• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Analisa Berbagai Bahan Bakar Dengan Campuran Oksigenat Pada Rasio Kompresi Berbeda putaran 2000

IV.1.1.Analisa Daya (BHP)

Brake Horse Power Putaran 2000 15^BTDC 0 3 6 9 12 15 18 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi BH P [k W ] PremiumPertamax + Booster 1.5ml Pertamax V Octane 1.5 V Octane 2 ml Booster 2 ml

Grafik.4.1 Daya vs Rasio Kompresi

Daya yang dihasilkan pada rasio kompresi 7 terlihat bahwa premium dan pertamax plus masih lebih tinggi dari pertamax, tetapi pada premium yang ditambahkan dengan aditif oksigenat 1.5 ml dan 2 ml mengalami kenaikan lebih tinggi dari pada pertamax dan pertamax plus, untuk rasio kompresi 8 daya yang dihasilkan tidak berbeda dengan jauh, tetapi masih didominasi oleh premium yang ditambahkan aditif urutannya pertamax lebih rendah dari pada premium disusul dengan premium+ Booster 1.5ml, kemudian pertamax plus titik terakhir didominasi ketiga aditif booster 2ml, V-Octane 1.5 ml dan V-Octane 2 ml, hal yang sangat signifikan terjadi pada rasio kompresi 9 dimana terlihat perbedaan yang cukup berarti, terlihat dari grafik bahwa premium masih dibawah pertamax disusul diatasnya pertamax plus, kemudian V-Octane 1,5 ml dan Booster 1,5 ml disusul lagi booster 2 ml dan yang tertinggi terakhir V-Octane 2 ml. Untuk rasio kompresi 10 terjadi penurunan daya tetapi dibanding rasio kompresi 7 dan 8 rasio kompresi

V- Octane Paling Bertenaga

(2)

10 masih lebih baik, hal tersebut bisa terlihat bahwa premium masih paling bawah kemudian disusul dengan pertamax dan pertamax plus, terus disusul dengan premium+ aditif Booster 1.5 dan V-Octane 1,5 ml, dan yang terakhir premium dengan aditif booster dan V-Octane 2 ml.

IV.1.2.Analisa Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Spe sific Fue l Consumption Putaran 2000 15^BTDC 0 0.1 0.2 0.3 0.4 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi S F C [ k g/ k W h ] Pertamax Premium Pertamax plus Booster 1.5 ml Booster 2 ml V Octan 1.5 V Octane 2 ml

Grafik.4.2 SFC vs Rasio Kompresi

Penurunan nilai SFC akan turut berubah seiring dengan menurunnya laju konsumsi bahan bakar dan meningkatnya nilai BHP, begitu pula sebaliknya. Tingkat hemat tidaknya bahan bakar dapat dilihat dari nilai SFC ini. Nilai SFC yang baik adalah apabila nilai SFC rendah.

Melihat pada grafik, pada umumnya nilai SFC pada semua kategori bahan bakar mengalami penurunan. Bahan bakar Premium untuk tiap rasio kompresi mengalami penurunan, kemudian disusul dengan pertamax pada rasio kompresi 9 SFC pertamax agak naik tetapi turun kembali pada rasio kompresi 10, pada pertamax plus terjadi kenaikan pada rasio kompresi 8 tetapi turun kembali pada raio kompresi 9 dan 10, untuk premium dengan Octane Booster 1,5 dan 2 ml terjadi penurunan walaupun pada rasio kompresi 9 dan 10 booster 1.5 ml lebih baik dari 2 ml, terakhir premium dengan V-Octane 1.5 ml dan 2 ml mendonimasi pada rasio

V- Octane Paling Irit

(3)

kompresi 7 tetapi melemah pada rasio kompresi 8, hal itu tidak terjadi pada rasio kompresi 9 dan 10 terlihat pada grafik yang begitu mendominasi.

IV.1.3.Analisa Kadar Emisi

IV.1.3.1.Analisa Kadar Hidrokarbon (HC)

Kadar HC

Tiap Rasio Kompre si 2000 RPM 15^ B TDC

0 300 600 900 1200 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi H C (p pm ) Premium Pertamax Plus Pertamax Booster 1.5 ml Booster 2 ml V Octane 1.5 ml V Octane 2 ml

Grafik.4.3 Kadar HC vs Rasio Kompresi

Kadar emisi HC hasil pembakaran akan semakin baik jika kadarnya semakin kecil. Jika dilihat dari grafik 4.4 diatas, hasil pembakaran bahan bakar Premium + V-Octane 2 mL menghasilkan kadar emisi HC yang paling rendah sejak rasio kompresi 7 hingga 10. Walaupun pada rasio kompresi 8 dan 9 terjadi hasil yang sama dengan Premium + V Octane 1.5 ml, tetapi pada rasio kompresi 7 dan 10, Premium + V Octane 1.5 mendapat hasil yang lebih buruk. Hasil yang sama terjadi pada premium + Booster 2 ml diperoleh nilai emisi yang tidak berbeda jauh dengan premium + V Octane 2 ml, sedangkan untuk premium + booster 1.5 ml pada rasio kompresi 7 mendapatkan nilai emisi yang terburuk tetapi kemudian mengalami penurunan walaupun tidak signifikan, Untuk pertamax pada rasio kompresi 7 menduduki posis kedua terburuk setelah premium + booster 1.5 ml, hal itu terjadi lagi pada rasio kompresi 8 menduduki emisi terburuk pertama, terjadi penurunan di rasio kompresi 9 namun pada kompresi 10 terjadi kenaikan lagi. Untuk premium murni pada permulaan

V- Octane

(4)

kompresi 7 diperoleh hasil emisi yang rendah namu terjadi kenaikan untuk tiap rasio kompresi, Hasil emisi dengan kadar HC tertinggi dihasilkan oleh pertamax plus pada rasio kompresi 9 dan 10 walaupun pada saat permulaan nilainya tidak berbeda jauh dengan premium + aditif.

IV.1.3.2.Analisa Kadar Karbon Monoksida (CO)

Kadar CO

Tiap Rasio Kompre si 2000RPM 15^BTDC

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi C O (% V ol) Premium Pertamax Plus Pertamax Booster 1.5 ml Booster 2 ml V Octane 1.5 ml V Octane 2 ml

Grafik.4.4 Kadar CO vs Rasio Kompresi

Jika kadar CO pada hasil pembakaran semakin kecil, maka menunjukkan bahwa pembakaran yang terjadi semakin baik. Jika melihat pada grafik 4.5 diatas, maka dapat dilihat tren grafik yaitu

Kadar CO untuk premium pada tiap rasio kompresi mengalami kenaikan tetapi masih lebih baik dari pada pertamax plus, sedangkan pada pertamax mengalami penurunan yang cukup jauh, hal tersebut tidak berlaku pada pertamax plus karena terjadi kenaikan yang cukup signifikan khususnya pada rasio kompresi 10, untuk premium+Booster 1.5 ml mengalami kenaikan pada rasio kompresi 8 kemudian turun pada rasio kompresi 9 dan 10, Untuk premium + Booster 2 ml pada rasio kompresi 7 sampai dengan 9 terjadi penurunan kemudian mengalami kenaikan di rasio kompresi 10, hal tersebut terjadi pula pada campuran premium dengan V octan 1.5 ml terlihat bahwa pada saat permulaan posisinya tidak berbeda dengan pertamax plus dan premium + V Octane 2 ml, tetapi kemudian naik sampai rasio kompresi 9 setelah itu turun di rasio kompresi

V- Octane

(5)

10, hal sangat menarik adalah pada campuran premium ditambah dengan aditif jenis V octane 2 ml terlihat bahwa kadar CO meningkat sampai rasio kompresi 9 tetapi tidak terlalu besar, kemudian turun kembali di rasio kompresi 10.

IV.2. Analisa Bahan Bakar Premium

IV.2.1.Analisa Daya (BHP)

B r a k e H o r s e P o w e r P R E M I U M 0 4 8 1 2 1 6 2 0 9 0 0 1 2 0 0 1 5 0 0 1 8 0 0 2 1 0 0 R o t a t i o n a l S p e e d [ R P M ] B H P [ k W ] R C 1 0 R C 9 R C 8 R C 7

Grafik.4.4 Daya VS Putaran

Dari grafik diatas terlihat peningkatan BHP terjadi secara signifikan pada rasio kompresi 9 yang dimulai pada putaran 1500 sampai dengan 2000, bila dibandingkan dengan rasio kompresi 7, 8 dan 10 yang cenderung sama.

IV.2.2.Analisa Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Penurunan nilai SFC akan turut berubah seiring dengan menurunya laju konsumsi bahan bakar dengan meningkatnya nilai BHP, atau sebaliknya. Tingkat kehematan konsumsi bahan bakar ditinjau dari aspek ini, karena analisa laju konsumsi bahan bakar per satuan daya yang dihasilkan mesin. Dengan kata lain semakin hemat suatu bahan bakar apabila SFC-nya rendah. Seperti yang ditunjukan pada grafik 4.5

(6)

Spe sific Fue l Consumption PREMIUM 0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 900 1200 1500 1800 2100 Rotational Speed [RPM] S F C [ k g/ k W h ] RC 10 RC 9 RC 8 RC 7 Grafik.4.5 SFC VS Putaran

Dari grafik diatas terlihat dengan jelas bahwa untuk premium dengan rasio kompresi 9 pada putaran 1000 memberikan penghematan, namum pada putaran 1750 dan 2000 premium dengan rasio kompresi 10 menghasilkan penghematan, pada permulaan putaran 1000 dengan kompresi 7 terjadi pemborosan bahan bakar.

IV.2.3.Analisa Emisi Gas Buang

IV.2.3.1.Analisa Kadar Hidrokarbon (HC)

Kadar hidrokarbon yang dihasilkan mesin otto akan menunjukan kondisi pembakaran dalam ruang bakar, semakin rendah nilai hidrokarbon dapat dikatakan bahwa pembakaran yang terjadi lebih baik. Dari grafik 4.6 terlihat Pada putaran 1000 rasio kompresi 8 menghasilkan kadar HC yang paling rendah, namun terjadi kenaikan pada putaran 1500 dan 1750 setelah itu turun di putaran 2000. untuk rasio kompresi 9 pada putaran 1000 lebih tinggi dari kompresi 7 dan 8, kemudian naik pada putaran 1500 dan turun kembali di putaran 1750 dan 2000. Hal yang sama teradi pada kompresi 10 dimana dihasilkan kadar HC tertinggi pada putaran 1000 terus turun di 1500 kemudian mengingkat kembali pada 1500 dan 2000. Pada rasio kompresi 7 menghasilkan kadar HC yang paling rendah pada berbagai putaran secara keseluruhan untuk tiap kompresi

(7)

Kadar HC Pre mium 0 250 500 750 1000 900 1200 1500 1800 2100 Rotational Speed [RPM] HC ( pp m ) RC 10 RC 9 RC 8 RC 7

Grafik.4.6 Kadar HC VS Putaran

IV.2.3.2.Analisa kadar Carbon monoksida (CO)

Kadar CO Pre mium 0 2 4 6 8 10 900 1200 1500 1800 2100 Rotational S peed [RPM] C O (% V ol ) RC 10 RC 9 RC 8 RC 7

Grafik.4.5 Kadar CO VS Putaran

Dari grafik terlihat bahwa pada rasio kompresi 7 untuk seluruh putaran yang diambil emisi yang dihasilkan paling rendah, disusul rasio kompresi 9 namun pada putaran 1500 dan seterusnya mengalami kenaikan, pada putaran 1000 emisi yang dihasilkan oleh kompresi 8 lebih tinggi dari kompresi 9, namun terjadi penurunan pada putaran 1500 dan 1750 kemudian naik sedikit pada putaran 2000. Dan terakhir untuk keseluruhan putaran emisi yang tertinggi dihasilkan pada rasio kompresi 10.

(8)

IV.3. Analisa Bahan Bakar Dengan Campuran Oksigenat Pada Rasio Kompresi Berbeda putaran 1750

IV.3.1. Analisa Daya BHP

B rake Horse Powe r Putaran 1750 15^BTDC 0 3 6 9 12 15 18 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi B H P [ k W ] Pertamax Premium Pertamax Plus Booster 1.5ml Booster 2 ml V Octane 1.5 ml V Octane 2 ml

IV.3.2.Analisa Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Spe sific Fue l Consumption Putaran 1750 15^BTDC 0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi S F C [ k g/ k W h ] PertamaxPremium Pertamax Plus Octan Booster 1.5 ml Octan Booster 2 ml V Octane 1.5 ml V Octane 2 ml

(9)

IV.3.3. Analisa Kadar Gas Buang

IV.3.3.1.Analisa Kadar Karbon Monoksida (CO)

Kadar CO Putaran 1750 RPM 15^ BTDC 0 2 4 6 8 10 12 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi C O (% V ol ) Pertamax Premium Pertamax Plus Octane Booster 1.5 ml Octane Booster 2 ml V Octane 1.5 ml V Octane 2 ml

IV.3.3.2.Analisa Kadar Hidrokarbon (HC)

Kadar HC putaran 1750 RPM 15^BTDC 0 300 600 900 1200 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi H C (p pm ) Pertamax Premium Pertamax Plus Octane Booster 1.5 ml V Octane 1.5 ml V Octane 2 ml Octane Booster 2 ml

(10)

IV.4. Analisa Bahan Bakar Dengan Campuran Oksigenat Pada Rasio Kompresi Berbeda putaran 1500

IV.4.1. Analisa Daya (BHP)

B rake Horse Powe r Putaran 1500 15^BTDC 0 3 6 9 12 15 18 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi B H P [ k W ] Pertamax Premium Pertamax Plus Octane Booster 1.5 ml Octane Booster 2 ml V Octane 1.5 ml V Octane 2 ml

IV.4.2.Analisa Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Spe sific Fue l Consumption Putaran 1500 15^BTDC 0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi SF C [k g/k W h] Pertamax Premium Pertamax Plus Octane Booster 1.5 ml Octan Booster 2 ml V Octane 1.5 ml V Octane 2ml

(11)

IV.4.3.Analisa Kadar Gas Buang

IV.4.3.1.Analisa Kadar Karbon Monoksida (CO) Kadar CO Putaran 1500 RPM 15^BTDC 0 3 6 9 12 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi C O (% V ol) Pertamax Premium Pertamax Plus Octane Booster 1.5ml V Octane 1.5 ml V Ovtane 2 ml Octane Booster 2 ml

IV.4.3.2.Analisa Kadar Hidrokarbon (HC)

Kadar HC Putaran 1500 RPM 15^ BTDC 0 400 800 1200 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi H C ( pp m ) P ert am ax P rem ium P ert am ax P lus Oct ane Boost er 1.5 m l V Oct ane 1.5 m l V Oct ane 2 m l Oct ane Boost er 2 m l

(12)

IV.5. Analisa Bahan Bakar Dengan Campuran Oksigenat Pada Rasio Kompresi Berbeda putaran 1000

IV.5.1. Analisa Daya (BHP)

B rake Horse Powe r Putaran 1000 15^BTDC 0 3 6 9 12 15 18 6 7 8 9 10 11 12 Rasio Kompresi B H P [k W ] Pertamax Premium Pertamax Plus Octane Booster 1.5 ml Octane Booster 2 ml V Octane 1.5 ml V Octane 2 ml

IV.5.2.Analisa Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Spe sific Fue l Consumption Putaran 1000 15^BTDC 0 0.3 0.6 0.9 1.2 1.5 1.8 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi SF C [k g/ kW h] Pertamax Premium Pertamax Plus Octane Booster 1.5 ml Octane Booster 2 ml V Octane 1.5 ml V Ocatane 2 ml

(13)

IV.5.3.Analisa Kadar Gas Buang

IV.5.3.1.Analisa Kadar Karbon Monoksida (CO) Kadar CO Putaran 1000 RPM 15^BTDC 0 2.5 5 7.5 10 6 7 8 9 10 11 Rasio Kompresi C O (% V ol ) Pertamax Premium Pertamax Plus Octane Booster 1.5ml V Octane 1.5 ml V Octane 2 ml Octane Booster 2ml

IV.5.3.2.Analisa Kadar Hidrokarbon (HC)

Kadar HC Putaran 1000 RPM 15^BTDC 0 300 600 900 1200 6 7 8 9 10 11 12 Rasio Kompresi H C (p pm ) Pertamax Premium Pertamax Plus Octane Booster 1.5 ml V Octane 1.5 ml V Octane 2 ml Octane Booster 2 ml

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu dengan menggunakan conditional probability relation, kami juga memperkenalkan suatu extended and gene- ralized concept of fuzzy relational database pada paper [21].

RSITAS NEGERI YOGY A at: Kampus

Media massa dalam pemanfaatannya memiliki arti penting bagi Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Tulungagung, menurut Didik media massa

Pada tabel 3.9 diatas, ujicoba penyebaran diberikan kepada 46 anak tunarungu dan dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas dari hasil data lapang yang dimiliki oleh

[r]

Sementara katalis H-c yang disintesis dengan waktu hidrotermal paling lama, memiliki kristalinitas yang tinggi yang berarti memiliki kestabilan yang baik sehingga

Pertumbuhan harian dan kelangsung hidup ikan nila merah ( Oreochromis niloticus ) Hasil penelitian pemberian ekstrat kunyit dengan dosis yang berbeda dan tanpa pemberian

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, ahoi adalah sebuah nyanyian tradisional Melayu Batangkuis yang dinyanyikan secara solo lalu pada setiap akhir