• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Malondialdehida (MDA) dan Gambaran Histopatologi Organ Paru pada Hewan Model Tikus (Rattus norvegicus) Asma dengan Induksi Lipopolisakarida

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kadar Malondialdehida (MDA) dan Gambaran Histopatologi Organ Paru pada Hewan Model Tikus (Rattus norvegicus) Asma dengan Induksi Lipopolisakarida"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kadar Malondialdehida (MDA) dan Gambaran Histopatologi Organ Paru pada Hewan Model Tikus (Rattus norvegicus) Asma dengan Induksi Lipopolisakarida

Malondialdehyde (MDA) Level and Lung Histopathology of Asthma in Mouse (Rattus norvegicus) Model with Lipopolysaccharide Induction

Christina Dewi Pusparini., Aulanni’am, Dyah Ayu Oktavianie

Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Universitas Brawijaya

christina_vetmed@ymail.com ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh paparan LPS pada rongga mulut terhadap keparahan asma melalui pengukuran kadar malondialdehida (MDA) dan gambaran histopatologi organ paru. Penelitian ini menggunakan tiga kelompok tikus, yaitu kelompok kontrol, kelompok asma, dan kelompok asma dengan injeksi LPS intrasulkuler. Sensitisasi alergi pada tikus dilakukan dengan cara pemberian ovalbumin (OVA) yang dilakukan dengan cara injeksi intraperitonial dan inhalasi, sedangkan paparan LPS dilakukan dengan cara injeksi LPS bakteri Phorpyromonas ginggivalis pada sulkus ginggiva tikus. Kadar MDA dianalisis menggunakan metode Thiobarbaturic Acid (TBA) dan pembuatan preparat histopatologi organ paru dengan metode pewarnaan Hematoksilin-Eosin (HE). Hasil penelitian menunjukkan paparan LPS dalam rongga mulut mampu meningkatkan kadar MDA secara signifikan (p<0,05) dan pada gambaran histopatologi organ paru terlihat adanya perubahan yaitu kerusakan epitel bronkus. Paparan LPS pada rongga mulut secara umum mampu meningkatkan keparahan asma melalui peningkatan kadar MDA organ paru sebesar 36% dan kerusakan epitel pada bronkus.

Kata Kunci: Asma, LPS, MDA, Histopatologi.

ABSTRACT

This research were conducted to determine the effect LPS exposure in oral cavity toward malondialdehyde (MDA) level and histopathology of Lung. Three groups of rats (Rattus norvegicus) were used in this research which are control group, asthma group, and intrasulculary injected LPS asthma group. Allergy sensitization were induced by intraperitonial ovalbumin (OVA) injection, LPS exposure were conducted by injection of Phorpyromonas ginggivalis LPS in rat’s gingival sulcus. Malondialdehida level assessed by Thiobarbituric acid (TBA) method and slide of histopathology lung prepared and stained by haematoxylin-eosin (HE). This investigation demonstrated that LPS exposure in oral cavity increased MDA level significantly (p<0,05) and in histopathologic observation of lung visible present of lungs damage, especially damage of the bronchial epithelium. Lipopolysaccharide exposure in oral cavity increased asthma severity through increasing MDA levels by 36% and damage of the bronchial epithelium.

(2)

2 PENDAHULUAN

Asma merupakan penyakit multifaktorial kompleks yang terjadi di saluran pernafasan sehingga diperlukan hewan coba untuk mempelajari mekanisme asma yang disebabkan oleh induksi alergen yang mendasari terbentuknya reaksi imunologis dan respon inflamasi. Gejala asma berhubungan dengan inflamasi yang akan menyebabkan obstruksi dan hiperesponsivitas, hipersekresi mukus, edema dinding saluran pernapasan, deskuamasi epitel, infiltrasi sel inflamasi serta remodeling dari saluran pernafasan (Busse & Lemanske, 2001; National Heart, Lung, and Blood Institute, 2007). Beberapa data penelitian terbaru menyebutkan bahwa lipopolisakarida (LPS) dari bakteri Gram negatif merupakan faktor resiko yang menyebabkan keparahan asma. Hiperesponsifitas dan penyempitan saluran pernapasan muncul sebagai dampak paparan LPS oleh bakteri Gram negatif pada penderita asma. Namun mekanisme keparahan asma akibat paparan LPS masih relatif sedikit diketahui (Schwartz, 2002; Utomo, 2006).

Infeksi LPS yang menyebabkan keparahan asma diyakini terjadi melalui beberapa mekanisme salah satunya melalui mekanisme neurogenik yang dikemukakan oleh Meggs, 1993 (Schwartz, 2002; Utomo, 2006). Lipopolisakarida merupakan endotoksin dari bakteri yang dapat direspon oleh sel-sel inflamator dan mengakibatkan inflamasi dengan melepaskan senyawa mediator inflamasi seperti eosinofil, neutrofil, monosit, makrofag, sitokin proinflamatori. Sel-sel inflamasi dan sel struktural yang teraktivasi akibat inflamasi pada asma akan menghasilkan

oksidan reaktif dan nitrogen (ROS dan RNS) sebagai respon terhadap beberapa rangsangan (Caramori & Papi, 2004). Ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan di dalam tubuh mengakibatkan stres oksidatif.

Radikal bebas yang dihasilkan karena adanya ROS dapat menyebabkan kerusakan seluruh membran biologis dengan cara menyerang protein, lipid, asam nukleat, dan gliko-konjugat. Peroksidasi lipid merupakan proses oksidasi asam lipid tidak jenuh berantai panjang (polyunsaturated fatty acids atau PUFA) pada membran sel yang menghasilkan radikal peroksida-lipid, hidroperoksida dan produk aldehida, misalnya malondialdehida (MDA) (Sharma et al., 2003). Perhitungan kadar MDA merupakan salah satu parameter penting untuk menentukan peroksidasi lipid dan kerusakan oksidatif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan kadar MDA sebagai penanda adanya stres oksidatif dan mengetahui tingkat keparahan asma berdasarkan gambaran histopatologi paru yaitu berupa kerusakan epitel pada bronkus. pada organ paru tikus (Rattus norvegicus) model asma yang diinduksi LPS. Oleh karena itu, Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini dapat mengetahui kadar MDA dan tingkat keparahan asma berdasarkan histopatologi organ paru yang diisolasi dari hewan coba tikus (Rattus norvegicus) model asma yang diinduksi oleh LPS serta dapat digunakan sebagai informasi kajian ilmiah tentang patomekanisme keparahan asma apabila terpapar alergen LPS.

MATERI DAN METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih (Rattus norvegicus), ovalbumin (Sigma-Aldrich, 950512), AlOH3,

Phosphat Buffer Saline (PBS), Na Phys , LPS1435/1449 dari bakteri Porphyromonas

gingivalis (Astarte Biologics), standar MDA, TCA 100%, HCl, Na-Thio 1%, NaCl fisiologis 0,9%, washing buffer, alkohol 70%, alkohol 90%, alkohol 95%, alkohol absolut, xilol, parafin, aquades, dan pewarna histologi hematoksilin eosin. Peralatan yang

(3)

3 dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain spuit, kandang tikus, scalpel , gunting, gelas objek, mortar, microtube, vortex, water bath 100oC, Omron CompAir Compressor Nebulizer, spektrofotometer Shimadzu UV-visible spectrophotometer UV-1601, dan mikroskop Olympus BX51.

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus norvegicus), dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing terdiri dari 6 ekor tikus sebagai ulangan antara lain kelompok kontrol yaitu kelompok tikus tanpa sensitisasi alergi OVA dan tanpa injeksi LPS; Kelompok tikus asma yaitu tikus dengan dua kali injeksi OVA dengan dosis 10 μg/ml secara intraperitoneal dan nebulasi OVA dalam NaCl steril dengan dosis dari 1 mg/ml selama 20 menit; Kelompok tikus asma dengan diinduksi LPS yaitu tikus dengan injeksi OVA dengan dosis 10 μg/ml secara intraperitoneal dan nebulasi OVA dalam NaCl steril dengan dosis dari 1 mg/ml selama 20 menit dengan penambahan injeksi LPS dengan dosis 1 μg/ml

pada sulkus gingiva molar rahang atas kiri tikus.

Dislokasi dan pembedahan tikus untuk mengisolasi organ paru dilakukan 30 menit setelah pemberian OVA secara inhalasi, kemudian dilakukan isolasi protein yang digunakan dalam uji TBA (Thiobarbituric acid) reactivity test untuk mengetahui kadar MDA organ paru. Uji ini didasarkan pada reaksi kondensasi antara satu molekul MDA dengan dua molekul TBA pada kondisi asam. Sampel uji TBA diukur absorbansinya dengan spektrofotometer Shimadzu UV-visible spectrophotometer UV-1601 pada panjang gelombang maksimum 533 nm dan dilakukan pengukuran kadar MDA dengan cara memasukkan nilai absorbansi ke dalam persamaan regresi yang telah didapatkan dari pembuatan kurva baku MDA. Prosedur pembuatan preparat histopatologi organ paru terdiri dari fiksasi, dehidrasi dan infiltrasi, penjernihan, infiltrasi paraffin, embedding, sectioning, penempelan di gelas objek, dan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran kadar MDA pada organ paru pada 3 kelompok hewan coba tikus

(Rattus norvegicus) tertera dalam Tabel 1. dan Gambar 1.

Tabel 1. Perbandingan Kadar MDA pada kelompok kontrol, asma, dan asma+LPS Kelompok Perlakuan Kadar MDA (mg/ml) % Peningkatan Kadar MDA Tikus ke- Rata-rata 1 2 3 4 5 6 Kontrol 3.350 4.175 3.525 4.475 4.262 3.212 3.833 - - Asma 4.925 5.850 5.600 5.262 5.450 5.362 5.408 41 - Asma+LPS 7.125 6.650 8.362 7.837 6.855 7.212 7.339 91 36

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa paparan LPS pada kelompok perlakuan, memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap kadar MDA organ paru (p<0.05). Kadar MDA kelompok tikus asma yang diinduksi LPS (7,339±0,643) lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok tikus asma yang tidak diinduksi dengan LPS (5,408±0,313), sedangkan kedua kelompok memiliki nilai kadar MDA lebih tinggi dari tikus kontrol (3,833±0,534) (Tabel 1).

(4)

4 Perbedaan kadar MDA organ paru (p<0.05) yang signifikan terjadi antara kelompok tikus asma yang lebih tinggi daripada kelompok tikus kontrol. Hal ini menunjukkan kelompok tikus asma mengalami kerusakan organ paru yang disebabkan oleh adanya stress oksidatif akibat terjadinya inflamasi saluran pernafasan yang ditandai dengan meningkatnya kadar MDA sebesar 41% terhadap kelompok tikus kontrol (Tabel 1). Tikus asma dihasilkan dengan cara melakukan induksi asma dengan pemberian OVA sebagai alergen. Metode ini telah diketahui berhasil untuk membuat model hewan coba asma seperti yang pernah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain Heriprasetya (2007) & Yim et al. (2007). Sensitisasi alergi pada penelitian ini menggunakan alergen tersebut disertai dengan adjuvan yaitu alumunium hydroxide (AlOH3)

yang diketahui dapat membantu pembentukan fenotip T helper 2 (Th2) oleh sistem imun ketika terpapar antigen.

Inflamasi pada asma mengaktivasi sel inflamator yaitu sel mast dan sel Th2 yang merangsang produksi mediator inflamasi. Hal ini akan menghasilkan oksidan reaktif (radikal bebas) atau Reactive Oxygen Species (ROS) sebagai respon terhadap beberapa rangsangan (Caramori & Papi, 2004). Tingginya jumlah radikal bebas akibat adanya proses inflamasi mengakibatkan terjadinya penurunan aktivitas enzim antioksidan yang berfungsi sebagai scavenger radikal bebas. Enzim antioksidan tersebut tidak mampu menetralisasi adanya radikal bebas di dalam tubuh sehingga terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan yang mengakibatkan terjadinya stres oksidatif.

Peroksidasi lipid adalah penanda tidak langsung adanya stress oksidatif akibat radikal bebas. Peroksidasi lipid merupakan proses oksidasi asam lipid tak jenuh rantai panjang (Polyunsaturated Fatty Acid atau PUFA) pada membran sel yang menghasilkan radikal peroksidasi-lipid hidroperoksida dan produk

aldehida, misalnya MDA. Hal ini seperti yang telah dijelaskan oleh Grotto et al., 2009 bahwa target radikal bebas atau ROS adalah ikatan ganda karbon-karbon dari PUFA.

Perbedaan kadar MDA organ paru (p<0.05) yang signifikan juga terjadi antara kelompok tikus asma dengan paparan LPS yang lebih tinggi daripada kelompok tikus asma. Hal ini menunjukkan bahwa paparan LPS pada tikus asma berpengaruh terhadap kadar MDA yang ditandai dengan meningkatnya kadar MDA sebesar 36% pada kelompok tikus asma dengan paparan LPS terhadap kelompok tikus asma (Tabel 1). Derajat inflamasi pada asma akan meningkat seiring dengan adanya paparan LPS. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Jung et al. (2006), bahwa LPS memiliki potensi untuk memodulasi terjadinya inflamasi pada saluran pernafasan.

Adanya peningkatan kadar MDA secara signifikan membuktikan bahwa pemberian LPS dengan dosis 1µg/mL yang diinjeksikan secara intrasulkuler pada tikus direspon oleh sistem imun tubuh melalui jalur Th2. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Keun Kim et al. (2007) bahwa pemberian LPS dosis rendah (0,1 μg dan1 μg) akan menginduksi asma tipe 2 yang ditandai dengan hiperesponsivitas saluran pernapasan, inflamasi eosinofil, dan peningkatan regulasi IgE, sedangkan pemberian LPS dengan dosis tinggi (10 μg dan 100 μg) akan menginduksi asma ditandai dengan hiperesponsivitas saluran pernapasan, inflamasi non-eosinofilik dan tanpa terjadi peningkatankadar IgE. Eisenbarth et al. (2002) juga menyebutkan dalam penelitiannya bahwa paparan LPS dengan dosis rendah akan menginduksi respon imun Th2 pada hewan model tikus yang sudah disensitisasi alergen sedangkan paparan dosis tinggi akan menginduksi respon imun Th1.

Pada penelitian ini LPS yang digunakan, yaitu LPS Porphyromonas gingivalis bersifat sangat heterogen karena mengandung lebih dari satu jenis lipid A sehingga mampu

(5)

5 berinteraksi dengan Tool-Like Receptor 2 (TLR2) maupun TLR4. (Darveau et al., 2004). Selain itu LPS yang diberikan tergolong paparan dengan dosis rendah, sehingga antigen yang masuk ke dalam tubuh dalam hal ini LPS, akan mengaktivasi jalur TLR2. Aktivasi TLR2 akan menginduksi respon imun melalui jalur Th2 dan akan mengaktivasi sel inflamator yang menghasilkan oksidan reaktif (radikal

bebas) sebagai respon terhadap beberapa rangsangan.

Pemeriksaan histopatologi organ paru pada kondisi asma didapatkan infiltrasi sel radang, kerusakan epitel bronkus, dan produksi sekret yang sangat kental. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui adanya keparahan asma pada gambaran histopatologi organ paru yaitu kerusakan epitel bronkus.

Preparat organ paru dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin pada Gambar 2. menunjukkan perbandingan kondisi kerusakan jaringan organ paru yaitu pada bagian epitel bronkus tikus kontrol, tikus asma, dan tikus asma yang dipapar oleh LPS. Hal ini membuktikan bahwa pemberian LPS dengan

dosis 1 µg/ml dapat memperparah kerusakan epitel bronkus. Epitel bronkus tikus kontrol (Gambar 2.A) terlihat dalam kondisi normal, yang mana sel-sel epitel masih kompak dan berbentuk epitel silindris bertingkat bersilia. Pada tikus asma (Gambar 2.B) sel-sel epitel mengalami kerusakan yaitu perubahan struktur Gambar 2. Hasil Pewarnaan HE pada preparat organ paru tikus dengan

perbesaran 200x

Keterangan: A= Organ paru tikus kontrol; B=Organ paru tikus asma; C=Organ paru tikus asma yang dipapar LPS

Tanda panah kuning: kerusakan struktur epitel

Tanda panah merah : pelepasan epitel dari membran basalis

A

B

(6)

6 dari berbentuk epitel silindris bertingkat bersilia menjadi tidak beraturan dan terjadi pelepasan epitel dari membran basalis. Kerusakan epitel pada tikus asma yang dipapar oleh LPS (Gambar 2.C) menunjukkan adanya perubahan struktur dan pelepasan epitel dari membran basalis yang lebih besar.

Gambaran histopatologi bronkus dari organ paru tikus asma yang dipapar oleh LPS menunjukkan kerusakan epitel paling besar dibandingkan dengan kondisi epitel pada tikus asma, sedangkan pada tikus kontrol tidak terlihat adanya kerusakan pada epitel bronkus. Hal ini membuktikan bahwa paparan LPS pada tikus asma mampu memperparah kondisi asma. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Utomo (2006) bahwa LPS merupakan salah satu alergen berasal dari bakteri Gram negatif yang diketahui dapat menginduksi terjadinya inflamasi pada saluran pernafasan sehingga memperparah kondisi asma. Inflamasi persisten pada kondisi asma menyebabkan perubahan struktur histologi atau remodeling jalan nafas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Palmans (2002) menunjukkan bahwa paparan alergen secara berkelanjutan dan terus-menerus dapat merangsang terjadinya inflamasi pada saluran pernafasan yang berakibat terjadinya remodeling jalan nafas berupa terjadinya kerusakan epitel dan hipertropi otot polos. Kerusakan epitel tersebut ditandai dengan adanya perubahan struktur epitel yang semula berbentuk epitel silindris bertingkat bersilia menjadi tidak berarturan dan pelepasan epitel dari membran basalisnya.

Kerusakan epitel pada saluran pernafasan terutama bronkus terjadi akibat adanya inflamasi. Inflamasi saluran pernafasan mengakibatkan dilepaskannya beberapa macam mediator yang dapat mengaktivasi sel target di saluran nafas. Kerusakan epitel pada saluran pernafasan terjadi karena adanya mediator inflamasi yaitu eosinophil yang dilepaskan pada saat proses inflamasi, kebocoran mikrovaskular, hipersekresi mukus, dan adanya radikal bebas reaktif akibat aktivasi sel dan

pelepasan mediator inflamasi yang merusak membran biologis penyusun sel-sel epitel (Supartini et al., 1995).

Inflamasi yang terjadi pada asma akan menyebabkan aktivasi sel mast dan sel Th2 di saluran pernafasan. Keadaan tersebut akan merangsang aktivasi dari sel inflamasi salah satunya adalah eosinofil. Eosinofil akan melepaskan enzim proteolitik berupa Major Basic Protein dan Eosinophil Cationic Protein yang bersifat toksik terhadap sel epitel. Major Basic Protein dapat merusak sel-sel epitel karena memiliki daya destruksi terhadap epitel mukosa, sedangkan Eosinophil Cationic Protein menstimulasi kelenjar-kelenjar mukosa, submukosa dan sel goblet sehingga menyebabkan hipersekresi mukus. Hipersekresi mukus yang terjadi akibat terjadinya hipertrofi kelenjar submukosa dan hyperplasia sel goblet akan mengurangi bahkan melumpuhkan pergerakan silia. Donno et al., 2000 menjelaskan bahwa hal ini akan mempengaruhi lama inflamasi dan menyebabkan kerusakan struktur epitel.

Pelepasan beberapa mediator inflamasi seperti histamin, bradikinin, dan leukotrin dapat menyebabkan kontraksi sel endotel sehingga terjadi ekstravasasi makromolekul. Barnes (1989) menjelaskan bahwa terjadinya ekstravasasi makromolekul merupakan mekanisme terjadinya kebocoran mikrovaskuler yang terjadi pada pembuluh darah venula akhir kapiler. Kebocoran mikrovaskuler mengakibatkan edema saluran napas sehingga terjadi pelepasan epitel, diikuti penebalan submukosa.

Proses inflamasi yang mengaktivasi sel-sel inflamasi dan melepaskan mediator-mediator inflamasi akan menghasilkan radikal bebas yang dapat merusak protein, asam lipid tak jenuh, lipoprotein dan DNA termasuk karbohidrat. Wood et al. (2000) & Nadeem et al. (2003) menjelaskan bahwa NO pada saluran pernafasan dihasilkan oleh berbagai jenis sel termasuk epitel saraf saluran nafas, sel-sel inflamasi dan sel endotel pembuluh darah.

(7)

7 Nitrit oxide juga bereaksi dengan anion superoksida untuk menghasilkan peroxynitrite (ONOO-), yang merupakan molekul sitotoksik

kuat dan dapat merusak epitel-epitel pada saluran pernafasan termasuk epitel pada bronkus.

KESIMPULAN

Paparan LPS dengan dosis 1µg/ml mampu meningkatkan kadar MDA sebagai penanda adanya stress oksidatif pada organ paru tikus asma sebesar 36%. Tingkat

keparahan asma teramati oleh adanya pelepasan epitel dari membran basalis pada bronkus.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Aulanni’am, drh.DES atas bimbingan dan kesempatan dalam mengikuti payung penelitiannya. drh.Dyah Ayu Oktavianie A.P., M.Biotech atas bimbingannya. M. Hilman Fuadil Amin atas

masukan dan inspirasi yang telah diberikan. Galuh Pawestri P., Risang Renanda, dan Bedhi Kuswantoro selaku teman sekelompok penelitian, serta staf Laboratorium Biokimia dan Fisiologi Hewan Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya.

DAFTAR PUSTAKA

Barnes PJ.1989 New concept in

pathogenesisof bronchial

hyperesponsiveness and asthma. J Allergy Clin Immunol. 83:1013-23 Busse, W.W. & R.F. Lemanske, Jr. 2001.

Asthma. The New England Journal of Medicine 344(5): 350-362

Caramori, G., & A. Papi. 2004. Oxidants and Asthma. Thorax Vol 59 (2): 170-173 Darveau, R.P., T.T. Pham, K. Lemley, R.A.

Reife, B.W. Bainbridge, S.R. Coats, W.N. Howald,S.S. Way, dan A.M. Hajjar. 2004. Porphyromonas gingivalis Lipopolysaccharide Contains Multiple Lipid A Species That Functionally Interact with Both Toll-Like Receptors 2 and 4. Infect. Immun. 72(9) : 5041–5051

Donno, M.D., D. Bittesnich., A. Chetta., D. Olivieri., & M.T. Lopez-Vidriero. 2000. The effect of inflammation on mucociliary clearance in asthma. Chest; 118: 1142-9

Eisenbarth, S.C., D.A. Piggott., J.W. Huleatt., I. Visintin., C.A. Herrick., & K. Bottomly. 2002. Lipopolysaccharide-enhanced, Toll-like Receptor4–dependent THelper Cell Type 2 Responses toInhaled Antigen. JExp Med 196 (12): 1645-1651 Grotto D., Barcelos G.R., Valentini J.,

An-tunes L.M., Angeli J.P., Garcia S.C. 2009. Low Levels Of Methylmercury Induce Dna Dam-Age In Rats: Protective Effects Of Selenium. Arch Toxicol 83:249-5

(8)

8 Heriprasetya D. 2007. Efek pemaparan

ovalbumin aerosol terhadap eosinofilia bronkus pada mencit Balb/C. Nexus Medicus, J Ilmiah Penelitian Medis. 18(1):8-15

Jung, Y.W., T. R. Schoeb., C.T. Waever., D.D. Chaplin. 2006. Antigen and

Lipopolysaccharide Play

SynergisticRoles in the Effector Phase of AirwayInflammation in Mice. American Journal of Pathology 168 (5)

Keun Kim, Y., S. Young Oh., S. Gyu Jeon., H. Woo Park., S. Yeon Lee., E. Young Chun., B. Bang., H. Seung Lee., M. Hee Oh., Y. Sun Kim., J. Hoon Kim., Y. Song Gho., S. Heon Cho., K. Up Min., Y. Young Kim., & Z. Zhu. 2007. Airway Exposure Levels of Lipopolysaccharide Determine Type 1 versus Type 2 Experimental Asthma. The Journal of Immunology 178: 5375-5382

Meggs W.J. 1993. Neurogenic inflammation and sensitivity to environmental chemical. Environ Health Perspect. 101: 234-8

Nadeem, A., S.K. Chhabra., A. Masood., & H.G. Raj. 2003. Increased oxidative stress and altered levels of antioxidant in asthma. J Allergy Clin Immunol (I) Volume 111

National Heart Lung and Blood Institute (NHBLI). 2007. National Asthma Education and Prevention Program. Expert Panel Report 3: Guidelines for the Diagnosis and Management of Asthma. Full Report

Palmans, E., N.J. Vanacker., R.A. Pauwels., & J.C. Kips. 2002. Effect of Age on Allergen Induced Structural Airway Changes in Brown Norway Rats. Am J Respir Crit Care Med Vol 165: 1280– 1284

Schwartz, D. A. 2002. The Genetics of Innate Immunity. Chest Journal 121 : 62S–68S

Sharma, A., S. Bansal, dan R.K. Nagpal. 2003. Lipid Peroxidation in Bronchial Asthma. Indian Joumal of Pediatrics 70(9) : 715-717

Supartini N, Santoso DI, Kardjito T. 1995. Konsep baru patogenesis asma bronkial. J Respir Indo. 15:156-62

Utomo, H. 2006. Management of Oral Focal Infection in Patients with Asthmatic Symptoms. Dent. J. (Maj. Ked. Gigi) 39(3) :120–125

Wood, L.J., D.A. Fitzgerald., P.G. Gibson., D.M. Cooper., & M.L. Garg. 2000. Lipid peroxidation as determined by plasma isoprostanes is related to disease severity in mild asthma. Lipids; 35:967-74s Yim Y.K., Lee H., Hong K.E., Kim Y.I., Ko

S.K., Kim J.E. 2007. Antiinflammatory and immune-regulatory effects of subcutaneous Perillae fructus extract injections on OVA-induced asthma in mice. eCAM. 7(1):79-86

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Kadar MDA pada kelompok kontrol, asma, dan asma+LPS  Kelompok  Perlakuan  Kadar MDA (mg/ml)  % Peningkatan Kadar MDA Tikus ke- Rata-rata  1  2  3  4  5  6  Kontrol  3.350  4.175  3.525  4.475  4.262  3.212  3.833  -  -  Asma  4.925  5

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan kadar asam nitrat (NO 3 - ) dalam efluen proses secara proses destruksi berguna untuk mempersiapkan umpan proses ekstraksi- pelarut[8-9], sedangkan

Model RWM dan GWMWR yang dibahas pada penelitian ini dikonstruksi dari fungsi survival bersama distribusi Weibull multivariat yang dikembangkan oleh Lee dan Wen

PEMERINTAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT DINAS PEKERJAAN UMUM.. PEJABAT

Usaha Tunku Abdul Rahman untuk melantik Khatijah sebagai Pegawai Penerangan Pergerakan Kaum Ibu UMNO bagi membangunkan Kaum Ibu UMNO seperti yang dicadangkan oleh Khatijah sendiri

Al-Maslahah al-Hajiyyah yaitu kemaslahatan yang dibutuhkan dalam menyempurnakan kemaslahatan pokok atau mendasar sebelumnya yang berbentuk keringanan untuk mempertahankan

Kedua , titik temu antara pan- dangan Imam Malik dan Imam al- Ghazali tentang maslahat yaitu harus sejalan dengan penetapan hukum Islam, maslahat tidak

Karakteristik angka kejadian phlebitis yang terjadi berdasarkan penyebabnya masih variatif, penyebab yang sering terjadi pada pasien sering dipengaruhi diantaranya adalah

Penelitian ini bertujuan: 1) Mengindentifikasikan karakteristik petani kedelai Program SL-PTT Kedelai di lahan sawah dan darat, 2) Mengindentifikasikan respons