• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Model Pendidikan Keluarga Pada Masyarakat Adat Kajang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Model Pendidikan Keluarga Pada Masyarakat Adat Kajang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Model Pendidikan Keluarga Pada

Masyarakat Adat Kajang

Wilayah atau komunitas Masyarakat Adat Suku Kajang menjadi objek penyelenggaraan labsite pendidikan keluarga tahun 2016, seperti apa harapannya adalah mengeksplorasi dan menggali tentang kearifan lokal masyarakat Sulawesi Selatan, bagaimana konsep kekeluargaan yang terjalin pada masyarakat suku adat dalam menyukseskan program labsite itu, bagaimana cerita di balik kegiatan ini memberikan warna dalam memajukan pendidikan. masyarakat adat Kajang sangat tersohor dalam publikasi seantero pelosok negeri. Bisa diyakini semua sudah pernah mendengar kiprah masyarakat adat Suku Kajang dengan budaya lokalnya mampu melestarikan kekayaan hutan sebagai sumber utama kehidupan kita, oksigen, dan itu diakui. Wilayah Kajang meliputi Kecamatan Kajang, Bulukumba, dan Ujung Loe. Setiap wilayah yang menjadi tempat bermukim masyarakat adat Kajang selalu ditandai dengan keberadaan saukang (tempat/benda yang dikeramatkan) berupa hutan, danau, batu dan tempat-tempat bersemedi leluhur Suku Kajang. Konsep dan praktek hidup masyarakat adat Kajang menjadi kajian menarik bagi banyak pihak, terutama pada aspek kemampuan masyarakat adat Kajang hidup selaras dengan hutan, sekaligus menjadi topik kajian hak-hak masyarakat adat dalam pengelolan sumber daya alam, penguasaan dan pemanfaatan lahan wilayah masyarakat adat Kajang berdasar kepada pasang yang berbunyi tallasa kamase-mase (hidup sederhana) dan “katutui ririe’na, rigentenganna tala tabbua palaraya” (peliharalah baik-baik selama masih ada, sebelum datangnya masa krisis/paceklik). Dengan kekhasannya, maka Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Sulawesi Selatan dengan kerjasama satuan pendidikan mengajak orangtua-orangtua dari peserta didik, warga sekolah di SD 351 Kawasan Tana Toa, berkolaborasi dalam mendidik anak-anak mereka agar dapat tuntas sekolah dasar.

Mengajak para orangtua dari murid SD 351 Kawasan Tana Toa, ternyata tidak sesulit mengajak peserta didik untuk tuntas sekolah dasar. Fenomena yang dialami anak-anak Kajang adalah tidak menyelesaikan tugas belajarnya dikarenakan kewajiban untuk membantu orangtua mereka bertani di luar wilayah Kajang, jumlah peserta kelas awal yang tinggi tetapi akan semakin menurun ketika mencapai kelas akhir. Angka drop-out sangat tinggi, mencapai 50% dari jumlah partisipasi awal. Ini disebabkan oleh siswa SD 351 terlibat dalam aktifitas ekonomi keluarga yang sudah

(2)

menjadi kebiasaan di daerah tersebut, yaitu ketika musim panen dan tanam tiba maka siswa yang datang ke sekolah menjadi menurun jumlahnya dan akan permanen jika orangtuanya bermutasi ke wilayah tetangga untuk bertani atau aktivitas ekonomi lainnya. Permasalahan ini berulang-ulang dialami oleh pihak sekolah yaitu semakin berkurangnya jumlah siswa di kelas tinggi (kelas 5) dan akhir (kelas 6), sehingga yang dapat menyelesaikan hanya 50% dari jumlah siswa setiap tahunnya, bahkan dapat mencapai 40% saja yang lulus. Ironisnya belum ada solusi yang dapat memaksimalkan permasalahan ini menjadi titik terang bagi Kepala Sekolah maupun guru-guru di sekolah tersebut sebelum adanya kegiatan pendidikan keluarga dicanangkan di satuan pendidikan pada tahun 2015.

Dengan adanya kegiatan labsite pendidikan keluarga yang diawali tanggal 12 Agustus 2016, terjadi pertemuan yang sungguh di luar bayangan tim dan pihak sekolah, yaitu hadirnya peserta yang adalah orangtua murid kurang lebih mencapai 100 orang melakukan orientasi pendidikan keluarga yang dibuka dengan resmi oleh Kepala Bidang Dikdasmen Kabupaten Bulukumba, Dr. Asnarti Said Culla, SH.,M.H. disaksikan oleh Tokoh Adat Perdana Menteri Masyarakat Adat Ammatoa, Wakil Amma Toa sekaligus Komite Sekolah, Kepala Dusun, SKB Kabupaten Bulukumba dan tim dari BP-PAUD & Dikmas Sulawesi Selatan. Terjadi komunikasi yang begitu akrab akan masalah orangtua selama ini, terungkap lewat tanya jawab dalam bahasa Konjo yang diterjemahkan oleh Ibu Saida, guru SD 351 Kawasan Tana Toa mulai dari masalah akte kelahiran yang tidak dimiliki oleh anak sampai kondisi sekolah yang sudah hampir runtuh dan hanya diganjal bambu yang sewaktu-waktu dapat saja amblas ke bawah pada saat pembelajaran. Orangtua antusias bertanya tentang akte kelahiran yang masih menjadi kendala dalam pengurusannya dan sebagian besar menjadi dominasi masalah orangtua dalam rangka kepentingan anak di masa depan. Namun, Kabid Dikdasmen memberikan solusi untuk mengatasi masalah ini dengan meminta bantuan data orangtua yang mengalami kesulitan tersebut. Orangtua terkendala dalam mendidik anak untuk mau belajar di rumah, sehingga orangtua mengiming-iming sesuatu untuk mau belajar. Melalui pertemuan orangtua yang telah beberapa kali dilaksanakan solusi untuk permasalahan yang dihadapi pun semakin terkuak dan difasilitasi oleh narasumber BP-PAUD & Dikmas yang membahas bagaimana mendidik anak di era digital atau pengasuhan positif. Untuk kesekian kalinya orangtua itu berkumpul, ada kegiatan yang sangat menarik dan sangat berkesan di antara peserta dan guru-guru, yaitu permainan pendidikan karekter melalui studi kasus kartu masalah yang merupakan produk/model pelibatan anak di satuan pendidikan di mana orangtua

(3)

bermain melaui kartu masalah tentang karakter orangtua dalam bentuk pertanyan dan dijawab oleh anggota yang lain dalam bahasa Konjo. Sesekali, Plt. Kepala Sekolah SD 351 Kawasan Tana Toa, Pak Sutta, S.Pd memasukan pesan-pesan kepada orangtua untuk membantu anaknya mengatasi masalah, termasuk jangan dulu ikut membantu di sawah, apalagi bila bertepatan dengan ujian akhir sekolah. Sebaiknya dahulukan dulu anak-anak agar mereka menuntaskan sekolahnya sebagai bekal untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya.

Selain manfaat dari pendidikan keluarga di atas melalui Labsite Masyarakat Adat Suku Kajang, diharapkan memberikan pemahaman kepada tri sentra pendidikan tentang model-model yang telah dikembangkan di BP-PAUD & Dikmas Sulawesi Selatan untuk dapat diterapkan dengan menyesuaikan karakteristik komunitas masyarakat Suku Kajang, mensosialisasikan peranan sekolah & pentingnya pendidikan keluarga. Labsite pendidikan keluarga adalah proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan program, menempatkan orang-orang pada setiap kegiatan, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. Kegiatan diawali dengan kegiatan yang dikemas secara informal agar orangtua/wali dan masyarakat merasa nyaman dan tergerak untuk berpartisipasi secara aktif. Secara perlahan pola kemitraan diarahkan kepada bentuk kegiatan yang formal. Media organisasi yang dikembangkan di satuan pendidikan dasar adalah:

a. Kelompok pertemuan orangtua di tingkat sekolah dan kelas.Ini dibentuk agar semua orangtua/wali peserta dapat terlibat aktif dalam berbagai kegiatan kemitraan melalui pihak sekolah yang berfungsi sebagai inisiator, fasilitator, dan pengendali kemitraan.

b. Menyosialisasikan program dan kegiatan kemitraan kepada semua orangtua/wali sehingga mereka dapat memahaminya dan tergugah untuk ikut berpartisipasi aktif.

c. Memulai program dan kegiatan kemitraan dan berkomunikasi dengan orangtua/wali tentang perkembangan murid untuk tuntas sekolah, dll.

d. Membangun komunikasi agar terjadi keselarasan dalam pola pendidik, pengasuhan, pengarahan, dan motivasi antara sekolah dengan keluarga/orangtua/wali.

e. Mendiskusikan untuk mencari solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam belajar, baik dari pihak sekolah maupun orangtua/wali.

(4)

f. Membentuk jejaring komunikasi dan informasi merupakan kunci keberhasilan dalam menjalin kemitraan antara satuan PAUD, keluarga, dan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dirancang media yang dapat dimanfaatkan sebagai jaringan komunikasi antara ketiga pihak tersebut (dokumen, surat menyurat, surat edaran, leaflet, booklet, banner, sms, dll).

Prosedur penyelenggaraan labsite dilakukan dengan menentukan bentuk penyelenggaraan labsite yang sesuai dengan karakteristik masyarakat Suku Kajang dengan mengacu pada hasil analisis identifikasi dengan mengasimilasi model-model yang telah dikembangkan balai pada tahun 2015, baik penyelenggaraannya maupun pembelajarannya dan Petunjuk Teknis Direktorat Bindikkel. Sehingga apa yang dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis identifikasi yang dituangkan dalam desain penyelenggaraan labsite. Labsite sebagai laboratorium maka juga dilakukan penelitian atau pengembangan sesuai dengan metode penelitian ilmiah dalam rangka memperkaya khasanah berpikir Pamong Belajar BP-PAUD dan Dikmas Sulawesi Selatan dalam menjalankan tupoksinya yaitu mengembangkan model-model yang inovatif. Penyelenggaraan labsite Pendidikan Keluarga tahun 2015 di Komunitas Adat Suku Kajang mengacu pada sintax penyelenggaraan pada Pedoman/Petunjuk Teknis Kemitraan Satuan Pendidikan Dasar dengan Orangtua dan Masyarakat dan Model-model Pendidikan Keluarga Tahun 2015 yaitu :

- Tahap Pembentukan Program

a. Mengidentifikasi kebutuhan orangtua (data orangtua & peserta didik); b. Membentuk kepanitiaan, kepanitian parenting tingkat sekolah dan kelas; c. Membuat job description antara lain peran kepala sekolah, guru selaku wali

kelas, ketua dan anggota;

d. Menyusun program/jadwal kegiatan pendidikan keluarga per semester atau tahunan;

e. Mengidentifikasi mitra dan potensi pendukung;

f. Melaksanakan program sesuai agenda diantaranya terlaksananya pertemuan orangtua tingkat sekolah dan pertemuan orangtua tingkat kelas;

g. Kesepakatan bersama (komitmen bersama) dalam rangka mencapai tujuan yang telah direncanakan dan evaluasi (internal control) baik di lapangan, oleh pihak-pihak yang terlibat dalam supervisi pendidikan keluarga.

- Tahap Pelaksanaan Program

a. Minimal terselenggaranya pertemuan orangtua tingkat sekolah (1 Keg) dan pertemuan orangtua tingkat kelas yaitu :

(5)

1. Pertemuan orangtua dalam rangka pengenalan lingkungan sekolah (parenting/pertemuan di tingkat sekolah pada awal kalender pendidikan). Kegiatan ini dilakukan sebaiknya di awal program sekaligus sosialisasi tentang kemitraan dan pelibatan semua komponen warga di satuan.

2. Terselenggaranya pertemuan orangtua tingkat kelas minimal diantaranya: Hari Konsultasi Orangtua, Kelas Inspirasi/Kelas Orangtua atau acara bersama dengan ragi belajar berupa keterampilan untuk orangtua.

b. Terlaksananya sintax model Kolaborasi Orangtua, Sekolah dan Masyarakat di Satuan Pendidikan Dasar pada Masyarakat Adat Suku Kajang.

c. Terlaksananya model pembelajaran studi kasus melalui kartu masalah sebagai konten pembelajaran pendidikan keluarga.

- Tahap Penguatan Program

Terjalinnya komunikasi antara orangtua, guru dan sekolah yang difasilitasi oleh Wali Kelas/Komite/Tokoh Masyarakat/Buku Penghubung atau sejenisnya yang bersifat mengikat dan konsisten disesuaikan karakteristik masyarakat Suku Kajang. Antara lain bentuk-bentuk kegiatannya adalah:

1) Sosialisasi tentang kemitraan di lingkungan warga satuan.

2) Diskusi membahas tentang masalah pendidikan anak-anak dengan melibatkan narasumber.

3) Pelibatan semua komponen warga satuan dalam penyusun rencana aksi program dan kegiatan pelibatan orangtua.

Dampak Pelibatan Orangtua

Yang terlihat pada pertemuan tingkat sekolah adalah :

- Meningkatkan komunikasi antara orangtua dan anak, sekolah, Guru/Wali, Dinas Pendidikan, Komite Sekolah, Pengawas Sekolah.

- Meningkatkan kehadiran siswa disekolah

- Meningkatkan kepuasan orangtua terhadap sekolah - Orangtua merasa berhasil

- Meningkatkan keinginan anak untuk melanjutkan sekolah

- Meningkatkan kecenderungan orangtua membantu anak untuk melanjutkan sekolah

- Mendukung iklim sekolah yang lebih baik

(6)

Dampaknya secara langsung di akhir tahun dirasakan oleh pihak sekolah dan murid dimana mereka telah dapat menikmati gedung baru bantuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bulukumba dan telah terbentuk kelompok orangtua yang yang rutin bertemu dalam arisan bulanan juga pihak sekolah wajib masuk termasuk Kepala Sekolah. Yang terpenting dari kegiatan ini adalah orangtua murid sangat antusias datang ke sekolah mengikuti pertemuan karena diarahkan oleh Ketua Komite/Tokoh Masyarakat dan mereka sangat patuh terhadap pemimpin mereka.

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

Referensi

Dokumen terkait

- Siswa dapat membedakan bentuk-bentuk Proyeksi Orthogonal dari bentuk- bentuk proyeksi yang lain dengan benar dengan memberikan contoh-contoh gambar proyeksi benda. - Siswa

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian yang telah peneliti laksanakan, maka dapat disimpulkan bahwafaktor- faktor yang mempengaruhi minat belajar

Sahabat MQ/ kasus skandal century/ terus bergulir// Dugaan bila kasus ini akan menyeret sejumlah tokoh/ kini terbukti// Kali ini/ Menteri Keuangan Sri Mulyani/ yang

Berbeda dengan model awal, penilaian keadilan prosedural pada kelompok perempuan tidak berperan secara signifikan terhadap kepuasan.. Keadilan distributif berperan positif dan

Pemindahan Hak Pemakaian Tempat adalah menyewakan, mengontrakkan, memberi kuasa, mewakilkan, menjual dengan cara apapun yang pada hakekatnya merupakan pemindahan

Melakukan pengawasan semua bahan kimia yang digunakan untuk kegiatan di Unit Gizi guna meminimalisasi limbah cair dari sumbernyaa. Memberikan laporan hasil kegiatan monitoring

Jika dalam jangka waktu 15 tahun tersebut ternyata salah satu dari Mawar dan Sasa meninggal dunia maka ahli waris akan mendap- atkan uang pertanggungan total sebesar Rp

Kurangnya tingkat pengetahuan pustakawan dalam hal kepustakaan banyak pengunjung tidak merasa puas dalam hal pelayanan yang diberikan,Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka