terdapat drainase yang tidak menggunakan perkerasan sehingga air meluap, masih ada drainase yang tertimbun oleh tumpukan sampah, dan terdapat pula air
- Penataan dan perbaikan lingkungan kumuh
- Peningkatan rumah sehat dan layak huni
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
400-500 jiwa/Ha
- Mayoritas Bangunan Hunian Memiliki Luas Lantai < 7,2M2
- 50-70 % Mayoritas Bangunan Hunian Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen Status Kepemilikan Hunian :
- >50% bangunan dilengkapi dengan IMB, sebagian wilayah yang digunakan masyarakat merupakan tanah milik PJKA
buangan limbah rumah tangga yang menyatu dengan saluran drainase.
- masih menggunakan MCK bersama, dimana kondisi MCK tersebut sudah tidak layak pakai.
- Kondisi persampahan di kawasan ini belum terkelola dengan maksimal, masih terdapat tumpukan sampah di beberapa titik pada lahan kosong.
3 Kalijaya dan Kertasari, Kel Rengasdengklok bekerja di sector informal. Kondisi Lingkungan :
- 60 % Mayoritas Lokasi Permukiman tidak Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai
- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan buruk ( untuk kondisi Jalan Setapak )
- 70% Mayoritas Lokasi Permukiman
- Kondisi permukiman di kawasan ini tidak terlalu padat akan tetapi kondisi permukimannya sangat sederhana semi permanen ada
beberapa rumah dengan dinding terbuat dari bilik bambu dan tembok
- Pemelihaan dan peningkatan permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni
- Penataan dan perbaikan lingkungan kumuh
- Peningkatan rumah sehat dan layak huni
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
Terjadi Genangan
- 60% Mayoritas Rumah Tangga Memiliki Kloset Leher Angsa Yang Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal
- 30% Mayoritas Rumah Tangga yang Terlayani Air Bersih (Sebagian besar Memakai Timba Dan Pompa)
- 30-60% Mayoritas Sampah Domestik Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS
Kondisi Hunian Secara Umum :
- 30-60% Mayoritas Bangunan Hunian Tidak Teratur
- 60-100 unit/ha, Memiliki Kepadatan Bangunan Sedang
- Kepadatan penduduk rata-rata <400 jiwa/Ha
- Mayoritas Bangunan Hunian Memiliki Luas Lantai < 7,2M2
- 50 % Mayoritas Bangunan Hunian tidak Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen
Status Kepemilikan Hunian :
- Tanah milik masyarakat Dan Tanah milik pengairan
setengah bata terbuka, tata letak rumah tidak teratur orientasi muka bangunan tidak teratur.
- Tingkat pelayanan air bersih perpipaan masih belum terlayani dengan maksimal.
- Kondisi drainase di kawasan ini sangat buruk, masih terdapat jalan yang tidak dilengkapi dengan jaringan drainase, terdapat drainase tanpa perkerasan, sebagian drainase terputus, serta drainase yang tertumpuk oleh sampah.
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
khusus membuat air pembuangan menyatu dengan saluran drainase.
- Tidak terkelolanya sampah, masih terdapat beberapa tumpukan sampah di beberapa lokasi.
- jalan lingkungan yang sempit juga
merupakan masalah infrastruktur permukiman lainnya 4
Wirajarya-Jatiendah, Kel. Cikampek Kota, Kec. Cikampek
215 KK/860Jiwa Mata Pencaharian : 30 % - 60 % bekerja di sector pertanian. Kondisi Lingkungan :
- Mayoritas Lokasi Permukiman Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai
- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan sedang ( untuk kondisi Jalan Setapak )
- Mayoritas Lokasi Permukiman Terjadi Genangan
- Mayoritas Rumah Tangga Memiliki Kloset Leher Angsa Yang
- Kondisi permukiman di kawasan ini tidak terlalu padat akan tetapi kondisi permukimannya sangat sederhana semi permanen ada
beberapa rumah dengan dinding terbuat dari bilik bambu dan tembok setengah bata terbuka, tata letak rumah tidak teratur
- Pemelihaan dan peningkatan permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni
- Penataan dan perbaikan lingkungan kumuh
- Peningkatan rumah sehat dan layak huni
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal
- Mayoritas Rumah Tangga yang Terlayani Air Bersih (Sebagian besar Memakai Timba Dan Pompa)
- Mayoritas Sampah Domestik Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS
Kondisi Hunian Secara Umum :
- Mayoritas Bangunan Hunian Tidak Teratur
- Memiliki Kepadatan Bangunan Sedang
- Kepadatan penduduk rata-rata < 11 jiwa/Ha
- Mayoritas Bangunan Hunian Memiliki Luas Lantai < 7,2M2
- 50 % Mayoritas Bangunan Hunian tidak Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen
Status Kepemilikan Hunian :
- Tanah milik masyarakat Dan Tanah milik pengairan
orientasi muka bangunan tidak teratur.
- Tingkat pelayanan air bersih perpipaan masih belum terlayani dengan maksimal.
- Kondisi drainase di kawasan ini sangat buruk, masih terdapat jalan yang tidak dilengkapi dengan jaringan drainase, terdapat drainase tanpa perkerasan, sebagian drainase terputus, serta drainase yang tertumpuk oleh sampah.
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
drainase.
- Tidak terkelolanya sampah, masih terdapat beberapa tumpukan sampah di beberapa lokasi.
- jalan lingkungan yang sempit juga
merupakan masalah infrastruktur permukiman lainnya 5 Cijaluh-Jatiendah,
Kel Cikampek Timur, Kec. Cikampek
375 KK/1500 Jiwa
Kondisi Lingkungan :
- Mayoritas Lokasi Permukiman Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai
- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan sedang ( untuk kondisi Jalan Setapak )
- Mayoritas Lokasi Permukiman Terjadi Genangan
- Mayoritas Rumah Tangga Memiliki Kloset Leher Angsa Yang
Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal
- Mayoritas Rumah Tangga yang Terlayani Air Bersih (Sebagian besar Memakai Timba Dan Pompa)
- Kondisi permukiman di kawasan ini tidak terlalu padat akan tetapi kondisi permukimannya sangat sederhana semi permanen ada
beberapa rumah dengan dinding terbuat dari bilik bambu dan tembok setengah bata terbuka, tata letak rumah tidak teratur orientasi muka bangunan tidak teratur.
- Pemelihaan dan peningkatan permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni
- Penataan dan perbaikan lingkungan kumuh
- Peningkatan rumah sehat dan layak huni
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
- Mayoritas Sampah Domestik Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS
Kondisi Hunian Secara Umum :
- Mayoritas Bangunan Hunian Tidak Teratur
- Memiliki Kepadatan Bangunan Sedang
- Kepadatan penduduk rata-rata < 11 jiwa/Ha
- Mayoritas Bangunan Hunian Memiliki Luas Lantai < 7,2M2
- 50 % Mayoritas Bangunan Hunian tidak Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen
Status Kepemilikan Hunian :
- Tanah milik masyarakat Dan Tanah milik pengairan
- Tingkat pelayanan air bersih perpipaan masih belum terlayani dengan maksimal.
- Kondisi drainase di kawasan ini sangat buruk, masih terdapat jalan yang tidak dilengkapi dengan jaringan drainase, terdapat drainase tanpa perkerasan, sebagian drainase terputus, serta drainase yang tertumpuk oleh sampah.
- Kondisi air limbah rumah tangga masih menyatu dengan drainase, tidak adanya saluran pembuangan khusus membuat air pembuangan menyatu dengan saluran drainase.
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
terdapat beberapa tumpukan sampah di beberapa lokasi.
- jalan lingkungan yang sempit juga
merupakan masalah infrastruktur permukiman lainnya 6 Ciluwek, Kel
Cikampek Selatan, Kec. Cikampek
102 KK/408 Jiwa
Kondisi Lingkungan :
- Mayoritas Lokasi Permukiman Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai
- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan sedang ( untuk kondisi Jalan Setapak )
- Mayoritas Lokasi Permukiman Terjadi Genangan
- Mayoritas Rumah Tangga Memiliki Kloset Leher Angsa Yang
Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal
- Mayoritas Rumah Tangga yang Terlayani Air Bersih (Sebagian besar Memakai Timba Dan Pompa)
- Mayoritas Sampah Domestik Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS
- Kondisi permukiman di kawasan ini tidak terlalu padat akan tetapi kondisi permukimannya sangat sederhana semi permanen ada
beberapa rumah dengan dinding terbuat dari bilik bambu dan tembok setengah bata terbuka, tata letak rumah tidak teratur orientasi muka bangunan tidak teratur.
- Tingkat pelayanan air bersih perpipaan masih belum terlayani
- Pemelihaan dan peningkatan permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni
- Penataan dan perbaikan lingkungan kumuh
- Peningkatan rumah sehat dan layak huni
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
Dan/Atau TPS
Kondisi Hunian Secara Umum :
- Mayoritas Bangunan Hunian Tidak Teratur
- Memiliki Kepadatan Bangunan Sedang
- Kepadatan penduduk rata-rata < 11 jiwa/Ha
- Mayoritas Bangunan Hunian Memiliki Luas Lantai < 7,2M2
- 50 % Mayoritas Bangunan Hunian tidak Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen
Status Kepemilikan Hunian :
- Tanah milik masyarakat Dan Tanah milik pengairan
dengan maksimal.
- Kondisi drainase di kawasan ini sangat buruk, masih terdapat jalan yang tidak dilengkapi dengan jaringan drainase, terdapat drainase tanpa perkerasan, sebagian drainase terputus, serta drainase yang tertumpuk oleh sampah.
- Kondisi air limbah rumah tangga masih menyatu dengan drainase, tidak adanya saluran pembuangan khusus membuat air pembuangan menyatu dengan saluran drainase.
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
- jalan lingkungan yang sempit juga
merupakan masalah infrastruktur permukiman lainnya 7
Pangkalan- Mekarmaya-Cilamaya, Kel. Cilamaya, Kec. Cilamaya Wetan
320 KK/1280 Jiwa
Mata Pencaharian : 30 % - 60 % bekerja di sector pertanian. Kondisi Lingkungan :
- 60 % Mayoritas Lokasi Permukiman tidak Terlayani Jaringan Jalan Yang Memadai
- Mayoritas Kondisi Jaringan Jalan Pada Lokasi Permukiman Dalam Keadaan buruk ( untuk kondisi Jalan Setapak )
- 70 % Mayoritas Lokasi Permukiman Terjadi Genangan
- 60 % Mayoritas Rumah Tangga Memiliki Kloset Leher Angsa Yang Terhubung Septiktank MCK/Septik Tank Komunal
- 30 % Mayoritas Rumah Tangga yang Terlayani Air Bersih (Sebagian besar Memakai Timba Dan Pompa)
- Mayoritas Sampah Domestik Rumah Tangga Tidak Terangkut Dua Kali Seminggu Ke TPS Dan/Atau TPS
- Kondisi permukiman di kawasan ini masih tergolong permukiman perdesaan,
permukiman penduduk
berkembang secara swadaya alamiah. Permukiman yang ada cenderung tidak teratur dan tidak tertata, bahkan terdapat rumah dengan kondisi tidak layak huni.
- Kondisi air bersih, tingkat pelayanan air bersih masih rendah, sebagian besar penduduk menggunakan air bersih untuk
kebutuhan sehari-hari
- Pemelihaan dan peningkatan permukiman yanag ada agar tetap berkualitas sesuai dengan standar minimal kelayakan huni
- Penataan dan perbaikan lingkungan kumuh
- Peningkatan rumah sehat dan layak huni
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
Kondisi Hunian Secara Umum :
- Mayoritas Bangunan Hunian Tidak Teratur
- Memiliki Kepadatan Bangunan Sedang
- Kepadatan penduduk rata-rata < 11 jiwa/Ha
- Mayoritas Bangunan Hunian Memiliki Luas Lantai < 7,2M2
- 50 % Mayoritas Bangunan Hunian tidak Memiliki Material Alas, Atap Dan Dinding Permanen
Status Kepemilikan Hunian :
- Tanah milik masyarakat Dan Tanah milik pengairan
bersumber dari air tanah yang diambil melalui pompa maupun sumur gali.
- Kondisi air limbah, di kawasan ini masih terdapat buang air besar sembarangan, kondisi MCK bersama kurang baik, sanitasi lingkungan beresiko tinggi.
No Lokasi
Jumlah Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penanganan
yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan
perkerasan masih alami dari tanah.
- Kondisi sampah, tingkat pelayanan sampah di kawasan ini sangat rendah, belum semua kawasan terkelola dengan baik, masih banyak sampah berserakan di
3.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan
kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4.
Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan
Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan
untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan
dapat diminimalkan
5.
Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan
pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta
Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1.
Pemerintah Pusat
a.
Menetapkan kebijakan nasional.
b.
Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
e.
Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup.
f.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian
dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.
g.
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i.
Mengembangkan
dan
melaksanakan
kebijakan
pengaduan
masyarakat.
j.
Menetapkan standar pelayanan minimal.
2.
Pemerintah Provinsi
a.
Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b.
Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
UKL-UPL.
d.
Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah
kabupaten/kota.
e.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f.
Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada
kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.
g.
Melaksanakan standar pelayanan minimal.
3.
Pemerintah Kabupaten/Kota
a.
Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b.
Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.
c.
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan
UKL-UPL.
d.
Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
4.3.1
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS,
adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1.
RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalamperencanaan
pembangunan infrastruktur.
2.
KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JMadalah karena
RPI2-JM
bidang
Cipta
Karya
berada
pada
tataranKebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan
prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atauprogram
menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang
berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup
KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas
dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup di kota/kabupaten.
Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong
terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya
pembangunan berkelanjutan.
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program
dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1)
perubahan
iklim,
(2)
kerusakan,
kemerosotan,
dan/atau
kepunahan
keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah
penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi
kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau
terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7)
peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu
tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi
menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tabel 4.5
Kriteria Penapisan Usulan Program /Kegiatan Bidang Cipta Karya
No Kriteria
Penilaian
Uraian Pertimbangan Kesimpulan
(Signifikan/Tidak Signifikan)
1. Perubahan Iklim
-
Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat mempengaruhi perubahan iklim secara signifikan
2. Kerusakan, kemerosotan, dan/kepunahan
keanekaragaman hayati
Penataan Sempadan Sungai, Penataan Kawasan SITU, Rehabilitasi dan Pembangunan RUSUNAWA akan menyebabkan terjadinya penebangan pohon penghijauan di beberapa bagian.
Pengaruh yang ditimbulkan Tidak signifikan.
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
-
Tidak terdapat kegiatan yang dapat mempengaruhi Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan.
4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya
alam -
Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam.
5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan.
Pembangunan dan Peningkatan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) serta
infrastruktur pendukungnya dan Pengadaan tanah septic Tank Komunal dan IPLT Jalupang akan merubah beberapa bagian kawasan alami yang dimanfaatkan sabuk hijau.
Pengaruh yang ditimbulkan bersifat sementara dan Tidak signifikan.
6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
-
No Kriteria
Penilaian
Uraian Pertimbangan Kesimpulan
(Signifikan/Tidak Signifikan)
penghidupan sekelompok masyarakat
penghidupan sekelompok masyarakat.
7. Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia -
Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses
penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM
tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen
Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas
RPI2-JM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak
perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan
persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh
terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas
lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai
berikut:
1.
Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
a.
Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan
identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
1.
Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan KLHS;
2.
Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
3.
Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan,
rencana
dan/atau
program
memperoleh
legitimasi
atau
penerimaan oleh publik;
4.
Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses
untuk
menyampaikan
informasi,
saran,
pendapat,
dan
pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui
proses penyelenggaraan KLHS.
Tabel 4.6
Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat
dalam Penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan
Lembaga
Pembuat Keputusan
a.
Bupati/Walikota
b.
DPRD
Penyusun
kebijakan,
rencana
dan/atau program
Dinas PU-Cipta Karya/BPLHD
Instansi
a.
Dinas PU-Cipta Karya
b.
BPLHD
c.
Bappeda
Masyarakat yang memiliki informasi
dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/kelompok)
a.
Perguruan tinggi atau lembaga
penelitian lainnya
b.
Asosiasi profesi
c.
Perorangan/tokoh
d.
LSM/Pemerhati
Lingkungan
hidup
e.
Forum-forum
pembangunan
berkelanjutan dan lingkungan
hidup
Masyarakat terkena Dampak
a.
Lembaga Adat
b.
Asosiasi Pengusaha
c.
Tokoh masyarakat
d.
Organisasi masyarakat
e.
Kelompok masyarakat tertentu
(nelayan dan petani)
b.
Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu
pembangunan berkelanjutan:
1.
Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi
aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan
antar ketiga aspek tersebut;
2.
Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3.
Membantu
penentuan
capaian
tujuan
pembangunan
berkelanjutan.
Tabel 4.7
Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta
Karya
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan
Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: Cakupan Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum
Cakupan Pelayanan Sistem perpipaan (PDAM) 18,02 % terhadap wilayah administrasi Cakupan pelayan Sistem
perpipaan (PDAM) 32,19 % terhadap daerah pelayanan Total Kapasitas 815 L/det
Isu 2: Cakupan Pelayanan Persampahan
Total timbunan sampah 960 m3/hari
Total sampah terangkut 422 m3/hari ( 44%)
Jumlah penduduk terlayani 191.010 jiwa ( 11,4%)
TPS masih terbatas berkembang TPS liar pada lahan kosong / ruang terbuka
Isu 3: Pengelolaan Saluran Drainase
Saluran drainase yang ada terutama saluran tersier di permukiman belum berfungsi secara optimal genangan dan banjir di kawasan permukiman
Isu 4 : Sistem Pengelolaan Air Limbah
Pengelohan air limbah masih dilakukan secara on site system Masih terdapat BABS sebesar
57,65%
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan Berkelanjutan
Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat
permukiman
Sistem penanganan alir limbah belum seluruhnya sesuai standar yang berlaku
Ekonomi
Isu 5: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan
Rendahnya tingkat kualitas permukiman pada permukiman nelayan yang berada di pesisir Kabupaten Karawang
Isu 6 : Kemiskinan menyebabkan timbulnya permukiman yang tidak pada tempatnya
di Kawasan Perkotaan : 42.744 atau 23% dari jumlah rumah tidak layak huni di Kabupaten Karawang Jumlah KK di Kabupaten Karawang
yang tinggal di bantaran sungai : 8.797 KK
Jumlah KK di Kabupaten Karawang yang tinggal di bawah jaringan listrik : 895 KK
Sosial
Isu 7: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit
c.
Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
Tabel 4.8
Identifikasi KRP
No Komponen Kebijakan,
Rencana/Program Kegiatan Lokasi
1 PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
a. Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh
Penyusunan RPKPP Kec. Karawang Barat (Jatirasa Barat, Jatirasa Tengah & Timur)
Perencanaan Teknik (DED)
Permukiman Kumuh Kota
Kec. Karawang Barat (Jatirasa Barat, Jatirasa Tengah & Timur)
Kec. Karawang Timur (Johar)
Kec. Cikampek (Jati Indah, Cilewuk, Cijalu)
Kec. Rengasdengklok (Kalijaya - Kertasari)
Kec. Cilamaya (Mekarmaya)
Penataan Permukiman
Kumuh Kota
Kec. Karawang Barat (Jatirasa Barat, Jatirasa Tengah & Timur)
Kec. Karawang Timur (Johar)
Kec. Cikampek (Jati Indah, Cilewuk, Cijalu)
Kec. Rengasdengklok (Kalijaya - Kertasari)
Kec. Cilamaya (Mekarmaya)
Peningkatan Kualitas
Permukiman Kumuh Desa Pinayungan
No Komponen Kebijakan,
Rencana/Program Kegiatan Lokasi
b. Infrastruktur Permukiman Rsh Yang Meningkat Kualitasnya
Peningkatan Kualitas Jalan Lingkungan dan Jalan Setapak
Kab Karawang (tersebar)
Peningkatan Jalan Poros
Desa
Kab Karawang (tersebar)
Peningkatan kualitas rumah
layak huni
Kab Karawang (tersebar)
Pembangunan rumah
swadaya
Kab Karawang (tersebar)
Perbaikan Jalan L = 3 M Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya -
Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)
Perbaikan Jalan L=2.5 M Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya -
Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)
Perbaikan Jalan L= 2 M Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya -
Kertasari (BLOK 1 &2 KP2)
Perbaikan Jalan L= 1,2 M Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)
Pembuatan Jalan L= 1,2 M Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)
Pembuatan Jalan Inspeksi
Sungai
Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari (BLOK 1 &2 KP2)
c. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial Yang Meningkat Kualitasnya
Pembangunan Agro/Mina Politan
Kec. Cilamaya wetan dan kulon
2 PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
a. Draft NSPK Daerah Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
Fas. Percepatan Perda Kab. Karawang
b. Sarana dan Prasarana Penataan Ruang Terbuka Hijau
DED RTH Monumen Proklamasi Rengasdengklok
Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari.
Peningkatan Kualitas RTH
Eksisting Sebagai RTH Pusat Pelayanan Kawasan
Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari.
