• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Alat Ukur Penilaian Kinerja di PT X dengan Menggunakan Balanced Scorecard

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Alat Ukur Penilaian Kinerja di PT X dengan Menggunakan Balanced Scorecard"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Perancangan Alat Ukur Penilaian Kinerja di PT X dengan

Menggunakan

Balanced Scorecard

Silvia Floretta Brillianty1, Liem Yenny Bendatu2

Abstract: PT X is one of the companies in Surabaya which producing coconut oil and palm oil. This study was conducted to generate a design of performance measurement in PT X, based on the balanced scorecard’s four perspectives. The design focused on the Department of Plant 1 and Plant 2, which are the core department in the production section. Balanced scorecard covers the measurement of strategic design, program matrix design and Key Performance Indicators for each level positions. The measurement of strategic design is divided into three parts, namely the srategic measurement for PT X in general, Department of Plant 1 and Department of Plant 2. Program matrix consists on current programs and also suggestions on new programs to achieve the company’s target. The Key Performance Indicator covers four levels of the existing positions in each Department of Plant 1 and Department of Plant 2, which are Section Head, Deputy Section Head, Supervisor and Operator.

Keywords: performance measurement, balanced scorecard, key performance indicator.

Pendahuluan

PT X merupakan salah satu perusahaan di Surabaya yang bergerak dibidang industri pengolahan minyak nabati dengan bahan baku kelapa sawit dan kelapa buah, atau yang biasa disebut sebagai kopra.

Sebuah perusahaan harus memiliki kinerja yang lebih baik dari satu periode ke periode berikutnya untuk dapat terus memenuhi tuntutan lingkungan global yang semakin kompetitif. Kinerja yang diharapkan akan lebih baik tersebut harus diikuti dengan prosedur yang terstruktur dan jelas, yang mampu mendeskripsikan visi, misi dan strategi yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu alat pengukuran kinerja yang mampu membantu manajemen puncak dalam mengawasi kinerja perusahaannya agar dapat terus mengarah dan mewujudnyatakan visi, misi dan strategi perusahaan.

Selama beroperasi lebih dari 35 tahun, pihak manajemen puncak PT X hanya mengukur kinerja perusahaan dari segi finansial saja. Peningkatan profit dinyatakan sebagai peningkatan kinerja perusahaan dan sebaliknya, penurunan profit diindikasi sebagai adanya penurunan kinerja dari perusahaan. Seiring dengan perkembangan jaman, perusahaan menyadari bahwa pengukuran kinerja dari segi finansial saja tidak cukup membantu dalam menilai seluruh kinerja perusahaan sampai ke lini terbawah. Cara tersebut juga dianggap sudah tidak relevan.

1,2 Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya 60236. Email: silviafloretta@yahoo.com, yenny@peter.petra.ac.id

Key Performance Indicator (KPI) merupakan sistem pengukuran kinerja yang digunakan PT X sampai saat ini. KPI yang ada dirancang dan dilaksanakan secara langsung oleh masing-masing kepala bagian departemen. KPI dirasa kurang mampu untuk

mencerminkan kondisi menyeluruh kinerja

perusahaan, karena dalam pelaksanaannya hanya mengukur kinerja dari masing-masing departemen. PT X perlu memperbaharui alat ukur penilaian kinerja yang telah digunakan saat ini. Alat ukur yang baru tersebut diharapkan dapat mengetahui kinerja dari perusahaan secara lebih menyeluruh dan berimbang, yang tidak hanya berorientasi pada segi finansial saja tetapi juga dari segi non finansial. Salah satu alat pengukuran kinerja yang cukup baik

untuk diterapkan di PT X adalah Balanced

Scorecard (BSC). BSC dapat mengukur kinerja perusahaan secara lebih menyeluruh dan berimbang, tidak hanya dari segi finansial saja tetapi dari segi non finansial juga. BSC juga dapat mengukur kinerja perusahaan dari lini teratas sampai lini terbawah.

Metode Penelitian

Bab ini akan mengulas metodologi yang digunakan

dalam perancangan balanced scorecard.

Perancangan balanced scorecard pada penelitian ini

menggunakan konsep analisa SWOT dan empat

perspektif balanced scorecard.

Analisa SWOT (Strenghs, Weaknesses, Opportunities, Threats)

Analisa SWOT biasa disebut sebagai analisa intern

dan ekstern. Metode ini merupakan tahapan yang

harus dilalui sebelum perumus strategi

merumuskan suatu strategi. Perumus strategi akan menganalisa faktor-faktor yang berasal dari pihak

(2)

luar dan faktor-faktor yang berasal dari pihak dalam perusahaan dalam menghadapi lingkungan industri dan lingkungan makro. Faktor-faktor yang berasal dari pihak dalam perusahaan adalah

kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses),

sedangkan faktor-faktor yang berasal dari pihak

luar perusahaan adalah peluang (opportunities) dan

ancaman (threats) (Mulyadi, 2001) [4].

Hasil dari analisa SWOT kemudian akan dimasukkan ke dalam sebuah matriks SWOT, seperti yang terlihat pada Tabel 1. Matriks SWOT akan mampu menciptakan strategi-strategi dari keempat faktor yang telah dianalisa sebelumnya.

Matriks SWOT ini kemudian akan

ditransformasikan ke dalam sebuah rancangan

strategy map yang dikaitkan dengan empat

perspektif yang terdapat pada balanced scorecard.

Tabel 1. SWOT matrix

STRENGHTS (S) WEAKNESSES (W) OPPOR-TUNITIES (O) SO STRATEGY Using strengths to take advantage of the opportunities WO STRATEGY To minimize weaknesses in order to take advantage of the opportunities THREATS

(T) STUsing strenghs to STRATEGY deal with the external environmental threats WT STRATEGY To minimize both weaknesses and external threats

Sumber: GML Performance Consulting (2010, p. 34)

Balanced Scorecard

Metode ini dikembangkan oleh Kaplan dan Norton [3] pada tahun 1996 dan akan digunakan sebagai

landasan dalam perancangan ini. Balanced

scorecard adalah sebuah tolak ukur atau ukuran

yang sangat penting digunakan untuk

menyeimbangkan berbagai tolak ukur kinerja perusahaan ke dalam sasaran strategi perusahaan yang lebih komprehensif, koheren, seimbang dan terukur untuk menciptakan keberhasilan keuangan (outstanding financial return) secara sustainable

atau yang bersifat jangka panjang.

Balanced scorecard juga didefinisikan sebagai sebuah sistem menajemen yang saling terkait. Keterkaitan antara visi dan strategi perusahaan

terhadap empat perspektif balanced scorecard

sebagai sistem manajemen kinerja balanced

scorecard tercantum dalam Gambar 1.

Gambar 1. Sistem manajemen kinerja balanced scorecard

Sumber: Kaplan dan Norton (1996, p. 9)

Hasil dan Pembahasan

Bab ini akan memaparkan tahapan dalam

perancangan Balanced Scorecad sebagai alat ukur

penilaian kinerja PT X yang baru, mulai dari gambaran umum perusahaan sampai pada

perancangan key performance indicator per level

jabatan.

Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari PT X adalah “menjadi salah satu perusahaan terbaik dan terpercaya di dalam industri minyak makan”.

Misi yang ditetapkan PT X dalam menunjang visi adalah selalu memuaskan pelanggan dengan memberikan produk minyak makan dengan

kualitas terbaik dan selalu memberikan

kesempatan belajar bagi sesama anggota kami.

Analisa SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats)

Berikut ini merupakan hasil dari analisa SWOT yang menggambarkan analisa dari faktor internal dan faktor eksternal perusahaan.

Strengths

1. Memiliki kapasitas gudang kopra yang besar

2. Bahan baku berkualitas

3. Budaya perusahaan yang kuat

4. Loyalitas dan dedikasi tinggi karyawan

5. Ketepatan lead time

6. Implementasi sistem manajemen yang baik

Weaknesses

1. Penjualan tanpa merk dagang

2. Penjualan hanya dalam bentuk B2B (

Business-to-Business)

3. Harga RBD Olein (minyak goreng kelapa sawit)

yang dijual PT X lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis

4. Terbatasnya pemanfaatan mesin berteknologi

canggih

Opportunities

1. Trend pasar untuk beralih ke minyak goreng

(3)

2. Penerapan UU No. 5 Tahun 1999 (Anti Monopoli)

3. Diversifikasi terhadap produk

4. Tingginya permintaan konsumen terhadap

minyak goreng

5. Free export taxes untuk produk minyak kelapa dan turunannya

Threats

1. Demo

2. Harga bahan baku fluktuatif

3. Pasokan bahan baku tidak stabil

4. Harga produk dipengaruhi harga kopra di pasar

dunia

5. Larangan penjualan minyak dalam bentuk curah

tahun 2015

6. Banyaknya kompetitor RBD Olein

Matriks SWOT

Hasil dari analisa SWOT kemudian dibentuk ke dalam sebuah matriks SWOT.

Tabel 2. Matriks SWOT STRENGHTS

1.Memiliki kapasitas gudang kopra terbesar

2.Bahan baku berkualitas 3.Budaya perusahaan yang kuat 4.Loyalitas dan dedikasi tinggi

karyawan 5.Ketepatan lead time

6.Implementasi sistem manajemen yang baik

WEAKNESSES

1.Penjualan tanpa merk dagang 2.Penjualan hanya dalam

bentuk B2B ( Business-to-Business) 3.Harga RBD Olein

(minyak goreng kelapa sawit) yang dijual PT X lebih tinggi dibandingkan perusahaan sejenis 4.Terbatasnya pemanfaatan mesin berteknologi canggih OPPORTUNITIES

1. Trend pasar untuk beralih ke minyak goreng yang lebih sehat (minyak kelapa) 2. Penerapan UU No. 5 Tahun

1999 (Anti Monopoli) 3. Diversifikasi terhadap

produk

4. Tingginya permintaan konsumen terhadap minyak goreng

5. Free export taxes untuk produk minyak kelapa dan turunannya

STRATEGI S-O

[S2, S3, S4, S6, O4] Meraih berbagai sertifikasi yang berhubungan dengan standar keamanan pangan [S1, S2, S3, S4, S5, S6, O1, O2, O4, O5] Memperluas wilayah pemasaran ke pasar-pasar yang baru.

[S2, S6, O1, O4] Mempromosikan minyak kelapa sebagai minyak goreng yang tidak berbahaya dan memiliki kandungan kolesterol yang rendah.

[S3, S4, S6, O3, O4] Pemanfaatan tenaga ahli dari pekerja untuk menciptakan produk baru atau pembentukan tim R&D (Research and Development)

STRATEGI W-O [W3, O4] Menekan harga pokok produksi [W1, W2, O1, O4] Peningkatan strategi pemasaran terhadap produk minyak makan yang lebih sehat kepada pelanggan melalui promsoi. [W1, W2, W3, O1, O3, O4, O5]

Meningkatkan penjualan dari segi B2B (Business to Business).

[W1, W2, O3] Meningkatkan penjualan melalui produk diversifikasi.

THREATS

1. Demo

2. Harga bahan baku fluktuatif 3. Pasokan bahan baku tidak

stabil

4. Harga produk dipengaruhi harga kopra di pasar dunia 5. Larangan penjualan minyak

dalam bentuk curah tahun 2015

6. Banyaknya kompetitor RBD Olein

STRATEGI S-T

[S2, S6, T6] Memproduksi minyak goreng yang berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau, sehingga dapat menyaingi kompetitor.

[S1, S2, T2, T3, T4] Membuat strategi pengaturan stock inventory bahan baku. [S3, S4, T1] Meningkatkan kesejahteraan buruh dengan menciptakan perserikatan buruh di lingkup internal perusahaan. [S2, S3, S4, S5, S6, T5] Menciptakan strategi B2C. [S2, S3, S4, S5, S6, T6]

Mempererat hubungan dengan distributor.

[S4, T1]

Memberi pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan kompetensi dan nilai tambah masing-masing individu.

STRATEGI W-T [W1, W2, T5] Menciptakan produk minyak goreng kemasan bermerk. [W4, T2, T3, T4, T6] Memiliki lahan perkebunan kelapa sendiri atau bekerja sama dengan petani perkebunan kelapa. [W4, T6]

Menggunakan mesin berteknologi yang lebih canggih. [W3, T6] Meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap layanan. [W1, W2, W3, T6] Meningkatkan kepercayaan pelanggan.

Tabel 2. merupakan matriks SWOT yang menggambarkan analisa dari faktor internal dan faktor eksternal perusahaan, serta strategi yang dapat dibentuk dari kedua faktor tersebut.

Strategi S-O

Strategi S-O adalah strategi yang dikolaborasikan dari faktor internal dan faktor eksternal

perusahaan, yaitu dengan mengoptimalkan

kekuatan yang dimiliki PT X untuk memanfaatkan berbagai kesempatan. Terdapat empat strategi S-O yang berhasil dirumuskan berdasarkan matriks SWOT.

Strategi W-O

Strategi W-O adalah strategi yang dikolaborasikan dari faktor internal dan faktor eksternal

perusahaan, yaitu dengan meminimalisasi

kelemahan yang dimiliki PT X dengan cara memanfaatkan berbagai kesempatan. Terdapat empat strategi W-O yang berhasil dirumuskan berdasarkan matriks SWOT.

Strategi S-T

Strategi S-T adalah strategi yang dikolaborasikan dari faktor internal dan faktor eksternal

perusahaan, yaitu dengan mengoptimalkan

kekuatan yang dimiliki PT X untuk mengurangi berbagai ancaman yang ditimbulkan dari luar perusahaan. Terdapat tujuh strategi S-T yang berhasil dirumuskan berdasarkan matriks SWOT.

Strategi W-T

Strategi W-T adalah strategi yang dikolaborasikan dari faktor internal dan faktor eksternal

perusahaan, yaitu dengan meminimalisasi

kelemahan yang dimiliki PT X untuk menghindari berbagai ancaman yang timbul dari luar perusahaan. Terdapat lima strategi W-T yang berhasil dirumuskan berdasarkan matriks SWOT.

Pengkategorian Strategi

Pengkategorian strategi ini didapatkan dari hasil mengelompokkan strategi yang diciptakan pada matriks SWOT. Tujuan dari pengkategorian ini adalah menyatukan strategi yang dianggap memiliki kesamaan serta memudahkan perusahaan dalam berfokus pada salah satu strategi yang akan

dirumuskan lebih jauh dalam peta strategi.

Pengelompokkan strategi pada Tabel 3. dilakukan berdasarkan teori Fred. R. David [1] mengenai tipe-tipe strategi. Strategi 1 merupakan strategi yang

berfokus pada sumber daya manusia, strategi 2

termasuk ke dalam tipe strategi retrenchment,

strategi 3 termasuk ke dalam tipe strategi related

diversification, strategi 4 termasuk ke dalam tipe

strategi market penetration.

Kelompok strategi tersebut kemudian dipilih oleh pihak PT X untuk menentukan sasaran strategis. Sasaran strategis yang ditentukan tersebut

(4)

merupakan sasaran yang akan menjadi prioritas utama bagi PT X dalam mencapai visi dan misi perusahaan. PT X kemudian menetapkan dua strategi sebagai sasaran strategis, yaitu strategi nomor 2 dan strategi nomor 3.

Tabel 3. Pengkategorian strategi

Strategi 1 Strategi yang berfokus kepada SDM (Sumber Daya Manusia)

Strategi 2 Strategi yang berfokus

kepada penurunan biaya (reduction cost)

Strategi 3 Strategi yang berfokus

kepada diversifikasi produk

Strategi 4 Strategi yang berfokus

kepada pemasaran produk atau pengembangan pasar Meningkatkan kesejahteraan buruh dengan menciptakan perserikatan buruh di lingkup internal perusahaan

Menekan harga pokok

produksi Pemanfaatan tenaga ahli dari pekerja untuk menciptakan produk baru atau pembentukan tim R&D (Research and Development)

Meraih berbagai sertifikasi (ISO) yang berhubungan dengan standar keamanan pangan

Memberi pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan kompetensi dan nilai tambah masing-masing individu

Memproduksi minyak goreng yang berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau, sehingga dapat menyaingi kompetitor Meningkatkan penjualan melalui produk diversifikasi Memperluas wilayah pemasaran ke pasar-pasar yang baru

Membuat strategi pengaturan stock inventory bahan baku

Menciptakan strategi

B2C Mempromosikan CNO sebagai minyak kelapa yang tidak berbahaya dan memiliki kandungan kolesterol rendah

Memiliki lahan perkebunan kelapa sendiri atau bekerja sama dengan petani perkebunan kelapa Menciptakan produk minyak goreng kemasan bermerk Peningkatan strategi pemasaran terhadap produk minyak makan yang lebih sehat kepada pelanggan melalui promosi Menggunakan mesin

berteknologi yang lebih canggih

Menggunakan mesin berteknologi yang lebih canggih

Meningkatkan penjualan dari segi B2B (Business to Business) Meningkatkan

penjualan dari segi B2B (Business to Business) Meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap layanan Meningkatkan kepercayaan pelanggan Mempererat hubungan dengan distributor

Pemilihan strategi nomor 2, yaitu strategi yang berfokus kepada penurunan biaya karena perusahaan mengingat pentingnya pandangan konsumen terhadap suatu produk. Pandangan itu ingin dimunculkan perusahaan, salah satunya melalui harga yang kompetitif diantara kompetitor minyak goreng yang lain, sehingga pada akhirnya mampu menciptakan kepercayaan di mata pelanggan terhadap produk PT X.

Pemilihan terhadap strategi nomor 3, yaitu strategi yang berfokus kepada diversifikasi produk karena perusahaan mengingat pentingnya menciptakan produk-produk yang mampu menjangkau sampai

kepada end user bukan hanya tingkat distributor.

Hal ini juga diperkuat dengan semakin dekatnya tahun 2015, di mana perusahaan dituntut untuk meninggalkan penjualan minyak curah dan beralih kepada minyak kemasan bermerk.

Perancangan Peta Strategi (Strategy Mapping)

Peta strategi dirancang dari sasaran strategis yang telah ditetapkan sebelumnya pada bagian pengkategorian strategi dengan pertimbangan tertentu. Perancangan peta strategi dijabarkan menurut empat perspektif yang ada di dalam

konsep balanced scorecard, yaitu perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan (learning and

growth), perspektif proses bisnis internal (internal business process), perspektif pelanggan (customer)

dan perspektif keuangan (financial). Gambar 2.

akan menggambarkan hasil rancangan peta strategi PT X.

Gambar 2. Rancangan peta strategi PT X

Perancangan peta strategis seperti yang

terdeskripsikan pada Gambar 2. melibatkan beberapa pihak di PT X. Rancangan tersebut telah melalui proses verifikasi dan validasi, yang akhirnya menghasilkan beberapa tujuan strategis melalui

pendekatan empat buah perspektif balanced

scorecard.

Penjelasan mengenai hasil rancangan peta strategis dimulai dari perspektif keempat, yaitu perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Tujuan dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah pelatihan karyawan dan pengembangan kompetensi karyawan. Pelatihan karyawan yang dilaksanakan diharapkan mampu mengembangkan kompetensi karyawan.

Tujuan dari pengembangan kompetensi karyawan akan berdampak terhadap perspektif proses bisnis internal, di mana menghasilkan tiga tujuan strategis untuk masing-masing sasaran strategis yang ingin dicapai PT X. Pengembangan kompetensi karyawan mampu mencapai terwujudnya kerja

sama dengan supplier bahan baku serta menekan

(5)

penurunan biaya. Terwujudnya kerja sama dengan

supplier bahan baku serta harga pokok produksi yang dapat ditekan akan menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga kompetitif. Produk berkualitas dengan harga kompetitif akan mencapai

tujuan pada perspektif pelanggan, yaitu

menciptakan kepuasan pelanggan. Terwujudnya

kepuasan pelanggan akan menciptakan customer

loyalty. Terwujudnya semua tujuan strategis tersebut mampu mewujudkan penurunan biaya yang terdapat pada perspektif finansial serta mencapai tujuan puncak, yaitu pertumbuhan pendapatan.

Pengembangan kompetensi karyawan juga akan berdampak terhadap perspektif proses bisnis internal lainnya, di mana menghasilkan tiga tujuan strategis untuk sasaran strategis diversifikasi produk. Berkembangnya kompetensi karyawan akan mampu mencapai dua tujuan, yaitu mampu menggunakan mesin berteknologi yang lebih canggih dan meningkatkan kualitas pelayanan pelanggan dalam memenuhi permintaan akan produk baru. Cochin oil adalah salah satu permintaan pelanggan terhadap produk baru.

Kemampuan dalam menggunakan mesin

berteknologi yang lebih canggih mampu

menghasilkan produk diversifikasi kemasan bermerk. Produk diversifikasi kemasan bermerk yang berhasil dihasilkan akan berdampak terhadap

perspektif pelanggan, yaitu menciptakan brand

image yang kuat dimata pelanggan, khususnya end

user. Di sisi lain, peningkatan kualitas pelayanan

pelanggan dalam memenuhi permintaan akan produk baru juga akan berdampak terhadap

terciptanya brand image yang kuat dimata

pelanggan. Terciptanya brand image yang kuat

dimata pelanggan akan menciptakan kepercayaan pelanggan dan turut berdampak pada perpektif finansial, yaitu meningkatkan penjualan melalui produk diversifikasi. Peningkatan penjualan melalui produk diversifikasi pada akhirnya akan mencapai tujuan puncak yang ingin dicapai PT X pada

perspektif finansial, yaitu pertumbuhan

pendapatan.

Pengukuran Strategis

Pengukuran strategis menggambarkan ukuran strategik (ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja) serta target yang ingin dicapai oleh PT X. Target ditetapkan secara langsung oleh pihak manajemen PT X. Target yang ada dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu yang menunjukkan target secara umum serta target khusus yang diturunkan

terhadap Departemen Plant 1 dan Departemen

Plant 2. Tabel 4. merupakan salah satu contoh hasil rancangan pengukuran strategis pada perspektif finansial.

Tabel 4. Hasil rancangan pengukuran strategis pada

perspektif finansial

Matriks Program

Program merupakan proyek utama yang

memudahkan pelaksanaan segala sesuatu yang ada

dalam balanced scorecard (Gaspersz, 2002) [2].

Matriks program dirancang dengan melibatkan program-program nyata yang dimiliki oleh PT X. Melalui matriks program ini manajemen puncak PT X dapat melakukan penilaian terhadap program-program yang telah dijalankan selama ini. Program-program tersebut harus mampu membantu tercapainya target-target baru yang telah ditetapkan sebelumnya pada tahap pengukuran strategis. Manajemen puncak PT X juga dapat menambahkan program baru apabila dianggap perlu.

Program-program tersebut kemudian dihubungkan

dalam empat perspektif balanced scorecard dan

tujuan strategis yang telah dirancang pada tahap sebelumnya. Tabel 5. akan menunjukkan salah satu contoh hasil rancangan matriks program pada perspektif finansial.

Tabel 5. Hasil rancangan matriks program pada perspektif finansial

Perspektif Tujuan Strategis Nama Program

Finansial F1 Pertumbuhan pendapatan - F2 Reduction cost - F3 Meningkatkan penjualan melalui produk diversifikasi  Program insentif untuk staf marketing  Program sales promotion

Key Performance Indicator per Level Jabatan

Perancangan key performance indicator merupakan

bagian dari perancangan balanced scorecard. Key

performance indicator dirancang berdasarkan level

jabatan dari masing-masing departemen, di mana dalam penelitian kali ini difokuskan pada

Departemen Plant 1 dan Plant 2.

Key Peformance Indicator per Level Jabatan di Departemen Plant 1

Perancangan key performance indicator pada

Departemen Plant 1 terdiri dari empat buah

(6)

performance indicator pada tingkat Kepala Bagian,

Wakil Kepala Bagian, Supervisor dan Operator.

Tabel 6. akan menunjukkan salah satu contoh hasil

rancangan key performance indicator untuk level

jabatan Kepala Bagian di Departemen Plant 1.

Tabel 6. Hasil rancangan key performance indicator untuk

level jabatan Kepala Bagian di Departemen Plant 1

Dimensi Ukuran Strategis Ukuran Kinerja Target

Kualitas Produk Kualitas minyak CNO memenuhi standar spesifikasi Jumlah keluhan

dari pelanggan Max 2 per bulan

Implementasi improvement untuk meningkatkan kualitas produk Jumlah saran improvement yang terimplemen-tasi di plant 1 ≥ 2 per bulan Biaya Penurunan biaya yang diakibatkan produk diluar standar spesifikasi Jumlah pengulangan proses di plant 1 Maks 1x per hari Pengeta-huan Peningkatan kemampuan dalam penetapan target-target KPI Jumlah meeting KPI yang diikuti 4x per bulan Peningkatan

kompetensi Jumlah pelatihan

yang diikuti 8 jenis per tahun Ketepatan Waktu Penyerahan tepat waktu jadwal produk-si kepada bawahannya % jadwal produksi yang diserahkan tepat waktu kepada bawahaannya 100% per bulan Ketepatan dalam perencanaan pemenuhan permintaan pelanggan % permintaan pelanggan yang selesai tepat waktu 100% per bulan Produkti-vitas Peningkatan

produktivitas Jumlah saran improvement

(per bulan)

Min 1

Rancangan key performance indicator terdiri dari

empat hal, yaitu dimensi, tujuan strategis, ukuran kinerja dan target. Dimensi dan tujuan strategis

dirancang berdasarkan rancangan balanced

scorecard dan job description masing-masing level

jabatan. Tujuannya adalah untuk menjabarkan

sampai kepada lini terbawah dari perusahaan, sejauh apa mereka harus ikut berkontribusi dalam pencapaian target-target yang telah ditetapkan

dalam balanced scorecard. Ukuran kinerja

dirancang berdasarkan tujuan strategis, sedangkan target ditetapkan melalui hasil perundingan bersama dengan beberapa pihak di PT X. Target

yang telah ditetapkan pada key performance

indicator diharapkan dapat memberikan motivasi terhadap setiap karyawan agar turut bertanggung jawab terhadap setiap target yang telah ditetapkan. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa setiap kontribusi yang telah diberikan karyawan untuk

perusahaan dapat diukur dan menjadi bahan pertimbangan perusahaan dalam menilai kinerja perusahaan.

Key Peformance Indicator per Level Jabatan di Departemen Plant 2

Key performance indicator pada Departemen Plant 2

dirancang seperti pada perancangan key

performance indicator pada Departemen Plant 1.

Perancangan key performance indicator pada

Departemen Plant 2 terdiri dari empat buah

rancangan yang meliputi perancangan key

performance indicator pada tingkat Kepala Bagian,

Wakil Kepala Bagian, Supervisor dan Operator.

Rancangan key performance indicator terdiri dari

empat hal, yaitu dimensi, tujuan strategis, ukuran kinerja dan target. Tabel 7. akan menunjukkan

salah satu contoh hasil rancangan key performance

indicator untuk level jabatan Wakil Kepala Bagian

di Departemen Plant 2.

Tabel 7. Hasil rancangan key performance indicator untuk

level jabatan Wakil Kepala Bagian di Departemen Plant 2

Dimensi Ukuran Strategis Ukuran Kinerja Target

Kualitas Produk Kualitas minyak RBD CNO, CFAD, PFAD, RBD Palm Stearin, RBD Palm Olein memenuhi standar spesifikasi % kualitas minyak RBD CNO, CFAD, PFAD, RBD Palm Stearin, RBD Palm Olein yang memenuhi standar spesifikasi 100% per hari Biaya Penurunan biaya melalui preventive maintanance Jumlah break down yang terjadi di plant 2 < 3x per hari Pengeta-huan Ketepatan perencanaan permintaan barang untuk part-part mesin dan penunjang produksi % ketersediaan part-part mesin dan penunjang produksi pada saat dibutuhkan 100% per bulan Peningkatan

kompetensi Jumlah pelatihan

yang diikuti 8 jenis per tahun Ketepatan Waktu Penyerahan tepat waktu laporan harian produksi kepada kepala bagian plant 2 % laporan harian produksi yang diserahkan tepat waktu kepada kepala bagian plant 2 100% per hari Ketepatan dalam pelaksanan jadwal produk-si % produksi yang terlaksana sesuai jadwal 90% per bulan Produkti-vitas Peningkatan

produktivitas Jumlah saran improvement

(per bulan)

(7)

Simpulan

Penelitian tugas akhir ini berhasil menghasilkan sebuah rancangan alat ukur penilaian kinerja PT X yang didasarkan pada empat perspektif yang

terdapat pada balanced scorecard. Balanced

scorecard yang berhasil dirancang meliputi beberapa bagian, yaitu rancangan pengukuran strategis,

matriks program dan rancangan key performance

indicator per level jabatan untuk Departemen Plant

1 dan Depertemen Plant 2.

Rancangan pengukuran strategis dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu rancangan pengukuran strategis secara umum, rancangan pengukuran

strategis Departemen Plant 1 dan rancangan

pengukuran strategis Departemen Plant 2.

Matriks progam dirancang berdasarkan dua hal, yaitu berdasarkan program yang telah dijalankan oleh perusahaan dan berdasarkan saran program

yang dapat diberikan untuk mendukung

tercapainya target-target yang telah ditetapkan.

Key performance indicator per level jabatan dirancangan untuk dua departemen, yaitu

Departemen Plant 1 dan Departemen Plant 2.

Rancangan key performance indicator tersebut

diturunkan berdasarkan empat level jabatan yang

ada di masing-masing departemen, yaitu Kepala

Bagian, Wakil Kepala Bagian, Supervisor dan

Operator.

Daftar Pustaka

1. David, Fred R. (2011). Strategic Management:

Concepts and Cases, 13th Edition. New Jersey: Prentice Hall.

2. Gaspersz, Vincent. (2002). Sistem Manajemen

Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

3. Kaplan, Robert S., & Norton, David P. (1996).

The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action. United States of America: Harverd Business School Press.

4. Mulyadi. (2001). Balanced Scorecard: Alat

Manajemen Kontemporer untuk Pelipatganda Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.

(8)

Gambar

Gambar 1. Sistem manajemen kinerja balanced scorecard  Sumber: Kaplan dan Norton (1996, p
Tabel 2. Matriks SWOT  STRENGHTS
Tabel 3. Pengkategorian strategi
Tabel  5.  Hasil  rancangan  matriks  program  pada
+2

Referensi

Dokumen terkait

sebagai refleksi penterapan suatu kebijaksanaan dilihat sesuai dengan tahapan pembangunan tersebut. Diharapkan akan dapat terungkap keberhasilan program dan permasalahan yang

Hasil gabah kering giling terdapat perbedaan yang nyata antar varietas dan galur yang diuji, hasil tertinggi diperoleh pada varietas Limboto 2,85 t/ha yang berbeda nyata dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa kadar Na dalam nanas biasa 3,71 mg/kg sementra dalam nanas Bogor 2.41 mg/kg sementara kadar K dalam

3) Masyarakat suku Batak Toba usia dewasa awal di kota Medan mempunyai 10 Schwartz’s values yang sama dengan kebudayaan lainnya tetapi berbeda dalam derajat

Alat dan bahan yang berada pada blok ini adalah sabuk sebagai tempat untuk alat yang akan digunakan oleh orang yang akan diikuti, batrai untuk catu daya Transducer

Dari berbagai fakta tersebut di atas, para ahli saat ini berpendapat bahwa kolonisasi mikrobiota saluran cerna di masa awal kehidupan anak akan sangat menentukan pembentukan

Rumah sebagai tempat manusia tinggal akan menjadi entitas yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan psikologi seseorang, rumah tidak hanya sebagai

Tujuan penelitian ini adalah 1) Menganalisis aktivitas komunikasi pemasaran Balikpapan TV dalam menarik minat pengiklan; 2) Menganalisis hambatan yang dihadapi