• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA

STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA

KARYA

3.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN PENATAAN RUANG

3.1.1 ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN PENATAAN RUANG

3.1.1.1 Visi dan Misi RPJMN 2015-2019

Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka visi pembangunan nasional untuk tahun 2015-2019 adalah:

‘TERWUJUDNYA INDONESIA YANG BERDAULAT, MANDIRI, DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG-ROYONG’

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan yaitu:

1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional.

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

3.1.1.2 Agenda Prioritas Pembangunan Nasional

(2)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai III-2

1 Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga negara.

2 Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya.

3 Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

3.1.2 ARAHAN PENATAAN RUANG

3.1.2.1 MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

Sesuai dengan Perpres No.32 Tahun 2011, dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan untuk melengkapi dokumen perencanaan guna meningkatkan daya saing perekonomian nasional yang lebih solid, diperlukan adanya suatu masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia yang memiliki arah yang jelas, strategi yang tepat, fokus dan terukur maka perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025.

MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan

Penjelasan umum koridor ekonomi :

1. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sumatera dengan tema “Sentra Produksi dan pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional” adalah kelapa sawit, batu bara, karet, dan besi baja. Selain itu ada tambahan satu kegiatan, yaitu pengembangan kawasan strategis nasional yaitu pembangunan jembatan selat sunda.

2. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Jawa dengan tema “Pendorong Industri dan Jasa Nasional” adalah industri makanan dan minuman, tekstil, peralatan transportasi, perkapalan, alutista, telematika, migas, pariwisata, besi baja, dan sektor lain.

3. Koridor Ekonomi Kalimantan adalah sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasl Tambang dan Lumbung Energi Nasional.

4. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Bali-Nusa Tenggara dengan tema “Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional” adalah: pariwisata, peternakan, dan perikanan.

5. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Sulawesi dengan tema “Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, Perikanan, Migas, dan Pertambangan Nasional” adalah pariwisata, perikanan, dan peternakan.

6. Kegiatan ekonomi utama MP3EI koridor Maluku-Papua dengan tema “Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan pertambangan Nasional” adalah pertanian tanaman pangan, tembaga, nikel, migas, dan perikanan.

3.1.2.2 MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PENGURANGAN KEMISKINAN INDONESIA (MP3KI)

(3)

program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia (MP3KI). Program ini langsung menyasar masyarakat bawah yang mengalami kemiskinan ekstrim di Indonesia. Sebagai program andalan, MP3KI ini juga bertujuan untuk mengimbangi rencana besar pembangunan ekonomi yang terintegrasi dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

MP3EI digulirkan guna menjaga stabilitas makro-ekonomi, mendorong percepatan pertumbuhan sektor riil, memperbaiki iklim investasi, mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur, menguatkan skema kerja sama pembiayaan investasi dengan swasta, ketahanan energi, ketahanan pangan, reformasi birokrasi dan tata kelola, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) dan inovasi teknologi.

Fokus kerja MP3KI tertuang dalam sejumlah program, pertama, penanggulangan kemiskinan eksisting Klaster I, berupa bantuan dan jaminan/perlindungan sosial. Lalu di Klaster II adalah pemberdayaan masyarakat, Klaster III tentang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (KUMKM), dan Klaster IV adalah program prorakyat. Kedua, transformasi perlindungan danbantuan sosial. Ketiga, pengembangan livelihood, pemberdayaan, akses berusaha & kredit, dan pengembangan kawasan berbasis potensi lokal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

Tahapan pelaksanaan MP3KI menjadi 3 (tiga) tahapan yaitu:

TAHAP 1 (Periode 2013-2014)

(4)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

• Tidak ada program baru kemiskinan. Perbaikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang berjalan selama ini, melalui cara “KEROYOKAN” DI KANTONG-KANTONG KEMISKINAN, SINERGI LOKASI DAN WAKTU, SERTA PERBAIKAN SASARAN (seperti : Program Gerbang Kampung di Menko Kesra);

Sustainable livelihood sebagai penguatan kegiatan usaha masyarakat miskin, termasuk membangun keterkaitan dengan MP3EI;

• Terbentuknya BPJS kesehatan pada tahun 2014 .

TAHAP 2 (Periode 2015 –2019)

• Transformasi program-program pengurangan kemiskinan;

• Peningkatan cakupan, terutama untuk Sistem Jaminan Sosial menuju universal coverage;

• Terbentuknya BPJS Tenaga Kerja;

• Penguatansustainable livelihood.

TAHAP 3 (Periode 2020-2025)

• Pemantapan system penanggulangan kemiskinan secara terpadu;

• Sistem jaminan sosial mencapaiuniversal coverage.

3.1.2.3 KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)

(5)

pengembangan ekonomi nasional dan untuk menjaga keseimbangan kemajuan suatu daerah dalam kesatuan ekonomi nasional.

Dalam rangka mempercepat pencapaian pembangunan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan penanaman modal melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis. Kawasan tersebut dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Pengembangan KEK bertujuan untuk mempercepat perkembangan daerah dan sebagai model terobosan pengembangan kawasan untuk pertumbuhan ekonomi, antara lain industri, pariwisata, dan perdagangan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan.

Sesuai Undang-undang No. 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, fungsi KEK adalah untuk melakukan dan mengembangkan usaha di bidang perdagangan, jasa, industri, pertambangan dan energi, transportasi, maritim dan perikanan, pos dan telekomunikasi, pariwisata, dan bidang lain. Sesuai dengan hal tersebut, KEK terdiri atas satu atau beberapa Zona, antara lain Zona pengolahan ekspor, logistik, industri, pengembangan teknologi, pariwisata, dan energi yang kegiatannya dapat ditujukan untuk ekspor dan untuk dalam negeri.

Kriteria yang harus dipenuhi agar suatu daerah dapat ditetapkan sebagai KEK adalah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung, adanya dukungan dari pemerintah provinsi/kabupaten/kota dalam pengelolaan KEK, terletak pada posisi yang strategis atau mempunyai potensi sumber daya unggulan di bidang kelautan dan perikanan, perkebunan, pertambangan, dan pariwisata, serta mempunyai batas yang jelas, baik batas alam maupun batas buatan.

Untuk menyelenggarakan KEK, dibentuk lembaga penyelenggara KEK yang terdiri atas Dewan Nasional di tingkat pusat dan Dewan Kawasan di tingkat provinsi. Dewan Kawasan membentuk Administrator KEK di setiap KEK untuk melaksanakan pelayanan, pengawasan, dan pengendalian operasionalisasi KEK. Kegiatan usaha di KEK dilakukan oleh Badan Usaha dan Pelaku Usaha.

Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas fasilitas fiskal, yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan retribusi daerah, dan fasilitas nonfiskal, yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi, dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3.1.3 ARAHAN WILAYAH PENGEMBANGAN STRATEGIS

Dalam RTRW Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah : Kepulauan terluar yaitu Pulau Sibarubaru dan Pulau Nyiau (Sinyaunyau, dalam RTRWN), sebagai kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan. Secara administratif di Kabupaten Kepulauan Mentawai Pulau Sibaru-sibaru terdapat di Kecamatan Pagai Selatan dan Pulau Sinyiau-nyiau berada di Kecamatan Siberut Barat Daya.

(6)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan

Kawasan strategis untuk tingkat kabupaten di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah :

A. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah :

1) Kawasan Relokasi Permukiman Baru terdapat Km.37 Pagai Selatan di Kecamatan Pagai Selatan, Km.16 Pagai Utara di Kecamatan Pagai Utara dan Km.4-9 Sipora Selatan di Kecamatan Sipora Selatan.

Kawasan ini merupakan kawasan relokasi permukiman untuk korban bencana tsunami yang terjadi pada 25 Oktober 2010, yang di rencanakan untuk di Kecamatan Pagai Selatan seluas 5.590 ha, di Kecamatan Pagai Utara seluas 2.602 ha, dan di Kecamatan Sipora Selatan seluas 1.675 ha.

2) Kawasan Wisata Alam Sigapokna, Simalegi dan Simatalu di Kecamatan Siberut Barat, Bojakan di Kecamatan Siberut Utara, Matotonan dan Madobag di Kecamatan Siberut Selatan, Katurei dan Sagulubbek di Kecamatan Siberut Barat Daya.

3) Kawasan Wisata Bahari Mapadegat di Kecamatan Sipora Utara, Silabu di Kecamatan Pagai Utara, Sikakap di Kecamatan Sikakap, Malakopa dan Sinakak di Kecamatan Pagai Selatan, Katiet dan Teluk Pukarajat di

Kecamatan Sipora Selatan; Teluk Katurei dan Taileleu di Kecamatan Siberut Barat Daya, Saibi Samukop dan Saliguma di Siberut Tengah dan Sirilogui di Kecamatan Siberut Utara. Teluk Katurai, berada di desa Katurai yang terdiri dari dusun Katurai, Sarausau dan Malilimok. Panjang teluk + 16 km dengan lebar rata-rata 2 km, yang dikelilingi lautan bakau, perkampungan, pantai berpasir dengan permukaan air yang tenang. Spesifikasi objek wisatanya adalah cagar budaya dan adat istiadat di desa Katurai dan beberapa kampung sepanjang sisi teluk, panorama alam teluk yang indah disamping air yang tenang, objek rekreasi alam dan kelautan.

4) Kawasan Minapolitan Sikakap terdapat di Kecamatan Sikakap.

B. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah : kawasan budaya Madobag dan Matotonan di Kecamatan Siberut Selatan, Simatalu dan Simalegi di Kecamatan Siberut Barat, Bojakan di Kecamatan Siberut Utara dan Sagulubbek di Kecamatan Siberut Barat Daya

C. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah pangkalan Khusus Hankam / TNI AL (Lantamal) di Sagitci Kecamatan Sipora Selatan dan di Seai, Kecamatan Sikakap. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai kawasan strategis yang berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat padaPeta 3.1.

3.1.3.1 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Penataan ruang Kabupaten Kepulauan Mentawai bertujuan untuk ”Meningkatkan perekonomian melalui pengembangan potensi sumberdaya alam berkelanjutan yang berbasis ekonomi kerakyatan, kearifan lokal serta ramah lingkungan dengan dukungan infrastruktur yang terintegrasi dan berbasis mitigasi bencana”

Sedangkan Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah :

1. Penetapan pusat–pusat kegiatan untuk mendukung pelayanan sosial ekonomi dalam pengembangan wilayah.

(7)

pengembangan jalur mitigasi bencana di Kabupaten Kepulauan Mentawai. 3. Peningkatan Pelayanan Prasarana Energi Listrik, Telekomunikasi, Sumberdaya Air

dan Prasarana Lingkungan, untuk seluruh kecamatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai dan lokasi permukiman baru.

4. Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kepulauan Mentawai pasca bencana.

5. Pemantapan fungsi kawasan lindung yang terletak dalam wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai, terutama berkenaan dengan hutan lindung, resapan air, dan kawasan pesisir (sempadan pantai, kawasan hutan bakau, daerah perlindungan laut).

6. Pengelolaan kawasan rawan bencana alam.

7. Pemanfaatan kawasan pelestarian alam (taman nasional, suaka alam, taman wisata alam laut) sebagai kawasan yang ikut mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat.

8. Peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.

9. Pengembangan dan Pengelolaan Pulau-pulau kecil dan terluar di wilayah kabupaten.

Strategi Penataan Ruang Kabupaten Kepulauan Mentawai yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut :

1. Strategi untuk penetapan pusat–pusat kegiatan untuk mendukung pelayanan sosial ekonomi dalam pengembangan wilayah meliputi :

a. Mengembangkan Muara Siberut sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) b. Mengembangkan Tuapejat Sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

c. Mengembangkan Sikakap sebagai Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp)

3.1.3.2 RENCANA STRUKTUR RUANG

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebagai berikut :

A. Rencana Sistem Pengelolaan Perkotaan dan Sistem Pusat Kegiatan

Rencana sistem pusat kegiatan di Kabupaten Kepulauan Mentawai di dasarkan kepada kebijakan nasional (RTRWN) dan kebijakan Provinsi Sumatera Barat (RTRWP) adalah :

1. Penetapan berdasarkan kebijakan nasional dalam RTRW Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) di Kabupaten Kepulauan Mentawai terletak di Pulau Sibarubaru dan Pulau Nyiau. Kedua pulau ini merupakan pulau terluar dari wilayah Indonesia di bagian barat, dan terkait dengan kepentingan pertahanan dan keamanan.

2. Penetapan berdasarkan kebijakan nasional dalam RTRW Nasional, Muara Siberut merupakan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Muara Siberut adalah ibukota Kecamatan Siberut Selatan berada di Pulau Siberut,. Letak Muara Siberut yang strategis akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat. Untuk itu pertumbuhan kawasan ini perlu dikendalikan dikarenakan terdapat (Taman Nasional Siberut) dan tetap mengoptimalkan daya layaknya secara regional (lintas kabupaten) berfungsi sebagai:

 Pusat Pelayanan Pemerintahan

(8)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

 Pusat Pelayanan Transportasi

 Pusat Pelayanan Sosial dan Ekonomi

 Pusat Pelayanan Pariwisata (Alam & Budaya)

 Taman Nasional Siberut

3. Penetapan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Tuapejat berdasarkan arahan kebijakan RTRW Provinsi Sumatera Barat. Tuapejat adalah ibukota Kabupaten Kepulauan Mentawai berada di Pulau Sipora, Kecamatan Sipora Utara. Adapun fungsi dari

Tuapejatadalah :

 Pusat Pemerintahan di wilayah Kabupaten

 Pusat Pelayanan Transportasi Lokal dan Regional

 Pusat Informasi dan Perhubungan di wilayah Kabupaten

 Pelayanan Sosial dan Ekonomi di wilayah Kabupaten

 Pusat Permukiman Perkotaan

 Pusat Pariwisata (Bahari)

Pertumbuhan Kota Tuapejat diperkirakan akan mengalami lonjakan bila bandara rokot dikembangkan nantinya, dimana keadaan ini didukung dengan adanya lokasi atau titik surving yang diminati oleh peselancar mancanegara .dan untuk perkembangannya perlu didukung dengan pembangunan Jaringan Jalan yang menghubungkan simpul PKL dan PPL (Sioban).

4. Penetapan Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) Sikakap berdasarkan arahan kebijakan RTRW Propinsi Sumatera Barat. Sikakap adalah Ibukota Kecamatan Sikakap. Dan sebagai Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yang memilki skala pelayanan kegiatan antar desa dan beberapa kecamatan, fasilitas pelayanan dan penghidupan sosial ekonomi relatif lebih berkembang dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Kota Sikakap juga didukung oleh keberadaan Bandara Minas yang di fungsikan sebagai dalam antisipasi penanggulangan bencana .dan merupakan pelabuhan transito baik antar wilayah di Mentawai maupun dengan wilayah lain. Adapun fungsi dari Kota Sikakap adalah sebagai berikut :

 Pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan

 Pusat pelayanan perdagangan skala kecamatan dan sekitarnya

 Pusat pelayanan transportasi skala wilayah

 Pusat pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan dan sekitarnya

 Pusat kegiatan perikanan (Minapolitan)

5. Penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), meliputi Sioban, Km 37, Pei-pei. a. Sioban (Kecamatan Sipora Selatan)

Kota Sioban merupakan ibukota Kecamatan Sipora Selatan, dengan posisinya yang berada satu pulau dengan Kota Tuapejat sebagai pusat pemerintahan kabupaten, diharapkan akan mendapat pengaruh yang besar dari posisinya tersebut dalam mendukung perkembangan perekonomian wilayah. Dengan menempatkan Sioban sebagai salah satu Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), diharapkan antisipasi sejak dini sudah dipersiapkan dalam mendukung perkembangan wilayah ini kedepannya. Berbagai kegiatan pengembangan ekonomi diharapkan akan tumbuh pada wilayah yang menjadi hinterland ibukota kabupaten ini, terlebih dengan keberadaan Pelabuhan Sagitci yang akan ditingkatkan pelayanannya.

b. Fungsi pelayanan kegiatan kawasan akan melayani fungsi sebagai berikut

 Pusat pelayanan pemerintahan skala kawasan;

 Pusat pelayanan sosial ekonomis skala kawasan;

(9)

c. Km 37 (Kecamatan Pagai Selatan)

Kecamatan Pagai Selatan merupakan pemekaran dari Kecamatan Pagai Utara Selatan, dengan ibukota Bulasat yang rencana awal berfungsi sebagai PPK. Namun setelah terjadi bencana gempa dan tsunami tahun 2010, relokasi permukiman masyarakat di pindahkan ke KM 37 sesuai dengan program rehab-rekon kabupaten kepulauan mentawai yang berbasis mitigasi bencana sehingga untuk pusat pelayanan kawasan di Kecamatan Pagai Selatan direncanakan di km 37 yang memberikan layanan antar desa bagi kegiatan skala antar desa sebagai berikut:

 Pusat pelayanan pemerintahan skala kawasan

 Pusat pelayanan sosial ekonomi skala kawasan

 Pusat pelayanan transportasi skala kawasan d. Pei-pei (Kecamatan Siberut Barat Daya)

Kecamatan Siberut Barat Daya juga merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Siberut Selatan. Kecamatan Siberut Barat Daya dengan ibukota Pei-pei merupakan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK). Wilayah Kecamatan Siberut Barat Daya didominasi oleh kehutanan, khususnya Taman Nasional Siberut. Oleh karena itu potensi pengelolaan produktif relatif terbatas di dalam kecamatan ini.

Fungsi pelayanan kegiatan antar kawasan akan melayani fungsi sebagai berikut :

 Pusat pelayanan pemerintahan skala desa

 Pusat pelayanan sosial ekonomis skala desa

 Pusat pelayanan pariwisata bahari skala wilayah

6. Penetapan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), meliputi Saibi Samukop, Saumanganya, Muara Sikabaluan, Silabu dan Simalegi Betaet.

a. Saibi Samukop (Siberut Tengah)

Saibi Samukop adalah ibukota Kecamatan Siberut Tengah yang merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Siberut Utara. Wilayah Kecamatan Siberut Tengah didominasi oleh kehutanan, khususnya Taman Nasional Siberut. Oleh karena itu potensi pengelolaan produktif relatif terbatas di dalam kecamatan ini dengan pusat pelayan kegiatan antar desa yang fungsi sebagai berikut :

 Pusat pelayanan pemerintahan skala desa

 Pusat pelayanan perdagangan skala desa

 Pusat pelayanan transportasi skala lokal

 Pusat pelayanan sosial ekonomi skala desa b. Saumanganya (Kecamatan Pagai Utara)

Kecamatan Pagai Utara dengan Ibukota Kecamatan Saumanganya dengan fungsi utama adalah sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang memberikan layanan antar desa bagi kegiatan skala antar desa dengan pembangunan jaringan jalan dan pelabuhan dalam menunjang pertumbuhan perekonomiannya serta menunjang Sektor Pariwisata. Lingkup Pelayanan mencakup sebagai :

 Pusat pelayanan pemerintahan (skala pelayanan desa)

 Pusat pelayanan transportasi (skala pelayan desa)

 Pusat Pelayan Pariwisata di Wilayah Kabupaten

 Pusat pelayanan sosial ekonomi (skala pelayan desa) c. Muara Sikabaluan (Kecamatan Siberut Utara)

(10)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

yaitu dimana sebagian kecil wilayah nya termasuk Taman Nasional dimana potensi pengelolan produktif relatif terbatas di dalam kecamatan ini dengan

pusat pelayan kegiatan antar desa. Muara Sikabaluan merupakan Kawasan Rawan Bencana, dimana kontur daerah nya cukup datar sehingga kalau terjadi (Gelombang Besar dan Tsunami) akan memakan korban jiwa yang sangat banyak. Untuk kedepannya Ibukota Siberut Utara, Muara Sikabaluan dipindahkan ke Dusun Tamairang beserta Relokasi Pemukimannya. Dimana kawasan Dusun Tamairang lebih tinggi dari permukaan laut serta jauh dari pantai, yang nanti berfungsi sebagai pusat pelayanan sebagai berikut :

 Pusat pelayanan pemerintahan skala desa

 Pusat pelayanan perdagangan skala desa

 Pusat pelayanan transportasi skala wilayah

 Pusat pelayanan sosial dan ekonomi skala desa d. Silabu (Kecamatan Pagai Utara)

Silabu merupakan daerah yang terkena bencana dan di relokasi ke daerah aman. Silabu sebagai pusat permukiman baru di arahkan menjadi pusat pelayanan lingkungan sehingga dapat mempercepat pengembangan wilayah baru.

e. Simalegi Betaet (Kecamatan Siberut Barat )

Simalegi Betaet adalah ibukota Kecamatan Siberut Barat. Lokasi Simalegi Betaet berada dalam kawasan Taman Nasional Siberut yang di rencanakan sebagai daerah zona khusus.

B. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama

1. Rencana Jaringan Jalan

Jaringan jalan yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sistem jaringan jalan kolektor primer, jalan lokal primer, jalan lokal sekunder dan jembatan. Adapun rencana jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Mentawai meliputi :

a. Jaringan jalan kolektor primer, yaitu rencana pembangunan Trans Mentawai diusulkan menjadi jalan status jalan nasional terdiri atas:

1) jaringan jalan yang berada di pulau Sipora yang menghubungkan ruas jalan Tuapejat – Transmigrasi – Rokot – Sioban – Sagitci – Katiet ditambah dengan jalan Simpang SP II – Kantor Camat Sipora Utara;

2) jaringan jalan yang berada di pulau Siberut yang menghubungkan ruas jalan Labuan Bajau-Policoman-Sigapokna – Terekan Hulu – Sirilanggai – Sotboyak –Cimpungan – Saibi Samukop – Saliguma – Maileppet – Muara Siberut – Puro – Rogdok – Mabukkuk, Muara Saibi – Kaleak – Sibudda Oinan – Simanipa – Toroiji – Batpaggeu – Saliguma;

3) jaringan jalan yang berada di Pulau Pagai Utara yang menghubungkan ruas jalan Mapinang – Saumanganya – Matobe – Sikakap –Dermaga;dan

4) jaringan jalan yang berada di Pulau Pagai Selatan yang menghubungkan ruas jalan Polaga Km 0 - Km 19 – Km 37 - Km 40 – Km 42 – Km 53 – Boriai (Logpond) ditambah dengan jalan Km 53 – Lakkau – Surat Aban.

b. Jaringan jalan lokal primer, terdiri atas :

(11)

Sirilanggai, Barambang – Tamairang, Muara Sikabaluan – Mongan Poula – Sotboyak, Cimpungan Desa – Subelen – Poros Trans Mentawai, Subelen-Muara Saibi, Muara Saibi – Simoilaklak – Sirisurak – Poros Trans Mentawai, Simpang Muntei – Puro - Muara Siberut, Pasakiat Taileleu – Peipei – Mabukkuk, Puro – Malilimok;

2) ruas jalan di Pulau Sipora, meliputi Sagitci – Bosua, Sagitci – Beriulou, Bosua – Beriulou – Masokut – Betumonga dan Bosua – Katiet;

3) ruas jalan di Pulau Pagai Utara, meliputi dermaga Sikakap – Taikako – Km 8 – Km17 – Maguiruk – Saumanganya; dan

4) ruas jalan di Pulau Pagai Selatan, meliputi Mapinang – Bagatsagai – Boriai (trans mentawai) dan Limu – Mapinang – Maonai – Lakkau – Limosua dan Surat Aban.

c. Jaringan jalan lokal sekunder, terdiri atas:

1) ruas jalan lokal sekunder di Pulau Siberut, meliputi: Cimpungan – Sirilogui, Sigapokna – Tiniti – Simalegi, Monganpoula – Sirilogui, Sotboyak – Bojakan, Dermaga Subelen-Trans Mentawai, Simaobuk - Subelen – Batuija - Batliggitte – Saibi Samukop, Simabaik – Sibokbongi,Simalegi – Simatalu – Sagulubbek dan Rogdok – Madobag – Matotonan,

2) ruas jalan di Pulau Sipora, meliputi Pusat Kota KM4 – Mapadegat, RSUD – Kantor Camat, Mapadegat – Dermaga, Betumonga-SP III, Mapaddegat – Home Stay, Betumonga – Pukarayat – Berimanua – Kantor Camat, Lingkar Kota – Pesantren, Simpang Pesantren – Pesantren, Simpang Kantor Bupati – Kantor Bupati dan Sioban – Mara, Km5 – Home stay, Betumonga – Silaoinan; Km12-Simaombuk;

3) ruas jalan di Pulau Pagai Utara, meliputi: Km 14 Betumonga, Km 17 – Silabu, Km21 – Tumalei, Silabu –Betumonga, Lingkar Taikako dan Transmigrasi – Silaoinan; dan

4) ruas jalan di Pulau Pagai Selatan, meliputi KM 27-Sabiret –Muntei – Malakopa, Sabiret – Km 35, KM 32 – Mapoupou – Bere – Makalo, KM 32 – Talopulei, KM37 – Parak Batu, KM40 – Aban Baga - Bubuget, KM42 – Bulasat – Tapak, Bulasat – Lakkau.

Untuk jelasnya mengenai rencana panjang jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Mentawai dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 3.1.

Rencana Pengembangan Ruas Jalan di Pulau Siberut

NO RUAS JALAN PANJANG LUAS

(Km)

FUNGSI JALAN

1 Muara Siberut- Siberut 2.50 Lokal Primer 2 Muara Siberut- Mailepet 5.70 Lokal Primer 3 Muara Siberut- Puro 3.00 Lokal Primer 4 Mailepet- Saliguma 20.00 Lokal Primer 5 Saliguma- Saibi Samukop 15.00 Lokal Primer

6 Saibi

Samukop-Cimpungan

12.00 Lokal Primer

(12)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai 8 Sirilogui- Muara

Sakabaluan

21.00 Lokal Primer

9 Muara Sakabaluan- Pokai 7.00 Lokal Primer 10 Pokai- Sirilanggai 8.00 Lokal Sekunder 11 Sirilanggai- Tiniti 14.00 Lokal Sekunder 12 Tiniti- Sigapokna 10.00 Lokal Sekunder 13 Tiniti- Simalegi 17.00 Lokal Sekunder 14 Muara Sikabaluan- Pinggir

pantai

2.00 Lokal Sekunder

15 Muara Sakabaluan- 6.00 Lokal Sekunder Monganpaula

16 Monganpaula- Sotboyak 7.00 Lokal Sekunder 17 Sotboyak- Bojakan 8.00 Lokal Sekunder 18 Bojakan- Simalegi 25.00 Lokal Sekunder 19 Simalegi- Simatalu 12.00 Lokal Sekunder 20 Simatalu- Sagalubek 20.00 Lokal Sekunder 21 Sagalubek- Pasakiat

23 Madobak- Muntei 12.00 Lokal Sekunder

Sumber : Materi Teknis RTRW Kab. Kep. Mentawai

Tabel 3.2.

Rencana Pengembangan Ruas Jalan di Pulau Sipora

NO RUAS JALAN PANJANG

RUAS (km)

FUNGSI JALAN

1 Tuapejat – Transmigrasi 12.00 Strategis Nasional* 2 Transmigrasi- Rokot 18.00 Strategis Nasional* 3 Sioban- Rokot 21.00 Strategis Nasional* 4 Sioban- Sagitci 8.20 Strategis Nasional* 5 Sagitci- Bosua 15.60 Strategis Nasional* 6 Bosua- Beriulau 8.80 Lokal Primer

7 Beriulau- Betumongga 20.50 Lokal Primer

8 Bosua-Katiet 17.00 Lokal Primer

9 Pusat Kota- Mapadegat 1,20 Lokal Sekunder 10 RSUD- Kantor Camat 6.50 Lokal Sekunder 11 Mapadegat- Dermaga 6.10 Lokal Sekunder 12 Simpang SP II- SP II 5.10 Lokal Sekunder 13 Mapadegat- Home Stay 1.50 Lokal Sekunder 14 Betumonga- Berimanua 15.00 Lokal Sekunder 15 Berimanua- SP II 7.00 Lokal Sekunder 16 Lingkar Kota- Pesantren 7.00 Lokal Sekunder 17 Simpang

Pesantren-Pesantren

1.00 Lokal Sekunder

18 Simpang Kantor Bupati-Kantor Bupati

0.20 Lokal Sekunder

19 Sioban – Mara 5.00 Lokal Sekunder

(13)

Tabel 3.3.

Rencana Pengembangan Ruas Jalan di Pulau Pagai Utara

NO RUAS JALAN PANJANG LUAS

(Km)

FUNGSI JALAN

1 Sikakap- Mabolak 4.00 Lokal Primer 2 Mabolak- Matobek 9.00 Lokal Primer

3 Matobek- 18.00 Lokal Primer

Saumanganya 4

Saumanganya-Mapinang

30.00 Lokal Primer

5 Sikakap- Nemnem Leleu 3.00 Lokal Sekunder 6 Nemnem Leleu- Muara

Taikako

7.00 Lokal Sekunder

7 Lingkar Taikako 3.00 Lokal Sekunder 8 Transmigrasi- Silaoinan 2.00 Lokal Sekunder

9 Muara

Taikako-Betumonga

20.00 Lokal Sekunder

10 Betumonga- Silabu 10.00 Lokal Sekunder 11 Silabu- Saumanganya 50.00 Lokal Sekunder

Sumber : Materi Teknis RTRW Kab. Kep. Mentawai

Tabel 3.4.

Rencana Pengembangan Ruas Jalan di Pulau Pagai Selatan

NO RUAS JALAN PANJANG LUAS

(Km)

FUNGSI JALAN

1 Polaga- KM19 19.00 Lokal Primer

2 KM19- Makalo 11.00 Lokal Primer

3 KM19- KM37 18.00 Lokal Primer

4 Balerakso KM25-Malakopa

9.00 Lokal Primer

5 KM37- KM40 3.00 Lokal Sekunder

6 KM37- Parak Batu 12.00 Lokal Sekunder

7 KM40- Sinaka 19.00 Lokal Sekunder

8 KM40- KM42 2.00 Lokal Sekunder

9 KM42- Bulasat 6.80 Lokal Sekunder

10 Bulasat- Tapak 3.00 Lokal Sekunder 11 Bulasat- Lakkau 23.00 Lokal Sekunder 12 Lakkau- Surat Aban 15.00 Lokal Sekunder 13 Parak Batu- Batsagai 40.00 Lokal Sekunder

Sumber : Materi Teknis RTRW Kab. Kep. Mentawai

1. Jembatan

(14)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

1. Jembatan Mongan Poula 1 Siberut Utara 16. Jembatan Ugei I Siberut Selatan 2. Jembatan Mongan Poula 2 Siberut Utara 17. Jembatan Ugei II Siberut Selatan 3. Jembatan Malancan 1 Siberut Utara 18. Jembatan Puro Siberut Selatan 4. Jembatan Malancan 2 Siberut Utara 19. Jembatan Pei-Pei I Siberut Barat Daya 5. Jembatan Malancan 3 Siberut Utara 20. Jembatan Pei-Pei II Siberut Barat Daya 6. Jembatan Malancan 4 Siberut Utara 21. Jembatan Taileuleu I Siberut Barat Daya 7. Jembatan Malancan 5 Siberut Utara 22. Jembatan Taileuleu II Siberut Barat Daya

a.Jembatan di Pulau Siberut, yaitu :

b. Jembatan di Pulau Sipora, yaitu :

1. Jembatan Mapadegat Sipora Utara 26. Jembatan Nem-nem Leleu Sipora Selatan 2. Jembatan SP2 – 1 Sipora Utara 27. Jembatan Sagitchi Sipora Selatan 3. Jembatan SP2 – 2 Sipora Utara 28. Jembatan Sao Sipora Selatan 4. Jembatan Pogari Sipora Utara 29. Jembatan Mongan Bosua 1 Sipora Selatan 5. Jembatan Pajujurung Sipora Utara 30. Jembatan Mongan Bosua 2 Sipora Selatan 6. Jembatan Motorabibit Sipora Utara 31. Jembatan Gobik Sipora Selatan 7. Jembatan Sijokjok 1 Sipora Utara 32. Jembatan Bosua Sipora Selatan 8. Jembatan Sijokjok 2 Sipora Utara 33. Jembatan Masokut 1 Sipora Selatan 9. Jembatan Matobe 1 Sipora Utara 34. Jembatan Masokut 2 Sipora Selatan 10. Jembatan Matobe 2 Sipora Utara 35. Jembatan Beriulou Sipora Selatan 11. Jembatan Saurenu Sipora Utara 36. Jembatan Matuptuman 1 Sipora Selatan 12. Jembatan Sioban 1 Sipora Utara 37. Jembatan Matuptuman 2 Sipora Selatan 13. Jembatan Sioban 2 Sipora Utara 38. Jembatan Matuptuman 3 Sipora Selatan 14. Jembatan Sioban 3 Sipora Utara 39. Jembatan Taraet Sipora Selatan 15. Jembatan Mara 1 Malabaet Sipora Selatan 40. Jembatan Maileppet Sipora Selatan 16. Jembatan Mara 2 Dekat SMAN 1 Sipora Selatan 41. Jembatan Mangka Hulu Sipora Selatan 17. Jembatan Mara 3 Simangga Sipora Selatan 42. Jembatan Borai Baga Sipora Selatan 18. Jembatan Mara 4 Siboklo Sipora Selatan 43. Jembatan Bagat Rimau Sipora Selatan 19. Jembatan Mara 5 Jembatan ULIP Sipora Selatan 44. Jembatan Bulak Sipora Selatan 20. Jembatan Mara 6 Simapukuk Sipora Selatan 45. Jembatan Eruta Sipora Selatan 21. Jembatan Mara 7 Parubajat 1 Sipora Selatan 46. Jembatan Masok Gunai Sipora Selatan 22. Jembatan Mara 8 Parubajat 2 Sipora Selatan 47. Jembatan Sabagen III Sipora Selatan 23. Jembatan Mara 9 Mara Permai Sipora Selatan 48. Jembatan Sabagen IV Sipora Selatan 24. Jembatan Monga Sipora Selatan 49. Jembatan Subulat Sipora Selatan 25. Jembatan Gantung Monga Sipora Selatan

8. Jembatan Sirilogui Siberut Utara 23. Jembatan Taileuleu III Siberut Barat Daya 9. Jembatan Muara

Sikabaluan

Siberut Utara 24. Jembatan Taileuleu IV Siberut Barat Daya 10. Jembatan

Sotboyak-Bojakan

(15)

c. Jembatan di Pulau Pagai Selatan,yaitu :

1. Jembatan KM 20 Pagai Selatan 37. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan

2. Jembatan KM 21 Pagai Selatan 38. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan

3. Jembatan KM 22 Pagai Selatan 39. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan

4. Jembatan KM 30 Pagai Selatan 40. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan

5. Jembatan KM 36 Pagai Selatan 41. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan

6. Jembatan KM 43 Pagai Selatan 42. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan

7. Jembatan KM 52 Pagai Selatan 43. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan

8. Jembatan KM 53 Pagai Selatan 44. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan

9. Jembatan KM 54 Pagai Selatan 45. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan

10. Jembatan KM 57 Pagai Selatan 46. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan

11. Jembatan KM 58 Pagai Selatan 47. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

12. Jembatan KM 60 Pagai Selatan 48. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

13. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 49. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

14. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 50. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

15. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 51. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

16. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 52. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

17. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 53. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

18. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 54. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

19. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 55. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

20. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 56. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

21. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 57. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

22. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 58. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

23. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 59. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

24. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 60. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

25. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 61. Jembatan Dusun Talopulei Simp. KM 32 Pagai Selatan

26. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 62. Jembatan Saumang Pagai Selatan

27. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 63. Jembatan Sungai Bulasat Pagai Selatan

28. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 64. Jembatan Tapak Pagai Selatan

29. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 65. Jembatan Simangaik Pagai Selatan

30. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 66. Jembatan Bagat Laplap Pagai Selatan

31. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 67. Jembatan Bagat Siloinan Pagai Selatan

32. Jembatan Mapoupou Simp. KM 32 Pagai Selatan 68. Jembatan Dusun Tubeket Simp. KM 11 Pagai Selatan

33. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan 69. Jembatan Dusun Tubeket Simp. KM 11 Pagai Selatan

34. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39 Pagai Selatan 70. Jembatan Dusun Tubeket Simp. KM 11 Pagai Selatan

35. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39

36. Jembatan Dusun Parabatu Simp. KM 39

Pagai Selatan

Pagai Selatan

71. Jembatan Dusun Bere dan Makalo Pagai Selatan

d. Jembatan di Pulau Pagai Utara,yaitu :

(16)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

2. Jembatan Sibay-bay 1 Sikakap 12. Jembatan Betumongga Pagai Utara 3. Jembatan Sibay-bay 2 Sikakap 13. Jembatan Silabu I Pagai Utara 4. Jembatan Matobe Sikakap 14. Jembatan Silabu II Pagai Utara 5. Jembatan Masabuk Sikakap 15. Jembatan Maguiruk Pagai Utara 6. Jembatan Cimpungan Sikakap 16. Jembatan Magili Pagai Utara 7. Jembatan Patutukat I Pagai Utara 17. Jembatan Pinairuk Pagai Utara 8. Jembatan Mangaungau Pagai Utara 18. jembatan Bosua Pagai Utara 9. Jembatan Manganjo Pagai Utara 19. Jembatan Saumanganya Pagai Utara 10. Jembatan Muntei Pagai Utara 20. Jembatan Butek Mone Pagai Utara

C. Jaringan Prasarana Lalu Lintas

Untuk mendukung peningkatan aksesibilitas di Kabupaten Kepulauan Mentawai, maka direncanakan jaringan prasarana lalu lintas yang terdiri dari rencana pengembangan Terminal Penumpang Tipe C di Tuapejat, Muara Siberut, Pokai, Sikakap, Sioban, Sagitci, Sioban, Polaga, Km 37 (Bulasat), Sinaka, Pasapuat, Silabu, Katurai dan Saibi.

D. Rencana Jaringan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

Rencana pengembangan jaringan penyeberangan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, meliputi :

a. lintas penyeberangan, terdiri atas :

1) lintas penyeberangan regional, meliputi : - Sikabaluan/Pokai – Bungus,

- Siberut/Maileppet –Bungus, - Tuapejat – Bungus,

- Sikakap – Bungus, dan - Labuan Bajau – Bungus:

2) lintas penyeberangan lokal, meliputi Sakaladat – Labuan Bajau – Pokai – Subelen – Maileppet – Mabukkuk – Malilimok – Tuapejat - Sioban – Sagitci – Pasapuat – Sikakap – Polaga – Malakopa – Bake – Lakkau – Sinakak – Boriai – Parak Batu.

b. pelabuhan penyeberangan, terdiri atas:

1) pelabuhan penyeberangan regional, meliputi : - Pelabuhan Sikakap di Kecamatan Sikakap, - Pelabuhan Bajau di Kecamatan Siberut Barat,

- Pelabuhan Sikabaluan/Pokai di Kecamatan Siberut Utara, - Pelabuhan Siberut/Maileppet di Kecamatan Siberut Selatan, - Pelabuhan Tuapejat di Kecamatan Sipora Utara

(2) pelabuhan penyeberangan lokal, meliputi :

- Pelabuhan Sakaladat di Kecamatan Siberut Barat, - Pelabuhan Malilimok di Kecamatan Siberut Barat Daya, - Pelabuhan Subelen di Kecamatan Siberut Tengah, - Pelabuhan Mabukkuk di Kecamatan Siberut Barat Daya, - Pelabuhan Sagitci di Kecamatan Sipora Selatan,

- Pelabuhan Pasapuat di Kecamatan Pagai Utara, - Pelabuhan Polaga di Kecamatan Sikakap,

(17)

- Pelabuhan Sinakak di Kecamatan Pagai Selatan. - Pelabuhan Boriai Kecamatan Pagai Selatan,

- Pelabuhan Parak Batu di Kecamatan Pagai Selatan.

E. Rencana Sistem Transportasi Laut

Sistem jaringan transportasi laut meliputi tatanan kepelabuhanan dan alur pelayaran, oleh karena itu rencana pengembangan sistem jaringan transportasi laut di Kabupaten Kepulauan Mentawa, meliputi :

1. Rencana Tatanan Kepelabuhan

Rencana tatanan kepelabuhan di Kabupaten Kepulauan Mentawai, meliputi :

a. pelabuhan pengumpul, terdiri atas pelabuhan Sikakap di Kecamatan Sikakap;

b. pelabuhan pengumpan, terdiri atas:

1) pelabuhan Pengumpan regional, meliputi :

- Pelabuhan Tuapejat di Kecamatan Sipora Utara,

- Pelabuhan Sioban di Kecamatan Sipora Selatan,

- Pelabuhan Pokai Kecamatan Siberut Utara,

- Pelabuhan Maileppet/Siberut di Kecamatan Siberut Selatan, dan

- Pelabuhan Mabukkuk Kecamatan Siberut Barat Daya.

2) pelabuhan Pengumpan lokal, meliputi :

- Pelabuhan Labuan Bajau di Kecamatan Siberut Barat, - Pelabuhan Malilimok di Kecamatan Siberut Barat Daya, - Pelabuhan Pelabuhan Sagitci di Kecamatan Sipora Selatan, - Pelabuhan Pasapuat di Kecamatan Pagai Utara,

- Pelabuhan Sinakak (Boriai) di Kecamatan Pagai Selatan, - Pelabuhan Bagatsagai di Kecamatan Pagai Selatan, - Pelabuhan Makalo di Kecamatan Pagai Selatan, dan - Pelabuhan Subelen di Kecamatan Siberut Tengah.

c. terminal khusus, terdiri atas:

1) Terminal Khusus Hankam Posal di Seai Kecamatan Sikakap;

2) Terminal Khusus Hankam Lanal di Sagitci Kecamatan Sipora Selatan; dan

3) Terminal Khusus Wisata Marina Katiet di Kecamatan Sipora Selatan dan Simaombuk di Kecamatan Sipora Utara.

4) Pelabuhan Marina Leleulagok di Kecamatan Siberut Barat Daya

2. Rencana Alur Pelayaran

Rencana alur pelayaran di Kabupaten Kepulauan Mentawai, meliputi : a. Maileppet – Pokai – Padang

b. Tuapejat – Padang

c. Labuhan Bajau – Padang d. Sinakak – Padang

e. Sikakap - Padang

Untuk membuka terisolir Kabupaten Kepulauan Mentawai, maka di rencanakan waktu pelayaran minimal seminggu 4 kali 1 (satu) Rute Pelayaran (jangka menengah/ 5-10 tahun) dan waktu pelayaran setiap hari (jangka panjang/ 20 tahun)

(18)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

Tabel 3.5.

Rencana Pengembangan Pelabuhan di Kabupaten Kepulauan Mentawai

No. Nama Pelabuhan Status & Fungsi Pelabuhan Rencana

A. Pelabuhan Barang dan Penumpang

1. Pel. Sikakap (Sikakap) PELABUHAN PENGUMPUL REGIONAL Pelabuhan Tuapejat (Kec.Sipora Utara)

Pelabuhan Pokai (Kec. Siberut Utara),

Pelabuhan Sioban (Kec. Sipora Selatan),

Pelabuhan Maileppet (Kec. Siberut Selatan)

Pelabuhan Mabukkuk (Kec. Siberut Barat Daya)

Pel. Labuan Bajau (Kec. Siberut Barat)

Pel. Malilimok (Kec. Siberut Barat Daya)

Pel. Sagitci (Kec. Sipora Selatan)

Pel. Pasapuat (Kec. Pagai Utara)

Pel. Polaga (Kec. Pagai Selatan)

Pel. Sinaka (Boriai) (Kec. Pagai Selatan)

Pel. Bagatsagai (Kec. Pagai Selatan)

Pel Makalo (Kec. Pagai Selatan)

Pel. Subelen (Kec. Siberut Tengah)

PELABUHAN PENGUMPAN

Katiet (Kec. Sipora Selatan)

Simaombuk (Kec. Sipora Utara)

Dermaga Khusus Wisata Marina

Dermaga Khusus Wisata Marina

Pembangunan

Pembangunan

18. Pelabuhan Marina Leleulagok (Kec. Siberut Barat Daya)

Pelabuhan Marina Pembangunan

19. Sagitci (Kec. Sipora Selatan) Pelabuhan Khusus HANKAM (TNI AL)

Pembangunan

18 Seai (Kec. Sikakap) Pelabuhan Khusus HANKAM (TNI AL)

Pembangunan

Sumber : materi teknis RTRW Kab. Kep. Mentawai

F. Rencana Sistem Transportasi Udara

(19)

Dari kondisi sarana dan prasarana transportasi udara yang kurang memadai, dibutuhkan pemeliharaan, peningkatan dan pembangunan bandara baru. Dimana untuk pemeliharaan dan peningkatan dilakukan di Bandara Rokot dan Bandara Minas di Pulau Pagai Selatan

Terkait dengan mitigasi bencana, Kepulauan Mentawai sangat membutuhkan pembangunan bandara baru terutama di Pulau Siberut ( Bandara Pei-pei) untuk mempermudah akses bantuan dan evakuasi jika terjadi Bencana.

Rencana tatanan kebandaraudaraan di Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan skala pelayanannya adalah bandara pengumpan, meliputi :

 Bandar udara Rokot di Kecamatan Sipora Selatan (Bandara eksisting);

 Bandar udara Pei-Pei di Kecamatan Siberut Barat Daya (Rencana)

 Bandar udara Minas di Kecamatan Pagai Selatan (Bandara eksisting, saat ini tidak berfungsi)

G. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Lainnya 1. Rencana Sistem Jaringan Energi (Listrik)

Sistem jaringan energi dalam rencana ini adalah rencana jaringan energi listrik sebagai kebutuhan untuk penerangan dan industri. Saat ini kebutuhan listrik dipenuhi oleh PLN yang telah membangun pembangkit listrik tenaga diesel. Berdasarkan data yang dihimpun dari PLN Ranting Kabupaten Kepulauan Mentawai menginformasikan bahwa jumlah pelanggan yang terdaftar di Kabupaten Kepulauan Mentawai sampai bulan Desember 2009 sebanyak 3.497 pelanggan, dimana sipora utara pelanggan terbesar dari 10 kecamatan.

Adapun rencana pengembangan jaringan prasarana energi (listrik) di Kabupaten Kepulauan Mentawai, meliputi ;

1.1 Rencana Pengembangan Pembangkit Tenaga Listrik, meliputi :

a. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), terdapat di setiap Ibukota Kecamatan dan Pusat Pelayanan Kegiatan

b. PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) di Matobe, Kecamatan Sipora Selatan, Belerakso Kecamatan Pagai Selatan dan Pasapuat di Kecamatan Pagai Utara; dan

c. PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) pada wilayah yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik atau daerah terpencil

d. Penggunaan energi alternatif sesuai potensi yang terdapat di wilayah kabupaten seperti Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan lain-lain.

1.2 Rencana Pengembangan Jaringan tranmisi tenaga listrik, meliputi : a. Gardu induk untuk PLTD terdapat di setiap Ibukota Kecamatan dan

pusat pusat pelayanan Lingkungan

b. Gardu induk untuk PLTMH Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro direncakan di Matobe, Belerakso dan Pasapuat

2. Rencana Sistem Jaringan Telekomunikasi

Kendala bagi wilayah-wilayah kepulauan dalam usaha untuk pengembangan sistem prasarana telekomunikasi adalah tidak bisa menggunakan jaringan sistem kabel, apalagi jarak jangkau wilayah tersebut dipisahkan oleh laut yang jaraknya cukup jauh.

(20)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

1) DAS Buga dengan luasan 7.068,3 2) DAS Cimpungan dengan luasan 18.151 3) DAS Gurukna dengan luasan 3.189,8 4) DAS Kalea dengan luasan 15.993,7 5) DAS Katurei dengan luasan 11.603,6 6) DAS Labuhan Bajau dengan luasan 3.534,7 7) DAS Laplap dengan luasan 1.469 8) DAS Mabosoa dengan luasan 3.383,3 9) DAS Maileppet dengan luasan 1.197,1 10) DAS Makatowal dengan luasan 840,9 11) DAS Makerumonga dengan luasan 970,9 12) DAS Mangeungeu dengan luasan 6.155 13) DAS Malancan dengan luasan 767,5 14) DAS Mapinang dengan luasan 3.286,3 15) DAS Mongan Poula Dengan luasan 664,6 16) DAS Murak dengan luasan 7.396,2 17) DAS Noinan dengan luasan 24.987,9 18) DAS Pelunan dengan luasan 2.265,9 19) DAS Pualu Kecil dengan luasan 229,1 20) DAS Pualu dengan luasan 1.896 21) DAS Pualu Masokut dengan luasan 1.661,4 22) DAS Puran dengan luasan 1.274 23) DAS Putapiri dengan luasan 531,5 24) DAS Sagulubek dengan luasan 14.331,6 25) DAS Saibi dengan luasan 21.805

• Mempermudah dan cepat berhubungan dengan daerah-daerah lain dalam jarak jauh

• Pengembangan dunia usaha

• Memperlancar arus informasi dan komunikasi

Rencana sistem jaringan telekomunikasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, meliputi rencana sistem jaringan kabel, rencana system jaringan nirkabel dan rencana sistem jaringan satelit. Oleh karena rencana pengembangan di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebagai berikut :

(1) Rencana pengembangan sistem jaringan kabel di pusat-pusat kegiatan di Muara Siberut (PKW) , PKL di Tua Pejat dan di PKLp di Sikakap.

(2) Rencana pengembagan sistem jaringan nirkabel adalah pengembangan BTS (base transmission station) di kota-kota PKW, PKL, PKLp, dan PPK.

(3) Rencana sistem jaringan satelit di arahkan dengan rencana pengadaan telepon satelit disetiap PPL yaitu Saibi Samukop, Saumanganya, Sikabaluan, Silabu dan Simalegi Betaet.

3. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Rencana sistem jaringan sumberdaya air di Kabupaten Kepulauan Mentawai meliputi :

a. Rencana Pengembangan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Terdiri atas 4 Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS yaitu :

Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS di Pulau Siberut, meliputi :

(21)
(22)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

1) DAS Beriulou dengan luasan 1.448,7 2) DAS Bosua dengan luasan 3.803,5 3) DAS Bulak dengan luasan 1.222,2 4) DAS Gegetaet dengan luasan 1.063,6 5) DAS Goisooinan dengan luasan 2.927,3 6) DAS Masokut dengan luasan 834,5 7) DAS Pogari dengan luasan 1.493,6 8) DAS Pulau dengan luasan 2.124,3 9) DAS Saureinu dengan luasan 11.979,8 10) DAS Sibagau dengan luasan 7.853,8 11) DAS Siberimanua dengan luasan 3.061,5 12) DAS Sibetumonga dengan luasan 4.368,2 13) DAS Sigitci dengan luasan 3.299,9 14) DAS Simabolat dengan luasan 1.310,1 15) DAS Simanggai dengan luasan 1.752,7 16) DAS Simapadegat dengan luasan 3.482,1 17) DAS Simapupu dengan luasan 1.879,3 18) DAS Simatobaerak dengan luasan 597,7 19) DAS Sioban dengan luasan 1.991,9 20) DAS Sipasosoat dengan luasan 1.163,1

Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS di Pulau Sipora, meliputi :

Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha; Ha;

Ha;

(23)

1) DAS Betumonga dengan luasan 2.654,6 2) DAS Gulukguluk dengan luasan 1.645,7 3) DAS Mabolak dengan luasan 485,1 4) DAS Matobe dengan luasan 4.911,5 5) DAS Pagai 1 dengan luasan 2.911,8 6) DAS Pagai 2 dengan luasan 4.863,3 7) DAS Pagai 3 dengan luasan 2.906,1 8) DAS Pagai 4 dengan luasan 1.029,5 9) DAS Pagai 5 dengan luasan 425,4 10) DAS Pagai 6 dengan luasan 841,9 11) DAS Pasapuat dengan luasan 1.540,5 12) DAS Pulau dengan luasan 171,1 13) DAS Sabeugunggung dengan luasan 6.175 14) DAS Sikako dengan luasan 12.214,8 15) DAS Silabu dengan luasan 2.036 16) DAS Simabae dengan luasan 806,1 17) DAS Simaguiru dengan luasan 1.773,8 18) DAS Simangannya dengan luasan 2.883,1 19) DAS Simapinang dengan luasan 1.607,6 20) DAS Simatutu dengan luasan 3.950,7 21) DAS Tumale dengan luasan 4.690,9

1) DAS Asahan dengan luasan 614,7 2) DAS Bakatmonga dengan luasan 1.838,7 3) DAS Bake dengan luasan 3.084,8 4) DAS Baleraksok dengan luasan 8.665,7 5) DAS Bosualumut dengan luasan 1.066,9 6) DAS Batsagai dengan luasan 3.101,5 7) DAS Bere dengan luasan 2.520,7 8) DAS Bubuget dengan luasan 7.331,7 9) DAS Bukumonga dengan luasan 1.119,7 10) DAS Bulasat dengan luasan 699,4 11) DAS Lakkau dengan luasan 3.339,7 12) DAS Makalo dengan luasan 2.950,9 13) DAS Malakopa dengan luasan 3.086,1 14) DAS Mapoupou dengan luasan 5.618,5 15) DAS Mapinang dengan luasan 3.273 16) DAS Muntai dengan luasan 812,09 17) DAS Pagai 10 dengan luasan 514,5 18) DAS Pagai 11 dengan luasan 659,9

Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS di Pulau Pagai Utara,meliputi:

Ha;

Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS di Pulau Pagai Selatan,meliputi :

(24)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

19) DAS Pagai 12 dengan luasan 485,5 Ha; 20) DAS Pagai 13 dengan luasan 977,5 Ha; 21) DAS Pagai 14 dengan luasan 1.210,8 Ha; 22) DAS Pagai 15 dengan luasan 454,6 Ha; 23) DAS Pagai 16 dengan luasan 592,8 Ha; 24) DAS Pagai 17 dengan luasan 305,4 Ha; 25) DAS Pagai 18 dengan luasan 221,5 Ha; 26) DAS Pagai 19 dengan luasan 401,6 Ha; 27) DAS Pagai 20 dengan luasan 194,6 Ha; 28) DAS Pagai 7 dengan luasan 1.160,9 Ha; 29) DAS Pagai 8 dengan luasan 435,4 Ha; 30) DAS Pagai 9 dengan luasan 435,4 Ha; 31) DAS Pinempet dengan luasan 1.744,50 Ha; 32) DAS Pulau dengan luasan 5.419,1 Ha; 33) DAS Saumang dengan luasan 2.164 Ha; 34) DAS Seae dengan luasan 1.032,3 Ha; 35) DAS Simalinio dengan luasan 1.081,2 Ha; 36) DAS Simasigoi dengan luasan 617,8 Ha; 37) DAS Simatobat dengan luasan 18.753,8 Ha; 38) DAS Talopulai d

engan luasan 6.256,7

Ha;

b. Rencana Pengembangan Daerah Irigasi (DI), meliputi : D.I Taikako,

D.I Malakopa,

D.I Pogari Takmunga,

D.I Saureinu,

D.I Mabolak,

D.I Saumanganyak,

D.I Bai-bai,

D.I Mongan Poula,

D.I Saibi Samukop,

D.I Sotboyak,

D.I Muntei,

D.I Peipei,

D.I Mara,

D.I Betumonga,

D.I SP2,

D.I Tiniti,

D.I Sigapokna,

D.I Sirilinggai, dan

D.I Cimpungan

4. Rencana Sistem Pengelolaan Lingkungan

Rencana sistem pengelolaan lingkungan di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah rencana sistem jaringan air bersih/air minum, rencana sistem jaringan persampahan, rencana sistem jaringan drainase, rencana prasarana perikanan dan rencana jalur evakuasi bencana.

(25)

Rencana sistem jaringan air minum di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah ;

1) Rencana Pengembangan Prasarana Air Bakuuntuk air minum, meliputi : a. Pengembangan Penampungan Air Baku dari Mata air yang berada di Sikakap, Muara Siberut, Tuapejat, Bulasat/Km37, Sioban, Sirilanggai, Sagitci, Simalegi Betaet;

b. Daerah aliran sungai (DAS) yang terhubung atau melewati pada pusat-pusat lingkungan pemukiman

2) Rencana Sistem Penyediaan Air Minum meliputi :

a. Jaringan Perpipaan di Tuapejat, Sikakap, Muara Siberut, Sioban, Muara Sikabaluan, Saibi, Simalegi Betaet, dan Saumanganya

b. Sistem Penyediaan Air Minum Non Perpipaan di Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) dan pusat-pusat lingkungan permukiman (dusun).

Adapun rencana bentuk pelayanan pemenuhan air minum untuk domestik dibedakan dalam dua jenis pelayanan sesuai dengan tingkat sosial ekonomi wilayahnya, yaitu :

 Sambungan langsung adalah prosentase terbesar untuk pelayanan di wilayah perkotaaan (PKW, PKL, PKLp dan ibukota kabupaten)

 Kran umum adalah prosentase terbesar untuk pelayanan yang dilakukan di wilayah permukiman perdesaan.

Sedangkan arahan rencana pengembangan pemenuhan kebutuhan air minum di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah :

 Sebelum disalurkan ke konsumen, air perlu diolah sehingga sesuai dengan standar kualitas air minum yang ditangani oleh perusahaan tertentu, seperti PAM atau PDAM.

 Menjaga dan melindungi sumber air minum dengan memberi kawasan perlindungan pada setiap wilayah sumber air.

 Untuk beberapa daerah yang kurang mempunyai sumber air baku, maka kebutuhan air minum dipenuhi dari air tanah atau air hujan yang ditampung berupa Penampungan Air Hujan (PAH).

Pemenuhan air minum untuk pulau-pulau kecil yang tidak mempunyai sumber air tawar atau ketersediannya sangat terbatas.

 Memanfaatkan sistem penampungan air hujan (PAH)

 Pengolahan air dan distribusi air dibuat dengan teknologi yang sangat sederhana, seperti dengan memanfaatkan sistem gravitasi.

3) Rencana Sistem Prasarana Persampahan dan Air Limbah

Arahan rencana pengembangan sistem pengelolaan persampahan dilakukan dengan melalui proses berikut :

1. Sistem Pewadahan, yaitu melalui penyediaan tong-tong sampah di setiap rumah maupun bangunan sarana, dengan ukuran 40 - 100 liter. Tong sampah di setiap rumah disediakan sendiri oleh masing-masing keluarga, sedangkan tong-tong sampah pada bangunan sarana umum di sediakan oleh pemerintah.

(26)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

swadaya masyarakat di masing-masing unit lingkungan. Sedangkan sampah dari kegiatan komersial dan pemerintahan/perkantoran serta yang berada di sepanjang jalan utama dikelola oleh instansi terkait. 3. Sistem Pemindahan dan Pengangkutan, yaitu kontainer sampah

maupun sampah dari tiap lokasi TPS atau Transfer Depo diangkut oleh kendaraan truk sampah maupun arm roll truck / dump truck ke lokasi tempat pemrosesan akhir (TPA) yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. 4. Sistem Pembuangan/Pengolahan, yaitu sistem pengolahan sampah

yang dilakukan di TPA dengan cara sistem open dumping, yang selanjutnya ditingkatkan menjadi sistem lahan urug (sanitary land fill) yang dilengkapi sarana sistem drainase permukaan maupun bawah permukaan, sistem pembuangan gas yang dihasilkan oleh proses dekomposisi sampah dan sumur (pipa) pemantau leachate (cairan yang ditimbulkan oleh sampah), serta daur ulang. Selain itu sampah-sampah yang mempunyai potensi untuk dapat dimanfaatkan kembali, seperti plastik, kertas dan kaleng dapat dijadikan sebagai bahan baku industri pengolahan sampah, yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan dari sampah yang telah dipisahkan menjadi bahan baku atau barang jadi.

Beberapa program yang akan dikembangkan dalam rencana sistem jaringan air limbah adalah pengembangan sistem jaringan air limbah domestik, meliputi :

 Sistem pembuangan air limbah setempat dilakukan secara individual melalui pengolahan dan pembuangan air limbah setempat dikembangkan pada kawasan-kawasan yang belum memiliki sistem terpusat;

 Sistem pembuangan air limbah terpusat dilakukan secara kolektif melalui jaringan pengumpul dan diolah serta dibuang secara terpusat dikembangkan pada kawasan perkotaan dan kawasan perdagangan dan jasa.

4) Rencana Prasarana Drainase

Perencanaan jaringan drainase di Kabupaten Kepulauan Mentawai pada masa mendatang masih tetap diarahkan pada pemanfaatan fungsi sungai-sungai sebagai saluran utama. Pada daerah yang padat penduduknya, seperti ibukota kabupaten dan kecamatan jaringan drainase direncanakan melalui pembuatan saluran drainase dengan memanfaatkan jaringan jalan. Rencana jaringan drainase di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah :

 Memanfaatkan sungai sebagai drainase primer

 mengembangkan sistem drainase sekunder dan tersier pada kawasan pusat-pusat lingkungan.

 mengembangkan drainase tersier pada kawasan pemukiman non perkotaan.

5) Rencana Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana

Untuk meminimalisir dampak tsunami terhadap manusia dan lingkungan maka dilakukan hal-hal berikut :

(27)

 Mengembangkan kegiatan-kegiatan atau pemanfaatan ruang di kawasan pesisir dengan tanaman-tanaman yang dapat menahan tsunami seperti, mangrove dan pengembangan tanaman keras di kawasan pesisir (pohon kelapa dan cemara laut).

6) Rencana Jalur Evakuasi

Rencana jalur evakuasi di Kabupaten Kepulauan Mentawai, terdiri atas: 1) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan di wilayah

Kecamatan Pagai Selatan;

2) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan di wilayah Kecamatan Sikakap;

3) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan di wilayah Kecamatan Pagai Utara;

4) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan di wilayah Kecamatan Sipora Selatan;

5) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan Sipora Jaya dan kawasan perbukitan Tuapejat di wilayah Kecamatan Sipora Utara; 6) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan Bukit Peigu

di wilayah Kecamatan Siberut Selatan;

7) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan Taman Nasional Siberut di wilayah Kecamatan Siberut Barat Daya;

8) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan Saliguma, kawasan perbukitan Saibi Samukop, kawasan perbukitan Cimpungan di wilayah Kecamatan Siberut Tengah;

9) jalan setapak menuju ruang evakuasi di kawasan perbukitan Sirilogui, kawasan perbukitan Dusun Tamairang, di wilayah Kecamatan Siberut Utara; dan

(28)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

(29)

3.1.3.3. RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

Kondisi geografis dan alam Kabupaten Kepulauan Mentawai saat ini sebagian besar merupakan kawasan hutan. Kawasan hutan yang terdiri dari hutan lebat, hutan sejenis, semak belukar, memiliki persentasi terbesar yaitu mencapai 82 % dari luas wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai atau sekitar 493.093 hektar dan sebagian besar merupakan lahan tidur, meliputi 456.956 hektar berupa hutan lebat (76,02%), 12.348 hektar berupa hutan sejenis (2,05%), dan selebihnya sebesar 42.740 hektar berupa semak belukar (7,11%).

A. Kawasan Hutan Lindung

Rencana kawasan hutan lindung di Kabupaten Kepulauan Mentawai sesuai dengan Usulan Perubahan Kawasan Hutan Provinsi (Rencana 2032) adalah seluas 7.670 Ha (Tabel 4.1), yang terdiri dari Hutan Lindung Darat seluas 3.764,66 ha dan Hutan Lindung Mangrove seluas 3.906,07 ha.

Tabel 3.6.

Fungsi Kawasan Hutan Hasil Rekomendasi Tim Terpadu Yang Telah Melalui Uji Konsistensi

FUNGSI KAWASAN HUTAN BERDASARKAN HUTAN BERDASARKAN REKOMENDASI TIM TERPADU DAN UJI KONSISTENSI

Jumlah Kawasan hutan

Luas Kabupaten

KSA /KPA HL HPT HP HPK APL

183,397 7.670,73 - 246.011,41 54.856,28 109.119,6 491.935,4 601.335

Sumber : Hasil Rekomendasi Tim Terpadu

A.1.1 Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya

Alokasi lahan yang difungsikan sebagai kawasan resapan air diarahkan di sekitar kawasan taman nasional yaitu di wilayah Kecamatan yang berada di sekeliling Taman Nasional Siberut yang membatasi pemanfaatan ruang bagi kawasan lindung dan kawasan budidaya, yaitu Kecamatan Siberut Utara, Kecamatan Siberut Tengah, Kecamatan Siberut Selatan, Kecamatan Siberut Barat Daya. Selain itu juga diarahkan pada kawasan-kawasan yang menjadi bagian dari kawasan hutan lindung yang memiliki kemampuan sebagai penjaga fungsi hidrologis dan berfungsi menjaga kelestarian lingkungan, seperti di Kecamatan Sipora Utara, Kecamatan Pagai Utara, Kecamatan Sikakap dan Kecamatan Pagai Selatan.

A.1.2 Kawasan Perlindungan Setempat

(30)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

a) Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai ditetapkan dengan kriteria :

• Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak minimal 100 meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau

• Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.

Rencana penetapan kawasan sempadan pantai di Kabupaten Kepulauan Mentawai hingga tahun 2032 adalah pantai-pantai yang berada di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai. Penetapan ini bertujuan salah satunya adalah untuk melindungai kawasan pantai dari ancaman abrasi air laut, selain untuk melindungi ekosistem pantai dari kerusakan baik yang diakibatkan oleh alam maupun kegiatan manusia. Adapun luas sempadan pantai di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah 15.085,45 ha.

b) Kawasan Sempadan Sungai

Kabupaten Kepulauan Mentawai memiliki sungai tersebar di seluruh kecamatan yang ada, meliputi sungai Makalo, sungai Talo Pulei (melalui Kecamatan Pagai Selatan), sungi Taikako (Kecamatan Sikakap), sungai Silabu, sungai Saumanganyak (Kecamatan Pagai Utara), sungai Saureinuk (Kecamatan Sipora Selatan), sungai Pogari, sungai Berimanua, sungai Betumonga (Kecamatan Sipora Utara), sungai Siberut (Kecamatan Siberu Selatan), sungai Taileleu, sungai Sagulubbek (Kecamatan Siberut Barat Daya), sungai Saibi (Kecamatan Siberut Tengah), sungai Sikabaluan (Kecamatan Siberut Utara), sungai Simalegi, sungai simatalu, sungai Simatalu, sungai Beresigep (Kecamatan Siberut Barat).

Untuk melindungi sungai-sungai dari kegiatan-kegiatan budidaya, maka di tetapkan sempadan sungai di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah 500 m kiri-kanan sungai. Dengan luas sempadan sungai adalah 13.000 ha.

c) Kawasan Sekitar Danau

Penetapan kawasan lindung sekitar danau dilakukan untuk melindungi danau dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air danau, kondisi fisik pinggir dan dasar danau/waduk serta pengamanan dari kegiatan budidaya dan permukiman.

Kriteria penetapan kawasan sempadan sekitar danau/waduk adalah :

• Daratan dengan jarak 50 - 100 meter dari titik pasang tertinggi air danau; atau

• Daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik tepian danau.

Arahan kebijaksanaan kawasan sekitar danau adalah:

• Pengamanan daerah sepanjang tepi waduk/danau sungai yang harus dilindungi adalah 50 meter sampai 100 meter dari titik pasang air danau dan waduk tertinggi;

• Pencegahan terhadap pembangunan budidaya non pertanian atau daerah terbangun dalam kawasan tepi waduk/danau, kecuali berfungsi untuk menunjang fungsi lindung;

(31)

pemindahannya dilakukan secara bertahap.

Danau yang ada di Kabupaten Kepulauan Mentawai sekaligus sebagai objek wisata adalah Ruo Oinan yang terletak di Kecamatan Pagai Selatan, Danau Mangeungeu di kecamatan Siberut Barat Daya, Danau Bolot dan Danau Godjib di Kecamatan Siberut Utara (Sumber : RTRW Kawasan Pesisir Kabupaten Kepulauan Mentawai). Adapun luas sempadan danau adalah 8.680,29 ha.

d) Kawasan Sekitar Mata Air

Kawasan sekitar mata air, yaitu kawasan kurang lebih berjari – jari 200 m dari mata air, merupakan kawasan perlindungan setempat. Adapun kawasan mata air yang tersebar di Kabupaten Kepulauan Mentawai terdapat hulu DAS, yaitu Sikakap, Muara Siberut, Tuapejat, Bulasat/Km37, Sioban, Sikabaluan, Sagitci, Simalegi Betaet.

Pengelolaan kawasan sekitar mata air antara lain dilakukan dengan :

Perlindungan sekitar mata air untuk kegiatan yang menyebabkan alih fungsi lindung dan menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;

2. Pembuatan sistem saluran bila sumber dimanfaatkan untuk air minum;

3. Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah atau ground cover untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; serta

4. Membatasi dan tidak boleh menggunakan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi mata air

e) Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kabupaten Kepulauan Mentawai di arahkan pada kawasan perkotaan, yaitu Muara Siberut (PKW), Tuapejat (PKL/Ibukota Kabupaten), Sikakap (PKLp/Ibukota kecamatan) dan ibukota-ibukota kecamatan lainnya : Sikabaluan, Saibi Samukop, Mailepet, Pei-pei, Sioban, Saumanganya, dan Km 37.

Sesuai kebijakan ruang terbuka hijau ini di tetapkan sebesar 40 %dalah 441,ha.

f) Kawasan Hutan Mangrove

Kawasan Hutan Mangrove yang tidak ditetapkan sebagai bagian dari kawasan hutan lindung diarahkan sebagai bagian dari kawasan perlindungan setempat, yang tersebar di wilayah Pagai Utara (609,48 ha), Kecamatan Pagai Selatan (1.500,64 ha), Kecamatan Sikakap (313,47 ha), Kecamatan Sipora Selatan (209,88 ha), Kecamatan Sipora Utara (352,21 ha), Kecamatan Siberut Barat (9.529,67 ha), Kecamatan Siberut Barat Daya (1.782,89 ha) dan Kecamatan Siberut Selatan (834,62 ha). Sehingga total kawasan hutan mangrove pada kawasan perlindungan setempat adalah 13.349,97 Ha.

A.1.3 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya

(32)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Adapun kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya di Kabupaten Kepulauan Mentawai meliputi Kawasan Suaka Alam Darat, Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairannya dan Kawasan Pelestarian Alam.

a. Kawasan Suaka Alam (Darat)

Kawasan suaka alam darat yang berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai hanya berada di Kecamatan Pagai Selatan yaitu Kawasan Suaka Alam Pagai Selatan seluas 2.798,99 ha. dan Kecamatan Siberut Selatan dengan luas 3.221 Ha

b. Kawasan Suaka Alam Perairan

Di Kabupaten Kepulauan Mentawai yang termasuk dalam kawasan suaka alam laut dan perairannya diarahkan pada Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang didasarkan pada SK. Bupati Kabupaten Kepulauan Mentawai No.178 Tahun 2006 tentang penetapan kawasan konservasi laut daerah dan hasil studi MMA (Dinas Kelautan dan Perikanan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Tahun 2006). Luas daerah perlindungan laut adalah 159,96 ha, yang tersebar di Kecamatan Siberut Tengah 54 ha, Kecamatan Siberut Barat Daya 55 ha, dan Kecamatan Sipora Utara 51 ha.

c. Kawasan Pelestarian Alam

Yang termasuk dalam kawasan pelestarian alam di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah Taman Nasional Siberut, dimana berdasarkan SK. Direktur Jenderal PHKA Nomor 14/Kpts/DJ-V/2001 tanggal 6 Februari 2001 dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, diketahui luasan Taman Nasional Siberut adalah 190.500 Ha. Adapun pengelolaan Taman Nasional Siberut diberlakukan dengan sistem zonasi, dengan sebaran luasan sebagai berikut :

1. Zona Inti

Terletak di bagian Siberut Utara dan Siberut Selatan seluas 46.533 Ha

2. Zona Rimba

Terletak di sekeliling zona inti dengan luas 99.555 Ha.

3. Zona Pemanfaatan Tradisional

Terletak di sebelah Barat Daya sampai sebelah barat laut Pulau Siberut dengan luas 44.392 Ha.

4. Zona Pemanfaatan Intensif

Terletak di Simabugai antara Dusun Sirisurak dan Dusun Limau dengan luas 20 Ha.

(33)

Sejalan dengan peraturan pemerintah No. 28 Tahun 2011 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, dan dalam rangka meningkatkan akses sarana dan prasarana bagi penduduk yang telah bermukiman di dalam kawasan TNS, maka perlu dilakukan review zonasi TNS dengan menetapkan adanya zona khusus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai Zonasi dalam Kawasan Taman Nasional Siberut dapat dilihat padaPeta 3.1.

1. Kawasan Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Laut

Rencana pengembangan kawasan alam laut teluk di Kabupaten Kepulauan Mentawai berdasarkan Rekom Gubernur No 5225.5/1575/PLH/1991 adalah di Teluk Sarabua Saibi dengan luas 21.200 ha berada di Desa Saibi Samokop, Kecamatan Siberut Tengah

2. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kawasan Cagar Budaya di Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah kawasan pedalaman. Kawasan pedalaman adalah perkampungan penduduk asli mentawai yang merupakan aset budaya yang mempunyai ciri khas dari suku pedalaman di daerah lain. Mereka hidup dengan mengandalkan alam dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan maupun papan.

Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan yaitu Kawasan Komunitas Adat/Budaya Mentawai terdapat di dusun Tarekan Hulu Desa Malancan Kecamatan Siberut Utara, Dusun Sirisurak Desa Saibi Samukop Kecamatan Siberut Tengah, Desa Madobag, Dusun Onga & Kinikdog Desa Matotonan, Dusun Bolotok & Boboakenen Desa Taileleu Kecamatan Siberut Barat Daya. Kawasan ini juga merupakan kawasan zona khusus dalam system zona di Taman Nasional Siberut

Lokasi daerah pedalaman / komunitas adat terpencil di wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai yang berada di pulau Siberut yang masih perlu penanganan oleh pemerintah dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.7.

Nama – Nama Lokasi Komunitas Adat Terpencil Kabupaten Kepulauan Mentawai

No. Kecamatan Desa Dusun Keterangan

1 Siberut Utara Malancan Tarekan Hulu Pengembangan

2 SiberutUtara Ma.Sikabaluan Puran Sedang Berjalan

3 Siberut Tengah Saibi Samukop Sirisurak Sedang Pelaksanaan

4 Siberut Selatan Matotonan Onga & kinikdok Sedang Paelaksanaan

Madobak Ugai, Buttui

5 Siberut Barat Daya Taileleu Bolotok & Boboakenen

Sedang Pelakasanaan

Sumber : Bappeda Kabupaten Kepulauan Mentawai

(34)

Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai

yang dapat diterapkan dalam pengembangan dan pengelolaan penduduk yang ada di pedalaman, diantaranya, yaitu;

1. Memberikan aksesibilitas pada penduduk yang ada di pedalaman untuk berinteraksi dengan daerah-daerah yang sudah berkembang membuka

keterisoliran / Pembangunan Jalan Penghubung antar dusun –dusun, desa- desa, desa-kecamatan

2. Memfasilitasi Program Komunitas Adat Terpencil (KAT) seperti bantuan Perumahan

3. Memfasilitasi Program Pemerintah Pusat (Pembangunan Daerah Tertinggal), Bantuan Penerangan (PLTS ) dan Telekomunikasi

4. Pemberdayaan Masyarakat Pedalaman dengan Pelatihan-pelatihan sektor pertanian, bantuan alat pertanian, dan Program Program Kesehatan

Di karenakan kawasan pendalaman ini berada di Kawasan Taman Nasional Siberut, maka kawasan ini diarahkan menjadi “kawasan khusus” dalam zonasi Kawasan Taman Nasional Siberut.

1. Terumbu Karang

Kawasan Terumbu Karang sebagai kawasan lindung lainya yang tersebar di Wilayah Perairan Pulau Siberut seluas 5.410,7 ha, Peraian Pulau Sipora seluas 5.988 ha, Perairan Pulau Pagai Utara seluas 732,9 ha dan Perairan Pulau Pagai Selatan seluas 1.099 ha.

2. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan rawan tsunami meliputi seluruh kawasan pesisir pantai Provinsi Sumatera Barat termasuk Kepulauan Mentawai beserta pulau-pulau kecil lainnya, yang dapat dikelompokan menjadi tiga kategori zona kerawanan yaitu :

• Zona Kerawanan tinggi, wilayah dengan jarak garis pantai 50 m, sepanjang pantai dengan ketinggian kontur kurang dari 10 m dpl.

• Zona Kerawanan menengah yaitu daerah sepanjang pantai dengan kontur ketinggian 10 – 15 m dpl, dengan kemiringan lereng cukup terjal.

• Zona kerawanan rendah yaitu wilayah sepanjang pantai dengan ketinggian 15 – 30m dpl, dengan morfologi curam dan relief tinggi atau berbukit, dan daerah ini dapat dimanfaatkan untuk evakuasi dan lokasi Pemukiman.

Kabupaten Kepulauan Mentawai yang mempumyai 43 desa 341 Dusun (33 Desa 162 Dusun merupakan Wilayah Pesisir yang rentan terhadap bencana tsunami. Berdasarkan SK Bupati Kepulauan Mentawai Nomor 188.45-320 Tahun 2010, daerah yang terkena Gempa/Tsunami akan direkolasi dari tempat pemukiman ke tempat yang lebih aman. Masing–masing daerah tersebut adalah :

 Km. 8 - 18 Taikako di P. Pagai Utara

 Km. 37 di Pagai Selatan

 Km. 4-9 di Sipora Selatan

Adapun kawasan rawan bencana di Kabupaten Kepulauan Mentawai meliputi :

1. Kawasan rawan gempa bumi terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Mentawai;

Gambar

Tabel 3.1.Rencana Pengembangan Ruas Jalan di Pulau Siberut
Tabel 3.2.Rencana Pengembangan Ruas Jalan di Pulau Sipora
Tabel 3.4.Rencana Pengembangan Ruas Jalan di Pulau Pagai Selatan
Tabel 3.5.Rencana Pengembangan Pelabuhan di Kabupaten Kepulauan Mentawai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan pengumpulan bukti audit diperoleh dari hasil wawancara dan hasil check list dengan Bagian IT dan karyawan yang berhubungan dengan sistem informasi persediaan, serta

Hasil pengukuran kecernaan bahan pada penelitian menunjukkan adanya peningkatan kecernaan BKS yang telah dihidrolisis dengan enzim cairan rumen domba sebagai bahan pakan ikan patin

Madiun memberi ijin kepada Pemohon untuk mengucapkan ikrar talak terhadap Termohon oleh karena rumah tangga Pemohon dan Termohon sejak tahun 2006 telah tidak harmonis sering

SISTEM DTMF SEBAGAI PENGENDALI JARAK JAUH PADA RANCANG BANGUN PERANGKAT KERAS ALAT PENGHANCUR SAMPAH ORGANIK PENGHASIL PUPUK PADAT.. (2016 : xvii + 65halaman + 46gambar

Pada lansia hal yang menjadi sumber stres bisa berupa : kondisi fisik yang semakin menurun sehingga tidak sekuat pada masa muda dulu dan seringkali diikuti dengan

Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang psikologi pendidikan terutama yang menyangkut

Namun, sebagai tanda rahmad-Nya dan sebagai bukti kasih sayang-Nya, Dia telah menjelma kepada manusia para Matahari bimbingan-Nya, para lambang keesaan ilahiah-Nya, dan

Jalan simpang semambang – batas pendopo merupakan ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten Pali, jalan tersebut juga menghubungkan jalur