I‐1 IXVI‐‐111
VI‐11
LAPORAN AKHIR
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 V-1
Bab 5
Kerangka Strategi Pembiayaan
Infrastruktur Bidang Cipta Karya
5.1. Potensi Pendanaan APBD
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.
Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah‐langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2‐JM bidang Cipta Karya pada dasarnya bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, dan
I‐2 IXVI‐‐222
VI‐22
LAPORAN AKHIR
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-2
Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:
1. Undang‐Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber‐sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah. 2. Undang‐Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Pemerintah daerah
diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.
I‐3 IXVI‐‐333
VI‐33
LAPORAN AKHIR
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-3
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan NonBank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. Total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya;
b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. Persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah;
e. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari: a. Pendapatan daerah yang meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah. b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
I‐4 IXVI‐‐444
VI‐44
LAPORAN AKHIR
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-4
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:
A. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
─ Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah; ─ Tingkat kerawanan air minum.
B. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara‐kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
─ kerawanan sanitasi;
─ cakupan pelayanan sanitasi.
I‐5 IXVI‐‐555
VI‐55LAPORAN AKHIR
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-5
1) Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.
2) Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.
3) Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4) Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5) Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6) Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.
Dana‐dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana‐dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar‐besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.
Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Bojonegoro selama 3‐5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:
a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.
b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-6
Pendapatan Asli Daerah 290.997.088.943,59
Pajak Daerah 14.978,05 1,23 53.172,17 3,53 26.971,30 1,45 58.309,47 2,88 68.677.391.510,46 2,45
Dana Bagi Hasil 297.131,04 24,38 351.733,79 23,32 584.633,66 31,45 553.156,84 27,33 796.681.977.013,00 28,44 Dana Alokasi Umum 583.763,53 47,91 665.218,29 44,11 785.584,83 42,25 876.021,91 43,27 920.522.357.000,00 32,86 Dana Alokasi Khusus 57.373,20 4,71 67.916,90 4,50 68.347,17 3,68 46.545,62 2,30 44.549.378.000,00 1,59
Lain‐lain Pendapatan Daerah Yang Sah 748.194.436.370,00
Dana Darurat 200,00 0.00 0,02 0,00 0.00 0,00 0,00 898 0,04 0,00 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah Lainnya 46.557,16 3,82 54.458,35 3,61 55.149,58 2,97 71.514,22 3,53 115.737.760.185,00 4,13 Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus 105.490,38 8,66 185.099,15 12,27 180.802,37 9,72 236.525,56 11,68 258.359.458.000,00 9,22 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya 48.169,79 3,95 19.049,44 1,26 26.233,70 1,41 23.919,96 1,18 374.097.218.185,00 13,35
Total Pendapatan 1.218.517,79 100 1.508.114,65 100 1.859.167,98 100 2.024.348,29 100 2.800.945.237.326,59 100
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-7
Tabel 5. 2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Pendapatan Daerah
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Rp (dlm juta
rupiah) %
Rp (dlm juta
rupiah) %
Rp (dlm juta
rupiah) %
Rp (dlm juta
rupiah) % Rp (dlm juta rupiah) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Belanja Tidak Langsung 1.223.242.985.230,28
Belanja Pegawai 549.293,121 55,44 711.000,074 51,4 772.216,575 45,98 840.955.103 41,34 1.055.118.376.043,00 43,66 Belanja Bunga 12.300,000 1,24 7.296,651 0,53 4.059,119 0,24 0,00 Belanja Subsidi 209 0,01 209.000 0,01 208.600.000,00 0,008 Belanja Bansos 32.834,446 3,31 77.573,928 5,62 40.012,234 2,38 19.533.615 0,96 8.649.280.000,00 0,35 Bantuan Pemda lain/Belanja Bagi Hasil
kpd Prov/Kab/Kota dan pemdes 1.080,000 0,11 1.140 0,08 1.152 0,07 1.076.495 0,05 1.128.378.150,00 0,046 Belanja Bantuan Keuangan kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota,
Pemerintahan Desa dan Partai Politik
34.779,950 3,51 55.682,700 4,03 90.570 5,39 160.146.928 7,87 157.138.170.037,28 6,50 Belanja Tidak Terduga 1.000.181.000,00 0,041
Belanja Langsung 1.192.986.264.295,00
Belanja Pegawai 30.428,382 3,07 54.344,783 3,93 66.491,341 3,96 100.774.819 4,95 38.874.191.395,00 1,60
Belanja Barang dan Jasa 146.411,357 14,78 248.788,150 18,01 337.071,334 20,07 567.230.882 27,89 616.425.271.012,00 25,5 Belanja Modal 131.466,879 13,27 212.492,277 15,38 300.090,558 17,87 315.627.293 15,52 537.686.801.888,00 22,2
Total Belanja 990.677,136 1.381.308,323 1.679.631,188 2.034.120.196 2.416.229.249.525,7
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-8
Tabel 5. 3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
Pendapatan Daerah
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Rp (dlm juta
rupiah) %
Rp (dlm juta
rupiah) % Rp (dlm juta rupiah) %
Rp (dlm juta
rupiah) % Rp (dlm juta rupiah) %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Penerimaan Pembiayaan 364.294.283.920,50
Sisa Anggaran Tahun Sebelumnya
Penggunaan SiLPA 171.939,66 0,00 318.179,86 0,00 386.469,64 0,00 386.607.524.376,17 95 353.881.639.920,50 76,9 Penerimaan Investasi Jangka
Panjang Non Permanen 9.590.144.350,00 16,60 19.559.000.000,00 13,65 Penerimaan Pinjaman
dan Obligasi Daerah 15.395.103.106,00 14,67 Penerimaan Kembali
Pinjaman 9.566.551,25 0,02 12.051.059,81 0,01 12.933.088,76 0,01 10.412.644.000,00 2,26
Pengeluaran Pembiayaan 95.612.500.000,00
Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah 1.274.938.911,77 2,21 30.000.000.000,00 28,59 59.500.000.000,00 41,54 15.000.000.000 1,61 85.000.000.000,00 18,48 Pembayaran Pokok Pinjaman 31.333.500.000.000 54,23 34.100.000.000,00 32,50 35.003.314.900,00 24,43
Pengeluaran Investasi Jangka
Panjang Non Permanen 15.573.614.468,00 26,95 25.424.859.298,00 24,23 29.175.689.218,00 20,37 19.831.500.000 2,12 10.612.500.000,00 2,30
Total Pembiayaan 57.781.936.220,68 104.932.331.643,67 143.251.323.676,408 933.316.566.220,27 459.906.783.920,50
Sumber : RPJMD 2013‐2018 & Lampiran I Nomor Tanggal Peraturan Daerah : 3 Tahun 2014 1 Oktober 2014
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-9
Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3‐5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.
Tabel 5. 4 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Alokasi
2.750,02 4,48 1.827,72 0,25 8.072,18 0,95 7.199,69 0,35 70.051,50 3,03 Penataan
Bangunan & Lingkungan
36.802,23 59,93 12.053 1,63 8.095,00 0,95 53.155,18 2,61 100.000 4,3
Pengembangan PLP
123,686 0,20 186,65 0,03 182,9 0,02 264,775 0,01 4.060,00 0,17 Total Belanja
APBD Bidang Cipta Karya
49.440,57 80,51 21.905,52 2,97 41.886,36 4,92 136.693,81 6,72 126.430,00 5,48
Total Belanja
APBD
61.406,244 738.624,61 851.511,09 2.034.120,196 2.305.749.457
Sumber : RPJMD 2013‐2018 & Lampiran Perda No. 3 Tahun 2014
Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di Kabupaten/Kota. DDUB ini menunjukkan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-10
Tabel 5. 5 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir
Sektor
Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
Alokasi
Sumber : APBD Kabupaten Bojonegoro
Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2‐JM), maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta. Berdasarkan data‐data realisasi pendapatan dan belanja APBD tahun 2012‐ 2015, maka didapat proyeksi pendapatan dan belanja APBD Kabupaten Bojonegoro dari Tahun 2017‐ 2021, sebagaimana Tabel 5.6 dan Tabel 5.7 di bawah ini.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-11
PAD 159.247 215.766 291.243 337.695 0,097 340.705,99 377.652,46 414.598,91 451.545,35 488.491,80 DBH 584.651 553.156 796.681 994.881 0,248 1.591.585,61 1.764.178,64 1.936.771,52 2.109.364,40 2.281.957,28 DAU 785.584 876.021 920.522 895.987 0,085 972.846,44 1.078.342,81 1.183.839,10 1.289.335,38 1.394.831,67 DAK 68.347 46.545 44.549 67.346 0,089 143.535,79 159.100,94 174.666,09 190.231,23 205.796,37 Lain‐lain
Pendapatan yang sah
263.556 332.857 464.681 602.859 0,263 1.017.306,52 1.127.624,19 1.237.941,76 1.348.259,33 1.458.576,91
Total APBD 1.861.387 2.024.345 2.517.676 2.898.768 4.065.978,36 4.506.899,04 4.947.817,37 5.388.735,69 5.829.654,03
Sumber : Hasil Analisis
1.015.493 1.050.487 1.140.293 1.388.581 0,228 2.189.983 2.444.872 2.699.761 2.954.650 3.209.540
Belanja Langsung
677.619 983.633 1.275.767 1.455.890 0,292 1.859.974 2.076.454 2.292.934 2.509.414 2.725.893
Total APBD 1.693.112 2.034.120 2.416.061 2.844.471 4.049.957 4.521.326 4.992.695 5.464.064 5.935.433
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-12
5.2. Potensi Pendanaan APBN
Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut yang bersumber dari APBN. Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) Pos‐pos pendapatan dan belanja perlu diolah ke dalam bentuk grafik proporsi untuk melihat perkembangan proporsi sumber penerimaan dan pengeluaran selama lima tahun terakhir berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintah (PP No.71 Tahun 2010) seperti Gambar 5.1. Apabila ada kenaikan atau penurunan komponen pendapatan dan belanja yang signifikan atau terkait dengan bidang Cipta Karya, perlu dianalisis secara deskriptif dan ditulis penjelasan rincinya. sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-13
Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Tabel 5. 9 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK Tahun 2010 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
DAK Air Minum 1.108.200
DAK Sanitasi 1.309.250.000 2.168.070.000
Sumber : Hasil Analisis
5.3. Alternatif Sumber Pendanaan
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-14
Tabel 5. 10 Hasil Penilaian Business Plan PDAM Kabupaten Bojonegoro
Sumber : PDAM Kabupaten Bojonegoro
Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan. Adapun business plan PDAM Kabupaten Bojonegoro disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 5. 11 Business Plan PDAM Kabupaten
Sumber : PDAM Kabupaten Bojonegoro
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-15
Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya. Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak dibidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP‐SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.
Tabel 5. 12 Hasil Penilaian Business Plan PDAM Kabupaten Bojonegoro
Sumber : PDAM Kabupaten Bojonegoro
Tabel 5. 13 Rencana Investasi PDAM Kabupaten Bojonegoro
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-16
5.4. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya
Dalam hal menggali pendanaan dari pihak swasta, pemerintah daerah belum ada rencana untuk melaksanakan kerjasama, dimana hingga saat ini pemerintah kabupaten hanya bekerja sama dengan badan usaha milik daerah yaitu PDAM dalam hal pengembangan air minum. Pembangunan Bidang Cipta Karya Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.
Dalam rangka percapaian pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2‐JM, maka Pemerintah Kabupaten Bojonegoro perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman yaitu dengan membangun kemitraan baik dengan perusahaan daerah, perusahaan swasta maupun dengan masyarakat. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPI2JM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain :
1. Strategi peningkatan DDUB Kabupaten Bojonegoro;
2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran; 3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;
4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya;
5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur permukiman yang sudah ada;
6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.
Strategi yang perlu dilakukan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro untuk peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yaitu :
A. Strategi Peningkatan Program DDUB oleh Kabupaten dan Provinsi
1) Mengembangkan dan meningkatkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan menunjukkan laporan administrasi yang lebih baik.
2) Memanfaatkan kecamatan sebagai lokasi khusus program untuk mengharmonisasikan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian program dalam meningkatkan DDUB tersebut.
B. Strategi Peningkatan Penerimaan Daerah dan Efisiensi Penggunaan Anggaran
Review RPIJM Kabupaten Bojonegoro Tahun 2017‐2021 VI-17 2) Memperluas basis penerimaan pajak melalui identifikasi pembayar pajak baru/potensial
serta meningkatkan efisiensi dan penekanan biaya pemungutan
C. Strategi Peningkatan Kinerja Keuangan Perusahaan Daerah
1) Melaksanakan konsep good governanceyang akan tercapai jika dengan akuntabilitas dan transparansi sehingga akan meningkatkan kinerja pemerintahan daereah menjadi lebih baik. 2) Menyeimbangkan antara pengukuran hasil dari usaha masa lalu dengan pengukuran yang
mendorong kinerja masa mendatang.
3) Penentuan tarif air pada PDAM akan meberikan dampak peningkatan kinerja keuangan dari Perusahaan Daerah.
D. Strategi Peningkatan Peran Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Pembiayaan Pembangunan Cipta Karya
1) Keterpaduannya pengembangan infrastruktur permukiman yang akan mendukung tingkat kualitas hidup masyarakat.
2) Peningkatan penertiban, pengawasan, pembinaan dan pengendalian penataan ruang dan dilaksanakanyakordinasi dengan instansi lain dalam urusan pembangunan pada bidang Cipta Karya.
3) Memposisikan masyarakat sebagai penentu kebijakan dan pelaku utama pembangunan di daerah masing‐masing, termasuk mengutamakan nilai budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif.
E. Strategi Pendanaan untuk Operasi Pemeliharaan dan Rehabilitasi Infrastruktur Permukiman yang Sudah Ada
1) Meningkatkan kondisi sarana dan prasarana yang telah ataupun sedang dibangun agar tingkat pelayanannya dapat dipertahankan dan ditingkat sesuai dengan kualitas yang memadai, serta tetap dapat dioperasikan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam rangka menunjang sektor‐sektor produktif.
2) Diprioritaskannya infrastruktur yang sudah dibangun ataupun sedang dalam proses pembangunan, diupayakan pemeliharaannya agar nilai ekonomisnya tidak menurun.
F. Strategi Peningkatan Pembiayaan Infrastruktur
1) Melakukan identifikasi dan inventarisasi terhadap kegiatan‐kegiatan pembangunan yang berpotensi didanai melalui skema KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta).