Disampaikan dalam Pelatihan (Meeting & Sharing)
Kospin Jasa Layanan Syariah Pekalongan
Pada Hari Sabtu, 7 Desember 2013.
Muhammad Hafidh, SH., MKn.
Notaris / PPAT Kota Semarang
Jalan Sriwijaya no. 57
Telp: 024. 8448079/ Fax: 024.8315221
Email:Hafidh57_Notsmg.@yahoo.com
Pasal 83 UU No 17 Thn 2012
Jenis Koperasi yaitu:
•
Koperasi Konsumen
•
Koperasi Produsen
•
Koperasi Jasa
Pasal 24 ayat 1 UU No17 Thn 2012
Akta pendirian koperasi dan akta
perubahan anggaran dasar yang telah
disahkan oleh Menteri, harus diumumkan
dalam berita Negara Republik Indonesia
Pasal 58 ayat 2 UU No 17 Thn 2012
Pengurus berwenang mewakili koperasi di
dalam maupun di luar pengadilan
Pasal 87 ayat 3 UU No 17 Thn 2012
Koperasi dapat menjalankan usaha atas
dasar prinsip ekonomi syariah
Pasal 87 ayat 4 UU No 17 Thn 2012
Ketentuan mengenai koperasi berdasarkan
prinsip ekonomi syariah sebagaimana
dimaksud pada ayat 3 diatur dengan
peraturan pemerintah
Pasal 121 pada saat Undang-undang ini mulai berlaku:
a.
Koperasi yang telah didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan diakui sebagai koperasi berdasarkan
Undang-undang ini;
b.
Koperasi sebagaimna dimaksud pada huruf a wajib melakukan
penyesuain anggaran dasarnya paling lambat 3 tahun sejak
berlakunya Undang-undang ini;
c.
Koperasi yang tidak melakukan penyesuaian angaran dasar dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b ditindak
ssesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
d.
Akta pendirian koperasi yang belum disahkan atau perubahan
anggaran dasar koperasi yang belum disetujui oleh Menteri, proses
pengesahan dan persetujuannya dilakukan sesuai dengan
Undang-undang ini.
•
Pasal 122 ;
1)
Koperasi yang mempunyai unit simpan pinjam wajib
mengubah unit simpan pinjam koperasi simpan pinjam dalam
waktu paling lambat 3 tahun sejak undang-undang ini
disahkan
2)
Dalam jangka waktu perubahan menjadi koperasi simpan
pinjam sebagaimana dimaksud ayat 1 unit simpan pinjam
dilarang menerima simpan dan/atau memberikan pinjaman
baru kepada non-anggota.
3)
Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 yang tidak
mengubah unit simpan pinjam menjadi koperasi simpan
pinjam dilarang melakukan kegiatan simpan pinjam.
4)
Tata cara perubahan unit simpan pinjam koperasi menjadi
koperasi simpan pinjam sebagaimana dimaksud pada ayat 1
diatur dalam peraturan Menteri
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 121
Pada saat undang-undang ini mulai berlaku
a.
yang telah didirikan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan diakui sebagai koperasi berdasarkan undang-undang
Koperasi ini.
b.
Koperasi sebagaimana dimaksud pada huruf a wajib melakukan
penyesuaian anggfaran dasarnya paling lambat 3 tahun sejak
berlakunya undang-undang ini;
c.
Koperasi yang tidak melakukan penyesuaian anggaran dasar dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada huruf b ditindak sesuai
dengan ketentuanperaturan perundang-undangan; dan
d.
Akta pendirian koperasi yang belum disahkan atau perubahan
anggaran dasar koperasi yang belum disetujui oleh menteri, proses
pengesahan dan persetujuannya dilakukan sesuai dengan
undang-undang ini.
Pasal 126
Undang-undang ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya,memerintahkan
pengundangan undang-undang ini
dengan penempatannya dalam
lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan dijakarta pada tanggal 29
Oktober 2012
Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan No.
1 Tahun 1974
“Anak yang dilahirkan di luar
perkawinan mempunyai hubungan
perdata hanya dengan ibunya dan
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
Tanggal 17 Februari 2012
dengan Putusan nomor: 46/PUU-VIII/2010 tentang
Pasal 43 ayat (1) UU Perkawinan No. 1 Tahun
1974
“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan
mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan
keluarga ibunya
serta dengan laki-laki sebagai
ayahnya yang dapat dibuktikan berdasarkan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan/atau alat
bukti lain menurut hukum mempunyai
hubungan perdata dengan ayahnya
”.
MUHAMMAD HAFIDH.SH.,M.KN
JAMINAN UTANG
•
Benda Bergerak
MUHAMMAD HAFIDH.SH.,M.KN
Benda Bergerak
UU 42/1999 (Fidusia)
Pasal 1 ayat (2)
Fidusia adalah hak jaminan atas benda
bergerak baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud, dan benda tidak
bergerak khususnya bangunan yang
MUHAMMAD HAFIDH.SH.,M.KN
Pasal 5 ayat (1)
“Pembebanan benda dengan
jaminan fidusia dibuat dengan akta
Notaris dalam bahasa Indonesia
dan merupakan
MUHAMMAD HAFIDH.SH.M.KN
UU Fidusia tidak berlaku terhadap:
1.
HT yang berkaitan dengan tanah dan
bangunan, sepanjang peraturan
Perundangan yang berlaku menentukan
jaminan atas benda-benda tersebut
wajib daftar
2.
Hipotek atas kapal yang terdaftar
dengan isi kotor 30 M3 atau lebih
3.
Hipotek atas pesawat terbang
4.
Gadai
MUHAMMAD HAFIDH.SH.M.KN
Benda Tidak Bergerak (Tanah)
•
Pengikatannya:
1. SKMHT
2. APHT
Objek Hak Tanggungan
Tanah yang akan dijadikan jaminan
utang dengan dibebani HT harus
memenuhi syarat:
a.
Dapat dinilai dengan uang;
b.
Termasuk hak yang didaftar dalam
daftar umum;
c.
Dapat dipindah tangankan;
Hak atas tanah yang dapat dijadikan Objek HT :
Pasal 4 UUHT
a.
Hak Milik
b.
Hak Guna Usaha
c.
Hak Guna Bangunan
Dan Hak Pakai atas Tanah Negara yang menurut
ketentuan yang berlaku wajib didaftar dan menurut
sifatnya dapat dipindahtangankan, dapat juga
dibebani HT.
Ciri-Ciri HT
1.
Droit de Preference (Pasal 20 ayat(1));
2.
Droit de Suite (Pasal 7);
3.
Memenuhi Asas Spesialitas dan Asas Publisitas
(Pasal 11);
4.
Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya (Pasal
6, Pasal 20 (2), Pasal 26 jo. 14) ;
MUHAMMAD HAFIDH.SH.M.KN
Droit de Preference
Pasal 1 angka 1:
yang memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu
terhadap kreditor-kreditor lain.
Pasal 20 ayat(1) huruf b:
pemegang HT dengan hak mendahului
daripada kreditor-kreditor lainnya
MUHAMMAD HAFIDH.SH.M.KN
Droit de Suite
(Pasal 7):
HT tetap mengikuti obyeknya dalam tangan
siapapun obyek tersebut berada
MUHAMMAD HAFIDH.SH.,M.KN
Memenuhi Asas Spesialitas dan
Asas Publisitas
Pasal 11:
•
Identitas pemegang dan pemberi HT
•
Domisili pemegang dan pemberi HT
•
Jumlah utang-utang yang dijamin
•
Nilai tanggungan
MUHAMMAD HAFIDH.SH.M.KN
Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya
Pasal 6:
Menjual obyek HT atas kekuasaan sendiri melalui
pelelangan umum dan mengambil pelunasan
piutangnya dari hasil penjualan tersebut
Pasal 20 (2)
Penjualan obyek HT secara di bawah tangan, jika
dengan cara tersebut akan diperoleh harga tertinggi
yang menguntungkan semua pihak
Pasal 26 jo. 14
Memberikan kemungkinan penggunaan acara Parate
Eksekusi.
MUHAMMAD HAFIDH.SH.,M.KN
Objek HT tidak masuk dalam boedel kepailitan
Pasal 21:
Apabila pemberi HT dinyatakan pailit,
pemegang HT tetap berwenang
m e l a k u k a n s e g a l a h a k y a n g
diperolehnya menurut ketentuan
UU ini.
Sifat-Sifat HT
1. HT tidak dapat dibagi-bagi;
membebani secara utuh Objek HT
2. Bersifat
accesoir;
merupakan ikutan pada perjanjian pokok
Tata Cara Pembebanan HT
1.
Tahap pemberian HT, dilakukan di
hadapan PPAT, didahului dengan
perjanjian utang-piutang yang dijamin;
2.
Tahap pendaftaran, dilakukan di Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kotamadya
setempat.
Pemberi dan Penerima HT
Pemberi HT (Pasal 8 ayat (1))
a.
Perseorangan, atau
b.
Badan Hukum
Penerima HT (Pasal 8 ayat (2))
•
Perseorangan, atau
Kapan HT Lahir?
HT lahir pada hari tanggal
dibuatnya buku tanah
Hapusnya HT
Pasal 18 UUHT:
a.
Hapusnya utang yang dijaminkan dengan
HT;
b.
Dilepaskannya HT oleh Pemegang HT;
c.
Pembersihan HT oleh Ketua PN;
S K M H T
Pasal 15 SKMHT wajib dibuat dengan akta Notaris
atau Akta PPAT & Memenuhi syarat sebagai berikut ;
1.
SKMHT tidak memuat kuasa untuk melakukan
perbuatan hukum lain selain dari kuasa untuk
membebankan HT;
2.
Dilarang memuat kuasa substitusi;
3.
Wajib dicantumkan secara jelas Objek HT,
jumlah utang, identitas kreditor (dan identitas
debitor jika debitor bukan pemberi HT)
a.
Dibuat dengan Akta PPAT, apabila obyek
tanahnya berada dalam wilayah kerja PPAT,
wilayah kerja PPAT yaitu Kantor Pertanahan.
b.
Dibuat dengan Akta Notarill, apabila obyek
benda berada di luar wilayah kerja PPAT.
PERKABAN No.8 Tahun 2012 tidak mengatur
SKMHT untuk Notaris tetapi mengatur SKMHT
untuk PPAT.
Pasal 15 Ayat 1 UUJN :
Bahwa Notaris mempunyai kewenangan untuk
membuat Akta Otentik.
AKTA
“Suatu tulisan surat yang ditandatangani
dan yang dengan sengaja dibuat khusus
untuk dipergunakan sebagai bukti
(tentang perbuatan, keadaan ataupun
SYARAT SAH AKTA
Pertama: Akta harus dibuat oleh atau di
hadapan pejabat umum.
Kedua : Pejabat umum itu harus
mempunyai
wewenang untuk membuat akta itu.
Ketiga : Akta harus dibuat dalam bentuk
yang ditentukan oleh undang-undang.
Fungsi Akta
1. Secara umum sebagai alat bukti.
2. Adakalanya berfungsi sebagai dasar/syarat
formal untuk adanya suatu perbuatan /
keadaan. Tanpa dibuatnya akta yang
memuat perbuatan/keadaan hukum
tertentu maka tidak ada pula perbuatan
hukum yang dimaksud.
MUHAMMAD HAFIDH.SH.,M.KN
Kewenangan Notaris (Pasal 15) UUJN
(1)
Notaris berwenang membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan
ketetapan yang diharuskan oleh peraturan
perUUan dan/atau yg dikehendaki oleh yg
berkepentingan utk dinyatakan dalam akta otentik,
menjamin kepastian tanggal pembuatan akta,
menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semua itu sepanjang pembuatan
akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain
yg ditetapkan oleh UU.
MUHAMAMD HAFIDH.SH.,M.KN
(2) Notaris berwenang pula :
a.
Mengesahkan tandatangan dan menetapkan kepastian
tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus;
b.
Membukukan surat-surat di bawah tangan dengan
mendaftar dalam buku khusus;
c.
Membuat copy dari asli surat-surat di bawah tangan
berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis
dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan,
d.
Melakukan pengesahan kecocokan fotocopy dgn surat
aslinya;
e.
Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan
pembuatan akta, membuat kata yang berkaitan dengan
pertanahan atau
Akta Di Bawah Tangan
•
D i b u a t d a l a m b e n t u k y a n g t i d a k
ditentukan oleh UU, tanpa perantara atau
tidak di hadapan Pejabat Umum yang
berwenang.
•
Memiliki kekuatan pembuktian sepanjang
MUHAMMAD HAFIDH.SH.,M.KN
Akta Notaris
•
D i b u a t d a l a m b e n t u k y a n g s u d a h
ditentukan oleh UU (Pasal 38 UUJN),
dibuat di hadapan pejabat-pejabat yang
diberi wewenang dan di tempat dimana
akta tersebut dibuat.
•
Mempunyai kekuatan pembuktian yang
MUHAMMAD HAFIDH.SH.M.KN
Notaris berwenang untuk
membukukan surat-surat di bawah
tangan dengan mendaftar dalam
buku khusus, disebut
waarmerken
MUHAMMAD HAFIDH.SH.,M.KN
Waarmerken
a.
Verklaring van Visum.
Seseorang memberikan kepada Notaris akta di
bawah tangan yang sudah ditandatangani.
b.
Legalisasi.
Akta di bawah tangan yang belum
ditandatangani diberikan kepada Notaris dan di
hadapan Notaris ditandatangani o leh orang tsb,
setelah isi akta dijelaskan oleh Notaris
kepadanya.
Pasal 1338 KUH Perdata
#Semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka yang membuatnya.
#Semua perjanjian tidak dapat ditarik
kembali selain sepakat kedua belah
pihak /karena alasan-alasan yang oleh
Undang-Undang dinyatakan cukup itu.
#Suatu perjanjian harus dilaksanakan
dengan itikad baik.
AKAD
•
Akad adalah suatu perikatan antara ijab
dan kabul dengan cara yang dibenarkan
syarak yang berakibat hukum pada
objeknya.
!
Ijab adalah pernyataan pihak pertama
mengenai isi perikatan yang diinginkan.
!
Kabul adalah pernyataan pihak kedua
OBYEK AKAD
1.
Barang yang akan diakadkan harus sah
secara syar’i;
2.
Telah ada pada waktu akad diadakan;
3.
Dapat diserahkan pada waktu akad
terjadi;
4.
Dapat ditentukan dan
diketahui.
SUBYEK AKAD
!
Memiliki kecakapan untuk melakukan
tindakan hukum didalam memenuhi hak
dan kewajibannya.
!
Memiliki wewenang dalam melakukan
tindakan hukum.
IJAB KABUL MEMPUNYAI AKIBAT
HUKUM APABILA MEMENUHI SYARAT
1.
Ijab Kabul harus dinyatakan oleh orang
yang telah mencapai umur dan
menyadari serta mengetahui isi
perkataan yang diucapkan.
2.
Harus tertuju pada suatu objek yang
merupakan objek akad.
3.
Ijab Kabul harus berhubungan
DASAR UNTUK MELAKUKAN PERJANJIAN
1.
Harus dilakukan atas dasar kerelaan dan tanpa paksaan
satu sama lain.
2. Perjanjian yang dilakukan tanpa didasari oleh keinginan
para pihak membuat perjanjian tidak sah.
3. Keinginan untuk membuat perjanjian cacat jika terdapat
:
- Unsur Paksaan
- Kekeliruan
- Penipuan
SYARAT OBJEK AKAD
1).Telah ada pada waktu akad diadakan.
2).Dapat menerima hukum akad.
3).Dapat di tentukan dan di ketahui.
4).Dapat diserahkan pada waktu akad
terjadi.
SYARAT SUBJEK AKAD
1.
Tidak menyalahi hukum syariah yang
disepakati adanya.
2.
Harus sama ridha dan ada pilihan.
3.
Harus jelas dan gamblang.
ASAS-ASAS PERJANJIAN DALAM HUKUM
ISLAM
1. Al-Hurriyah (Kebebasan) 8. Iktiyati (kehati-hatian)
2. Al-Musawah (Kesetaraan) 9. Kemampuan
3. Al-Adalah (Keadilan) 10. Transparasi
4. Al-Ridha (Kerelaan) 11. Tafsir/Kemudahan
5. Ash-Shidq (Kejujuran) 12. Itikad baik
6. Al-Kitabah (Tertulis) 13. Sebab yang Halal
Asas kebebasan berkontrak di dalam hukum islam
dibatasi oleh ketentuan syari’ah islam. Dalam
membuat perjanjian ini tidak boleh ada unsur
paksaan, kekhilafan, dan penipuan.
Dasar hukum mengenai asas ini tertuang dalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 256, yang artinya
sebagai berikut :
“
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
1). Al-Hurriyah (Kebebasan)
Asas ini merupakan prinsip dasar dalam hukum
perjanjian islam, dalam artian para pihak bebas
membuat suatu perjanjian atau akad. Bebas dalam
menentukan objek perjanjian dan bebas menentukan
dengan siapa dia akan membuat perjanjian, serta
bebas menentukan bagaimana cara menentukan
penyelesaian sengketa jika terjadi di kemudian hari.
2).Al-Musawah (Persamaan atau
Kesetaraan)
Asas ini mengandung pengertian bahwa
para pihak mempunyai kedudukan yang
sama, sehingga dalam menentukan suatu
akad/perjanjian setiap pihak mempunyai
kesetaraan atau kedudukan yang
Dasar hukum mengenai asas persamaan ini teruang di
dalam ketentuan Al-Qur’an surat Al-Hujarat ayat 13
yang artinya sebagai berikut :
“
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu
dari seeorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah
orang-orang yang bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya
3). Al-Adalah (Keadilan)
Pelaksanaan asas ini dalam suatu perjanjan/
akad menuntut para pihak untuk melakukan
yang benar dalam pengungkapan kehendak
dan keadaan, memenuhi semua kewajiban.
Perjanjian Harus senantiasa mendatangkan
keuntungan yang adil dan seimbang, serta
tidak boleh mendatangkan kerugian bagi salah
4). Al-Ridha (Kerelaan)
Asas ini menyatakan bahwa segala transaksi
yang di lakukan harus atas dasar kerelaan
antara masing-masing pihak, harus didasarkan
pada kesepakatan bebas dari para pihak dan
tidak boleh ada unsur paksaan, tekanan,
Dasar hukum adanya asas kerelaan dalam pembuatan
perjanjian dapat di baca dalam Al-Qur’an surat
An-Nisa ayat 29, yang artinya sebagai berikut :
“
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu, sesungguhnya ALLAH
adalah Maha Penyayang kepadamu”
.
5). Ash-Shidq (Kebenaran dan Kejujuran)
Bahwa di dalam Islam setiap orang dilarang
melakukan kebohongan dan penipuan, karena
dengan adanya penipuan/kebohongan sangat
berpengaruh dengan keabsahan perjanjian/akad.
Perjanjian yang di dalamnya mengandung unsur
kebohongan/penipuan, memberikan hak kepada
pihak lain untuk menghentikan proses pelaksanaan
Dasar hukum kita baca dalam Al-Qur’an surat
Al-Ahzab ayat 70 yang artinya adalah sebagai
berikut :
“
Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah
kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
6). Al-kitabah (Tertulis).
Bahwa setiap perjanjian hendaknya dibuat secara
tertulis, lebih berkaitan demi kepentingan
pembuktian jika dikemudian hari terjadi sengketa.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Baqaroh ayat 282-283
mengisyaratkan agar akad yang dilakukan
benar-benar berada dalam kebaikan bagisemua pihak.
Bahkan juga dalam pembuatan perjanjian
hendaknya juga disertai dengan adanya saksi-saksi
7). Al Amanah (Asas Kepercayaan)
Setiap akad wajib di laksanakan oleh para pihak sesuai dengan
kesepakatan yang di terapkan oleh yang bersangkutan dan pada sama
terhindar dari cedera-janji.
Dasar hukumnya dapat di baca dalam surat An Nisa[4]:58 yaitu
“sesungguhnya ALLAH menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya”.
Al Baqarah [2]:283 yaitu “Maka hendaklah yang di percayai itu
menunaikan amanatnya”.
Al Anfal[8]:27 yaitu :
“Janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”
8). Iktiyati (kehati-hatian)
Setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang
matang dan dilaksanakan secara tepat dan cermat.
9). Kemampuan
Setiap akad dilakukan dengan kemampuan para
pihak sehingga tidak menjadi beban yang berlebihan
bagi yang bersangkutan.
10). Transparasi
Setiap akad dilakukan dengan pertanggung jawaban
para pihak secara terbuka.
11). Taisir/Kemudahan
Setiap akad dilakukan dengan cara saling memberi
kemudahan kepada masing-masing pihak untuk
dapat melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan.
12). Iktikad baik
Akad dilakukan dalam rangka menegakkan
kemaslahatan, tidak mengandung unsur jebakan dan
perbuatan buruk lainnya.
13). Sebab yang Halal
Tidak bertentangan dengan hukum, tidak di larang
oleh hukum dan tidak haram.
ASAS-ASAS PERJANJIAN DALAM
BURGERLIJK WETBOUEK (BW)
Meskipun ada perbedaan namun pada
hakekatnya asas perjanjian dalam Islam
memiliki persamaan dengan asas
perjanjian hukum kontrak
konvensional, adapun macam-macam
asas perjanjian dalam hukum kontrak
Pasal 1320 KUH Perdata :
Syarat-syarat sahnya perjanjian yang perlu dipenuhi
•
Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
•
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
•
Suatu hak tertentu.
PASAL 1868 KUH Perdata
Suatu akta otentik ialah
suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang
ditentukan undang-undang oleh atau di
hadapan pejabat umum yang berwenang
1.Setiap akta Notaris terdiri atas:
a. awal akta atau kepala akta
b. badan akta; dan
c. akhir atau penutup akta.
2. Awal akta atau kepala akta memuat:
a. judul akta;
b. nomor akta;
c. jam, hari, tanggal, bulan dan tahun; dan
d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
• Awal akta atau kepala akta memuat:
a) judul akta;
b) nomor akta;
c) jam, hari, tanggal, bulan dan tahun; dan
d) nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.
• Badan akta memuat:
a) nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan, jabatan, kedudukan,
tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang mereka wakili;
b) keterangan mengenai kedudukan bertindak menghadap;
c) Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari para pihak yang berkepentingan
d) nama lengkap, tempat tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal
dari tiap-tiap saksi pengenal
• Akhir Akta atau Penutup Akta
a) uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf l atau
Pasal 16 ayat (7);
b) uraian tentang penandatangan dan tempat penandatanganan atau penerjemahan akta bila
ada;
c) nama lengkap, tempat kedudukan dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan, dan
tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta, dan
d) uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan akta atau uraian
PENGIKATAN JUAL-BELI
- Nomor : -…..-
– Pada hari ini,………, tanggal………..…….,
pukul ………. WIB (………….………….Waktu Indonesia Barat)
Menghadap di hadapan saya, MUHAMMAD HAFIDH, Sarjana Hukum,Magister
Kenotariatan, Notaris di Kota Semarang, ----dengan dihadiri oleh
saksi-saksi yang akan disebut pada bagian akhir dari akta ini, dan telah dikenal
oleh saya, Notaris yaitu : -
I. (Nama), (Tempat&Tanggal Lahir), (Kewarganegaraan), (Pekerjaan),
(Jabatan), (Kedudukan), (Alamat), (biasanya ditambah dengan No.KTP)
-Selanjutnya dalam akta ini disebut PIHAK PERTAMA.
II.(Nama), (Tempat&Tanggal Lahir), (Kewarganegaraan), (Pekerjaan),
(Jabatan), (Kedudukan), (Alamat), (biasanya ditambah dengan No.KTP)
-Selanjutnya dalam akta ini disebut PIHAK KEDUA.
•
Para penghadap telah dikenal oleh saya, Notaris.
•
Para penghadap menerangkan dalam akta ini, bahwa antara kedua
belah pihak telah mencapai persetujuan untuk mengikatkan diri
dengan perjanjian yang dibuat dalam akta ini dengan
ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat sebagai berikut:
--- Pasal 1
--- ---A K T A – I N I
---
– Dibuat sebagai minit dan diresmikan di Semarang, pada hari, tanggal,
bulan dan tahun tersebut dalam kepala akta ini, dengan dihadiri oleh :
-(Nama), (Tempat&Tanggal Lahir), (Kewarganegaraan), (Pekerjaan ),
(Jabatan), (Kedudukan), (Alamat), (biasanya ditambah dengan
No.KTP)
-(Nama), (Tempat&Tanggal Lahir), (Kewarganegaraan), (Pekerjaan),
(Jabatan), (Kedudukan), (Alamat), (biasanya ditambah dengan
No.KTP)
– Segera setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris, kepada para
penghadap dan saksi-saksi, maka akta ini ditandatangani oleh para
penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris.
– Dilangsungkan dengan tiga (3) renvooi yaitu satu (1) coretan, satu (1)
---
ِميِحَّرلا
ِنم ْحَّرلا
ِهللا
ِم ْسِب
---
• --- ”Hai orang yang beriman ! Penuhilah akad-akad itu” ---
• --- (Surat Al-Maidah 5 : 1) ---
• AKAD PEMBIAYAAN AL - MURABAHAH
• No. _____
• Pada hari ini, tanggal ………, bulan………, tahun...
• pukul ……….………..WIB (Waktu Indonesia Barat). Menghadap kepada saya,
Muhammad Hafidh, Sarjana Hukum, Magister --- Kenotariatan, Notaris berkedudukan di Kota
Semarang, Wilayah Jabatan Propinsi Jawa Tengah, dengan dihadiri oleh para saksi yang telah saya, Notaris, kenal, dan akan disebutkan pada bagian akhir akta ini.---
• 1.
•
• -Untuk selanjutnya disebut :---
• --- Pihak Pertama / Bank ---
• 2.
• -Untuk selanjutnya disebut :---
• --- Pihak Kedua / Nasabah ---
• -Para penghadap telah saya, Notaris, kenal, berdasarkan identitasnya yang diperlihatkan kepada saya,
Notaris.---
• -Para penghadap menerangkan terlebih dahulu :---
MUHAMMAD HAFIDH.SH.M.KN
• AKAD PEMBIAYAAN AL - MURABAHAH • No. _____
• Pada hari ini, tanggal ………, bulan………, tahun...
• pukul ……….………..WIB (Waktu Indonesia Barat).
Menghadap kepada saya, Muhammad Hafidh, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan. Notaris
berkedudukan di Kota Semarang, Wilayah Jabatan Propinsi Jawa Tengah, dengan dihadiri oleh para
saksi yang telah saya, Notaris, kenal, dan akan disebutkan pada bagian akhir akta ini.-
• 1.
• -Untuk selanjutnya
disebut :---
• --- Pihak Pertama / Bank
---
• 2.
• -Untuk selanjutnya
disebut :---
• --- Pihak Kedua / Nasabah
---
• -Para penghadap telah saya, Notaris, kenal, berdasarkan identitasnya yang diperlihatkan kepada saya,
Notaris.---
• -Para penghadap menerangkan terlebih
:---•
Selanjutnya kedua belah pihak sepakat menuangkan Akad ini dengan Akad Pembiayaan Al–
Murabahah dalam akta ini (selanjutnya disebut "Akad") dengan memakai syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan serta diawali kalimat sebagai berikut
•
---
ِميِحَّرلا
ِنم ْحَّرلا
ِهللا
ِم ْسِب
---
•
--- ”Hai orang yang beriman ! Penuhilah akad-akad itu” ---
•
---(Surat Al-Maidah 5 :
1).---
•
--- ”Dan Allah Swt. telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” ---
•
---(Surat Al-Baqarah 2 : 275)
---
•
---“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu makan harta sesama kamu dengan jalan
---bathil, kecuali melalui perniagaan yang berlaku ---
•
--- dengan suka sama suka di antara kamu”
---
•
--- (Surat An-Nisaa’4 : 29)
Dalam menjalankan jabatannya, Notaris
berkewajiban:
Membacakan akta di hadapan penghadap
dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua)
orang saksi dan ditandatangani saat itu
Jika salah satu syarat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf l dan ayat (7)
tidak dipenuhi, akta yang bersangkutan
hanya mempunyai kekuatan pembuktian
sebagai
akta di bawah tangan.
MUHAMMAD HAFIDH.SH.,M.KN
Al-Baqarah, Ayat 282
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menjalankan sesuatu urusan dengan hutang piutang yang diberi tempoh hingga ke suatu masa yang tertentu maka hendaklah kamu menulis (hutang dan masa bayarannya) itu dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menulisnya dengan adil (benar) dan janganlah seseorang penulis enggan menulis sebagaimana Allah telah mengajarkannya. Oleh itu, hendaklah ia menulis dan hendaklah orang yang berhutang itu merencanakan (isi surat hutang itu dengan jelas). Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangkan sesuatu pun dari hutang itu. Kemudian jika orang yang berhutang itu bodoh atau lemah atau ia sendiri tidak dapat hendak merencanakan (isi itu), maka hendaklah direncanakan oleh walinya dengan adil benar); dan hendaklah kamu mengadakan dua orang saksi lelaki dari kalangan kamu. Kemudian kalau tidak ada saksi dua orang lelaki, maka bolehlah, seorang lelaki dan dua orang perempuan dari orang-orang yang kamu setujui menjadi saksi, supaya jika yang seorang lupa dari saksi-saksi perempuan yang berdua itu maka dapat diingatkan oleh yang seorang lagi. Dan jangan saksi-saksi itu enggan apabila mereka dipanggil menjadi saksi. Dan janganlah kamu jemu menulis perkara hutang yang bertempoh masanya itu, sama ada kecil atau besar jumlahnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih membetulkan (menguatkan) keterangan saksi, dan juga lebih hampir kepada tidak menimbulkan keraguan kamu. Kecuali perkara itu mengenai perniagaan tunai yang kamu edarkan sesama sendiri, maka tiadalah salah jika kamu tidak menulisnya. Dan adakanlah saksi apabila kamu berjual-beli. Dan janganlah mana-mana jurutulis dan saksi itu disusahkan. Dan kalau kamu melakukan (apa yang dilarang itu), maka sesungguhnya yang demikian adalah perbuatan fasik (derhaka) yang ada pada kamu. Oleh itu hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah; dan (ingatlah), Allah (dengan keterangan ini)
mengajar kamu; dan Allah sentiasa Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. (Surah Al-Baqarah, Ayat 282)