• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON AC-BC DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR YANG BERBEDA NILAI ABRASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON AC-BC DENGAN MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR YANG BERBEDA NILAI ABRASI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

79 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014

KARAKTERISTIK CAMPURAN LASTON AC-BC DENGAN

MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR YANG BERBEDA

NILAI ABRASI

Faisal Rizal1, Sofyan M Saleh2, Yuhanis Yunus3

1)

Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2,3)

Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala email: faisal_rizal34@yahoo.com

Abstract: Aggregate is the main material in asphalt pavement layer which fulfills the requirements of abrasion value of ≤ 40% (SNI 03-2417-1991). Aggregate abrasion value and high porosity may cause degradation of the pavement material. One way to improve the abrasion value is to improve the mixture through substitution with some material from different sources. The purpose of this study was to repair the quality of the mixture through the process of mixing the aggregate as a mixture of asphalt concrete Asphalt Concrete - Binder Course (AC-BC). The aggregate abration was done by using Los Angeles machine based on the AASHTO T - 96-74. The coarse aggregate used in the AC - BC mixture derived from different sources quary, the aggregate of Rikit Gaib district of Gayo Lues with 39,80% of abrasion value and aggregate of Cot Girek North Aceh district with 21,89 of abrasion value. This research was conducted at the Laboratory of Transportation Department of Civil Engineering, Faculty of Engineering UNSYIAH. This study began with the examination and testing of physical properties of aggregates and asphalt. Aggregate variation mixtures were (100/0)%, (75/25)%, (65/35)% and (55/45)% using Pen.60/70 asphalt as a binder. The test results showed that the mixture of air quality BC increased with as well as the increasing the aggregate amount of Cot Girek added, and overall the percentage variation still meet all the requirements criteria hot mix asphalt layer specification AC - BC Ministry of Public Works, 2010.

Keywords: Abrasion value , Binder Course Asphalt Concrete (AC – BC) , Marshall Parameter

Abstrak: Agregat merupakan bahan utama campuran lapis perkerasan aspal yang memenuhi

persyaratan nilai abrasi ≤ 40% (SNI 03-2417-1991). Agregat yang memiliki nilai abrasi dan porositasnya tinggi dapat menyebabkan degradasi pada material perkerasan jalan, untuk memperbaiki nilai abrasi tersebut, maka salah satu caranya adalah melakukan perbaikan kualitas campuran melaluisubsitusi dengan beberapa material dari sumber yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah melakukan perbaikan kualitas campuran yang kurang baik, melalui proses pencampuran agregat sebagai bahan campuran beton aspal (Asphalt Concrete-Binder Course). Pengujian keausan agregat dengan menggunakan mesin Los Angeles yang pemeriksaannya berpedoman pada AASHTO T-96-74. Agregat kasar yang digunakan dalam campuran AC-BC berasal dari sumber quary yang berbeda, yaitu agregat dari Rikit Gaib Kabupaten Gayo Lues dengan nilai abrasi 39,80% dan agregat dari Cot Girek Kabupaten Aceh Utara dengan nilai abrasi 21,89%. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan dan pengujian sifat-sifat fisis agregat dan aspal. Variasi campuran agregat adalah (100/0)%, (75/25)%, (65/35)% dan (55/45)% dengan menggunakan aspal Pen.60/70 sebagai bahan pengikat. Dari hasil pengujian ini diketahui bahwa campuran AC BC mengalami peningkatan mutu dengan meningkatnya jumlah agregat Cot Girek yang di tambahkan dan keseluruhan variasi persentase tersebut masih memenuhi semua syarat kriteria campuran beraspal panas lapisan AC-BC dari spesifikasi Departemen pekerjaan Umum 2010.

(2)

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 80 PENDAHULUAN

Seiring dengan pertumbuhan volume lalu lintas yang meningkat pesat dapat memberikan dampak terhadap permintaan pembangunan struktur perkerasan jalan dan pemakaian material yang digunakan. Terutama untuk kondisi di Indonesia dimana beban lalu lintas yang berlebihan (overloading) sering terjadi sehingga perlu adanya pertimbangan-pertimbangan khusus dalam melakukan perencanaan campuran aspal termasuk diantaranya komposisi campuran agregat halus

(fine aggregate) dan agregat kasar (coarse

aggregate) maupun filler dengan demikian

performa perkerasan jalan yang baik sangat dibutuhkan.

Dalam pencampuran, digunakan berbagai jenis agregat yang secara umum terdiri dari agregat kasar, agregat halus, serta filler atau bahan pengisi. Agregat kasar yang disyaratkan adalah agregat batu pecah yang minimal mempunyai satu bidang pecah. Sedangkan agregat halus merupakan agregat yang lolos saringan No.8 dan tertahan saringan No.200. Agregat sebagai bahan susun lapis perkerasan campuran beton aspal secara kuantitas mempunyai persentase komposisi yang besar dan secara kualitas harus memenuhi persyaratan. Salah satu persyaratannya adalah bahwa agregat yang bernilai abrasi lebih besar dari 40% tidak diperbolehkan digunakan sebagai bahan susun campuran beton aspal, hal ini disebabkan tingkat kahancuran atau keausannya yang tinggi sehingga dapat menimbulkan degradasi dan desintegrasi baik

pada saat pencampuran, penghamparan, pemadatan maupun pada saat melayani lalulintas selama umur rencana. Pada kondisi itu, campuran tidak dikehendaki karena dapat menyebabkan kekuatan campuran menjadi rendah atau tidak akan bertahan lama.

Penelitian ini berkaitan dengan perbaikan mutu agregat, khususnya terhadap nilai abrasinya, yaitu melalui pencampuran material yang nilai abrasinya tinggi dengan material yang nilai abrasinya lebih rendah. Penelitian ini menggunakan agregat kasar dari quarry Rikit Gaib (RG) Kabupaten Gayo Lues yang memiliki nilai abrasiyaitu 39,80% mendekati ± 40 %, dan agregat dari Cot Girek (CG) Kabupaten Aceh Utara yang memiliki nilai abrasi 21,89 %, yang lebih rendah. Data awal tersebut di dapat berdasarkan laporan Mix design formula laston AC-BC dari Bina Marga. Namun setelah dilakukan pengujian ulang di laboratorium fakultas teknik unsyiah nilai abrasi agregat kasar Rikit Gaib (RG) yang didapat adalah 33,53 % dan nilai abrasi agregat kasar Cot Girek (CG) adalah 22,89 %. Jarak antara kedua quarry di tinjau dari lintas tengah adalah ± 304 km, sedangkan melalui lintas timur ±281 km.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana cara untuk memperbaiki kualitas material, khususnya terhadap nilai abrasi material, sehingga memenuhi standar mutu, daya dukung, keawetan yang dapat digunakan sebagai material dalam campuran aspal beton. Agregat kasar yang berasal dari Rikit Gaib memiliki nilai abrasi yang tinggi sedangkan

(3)

81 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 agregat Cot Girek memiliki nilai abrasi yang lebih rendah sehingga untuk melakukan perbaikan material yang kurang baik, maka akan dilakukan penelitian ini melalui pencampuran agregat sebagai bahan campuran beton aspal (Asphalt Concrete-Binder Course). Maka dari itu dilakukan penelitian untuk meningkatkan kekuatan material dengan melakukan pengujian untuk mengetahui kinerja semua variasi komposisi campuran laston AC-BC pada masing-masing parameter marshall yang meliputi nilai Stabilitas, Flow, MQ, Density, VIM ,VMA, VFB, Durabilitas dengan rentang kadar aspal yang memenuhi semua syarat kriteria campuran beraspal panas lapisan AC-BC dari spesifikasi Departemen pekerjaan Umum 2010.

Tujuan penelitian ini untuk melakukan perbaikan agregat melalui upaya mengurangi nilai abrasi agregat Rikit Gaib yang nilainya lebih besar dibandingkan nilai abrasi agregat kasar yang berasal dari Cot Girek yaitu melalui proses pencampuran agregat keduanya, yang dilakukan dengan cara mensubsitusi agregat dengan variasi yang berbeda.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

Saodang (2005:33) menyatakan struktur perkerasan jalan terdiri dari beberapa lapis elemen struktur perkerasan. Pada struktur perkerasan lentur terdiri dari tanah dasar

(subgrade), lapis pondasi bawah (subbase

course), lapis pondasi atas (base course) dan

lapis permukaan (surface course). Pada struktur perkerasan kaku terdiri dari lapis tanah dasar,

lapis pondasi bawah dan pelat beton.

Menurut Sukirman (1999:9), lapisan terletak paling atas disebut lapis permukaan yang berfungsi sebagai :

1.

Lapis perkerasan penahan beban roda.

2.

Lapis kedap air.

3.

Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menerima gesekan dari rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.

4.

Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan

bawah.

Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah campuran bahan agregat dan aspal, dengan persyaratan bahan yang memenuhi standar. Penggunaan bahan aspal diperlukan sebagai bahan pengikat agregat dan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik, yang berarti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas (Saodang, 2005:45).

Jenis lapis permukaan yang umum dipergunakan di Indonesia menurut Sukirman (1999 : 9) adalah sebagai berikut :

1.

Lapisan bersifat nonstruktural, berfungsi sebagai lapisan aus kedap air antara lain :

a)

Burtu (Laburan aspal satu lapis)

b)

Burda (Laburan aspal dua lapis)

c)

Latasir (Lapis tipis aspal pasir)

d)

Latasbum (Lapis tipis asbuton murni)

e)

Lataston (Lapis tipis aspal beton)

2.

Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan menyebarkan beban roda.

(4)

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 82 Lapis Aspal Beton (Laston) AC – BC

Lapis Aspal Beton (Laston) yang selanjutnya disebut AC, terdiri dari tiga jenis campuran, AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis Antara (AC-Binder Course, AC-BC) dan AC Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 m 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Aspal Alam atau Aspal Multigrade disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC

Modified, dan AC-Base Modified.

Zulkifli (2004) meneliti pengaruh penggunaan agregat kasar bernilai abrasi tinggi (±50%) pada campuran beton aspal AC-WC. Penelitian ini dilakukan dengan membuat benda uji dari tiga variasi gradasi agregat, variasi I, variasi II dan variasi III dengan kadar agregat kasar masing-masing 50 %, 57 % dan 65 %. Indek Perendaman pada variasi I, variasi II dan variasi III diperoleh sebesar 83,39 %, 87,56 % dan 82,75 %. Nilai VIM untuk kepadatan mutlak pada variasi I, variasi II dan variasi III diperoleh sebesar 1,20 %, 1,04 % dan 0,66 %. Secara keseluruhan, penggunaan agregat kasar bernilai abrasi tinggi (±50%) pada campuran beton aspal sesuai spesifikasi Departemen Kimpraswil (2000) hanya mampu melayani beban lalulintas rendah (lalulintas <0,5 juta ESA) untuk variasi I dan variasi II.

Menurut Departemen Pekerjaan Umum (2008), menghitung perencanaan kadar aspal menggunakan rumus sebagai berikut :

Pb = 0,035(%CA)+ 0,045 (%FA) + 0,18

(%Filler)+Konstanta... (1) Dimana :

Pb = Kadar aspal tengah/ideal, persen terhadap berat campuran;

CA= Agregat kasar tertahan saringan No. 8; FA = Agregat halus lolos saringan No. 8 dan

tertahan saringan No. 200.

Filler adalah agregat minimal 75% lolos saringan No. 200. Nilai Konstanta sekitar 0,5 untuk penyerapan agregat yang rendah dan nilai 1,0 untuk penyerapan agregat yang tinggi.

Stabilitas

Bukhari (2007:65) menyatakan hasil pembacaan dial alat Parameter Marshall, nilai stabilitas harus dikalikan dengan kalibrasi alat dan faktor koreksi benda uji.

S = p x Q x r .……..…...….. (2)

Dimana :

S = nilai stabilitas (kg) ; Q = kalibrasi alat Marshall; q = pembacaan dial Marshall; r = koreksi benda uji.

Marshall Quotient

Bukhari (2007:67) Marshall quotient

adalah perbandingan antara nilai stabilitas dengan nilai flow.

MQ = q / r ...(3) Dimana :

MQ = nilai Marshall quotient (kg/mm); q = nilai stabilitas dikalikan faktor kalibrasi

(5)

83 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 r = nilai flow (mm).

Penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO) Kadar aspal optimum yang baik adalah kadar aspal yang memenuhi semua sifat campuran yang diinginkan dalam rentang kadar aspal optimum 0,5%.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Transportasi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengujian sifat-sifat fisis material dan hasil pengujian Marshall terhadap benda uji pada campuran beton aspal panas. Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari brosur-brosur produksi material dan literatur lainnya. Prosedur penelitian mengacu pada SNI dan AASHTO.

Tahapan awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menyiapkan bahan-bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam proses penelitian, serta melakukan pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat dan aspal serta analisa saringan. Setelah diperoleh hasil dari pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat yang sesuai dengan spesifikasi, maka dilakukan perencanan pembuatan benda uji.

Benda uji yang akan dibuat terdiri dari dua kelompok yaitu :

1. Benda uji dengan variasi kadar aspal Pen. 60/70 dalam campuran AC-BC pada

tiap-tiap variasi persentase pencampuran agregat dari Rikit Gaib dibandingkan dengan agregat dari Cot Girek dan filler dari semen Portland produksi PT. Semen Andalas Indonesia.

2. Uji parameter Marshall akan diperoleh kadar aspal optimum (KAO). Setelah KAO diperoleh maka dibuat benda uji variasi pencampuran agregat kasar (100)%, (75/25)%; 75% agregat Rikit Gaib dan 25% agregat Cot Girek (65/35)%; 65% agregat Rikit Gaib dan 35% agregat Cot Girek dan (55/45)%; 55% agregat Rikit Gaib dan 45% agregat Cot Girek. Selanjutnya akan dilakukan kembali pengujian Marshall dan durabilitas.

Dari hasil pengujian Marshall, selanjutnya dibandingkan setiap parameter Marshall dengan persentase agregat dari lokasi pengambilan material yang berbeda dan diambil beberapa kesimpulan mengenai pengaruh persentase agregat dalam agregat halus untuk campuran AC-BC.

Langkah-langkah penelitian dapat lihat pada Gambar 1.

(6)

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 84

Gambar 1 Bagan Alir Penelitian

HASIL PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap sifat-sifat fisis agregat yang berasal dari Stone

Crusher milik PT. Alhas Jaya Group yang

berlokasi di Rikit Gaib (RG), Kabupaten Gayo Lues dan Cot Girek (CG), Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh yang disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisis Agregat

dari Rikit Gaib (RG) dan Cot Gerik (CG) N o Sifat-sifat Fisis yang Diperiksa Satua n Hasil Rikit Gaib Hasil Cot Gerik PBN 1 Berat Jenis - 2,824 2,624 > 2,50 2 Penyerapan % 1,261 0,813 < 3,00 3 Berat Isi kg/ dm3 1,605 1,607 > 1,00 4 Kekerasan % 8,71 16,10 < 30 5 Keausan % 33,53 22,89 7 < 40 6 Indeks Kepipihan % 3,215 6,363 < 10 7 Indeks Kelonjongan % 8,804 7,920 < 10 8 Pelapukan (Soundness) % 4,438 3,913 < 10 (Sumber: Hasil Penelitian, 2014)

Keterangan :

PBN = Persyaratan Bina Marga (SNI / AASHTO)

Hasil pemeriksaan sifat fisis agregat, semua pengujian telah memenuhi persyaratan spesifikasi yang ditentukan. Pada pengujian terhadap pelapukan (Soundness) agregat, terdapat 2 klasifikasi kekekalan yaitu bila agregat diuji dengan menggunakan larutan natrium sulfat maka hasil yang diperoleh haruslah < 10 dan bila agregat diuji menggunakan larutan Magnesium Sulfat maka hasil yang diperoleh haruslah < 10 (Departemen Pekerjaan Umum, 2010). Hasil dari pengujian yang telah dilakukan di atas tersebut adalah hasil dari pengujian menggunakan magnesium sulfat, sehingga agregat tersebut telah memenuhi spesifikasi.

Hasil pemeriksaan rancangan gradasi agregat Laston AC-BC

(7)

85 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 pada agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan analisa saringan gradasi halus

diperlihatkan pada Gambar 2.

Gambar 2: Grafik Gabungan Analisa Saringan Gradasi Agregat Quarry dari Rikit Gaib (RG) dan Cot Girek (CG)

Gambar 2. memperlihatkan gradasi pemeriksaan pembagian butir agregat tersebut, dapat ketahui bahwa gradasi agregat dari kedua quary tersebut sudah memenuhi standar spesifikasi bina marga campuran beraspal panas tahun 2010.

Hasil Pemeriksaan Keausan Agregat berbagai variasi

Pemeriksaan nilai abrasi agregat berbagai variasi dilakukan pada persentase 100/0,75/25, 65/35 dan 55/45 dengan menggunakan mesin lost angeles. Nilai keausan Agregat 100/0 adalah 33,53%, 75/25 adalah 30,04%, 65/35

adalah 28,32%, 55/45 adalah 27,59%.

Nilai masing-masing keausan didapat dari hasil bagi antara jumlah berat agregat dengan berat yang aus di kalikan 100%. Pemerikasaan nilai keausan (abrasi) tersebut dapat diketahui bahwa penambahan agregat dari Cot Girek (CG) dapat menurunkan nilai abrasi dari agregat Rikit Gaib (RG), semakin banyak persentase agregat Cot Girek (CG) maka nilai abrasinya akan semakin kecil, hal ini disebabkan karena nilai abrasi dari agregat Cot Girek (CG) lebih kecil dibandingkan dengan nilai abrasi agregat Rikit Gaib (CG).

Hasil Pengujian Marshall Untuk Penentuan

100 74 64 47 34.6 28.3 20.7 13.7 4 4 90 82 64 49 38 28 20 13 8 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 0.01 0.1 1 10 Spec batas atas Spec batas bawa h Rikit Gaib Cot Girek Ukuran Saringan (mm) P er sen L o lo s Sar in g an

(8)

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 86 Kadar Aspal Optimum (KAO)

Hasil pengujian Marshall menghasilkan parameter-parameter Marshall yaitu stabilitas,

flow, density, VIM, VFB, VMA, dan Marshall

quotient. Hasil pengujian Marshall dengan

variasi kadar aspal 4,5%; 5%; 5,5%; 6% dan 6,5% dengan nilai kadar aspal optimum yang didapatkan yaitu campuran 100% agregat kasar Rikit Gaib (RG) diperoleh nilai KAO sebesar (6,0) %; Campuran 75 % agregat kasar Rikit Gaib (RG) dengan 25 % agregat kasar Cot Girek (RG) diperoleh nilai KAO sebesar (5,8) %; Campuran 65 % agregat kasar Rikit Gaib (RG) dengan 35 % agregat kasar Cot Girek (RG) diperoleh nilai KAO sebesar (5,6) %; Campuran 55 % agregat kasar Rikit Gaib (RG) dengan 45 % agregat kasar Cot Girek (CG) diperoleh nilai KAO sebesar (5,4) %. Nilai KAO semakin kecil terhadap makin besarnya persentase agregat kasar Cot Girek (CG) di dalam campuran .

Hasil Pengujian Marshall untuk Rendaman 30 Menit dan 24 Jam

Hasil pengujian Marshall dengan variasi kadar aspal menghasilkan nilai kadar aspal optimum. Berdasarkan KAO yang diperoleh dengan spesifikasi gradasi yang sama dibuat masing-masing 4 (empat) buah benda uji dengan rincian 4 (empat) buah benda uji untuk satu variasi persentase pasir. Nilai durabilitas diperoleh dari perbandingan antara stabilitas rendaman 24 jam dengan stabilitas normal pada Gambar 3.

Gambar 3: Grafik Perbandingan Antara Stabilitas Rendaman 24 Jam dengan Stabilitas

Normal Hasil pengujian marshall dari berbagai

variasi kadar aspal menghasilkan nilai kadar aspal optimum. Berdasarkan kadar aspal optimum yang diperoleh dengan spesifikasi gradasi yang sama, dan dibuat 3 (tiga) buah benda uji dari masing-masing nilai kadar aspal optimum yang berbeda, sesuai dengan 3 (tiga) variasi persentase campuran agregat kasar dari kedua quarry. Dari perbandingan antara

stabilitas rendaman 24 jam dengan stabilitas

rendaman 30 menit di peroleh nilai durabilitas

pada suhu temperatur 60OC.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat dan aspal Pen. 60/70 milik PT. Alhas Jaya Group yang berlokasi di Cot Girek (CG) dan di Rikit Gaib (RG) telah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan untuk campuran AC-BC dan dapat digunakan sebagai bahan campuran beton aspal AC-BC.

(9)

87 - Volume 3, No. 3, Agustus 2014 2. Terjadi peningkatan nilai abrasi terhadap

semua variasi campuran agregat kasar Rikit Gaib (RG), yaitu: campuran 100% dengan 0 % diperoleh nilai abrasinya sebesar 33,53%; campuran 75% (RG) dengan 25% (CG) nilai abrasi sebesar 30,40%; campuran 65% (RG) dengan 35% (CG) nilai abrasinya sebesar 28,31%; campuran 55% (RG) dengan 45% (CG) diperoleh nilai abrasi sebesar 27,60%.

3. Kadar aspal optimum (KAO) diperoleh berdasarkan evaluasi parameter Marshall untuk berbagai persentase campuran agregat kasar Rikit Gaib (RG), yaitu: campuran 100% agregat kasar Rikit Gaib (RG) diperoleh nilai KAO sebesar (6,0)%; campuran 75% (RG) dengan 25% (CG) diperoleh nilai KAO sebesar (5,8)%; campuran 65% (RG) dengan 35% (CG) nilai KAO sebesar (5,6)%; campuran 55% (RG) dengan 45% (CG) nilai KAO sebesar (5,4) %.

4. Hasil penelitian menunjukkan dengan adanya variasi pencampuran agregat kasar Rikit Gaib (RG) dan Cot Girek (CG) dapat mempengaruhi nilai parameter Marshall dan durabilitas. Nilai durabilitas terbaik berada pada variasi persentase 55/45 dengan nilai durabilitas sebesar 94,74%.

5. Hasil penelitian diketahui campuran aspal AC-BC mengalami peningkatan mutu dengan meningkatnya jumlah persentase agregat kasar dari Cot Girek

(CG) yang ditambahkan, namun untuk keseluruhan variasi pesentase campuran agregat kasar masih memenuhi persyaratan Spesifikasi Umun Bina Marga 2010.

Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah variasi persentase pencampuran agregat Rikit Gaib dan Cot Girek serta persentase aspal, agar dapat diketahui lebih banyak variasi nilai-nilai Stabilitas Marshal dan Durabilitas sehingga nanti dapat dipilih nilai yang mana yang dibutuhkan untuk diterapkan di lapangan secara efektif dan ekonomis. 2. Variasi persentase campuran 100% RG,

jumlah kadar aspal yang dibutuhkan lebih tinggi dari pada variasi campuran (75% RG: 25% CG), (65% RG : 35% CG) dan (55% RG:45%CG), sehingga penambahan aditif untuk menambahkan kekuatan aspal dengan kadar aspal yang lebih sedikit dalam campuran

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Anonim, 1989, Tata Cara Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) Untuk Jalan Raya, SNI 03-1737-1989, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen PU, Jakarta.

Anonim, 1990, Standard Specification for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing, 15th ed, AASHTO, Washington, DC.

Bukhari dkk, 2007, Rekayasa Bahan dan Tebal Perkerasan, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Sukirman, S, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.

Saodang, H, 2005, Konstruksi Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung

(10)

Volume 3, No. 3, Agustus 2014 - 88 Zulkifli H, Pengaruh Penggunaan Agregat Kasar

Bernilai Abrasi Tinggi (±50%) Pada Campuran Beton Aspal(Ac-Wearing Course),

Gambar

Gambar 1 Bagan Alir Penelitian
Gambar 2:  Grafik Gabungan Analisa Saringan Gradasi Agregat Quarry dari Rikit Gaib (RG) dan Cot Girek (CG)
Gambar  3:  Grafik  Perbandingan  Antara  Stabilitas  Rendaman  24  Jam  dengan  Stabilitas

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena media yang akan dikembangkan pada penelitian ini adalah media yang akan digunakan sebagai sarana latihan soal Persamaan Garis Lurus dalam kelompok besar,

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh data bahwa pada siklus II tindakan kedua kemampuan motorik halus anak pada kegiatan membatik jumputan mengalami peningkatan menjadi lebih

Beranjak dari latar belakang di atas penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana sesungguhnya upaya peningkatan motivasi dan keaktifan

Analisis proporsi kelompok aset tetap terhadap total aset tetap merupakan analisis yang digunakan untuk melihat potret aset tetap pemerintah daerah secara global,

Apabila pelanggan sudah terdaftar maka bagian penjualan memverifikasikan pesanan obat, setelah itu bagian penjualan membuat pesanan dari daftar obat yang akan dibeli,

Berdasarkan penjelasan latar belakang, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah persepsi risiko (perceived risk), persepsi manfaat (perceived

Hasil penelitian yang pertama menunjukkan bahwa Net Interest Margin lebih mendominasi sektor perbankan di Indonesia bila dibandingkan dengan Non Interest Income

Penangan aksi vandalisme menurut Bapak Sutarto harus melibatkan Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo itu sendiri dan bekerja sama dengan elemen-elemen yang ada di