PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS
HOTS
PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN BUKU
JURNAL KELAS X AKUNTANSI SMK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Fricilia Dermawati Narendra
NIM: 141334068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS
HOTS
PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN BUKU
JURNAL KELAS X AKUNTANSI SMK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Fricilia Dermawati Narendra
NIM: 141334068
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang senantiasa membimbing dan
menuntun setiap langkah hidupku.
2. Kedua orangtuaku terkasih Lucianus Karjono dan Yustina Trinem yang
senantiasa mendoakanku dan memberikan kasih sayang yang melimpah.
3. Kakakku Yohanes Ferry Iswan Narendra yang senantiasa mendoakanku
dan memberikan dukungan.
4. Teman-teman angkatan 2014 Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata
Dharma yang telah mendukung serta memberikan semangat.
v
MOTTO
Tetapi kamu ini, kuatkanlah hatimu, jangan lemah semangatmu, karena ada
upah bagi usahamu. –2 Tawarikh 15: 7
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS HOTS
PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN BUKU JURNAL KELAS X AKUNTANSI SMK
Fricilia Dermawati Narendra Universitas Sanata Dharma
141334068
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada kompetensi dasar Menerapkan Buku Jurnal Kelas X Akuntansi SMK.
Jenis penelitian ini adalah research & development yang menggunakan delapan langkah pengembangan tes hasil belajar dari Suryabrata (2005: 68), yaitu: (1) pengembangan spesifikasi tes, (2) penulisan soal, (3) penelaahan soal, (4) perakitan soal, (5) uji coba tes, (6) analisis butir soal, (7) seleksi dan perakitan soal, (8) pencetakan tes. Data hasil uji coba soal dianalisis menggunakan program Quest.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mean INFIT MNSQ 1,0 dan SD 0,15. Dari analisis tersebut diperoleh informasi bahwa soal yang paling sukar adalah item nomor 12, 19,33, dan yang paling mudah item nomor 4, 24, 35.Empat puluh (40) item soal dinyatakan fit atau cocok dengan model Rasch dengan batas penerimaan ≥0,77 sampai ≤1,30. Dengan demikian, semua item tentang menerapkan buku jurnal layak menjadi instrumen bagi pendidik dalam pembelajaran untuk mengetahui penguasaan kompetensi dasar menerapkan buku jurnal.
ix
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF ASSESSMENT INSTRUMENTS BASED ON HOTS ON BASIC COMPETENCE IN APPLYING JOURNAL BOOK AT
THE TENTH GRADE OF ACCOUNTING CLASS OF VOCATIONAL SCHOOL
Fricilia Dermawati Narendra Sanata Dharma University
141334068
The research aims to find out how to develop assessment instrument based on HOTS in the basic competency by applying jornal book at the tenth grade of Accounting class of Vocational School.
This research is a “research and development” using 8 steps of Suryabrata model development they are: (1) specification development test, (2) writing test items, (3) analyzing test items, (4) assembling test items, (5) trying out test item, (6) analyzing test items, (7) selecting and assembling test items, (8) printing test items. The result of the trying out test items was analyzing by using quest program.
The result the research show that mean INFIT MNSQ is 1,0 and SD is 0,15. From the analysis obtain an information which the most difficult items are item number 12, 19, 33, and the easiest items are 2, 24, 35. 40 items are stated fit and match with Rasch model with the acceptance limit ≥0,77 to ≤1,30. Therefore, all of the items about appling journal book is worthy to become an instrument for all teachers to reveal the mastering basic competition of the journal book.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis HOTS pada Kompetensi Dasar Menerapkan Buku Jurnal Kelas X Akuntansi SMK”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini:
1. Tuhan Yesus Kristus sumber pengharapan dan kasih sejati.
2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
3. Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi.
4. Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi.
5. Dr. Sebastianus Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si., selaku Dosen
Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan
pelayanan yang terbaik selama perkuliahan.
7. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., yang telah berkenan menjadi
ahli bahasa.
8. Cicilia Ika Puspitasari, S.Pd., yang telah berkenan menjadi ahli materi.
6. Kedua orang tua tercinta, Lucianus Karjono dan Yustina Trinem yang
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 5
F. Spesifikasi Produk yang di Kembangkan ... 7
BAB II KAJIAN TEORI ... 8
A. Kurikulum ... 8
1. Pengertian Kurikulum ... 8
2. Isi Kurikulum ... 9
3. Struktur Kurikulum ... 10
4. Perubahan Kurikulum ... 12
B. Penilaian ... 13
1. Pengertian Penilaian ... 13
2. Penilaian Ranah Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan... 15
C. HOTS & LOTS ... 16
D. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ... 18
1. Kompetensi Inti ... 18
2. Kompetensi Dasar ... 18
E. Taksonomi Bloom ... 20
2. Taksonomi Bloom sebelum Revisi ... 21
3. Taksonomi Bloom sesudah Revisi ... 22
F. Reliabilitas dan Validitas ... 25
1. Reliabilitas ... 25
2. Validitas ... 26
G. CTT (Classical Test Theory) ... 28
H. IRT (Item Response Theory) ... 29
I. Program QUEST ... 35
J. Pengelolaan Buku Jurnal ... 36
K. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 49
L. Penelitian yang Relevan ... 58
M. Kerangka Berpikir ... 60
BAB III METODE PENELITIAN... 62
A. Jenis Penelitian ... 62
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 62
1. Lokasi Penelitian ... 62
2. Waktu Penelitian ... 63
C. Populasi dan Sampel ... 63
1. Populasi ... 63
2. Sampel ... 63
D. Prosedur Pengembangan ... 64
1. Pengembangan Spesifikasi Tes ... 64
2. Penulisan Soal ... 64
3. Penelaah Soal ... 65
4. Perakitan Soal... 65
5. Uji Coba Soal ... 65
6. Analisis Butir Soal ... 66
7. Seleksi dan Perakitan Soal ... 70
8. Pencetakan Tes ... 71
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 72
A. Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 72
1. Pengembangan Spesifikasi Tes ... 72
2. Penulisan Soal ... 75
3. Penelaahan Soal ... 75
4. Perakitan soal ... 83
5. Uji Coba Soal ... 93
6. Analisis QUEST ... 94
7. Seleksi dan Perakitan Soal ... 104
8. Pencetakan Tes ... 107
BAB V PENUTUP ... 115
A. Kesimpulan ... 115
B. Keterbatasan Pengembangan ... 116
C. Saran ... 116
xiii
DAFTAR TABEL
2.1 Kompetensi Dasar SMK Kelas X Akuntansi ... 19
2.2 Saldo Normal Kelompok Akun ... 38
2.3 Saldo Normal Akun Aset ... 39
2.4 Saldo Normal Akun Liabilitas ... 40
2.5 Saldo Normal Akun Ekuitas ... 40
2.6 Saldo Normal Akun Pendapatan ... 41
2.7 Saldo Normal Beban ... 41
2.8 Kode Akun Huruf ... 43
2.9 Kode Akun Huruf dan Angka ... 43
2.10 Kode Akun Angka Berurutan ... 44
2.11 Kode Akun Blok ... 44
2.12 Contoh Kode Akun Blok ... 45
2.13 Kode Akun Kelompok ... 45
2.14 Kode Golongan Akun ... 46
2.15 Kode Sub Golongan Akun ... 46
2.16 Jurnal Umum ... 48
3.1 Sampel Uji Coba ... 66
3.2 Kriteria Keocokan Butir dengan Pendekatan IRT ... 70
3.3 Kriteria Indeks Kesukaran Item ... 70
4.1 Kisi-Kisi Soal Jenis Pilihan Ganda ... 74
4.2 Rata-Rata Skor dari Hasil Penilaian Ahli Bahasa ... 78
4.3 Rata-Rata Skor dari Hasil Penilaian Ahli Materi ... 82
4.4 Sampel Perbaikan Soal Hasil Validasi oleh Ahli Bahasa ... 84
4.5 Sampel Perbaikan Soal Hasil Validasi oleh Ahli Materi ... 84
4.6 Data Jumlah Peserta Didik pada Setiap Sekolah ... 94
4.7 Taraf Kesukaran dari 40 Butir Soal ... 104
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Mekanisme debet kredit... 38
2.2 Kerangka berpikir ... 61
4.1 Current System Settings Program QUEST ... 95
4.2 Item Estimates (Thresholds) Program QUEST ... 96
4.3 Case Estimates Program QUEST ... 97
4.4 Item Estimates (Thresholds) Program QUEST ... 99
4.5 Item Fit Program QUEST ... 101
4.6 Item Estimates (Thresholds) In input Order Program QUEST ... 103
xv
DAFTAR GRAFIK
4.1 Validasi Instrumen Penilaian Tes Pilihan Ganda oleh Ahli Bahasa ... 77 4.2 Validasi Instrumen Penilaian Tes Pilihan Ganda oleh Ahli Materi ... 80 4.3 Hasil Penilaian Instrumen Tes Pilihan Ganda oleh Peserta Didik
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Soal uji coba Lampiran 2 Lembar jawaban
Lampiran 3 Lembar penilaian oleh ahli bahasa Lampiran 4 Lembar penilaian oleh ahli materi Lampiran 5 Angket respon peserta didik Lampiran 6 Surat perizinan penelitian Lampiran 7 Silabus
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian hasil belajar peserta didik merupakan sesuatu yang
sangat penting dan strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa besar keberhasilan
peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan
oleh guru. Melalui penilaian juga dapat dijadikan acuan untuk melihat
tingkat keberhasilan atau efektivitas pendidik dalam pembelajaran.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh
pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses,
kemajuan belajar dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkelanjutan yang digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi
peserta didik, bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan
memperbaiki proses pembelajaran.
Kunandar (2014: 35) menyatakan bahwa penilaian dalam
kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 tahun 2013
tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk
menjamin (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan
(2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka,
edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya, dan (3)
pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan
informatif.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang tergolong baru diterapkan
dalam pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini merupakan penyempurnaan
dari kurikulum sebelumnya. Perubahan yang terjadi pada kurikulum ini
juga berdampak pada penilaian.
Di dalam kegiatan pembelajaran, hal yang paling sulit untuk
dilakukan adalah membuat instrumen penilaian. Pendidik masih saja
mengalami kesulitan bahkan kurang mengerti bagaimana membuat
instrumen penilaian yang baik untuk mengukur tingkat pemahaman
peserta didik. Hal yang demikian tentu saja sangat mengkhawatirkan
karena alat untuk mengevaluasi hasil belajar peserta didik belum valid.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 7 September 2017 dengan guru akuntansi di salah satu SMK
swasta yang ada di kota Yogyakarta bernama Ibu Cicilia Ika Puspitasari
S.Pd. Peneliti menemukan pendidik belum mengembangkan instrumen
penilaian yang berbasis Higher Order Thingking Skill. Hal ini dibuktikan
dengan Kompetensi dasar 3.8 untuk menerapkan buku jurnal masih dalam
tingkat menerapkan (C3). Kemampuan berpikir tingkat rendah melibatkan
kemampuan mengingat (C1), memahami (C2) dan menerapkan (C3),
dan sintesis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta atau mengkreasi (C6)
selain itu pendidik belum mengembangkan instrumen penilaian yang
berbasis HOTS melainkan LOTS. Pendidik merasa kesulitan untuk
membuat bahkan mengembangkan rubrik atau instrumen penilaian yang
berbasis HOTS. Hal ini membuat alat penilaian yang dibuat dan
dikembangkan oleh pendidik untuk mengukur capaian atau proses
pembelajaran menerapkan buku jurnal belum valid dan belum realiabel.
Padahal, kita mengetahui bahwa peran penilaian dalam pembelajaran
sangat penting, selain berfungsi sebagai umpan balik untuk pendidik dan
peserta didik, penilaian juga dapat dijadikan untuk mengevaluasi metode
pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Rubrik yang
dibuat oleh pendidik belum dapat mengukur kompetensi menerapkan buku
jurnal peserta didik dengan baik karena pendidik sendiripun belum paham
dalam pembuatan instrumen penilaian berbasis HOTS.
Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, peneliti mengembangkan
instrumen penilaian berbasis HOTS kompetensi dasar menerapkan buku
jurnal yang berdasarkan pada kurikulum 2013. Hasil yang ingin dicapai
oleh peneliti dari pengembangan penilaian ini berupa produk instrumen
penilaian berbasis HOTS kompetensi dasar menerapkan buku jurnal untuk
peserta didik SMK yang berdasarkan dengan kurikulum 2013. Faktor yang
menjadi alasan peneliti melakukan penelitian, yakni pendidik belum
mampu untuk membuat instrumen penilaian berbasis HOTS kompetensi
Diharapkan dengan pengembangan ini pendidik di sekolah dapat
membuat rubrik penilaian berbasis HOTS menerapkan buku jurnal dengan
baik. Dengan adanya penilaian dan hasil belajar yang baik akan
memberikan informasi yang bermanfaat bagi jalannya proses
pembelajaran dan pada akhirnya tujuan pendidikan yang sesungguhnya
akan tercapai.
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Instrumen Penilaian
Berbasis HOTS pada Kompetensi Dasar Memahami Buku Jurnal Kelas X
Akuntansi SMK”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, oleh
karena itu peneliti membatasi masalah agar penelitian ini dapat dilakukan
lebih fokus dan mendalam, maka peneliti memandang permasalahan
penelitian yang diangkat perlu dibatasi variabelnya. Oleh sebab itu,
peneliti membatasi diri hanya berkaitan dengan “Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis HOTS pada Kompetensi Dasar Menerapkan
Buku Jurnal Kelas X Akuntansi SMK”.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah :
1. Bagaimana mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada
2. Bagaimana kualitas pengembangan instrumen penilaian berbasis
HOTS pada kompetensi dasar menerapkan buku jurnal kelas X
akuntansi SMK?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai
berikut.
1. Mengembangkan instrumen penilaian berbasis HOTS pada kompetensi
dasar menerapkan buku jurnal kelas X akuntansi SMK.
2. Mengetahui kualitas instrumen penilaian berbasis HOTS pada
kompetensi dasar menerapkan buku jurnal kelas X akuntansi SMK.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para
pembaca, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaatnya
sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
memperluas wawasan bagi peneliti khususnya dan bagi para guru
mengenai instrumen penilaian berbasis HOTS dalam menerapkan buku
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
a. Bagi Peneliti
Peneliti dapat memperoleh pengalaman langsung dalam melakukan
penelitian dan pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS
untuk kelas X Akuntansi SMK.
b. Bagi Guru
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperluas kajian
tentang pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS yang
valid dan reabel untuk diterapkan dalam pembelajaran akuntansi,
khususnya untuk penilaian kompetensi menerapkan buku jurnal.
c. Bagi Peserta Didik
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi sejauh mana
peserta didik dapat menyerap ilmu yang diberikan selama
pembelajaran berlangsung. Selain itu, penilaian yang dilakukan oleh
pendidik dapat dijadikan umpan balik dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
d. Bagi Sekolah
Manfaat penelitian ini untuk sekolah yaitu dapat membantu sekolah
untuk mendapatkan pengetahuan baru tentang instrumen penilaian
berbasis HOTS. Dengan demikian, sekolah dapat
mempertimbangkan pengembangan instrumen penilaian berbasis
e. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini sebagai bentuk sumbangan terhadap penelitiannya agar
dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan
masalah pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS.
F. Spesifikasi Produk yang di Kembangkan
1. Instrumen penilaian ini dibuat berdasarkan soal-soal yang dapat
memacu kemampuan peserta didik dalam berpikir tingkat tinggi.
2. Instrumen penilaian dibuat berdasarkan Kompentensi Dasar (KD) 3.8
menerapkan buku jurnal.
3. Instrumen penilaian dibuat berdasarkan kurikulum 2013 dengan
menggunakan Taksonomi Bloom Anderson (perbaikan Taksonomi
Bloom) pada bagian menganalisis, menilai dan menciptakan.
4. Instrumen penilaian ini disajikan dalam bentuk soal pilihan ganda yang
berjumlah 40 butir dengan 5 jawaban alternatif.
5. Instrumen penilaian ini dapat digunakan sebagai alat evaluasi soal
berbasis HOTS.
6. Instrumen penilaian ini memiliki durasi waktu dalam mengerjakan soal
serta terdapat petunjuk pengerjaan soal yang dapat membantu peserta
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kurikulum
1. Pengertian Kurikulum
Menurut Hafni (2005) kurikulum merupakan pedoman untuk
menyusun target dalam proses belajar mengajar. Sedangkang menurut
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional di sana dijelaskan, bahwa kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Hamalik, (2002: 36) kurikulum adalah rencana dasar
komponen pendidikan yang disusun secara relevan atas dasar tujuan,
program pendidikan, sistem penyampaian, dan evaluasi oleh sekolah
dan guru yang mengajar. Suryosubroto (2002: 13) mengemukakan
bahwa kurikulum adalah segala pengalaman tentang pendidikan yang
diberikan sekolah untuk seluruh peserta didik, baik dilakukan di dalam
sekolah maupun di luar sekolah. Arifin (2011), berpendapat bahwa
kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan
pembelajaran pada semua jenis dan jenjang pendidikan.
Kurikulum merupakan komponen penting dalam sistem
Kurikulum yang dirancang dan diterapkan dengan baik akan
memudahkan guru dimanapun berada untuk memenuhi target
pencapaian kemampuan peserta didik.
Dari pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
kurikulum adalah seperangkat isi, bahan ajar, tujuan yang akan
ditempuh sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan, kurikulum juga suatu program
pendidikan yang direncanakan dan dilaksakan untuk mencapai tujuan
dalam pendidikan formal .
2. Isi Kurikulum
Menurut Sukiyadi, Nurhasannah, & Al Rasjid (2006) isi
kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu
menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan
atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata
pelajaran yang diberikan maupun kreativitas dan kegiatan siswa. Baik
materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai
tujuan yang ditentukan. Menurut Hamalik (2002), isi kurikulum
merupakan susunan bahan pengajaran dan berbagai pengalaman yang
diperlukan dalam tercapainya tujuan pendidikan. Para perancang
kurikulum sering mengalami berbagai kesulitan dalam menyusun dan
merencanakan isi kurikulum yang relevan dengan tujuan yang hendak
berkembang, sehingga banyak bermunculan masalah kehidupan baru
yang perlu dipecahkan. Sehingga akan mempengaruhi pada isi
kurikulum, maka dari itu isi kurikulum harus selalu dikembangkan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu
kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan menjadi
pedoman bagi pengembangan kemampuan siswa secara optimal sesuai
dengan tuntutan dan tantangan perkembangan masyarakat.
Pengembangan isi kurikulum berupa bahan-bahan pelajaran yang akan
dipelajari siswa harus memerlukan dasar pertimbangan yang teliti.
3. Struktur Kurikulum
Struktur umum SMK/MAK sama dengan struktur umum
SMA/MA, yakni ada tiga kelompok mata pelajaran: Kelompok A, B,
dan C. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan dan Pengelolaan Pendidikan Pasal 80 menyatakan
bahwa: (1) penjurusan pada SMK, MAK, atau bentuk lain yang
sederajat berbentuk bidang keahlian; (2) setiap bidang keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas 1 (satu) atau
lebih program studi keahlian; (3) setiap program studi keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat terdiri atas 1 (satu) atau
lebih kompetensi keahlian.
Dalam penetapan pejurusan sesuai dengan
bidang/program/paket keahlian mempertimbangkan Spektrum
Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, sedangkan Pemilihan Peminatan Bidang Keahlian dan
program keahlian dilakukan saat peserta didik mendaftar pada
SMK/MAK. Pilihan pendalaman peminatan keahlian dalam bentuk
pilihan Paket Keahlian dilakukan pada semester 3, berdasarkan nilai
rapor dan/atau rekomendasi guru BK di SMK/MAK dan/atau hasil tes
penempatan (placement test) oleh psikolog. Pada SMK/MAK, Mata
Pelajaran Kelompok Peminatan (C) terdiri atas:
a. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Bidang Keahlian (C1)
b. Kelompok Mata Pelajaran Dasar Program Keahlian (C2)
c. Kelompok Mata Pelajaran Paket Keahlian (C3).
Mata pelajaran serta KD pada kelompok C2 dan C3 ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi
serta kebutuhan dunia usaha dan industri.
Dari penjelasan di atas, bahwa struktur kurikulum pendidikan
kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan
kejuruannya, agar dapat bekerja secara efektif dan efesien serta
4. Perubahan Kurikulum
Menurut Soetopo dan Soemanto (1982: 38), pengertian
perubahan kurikulum agak sukar untuk dirumuskan dalam suatu
definisi. Suatu kurikulum disebut mengalami perubahan bila terdapat
adanya perbedaan dalam satu atau lebih komponen kurikulum antara
dua periode tertentu, yang disebabkan oleh adanya usaha yang
disengaja. Sedangkan menurut Nasution (2009: 252), perubahan
kurikulum mengenai tujuan maupun alat-alat atau cara-cara untuk
mencapai tujuan itu. Mengubah kurikulum sering berarti turut
mengubah manusia, yaitu guru, pembina pendidikan, dan
mereka-mereka yang mengasuh pendidikan. Itu sebab perubahan kurikulum
dianggap sebagai perubahan sosial. Perubahan kurikulum juga disebut
pembaharuan atau inovasi kurikulum. Adapun perubahan-perubahan
yang ada dalam kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya antara
lain adalah :
a. Perubahan standar kompetensi lulusan
Penyempurnaan standar kompetensi kelulusan memperhatikan
pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu
dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada setiap jenjang
pendidikan, rumusan empat kompetensi inti (penghayatan dan
pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan)
menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar pada setiap
b. Perubahan standar isi
Perubahan standar isi dari kurikulum sebelumnya yang
mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus
pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran
melalui pendekatan tematik-integratif (Standar Proses).
c. Perubahan standar proses
Perubahan pada standar proses berarti perubahan strategi
pembelajaran. guru wajib merancang dan mengelola proses
pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi
untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta.
d. Perubahan standar evaluasi
Penilaian mengukur penilaian otentik yang mengukur kompetensi
sikap, keterampilan, serta pengetahuan berdasarkan hasil dan
proses. Sebelumnya ini penilaian hanya mengukur hasil
kompetensi.
B. Penilaian
1. Pengertian Penilaian
Menurut Nana Sudjana (1992: 3), penilaian merupakan proses
yang dilakukan oleh peserta didik untuk mendapatkan nilai terhadap
hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu.
Hal ini menunjukkan bahwa objek yang dinilai adalah hasil belajar
dan Yustiana, 2014) penilaian adalah suatu prosedur yang mencakup
kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpresentasikan
informasi untuk digunakan membuat kesimpulan tentang karakteristik
peserta didik. Menurut Permendikbud no. 23, (2016) Standar penilaian
pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip,
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar
peserta didik.
Penilaian merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
kegiatan belajar-mengajar. Hasil kegiatan penilaian sebelumnya akan
mengetahui kompetensi apa yang sudah, belum, atau kurang dikuasai
peserta didik dan karenanya dapat dilakukan tindakan selanjutnya
yang sesuai. Pada kegiatan penilaian, guru melakukan pengumpulan
data dengan berbagai cara pengukuran untuk memantau proses,
kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan
potensi yang dimiliki, pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan tercapai melalui pembelajaran secara berkesinambungan.
Penilaian juga dapat memberikan umpan balik dari hasil penilaian
dapat dipandang sebagai usaha peningkatan kualitas proses dan hasil
pembelajaran yang diselenggarakan.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa penilaian belajar peserta didik merupakan sesuatu yang sangat
dapat mengetahui seberapa besar keberhasilan peserta didik telah
menguasai kompetensi atau materi yang telah diajarkan oleh guru.
Melalui penilaian juga dapat dijadikan acuan untuk melihat tingkat
keberhasilan atau efektivitas guru dalam pembelajaran.
2. Penilaian Ranah Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
a. Ranah Pengetahuan
Penilaian ranah pengetahuan ini berfungsi sebagai alat ukur
pencapaian dalam proses pembelajaran dan untuk mengetahui
kelemahan dan proses kegiatan pembelajaran oleh peserta didik.
Melalui penilaian tersebut diharapkan peserta didik dapat
menguasai kompetensi yang akan dinilai. Untuk itu, perlu
digunakan beberapa teknik penilaian yang sesuai dengan
kompetensi yang akan dinilai, yaitu tes tertulis, lisan dan
penugasan. Langkah awal untuk menilai ranah pengetahuan ini
adalah melakukan analisis KD sesuai dengan muatan pelajaran,
kemudian menentukan teknik penilaiannya. Kisi-kisi yang baik
memiliki KD yang diperlukan dalam penyusunan soal.
b. Ranah Sikap
Penilaian sikap dilakukan untuk mengukur sikap peserta didik
sebagai hasil dari suatu program pembelajaran di dalam dan luar
kelas. Hasil penilaian pencapaian sikap dalam bentuk deskripsi.
yang diinginkan dan sikap yang belum tercapai yang memerlukan
pembinaan dan pembimbingan.
c. Ranah Keterampilan
Penilaian keterampilan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan
dalam melakukan tugas tertentu. Penilaian keterampilan merujuk
pada kompetensi inti keterampilan (KI 3) yang selanjutnya
diuraikan dalam kompetensi dasar. Penilaian keterampilan
dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio, dan/atau
teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Berdasarkan
pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa standar penilaian pada
aspek kompetensi meliputi penilaian aspek pengetahuan, sikap, dan
keterampilan.
C. HOTS & LOTS
Menurut Gunawan (2012: 171), Higher Order Thinking Skill
(HOTS) adalah proses berpikir yang mengharuskan peserta didik untuk
memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi
mereka pengertian dan implikasi baru. Ernawati (2017: 196-197),
berpendapat bahwa Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan cara
berpikir yang tidak lagi hanya menghafal secara verbalistik saja namun
juga memakai hakikat dari yang terkandung diantaranya, untuk mampu
memaknai makna dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan
penciptaan ide-ide kreatif dan produktif. Menurut Taksonomi Bloom yang
telah direvisi proses kognitif dibedakan menjadi dua, yaitu keterampilan
berpikir tinggi atau sering disebut dengan Higher Order Thinking Skill
(HOTS), dan keterampilan berpikir tingkat rendah atau Lower Order
Thinking Skill (LOTS). Kemampuan berpikir tingkat rendah melibatkan
kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3).
Krathwohl & Anderson (2010), menyatakan bahwa dalam kemampuan
berpikir tingkat tinggi melibatkan analisis dan sintesis (C4), mengevaluasi
(C5), dan mengkreasi (C6).
Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk
menilai hasil belajar dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik
menjawab soal melalui proses berpikir yang sesuai dengan kata kerja
operasional dalam taksonomi Bloom, baik pada soal pengetahuan, sikap
maupun keterampilan. Di dalam pembelajaran dinyatakan bahwa
kemampuan peserta didik bukan hanya untuk menguasai sekumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip
saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan, berarti peserta didik
harus selalu diajak untuk belajar dengan menggunakan proses berpikir
untuk menemukan konsep-konsep tersebut.
Kenyataan di lapangan, soal-soal cenderung lebih banyak menguji
aspek ingatan. Banyak buku yang menyajikan materi dengan mengajak
peserta didik belajar aktif, sajian konsep sangat sistematis, tetapi sering
tinggi peserta didik. Melatih peserta didik untuk terampil ini dapat
dilakukan guru dengan cara melatihkan soal-soal yang sifatnya mengajak
peserta didik berpikir dalam level analisis, evaluasi dan mengkreasi.
D. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
1. Kompetensi Inti
Kompetensi inti adalah tingkat kemampuan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki oleh peserta didik pada
setiap tingkat kelas atau program. Kompetensi inti merupakan
terjemahan atau operasionalisasi sari standar kompetensi lulusan dalam
bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta didik. Herman & Yustiana
(2014: 28) menyatakan empat kompetensi inti sebagai berikut :
Kompetensi inti 1 yaitu aspek sikap spiritual atau keagamaan.
Kompetensi inti 2 yaitu aspek sikap sosial.
Kompetensi inti 3 yaitu aspek pengetahuan.
Kompetensi inti 4 yaitu aspek keterampilan atau penerapan
pengetahuan.
2. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan untuk mencapai
kompetensi inti yang harus diperoleh oleh peserta didik melalui
Tabel 2.1 Kompetensi Dasar SMK Kelas X Akuntansi
Mata pelajaran : Akuntansi Dasar
Alokasi Waktu : 180 Jam
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.1 Memahami pengertian,
tujuan, peran akuntansi dan pihak-pihak yang membutuhkan informasi akuntansi
4.1 Mengelompokkan pihak-pihak yang
membutuhkan informasi akuntansi sesuai perannya
3.2 Memahami jenis-jenis
profesi akuntansi
(bidang-bidang
spesialisasi akuntansi,
pentingnya etika profesi)
4.2 Mengelompokkan profesi akuntansi
(bidang-bidang spesialisasi
akuntansi, pentingnya etika profesi)
3.3 Memahami jenis dan
bentuk badan usaha
4.3 Mengelompokkan jenis dan bentuk
badan usaha
3.4 Memahami asumsi,
prinsip-prinsip dan
konsep dasar akutansi.
4.4 Mengelompokkan asumsi,
prinsip-prinsip dan konsep dasar akutansi.
3.5 Memahami tahapan
siklus akuntansi
4.5 Mengelompokkan tahapan siklus
akuntansi
3.6 Menerapkan persamaan
dasar akuntansi
4.6 Membuat persamaan dasar akuntansi
3.7 Memahami transaksi
bisnis perusahaan baik perusahaan jasa, dagang
dan manufacture
4.7 Mengelompokkan transaksi bisnis
perusahaan baik perusahaan jasa,
dagang dan manufacture
3.8 Menerapkan buku jurnal,
konsep debet dan kredit, saldo normal, sistematika pencatatan, dan bentuk jurnal
4.8 Melakukan pencatatan buku jurnal,
konsep debet dan kredit, saldo normal, sistematika pencatatan, dan bentuk jurnal
3.9 Menerapkan posting 4.9 Melakukan posting
3.10 Menganalisis transaksi
jurnal penyesuaian
4.10Membuat jurnal penyesuaian
3.11 Menganalisis perkiraan
untuk menyusun laporan keuangan
E. Taksonomi Bloom
1. Pengertian Taksonomi Bloom
Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk
tujuan pendidikan. Taksonomi ini pertama kali dirancang oleh
Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan
dibagi ke dalam tiga ranah dan setiap ranah dibagi kembali ke dalam
pembagian yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya. Tiga ranah tujuan
pendidikan tersebut, yaitu:
a. Ranah kognitif, yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
b. Ranah afektif, berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri.
c. Ranah psikomotor, berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dari paparan di atas, Taksonomi Bloom merupakan taksonomi yang
dibuat untuk tujuan pendidikan yang dibagi menjadi ke dalam tiga
2. Taksonomi Bloom sebelum Revisi
Taksonomi bloom dibagi menjadi enam aspek yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi (Anderson &
Krathwohl, 2010: 206).
a. Pengetahuan (C1)
Pengetahuan dalam aspek ini melibatkan proses mengingat,
menghafal, dan menyebut informasi-informasi yang telah peserta
didik peroleh secara tepat sesuai dengan apa yang telah mereka
peroleh sebelumnya.
b. Pemahaman (C2)
Pemahaman dalam aspek ini melibatkan proses menerangkan,
menjelaskan, dan merangkum informasi yang telah peserta didik
peroleh.
c. Penerapan (C3)
Aspek penerapan ini dapat melibatkan proses menghitung,
membuktikan, dan melengkapi. Pada aspek ini diharapkan peserta
didik memiliki kemampuan untuk menerapkan rumus, metode,
maupun prosedur dalam berbagai situasi.
d. Analisis (C4)
Aspek analisis yaitu memilah, membedakan, membagi. Diharapkan
peserta didik mampu memecahkan suatu peristiwa menjadi
elemen-elemen penyusunnya sehingga ide-ide yang baru menjadi
e. Sintesis (C5)
Aspek sintesis yaitu merangkai, merancang, mengatur. Peserta
didik diharapkan mampu merangkai bagian-bagian agar
membentuk suatu kesatuan.
f. Evaluasi (C6)
Pemahan dalam aspek ini peserta didik diharapkan mampu
membuat penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide, kreasi, cara,
atau metode.
3. Taksonomi Bloom sesudah Revisi
Taksonomi Bloom setelah dilakukan revisi oleh Aderson dan
Kratwohl (2010), terdapat perbedaan yang tidak banyak pada ranah
kognitif. Revisi tersebut meliputi:
a. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk
setiap level taksonomi.
b. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun
urutan level masih sama yaitu dari urutan terendah hingga
tertinggi.
Perubahan-perubahan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dimensi proses kognitif
1) Mengingat (C1)
Kategori mengingat adalah mengambil pengetahuan yang
dibutuhkan dari memori jangka panjang seorang peserta didik.
menyadari dan mengingat kembali. Jenis pengetahuan yang
relevan dengan kategori ini adalah pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan metakognitif, serta kombinasi-kombinasi yang
mungkin dari beberapa pengetahuan ini.
2) Memahami (C2)
Kategori memahami dapat membangun makna dari
pesan-pesan instruksional, termasuk lisan, tulisan, dan grafik
komunikasi.
3) Mengaplikasikan (C3)
Kategori mengaplikasikan ini sangat erat kaitannya dengan
pengetahuan prosedural. Suatu masalah merupakan jenis tugas
yang penyelesaiannya belum diketahui peserta didik, sehingga
mereka harus menemukan prosedur yang tepat untuk
memecahkan permasalahan tersebut.
4) Menganalisis (C4)
Yang termasuk dalam kategori menganalisis adalah proses
mengurai suatu materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan
menentukan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan
hubungan antara bagian-bagian tersebut dengan materi tersebut
secara keseluruhan. Kategori proses menganalisis ini mencakup
proses-proses membedakan, mengorganisasi, dan
5) Mengevaluasi (C5)
Kategori mengevaluasi mencakup sejumlah proses kognitif,
yaitu memeriksa, dan mengkritik. Proses memeriksa
merupakan proses membuat penilaian terhadap suatu kriteria
internal, sementara proses mengkritik merupakan proses
membuat penilaian yang didasarkan pada kriteria-kriteria
eksternal.
6) Mencipta (C6)
Tujuan pengajaran yang termasuk kedalam kategori mencipta
ini adalah mengajarkan pada para peserta didik agar mampu
membuat suatu produk baru dengan mengorganisasi sejumlah
elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang belum
pernah ada atau tidak pernah diprediksi sebelumnya.
b. Dimensi pengetahuan
1) Pengetahuan faktual
Pengetahuan faktual adalah pengetahuan tentang
elemen-elemen dasar yang harus diketahui peserta didik untuk
mempelajari satu disiplin ilmu atau untuk menyelesaikan
masalah–masalah dalam disiplin ilmu tersebut.
2) Pengetahuan konseptual
Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang
kategori, klasifikasi, prinsip dan generalisasi serta pengetahuan
3) Pengetahuan prosedural
Pengetahuan ini mencakup tentang keterampilan, algoritma,
teknik, dan metode, yang semuanya di sebut sebagai prosedur.
Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang
urutan kaidah-kaidah, prosedur-prosedur yang digunakan untuk
menyelesaikan soal-soal matematika.
4) Pengetahuan metakognisi
Pengetahuan metakognisi merupakan kesadaran seseorang
tentang proses kognitifnya dan kemandiriannya untuk
mencapai tujuan tertentu.
F. Reliabilitas dan Validitas
1. Reliabilitas
Kata reliabilitas dalam bahasa Indonesia diambil dari kata
realiability dalam bahasa Inggris, yang berasal dari kata reliable
artinya dapat dipercaya. Nana (1992: 16) menyatakan bahwa
reliabilitas adalah suatu konsistensi sebuah tes untuk mengukur atau
mengamati sesuatu yang menjadi objek ukur. Menurut Widoyoko
(2014: 144) menyatakan bahwa instrumen tes dikatakan dapat
dipercaya jika memberikan yang tetap atau ajek (konsisten) apabila
diteskan berkali-kali. Sebuah instrumen tes yang valid pada umumnya
sudah reliabel, namun instrumen yang reliabel belum tentu valid.
Dalam kaitannya dengan dunia pendidikan, tes hasil belajar peserta
kesamaan hasil pada saat berlaianan waktunya terhadap peserta didik
yang sama.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam pembuatan alat ukur
dalam dunia pendidikan harus dilakukan secermat mungkin dan
disesuaikan dengan kaidah-kaidah yang telah ditentukan oleh ahli-ahli
pengukuran di bidang pendidikan. Untuk melihat reliabilitas suatu alat
ukur, yang berupa suatu indeks reliabilitas, dapat dilakukan penelaahan
secara statistik. Nilai ini biasa dinamakan dengan koefisien reliabilitas.
2. Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan
kevalidan suatu instrumen. Menurut Kusaeri dan Suprananto (2012:
75) menjelaskan validitas mengacu pada ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Bentuk-bentuk validitas menurut Herman dan Yustiana (2014:
284) meliputi validitas isi (content validity), validitas kriteria (criteria
validity), dan validitas konstruk (construct validity). Menurut Nana
(1992: 13), validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian
dalam mengukur isi dan mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel
yang hendak diukur. Sementara itu Azwar (1987) menjelaskan bahwa
validitas isi berkaitan dengan ketepatan isi suatu instrumen dengan
materi yang hendak diungkap dan tujuan dari penilaian.Validitas
kriteria dibedakan menjadi dua, yaitu validitas konkuren dan validitas
konkuren merupakan validitas yang memperhatikan hubungan antara
skor dari tes dengan skor tes lainnya yang pengukurannya dilakukan
secara bersamaan, sedangkan validitas prediksi merupakan hubungan
skor dari tes di masa sekarang dengan skor tes yang terjadi di masa
mendatang. Statistik yang digunakan dalam pendekatan validitas
kriteria ini adalah statistik korelasi antara distribusi skor tes sebagai
prediktor. Validitas konstruk merujuk pada kesesuaian antara hasil alat
ukur dengan kemampuan yang ingin diukur. Menurut Herman dan
Yustiana (2014), validitas konstruk adalah validitas yang
mempermasalahkan seberapa jauh butir-butir tes mampu mengukur
apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus
yang ditetapkan. Untuk menentukan validitas konstruk suatu instrumen
harus dilakukan proses penelaahan teoritis dari suatu konsep dari
variabel yang hendak diukur.
Berdasarkan uraian di atas, suatu konsekuensi praktis mengenai
hasil pengukuran pada kondisi tertentu, dan konskuensi inilah yang
akan dibuktikan secara empiris. Apabila hasilnya sesuai dengan
harapan maka instrumen itu dianggap memiliki validitas konstruk yang
baik. Untuk tes hasil belajar, yang utama adalah validitas isi, yakni
butir-butir soal yang ditanyakan kepada peserta didik sesuai dan
mewakili kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Hal ini
dapat dilihat dari sejauh mana butir-butir soal itu sesuai dengan
G. CTT (Classical Test Theory)
Pendekatan CTT adalah metode pertama yang dikembangkan
untuk pengukuran. Teori-teori CTT mendominasi pengembangan rumus
reliabilitas dan validitas yang dikenal dewasa ini (Suryabrata, 2005).
Model dari pendekatan teori tes klasik ini disebut juga sebagai model skor
murni (true score model). Menurut Allen & Yen (dalam Retnawati, 2016:
113) teori tes klasik disebut juga teori skor murni klasik didasarkan pada
suatu model aditif, yakni skor amatan adalah jumlah dari skor yang
sebenarnya dan skor kesalahan pengukuran. Pendekatan CTT ini juga telah
berkontribusi dalam pengembangan pengukuran psikometri dan
pendekatan ini dianggap sebagai model yang sederhana dan kuat.
Dalam pengukuran tentunya akan terjadi kesalahan pengukuran.
Kesalahan pengukuran yang dimaksudkan dalam teori ini merupakan
kesalahan yang tidak sistematis atau acak. Kesalahan ini merupakan
penyimpangan secara teoritis dari skor amatan yang diperoleh dengan skor
amatan yang diharapkan. Kesalahan pengukuran yang sistematis dianggap
bukan merupakan kesalahan pengukuran.
Asumsi-asumsi CTT pada dasarnya merupakan hubungan
matematis antara skor tampak yang disimbolkan dengan huruf X, skor
murni yang dilambangkan dengan huruf T, dan eror pengukuran yang
diberi simbol huruf E. Skor tampak merupakan nilai performansi subjek
yang diungkap melalui pengukuran yang dinyatakan dalam bentuk angka
pernyataan dalam tes tersebut. Skor murni menjelaskan bahwa performansi
subjek sesungguhnya yang tidak mungkin dapat diungkap secara langsung
oleh tes.
Selain itu ada beberapa asumsi yaitu skor kesalahan pengukuran
tidak berinteraksi dengan skor sebenarnya, merupakan asumsi yang
pertama. Asumsi yang kedua adalah skor kesalahan tidak berkorelasi
dengan skor sebenarnya dan skor-skor kesalahan pada tes-tes yang lain
untuk peserta tes yang sama. Ketiga, rata-rata dari skor kesalahan ini sama
dengan nol. Asumsi-asumsi pada teori tes klasik ini dijadikan dasar untuk
mengembangkan formula-formula dalam menentukan validitas dan
reliabilitas tes.
Berdasarkan deskripsi di atas, pendekatan CTT adalah metode
pertama yang dikembangkan untuk pengukuran. Dalam pengukuran
tentunya akan terjadi kesalahan dalam mengukur. Oleh karena itu, peneliti
mempertimbangkan menggunakan pendekatan CTT dalam proses analisis
yang akan dilakukan pada penelitian ini.
H. IRT (Item Response Theory)
Teori tes modern sering juga disebut Latent Trait Theory yaitu
performance subjek dalam suatu tes yang dapat diprediksi dari
kemampuannya yang bersifat laten. Atau lebih dikenal dengan Item
Response Theory (IRT) yaitu respon subjek terhadap item yang
Item Characteristic Curve (ICC). Artinya semakin baik performance
subjek akan semakin banyak respon (jawaban pada item tes) yang benar.
1. Asumsi Teori Respon Butir
Hambleton 1991: 9 (dalam Suryabrata, 2005: 28) menyatakan
bahwa teori respon butir memiliki beberapa asumsi-asumsi, yaitu
unidimensionalitas, independensi lokal, dan fungsi karakteristik butir
menyatakan hubungan yang sebenarnya antara variabel yang tak
terobservasi (yaitu kemampuan) dengan variabel terobservasi (yaitu
respon butir).
a. Asumsi unidimensionalitas
Asumsi ini merujuk pada satu kemampuan yang diukur oleh
sekumpulan butir-butir soal dalam suatu tes. Idealnya, setiap butir
tes yang dibuat hanya mengukur salah satu dari kemampuan
peserta tes, bukan mengukur dua atau lebih kemampuan peserta
tes. Jika suatu butir mengukur hal yang bersifat multidimensi,
maka skor pada butir tersebut merupakan kombinasi dari berbagai
kemampuan subjek. Meskipun begitu pada praktiknya asumsi
unidimensionalitas ini tidak dapat secara ketat diterapkan karena
adanya faktor-faktor dominan yang mempengaruhi hasil suatu tes.
Hal yang paling penting dalam asumsi ini adalah adanya satu
b. Asumsi independesi lokal
Asumsi ini merujuk apabila kemampuan-kemampuan yang
mempengaruhi performansi tes dijadikan konstan, maka respons
subjek terhadap butir manapun akan independen secara statistik.
Dengan kata lain, independensi lokal terhadap butir dapat diartikan
bahwa respon subjek pada butir satu tidak berpengaruh terhadap
respon pada butir lain atau secara sederhana dapat dikatakan bahwa
asumsi indepensi lokal akan terpenuhi apabila jawaban peserta
terhadap suatu butir soal tidak bergantung pada jawaban peserta
terhadap butir soal yang lain.
2. Model Teori Respon Butir
Model teori respon butir dapat dikategorikan berdasarkan
jumlah respon yang diskor, yaitu dikotomi dan politomi. Pada model
dikotomi, respon item diskor ke dalam dua kelompok yang
menunjukkan sukses (1) atau gagal (2). Menurut Surapranata (dalam
Sudaryono, 2013), indeks daya pembeda didefinisikan sebagai selisih
antara proporsi jawaban benar pada kelompok atas dengan proporsi
jawaban benar pada kelompok bawah. Pada model politomi, sebuah
item memiliki lebih dari dua pilihan respon jawaban. Masing-masing
respon tersebut memiliki nilai skor yang berbeda-beda pula.
Menurut Naga (dalam Sudaryono, 2013), teori respon butir
memiliki 4 model fungsi distribusi logistik, yaitu model logistik 1
dan model logistik 4 parameter. Perbedaan tiga model ini terletak pada
jumlah parameter yang digunakan.
a. Model Logistik 1 Parameter
Menurut Azwar (2015), Model 1PL ini disebut juga sebagai model
Rasch. Pada penyusunan model 1PL ini, karakteristik butir yang
dilibatkan hanya satu, yaitu parameter taraf kesukaran butir (bi).
Parameter (bi) digambarkan dalam suatu kurva ICC sebagai titik
dalam skala kemampuan yang memiliki probabilitas menjawab
benar sebesar 0,5. Semakin tinggi taraf kesukaran butir, maka
dibutuhkan abilitas yang lebih besar untuk mempertahankan
probabilitas 0,5 dalam kurva. Oleh karena itu pada kurva ICC
butir-butir yang sulit selalu berada di sebelah kanan butir yang
mudah.
b. Model Logistik 2 Parameter
Model logistik 2 parameter memiliki dua elemen dalam
bentuk matematikanya, yaitu parameter kesukaran item dan
parameter daya beda.
c. Model Logistik 3 Parameter
Model logistik 3 parameter ditujukan pada item pilihan
d. Model Logistik 4 Parameter
Model logistik 4 parameter untuk menganalisis data yang
menitikberatkan pada parameter kesukaran item, parameter daya
beda item, parameter peluang tebakan, dan penyebab lain.
Pada penelitian ini, model yang dipilih adalah model logistik 1
parameter untuk melihat parameter kesulitan item pada subtes RA
dengan alasan lebih praktis dan lebih mudah untuk dilakukan oleh
peneliti. Metode estimasi yang akan digunakan adalah metode
kemungkinan maksimum marginal. Metode ini disarankan karena
membantu mengurangi pengaruh panjang tes maupun sampel dengan
asumsi bahwa distribusi kemampuan adalah normal.
3. Parameter Teori Respon Butir
Menurut Naga (dalam Sudaryono, 2013), pada teori respon
butir terdapat tiga unsur parameter yaitu paramater item, parameter
peserta dan parameter respon. Ketiga unsur ini berhubungan sehingga
menghasilkan fungsi atau Kurva Karakteristik Item. Hal ini tampak
dari respon peserta terhadap item yang berhubungan dengan atau dapat
ditentukan oleh ciri item atau ciri peserta yang bersangkutan. Dalam
hubungan ini, ciri peserta dinyatakan melalui parameter peserta (Ө),
ciri item dinyatakan melalui tiga parameter item a, b, dan c, serta ciri
respon dinyatakan dalam bentuk probabilitas jawaban benar (P(Ө)).
Parameter peserta (Ө) hanya bisa diukur melalui respon subjek
nilai baku untuk parameter peserta membentang dari minus tak
terhingga sampai positif tidak terhingga. Namun secara praktis, nilai
baku yang dianggap berguna hanya terletak antara -4 sampai +4.
Parameter item a adalah parameter item yang berkaitan dengan
daya beda yaitu kemampuan item untuk mempertegas perbedaan
subjek yang mampu menjawab dengan benar dan yang tidak. Nilai
parameter item a bergerak daru 0 sampai dengan +2. Kemudian,
parameter item b adalah parameter item yang berkaitan dengan
kesulitan item yaitu sulit atau mudahnya item tersebut untuk dijawab
oleh subjek. Nilai parameter item b bergerak dari -2 sampai +2. Lalu,
parameter item c adalah parameter yang berkaitan dengan peluang
tebakan semu subjek yakni peluang yang dapat menyebabkan subjek
secara kebetulan menjawab item tersebut dengan benar. Nilai responsi
atau jawaban benar dari subjek terhadap item tersebut terletak di antara
0 dan 1.
4. Fungsi Informasi Item dan Tes
Menurut Hambleton dan Swaminathan, 1985: 94 (dalam
Retnawati, 2014), fungsi informasi item merupakan suatu metode
untuk menjelaskan kekuatan suatu item pada perangkat tes, pemilihan
butir tes, dan pembandingan beberapa perangkat tes. Fungsi informasi
item menyatakan kekuatan atau sumbangan item tes dalam
mengungkap latent trait yang diukur dengan tes tersebut. Dengan
membantu dalam seleksi item tes. Fungsi informasi tes merupakan
jumlah dari fungsi informasi item penyusunan tes tersebut.
Berhubungan dengan hal ini, fungsi informasi perangkat tes akan
tinggi jika item tes mempunyai fungsi informasi yang tinggi pula.
I. Program QUEST
Menurut Subali (2010: 28), analisis item menggunakan program
QUEST memberikan informasi hasil analisis item menurut teori tes klasik
(classical test theory atau CTT) dan menurut teori tes modern atau teori
respons item (item response theory atau IRT). IRT hasil program QUEST
mengacu kepada model logistic satu parameter (1-parameter logistic) atau
disingkat model 1-PL. Dalam hal ini parameter yang dimaksud adalah
tingkat kesulitan item. Model ini dikenal dengan model rasch untuk data
dengan skala dikotomus (kategori-1 bila memiliki skor 0 dan kategori-2
bila memiliki skor 1). Untuk data dengan skala politomus (lebih dari dua
kategori (misalnya kategori-1bila memiliki skor 0, kategori-2 bila
memiliki skor 1, kategori-3 bila memiliki skor 2, dan dapat ditambah
kategori selanjutnya sesuai dengan penambahan skor yang dimiliki).
Program QUEST dapat menganalisis data skala politomus sampai
10 kategori (kategori terendah yakni kategori-1 yakni berskor 0 karena
salah atau melewatinya, dan kategori tertinggi adalah kategori-10 yakni
kategori berskor 9 karena tidak mengerjakan akibat kehabisan waktu.
Analisis item menggunakan IRT ada yang melakukan kalibrasi
(diberi simbol β atau b) sehingga disebut model satu paramemeter logistik
atau model 1-PL atau disebut Model Rasch (Rasch Model).
Dari penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan pada analisis
butir soal kognitif dengan program QUEST menggunakan model Rasch,
data yang dimasukan berupa data dikotomi pada soal pilihan ganda. Untuk
instrumen yang jawabannya dikotomi dapat dinyatakan dengan huruf
mulai dari A sampai dengan I atau dengan angka dari 0 sampai dengan 9.
J. Pengelolaan Buku Jurnal
1. Persiapan Pengelolaan Buku Jurnal
a. Peralatan yang diperlukan dalam pengelolaan buku jurnal
Dalam pengertian akuntansi jurnal adalah catatan transaksi
keuangan yang pertama dibuat bersumber dari bukti transaksi.
Pencatatan transaksi dalam buku jurnal merupakan kegiatan
pertama dalam rangkaian kegiatan akuntansi. Pada perusahaan
yang menyelenggarakan akuntansi secara manual, pelatan dan
bahan yang diperlukan dalam pengelolaan buku jurnal antara lain
terdiri atas:
a. Bukti transaksi yang telah dinyatakan absah
b. Buku jurnal baik buku jurnal umum maupun buku jurnal
khusus
c. Alat tulis kantor seperti kertas, pinsil, bolpoin, penghapusan
dan penggaris
e. Formulir laporan
b. Identifikasi data transaksi
Mencatat bukti transaksi dalam buku jurnal ialah mencatat
data transaksi yang tercantum dalam bukti transaksi.
Mengidentifikasi (penentuan) data transaksi lebih kepada
penentuan jenis transaksi dan kelengkapan data yang terkait
sehubungan dengan kepentingan akuntansi, sehingga dapat dicatat
dalam buku jurnal yang tepat dan buku yang terkait lainnya.
Sebagai contoh, faktur yang dibuat dan dikeluarkan oleh
perusahaan sendiri. Transaksi yang terjadi ialah transaksi penjualan
yang harus dicatat dalam buku jurnal penjualan dan buku pembantu
piutang. Sementara data yang harus ada untuk kepentingan
akuntansi terdiri atas:
1) Nama debitor kepada siapa barang dijual
2) Jenis, type barang yang dijual
3) Kuantum (banyaknya) satuan barang yang dijual
4) Harga satuan barang yang dijual
5) Jumlah rupiah harga barang, PPN dan jumlah rupiah terhutang.
2. Pencatatan Transaksi
a. Mekanisme debit kredit dan saldo normal akun
Mekanisme debet kredit merupakan salah satu konsep penting
dalam mempelajari akuntansi. Mekanisme debet kredit adalah
pengolahan data-data keuangan perusahaan yang telah disepakati
secara umum dan aturan ini berlaku secara universal. Mekanisme
debet kredit dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Mekanisme Debet Kredit
Dari gambar di atas, dapat disimpulkan saldo normal akun
sebagai berikut.
Tabel 2.2 Saldo Normal Kelompok Akun
Kelompok Akun Bertambah Berkurang Saldo Normal
Aset Debet Kredit Debet Liabilitas Kredit Debet Kredit Ekuitas Kredit Debet Kredit Pendapatan Kredit - Kredit
1) Saldo normal asset
Saldo norma aset pada umumnya adalah di sisi debet, artinya
nilai sisa atau saldo akun aset ada di sisi debet. Hal ini berarti
pula jika akun aset bertambah akan dicatat di sisi debet.
Meskipun begitu, ada beberapa akun aset yang memiliki saldo
normal di kredit, seperti akumulasi penyusutan aset tetap dan
amortisasi aset tetap tidak berwujud. Akun yang demikian
disebut akun lawan (contra account).
Tabel 2.3 Saldo Normal Akun Aset
Nama Akun Bertambah Berkurang Saldo
Normal
Kas Debet Kredit Debet Piutang Usaha Debet Kredit Debet Perlengkapan Debet Kredit Debet Sewa dibayar di
will Kredit Debet Kredit
2) Saldo normal liabilitas
Saldo normal liabilitas adalah di sisi kredit, artinya saldo akhir
setiap akun liabilitas adalah di sisi kredit. Hal ini berarti pula
Tabel 2.4 Saldo Normal Akun Liabilitas
Nama Akun Bertambah Berkurang Saldo
Normal
Utang usaha Kredit Debet Kredit Utang wesel Kredit Debet Kredit Utang dagang Kredit Debet Kredit Sewa diterima di muka Kredit Debet Kredit Gaji yang masih harus
dibayar Kredit Debet Kredit Utang bank Kredit Debet Kredit Utang hipotek Kredit Debet Kredit
3) Saldo normal ekuitas
Saldo normal kelompok akun ekuitas adalah di sisi kredit,
berarti nilai sisa atau saldo akun-akun ekuitas ada di sisi kredit.
Namun terdapat akun lawan dari ekuitas, yaitu pengambilan
pribadi pemilik (prive) dan laba yang dibagikan (dividen) yang
bersaldo normal kredit.
Tabel 2.5 Saldo Normal Akun Ekuitas
Nama Akun Bertambah Berkurang Saldo Normal
Modal Luthfi Kredit Debet Kredit Modal Djuandi Kredit Debet Kredit Modal sahan Kredit Debet Kredit Laba ditahan Kredit Debet Kredit Pengambilan
pribadi/prive Debet Kredit Debet Dividen Debet Kredit Debet
4) Saldo normal pendapatan
Pendapatan termasuk kelompok akun nominal yang sifatnya
menambah ekuitas. Saldo normal pendapatan sama dengan
saldo normal ekuitas, yaitu di sisi kredit. Pada saat tertentu jika
di sisi kredit. Hal ini berarti jika pendapatan bertambah akan
dicatat di sisi kredit.
Tabel 2.6 Saldo Normal Akun Pendapatan
Nama Akun Bertambah Berkurang Saldo
Normal
Pendapatan salon Kredit - Kredit Pendapatan bengkel Kredit - Kredit Pendapatan bunga Kredit - Kredit Pendapatan komisi Kredit - Kredit Penjualan Kredit - Kredit Pendapatan lain-lain Kredit - Kredit
5) Saldo normal beban
Beban termasuk kelompok akun nominal yang bersifat
mengurangi ekuitas. Dengan demikian, saldo normal beban
berlawanan dengan saldo normal pendapatan, yaitu di sisi
debet. Jika beban bertambah akan dicatat di sisi debet. Dalam
keadaan normal beban tidak pernah berkurang dalam setiap
periodenya.
Tabel 2.7 Saldo Normal Beban
Nama Akun Bertambah Berkurang Saldo
Normal
Beban gaji Debet - Debet Beban bunga Debet - Debet Beban listrik, air,
dan telepon Debet - Debet Beban