3 PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
a. Laporan Fasilitas Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Bidang Pengembangan
Sistem Informasi
Pengelolaan Persampahan
Kab. Karawang
Sosialisasi Persampahan
Implementasi Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008
Kab. Karawang
b. Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Setempat Dan Sistem Komunal
DED dan supervisi IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)
Kab. Karawang
DED Septic Tank Komunal
- Kota Karawang - Kota Karawang
No Komponen Kebijakan,
Rencana/Program Kegiatan Lokasi
- Kota Rengasdengklok Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya -
Kertasari
Penyusunan DED
Pengelolaan Air Limbah Domestik Kawasan
Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)
Pengadaan Tanah untuk
Septic Tank Komunal
Kota Karawang, Cikampek & Rengasdengklok
Pembangunan IPLT Jalupang Kec. Kotabaru
Pembuatan Septic Tank
Komunal
- Kota Karawang Kota Karawang
- Kota Cikampek Kota Cikampek
- Perkotaan Rengasdengklok Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari
Kendaraan Sedot Tinja Dinas Cipta Karya Kab. Karawang
c. Infrastruktur Stasiun Antara Dan Tempat Pemprosesan Akhir Sampah
Konstruksi TPA
pemadat sampah)
Kec. Kota Baru
Sampah Bermotor
Tersebar
Pengadaan Motor Sampah
Vol 1 M3
Kec. Rengasdengklok Kawasan Kalijaya - Kertasari (BLOK 1, 2 & 3 KP2)
Pengadaan Alat Berat
Wheel Louder (Jalupang)
Kec. Kotabaru
Dum Truck Tersebar
Pelapis Geo Membran TPA Jalupang Kec. Kota Baru
Pengadaan Kendaraan Tanki
Air Penyiraman
Dinas Cipta Karya Kab. Karawang
Pengadaan Kendaraan Arm
Roll Sampah
Dinas Cipta Karya Kab. Karawang
4 PENGEMBANGAN AIR MINUM
a. Optimalisasi IKK SPAM MBR (P/P Jaringan Perpipaan Optimalisasi)
IKK Batujaya
No Komponen Kebijakan,
Rencana/Program Kegiatan Lokasi
b. SPAM di Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil
SPAM Pedesaan Rawan Air (P/P Jaringan Perpipaan)
Desa Cipurwasari
c. SPAM Kawasan Khusus SPAM Khusus KKP (P/P Jaringan Perpipaan)
SPAM PPI Pakis
SPAM IKK Baru IKK Majalaya
IKK Kotabaru - Tirtamulya
IKK Purwasari
IKK Pakisjaya
d.
Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
Tabel 4.9
Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Kabupaten Karawang
No Komponen Kebijakan,
Rencana/Program
Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan
Bobot Lingkungan Hidup Permukiman Bobot Ekonomi Bobot Sosial
Total permukiman yang
tidak pada tempatnya
Isu 7: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit
1. Pengembangan Permukiman
1. Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh
3 3 3 3 3 3 3 21
2. Infrastruktur Permukiman Rsh Yang Meningkat Kualitasnya
3 3 3 3 3 3 3 21
3. Infrastruktur Kawasan
Permukiman Perdesaan Potensial Yang Meningkat Kualitasnya
No Komponen Kebijakan, Rencana/Program
Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan
Bobot Lingkungan Hidup Permukiman Bobot Ekonomi Bobot Sosial
Total permukiman yang
tidak pada
tempatnya
Isu 7: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit
2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
1. Draft NSPK Daerah Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan
3 3 3 3 1 1 0 14
2. Sarana dan Prasarana Penataan Ruang Terbuka Hijau
0 2 2 0 0 0 0 4
3. Pengembangan Air Minum
1. Optimalisasi IKK 3 0 1 1 0 0 0 5
2. SPAM di Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil
3 0 1 1 0 0 0 5
No Komponen Kebijakan, Rencana/Program
Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan
Bobot Lingkungan Hidup Permukiman Bobot Ekonomi Bobot Sosial
Total permukiman yang
tidak pada
tempatnya
Isu 7: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit
4. Pengembangan PLP
1. Laporan Fasilitas Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Bidang Pengembangan
1 3 0 1 2 1 2 10
2. Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Setempat Dan Sistem Komunal
0 0 1 3 3 3 2 12
3. Infrastruktur Stasiun Antara Dan Tempat Pemprosesan Akhir
Sampah
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau
program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan
kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin
pembangunan
berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan,
rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif
pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa
alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana
dan/atau program yang ada.
Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan
kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara
lain:
a.
Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
b.
Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana,
dan/atau program.
c.
Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan
kebijakan, rencana, dan/atau program.
d.
Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
Tabel 4.10
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No Komponen Kebijakan, Rencana/Program Alternatif Penyempurnaan KRP
1. Pengembangan Permukiman
1. Infrastruktur Kawasan Permukiman
Kumuh
2. Infrastruktur Permukiman Rsh Yang
Meningkat Kualitasnya
3. Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial Yang Meningkat Kualitasnya