• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN SAWOJAJAR 04 KOTA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN SAWOJAJAR 04 KOTA MALANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA

PEMBELAJARAN IPS DI SDN SAWOJAJAR 04 KOTA MALANG

Oleh: Ana Nuz’miah

SDN Sawojajar 04 Kota Malang

Abstrak. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak dua siklus di mana masing-masing siklus dilalui dengan empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi tindakan; dan (4) refleksi tindakan. Penerapan model pembelajaran

Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi rata-rata hasil post test belajar siswa pada setiap siklusnya mengalami peningkatan yang baik. Dari data yang diperoleh hasil rata-rata belajar siswa naik dari 74,75 menjadi 82,62. Hal ini juga meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pembelajaran IPS tentang globalisasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajar siswa. Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktifitas guru semakin meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan

.Kata kunci: Snowball Throwing, ips, hasil belajar dan motivasi belajar

Pendidikan merupakan pengaruh, bantuan, atau tuntunan yang diberikan oleh orang yang bertanggung jawab kepada anak didik (Hadi, 2003: 18). Salah satu bentuk pelak-sanaan pendidikan adalah pengajaran. Da-lam pendidikan, pengajaran mempunyai proporsi yang paling besar, terutama di dalam pendidikan formal. Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, maka tentunya ada guru yang mengajar dan siswa yang diajar atau yang belajar (Gino, dkk, 1996: 30). Kegiatan belajar mengajar meru-pakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer, sedangkan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan untuk dapat terjadi kegiatan belajar yang optimal.

Suatu kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan diharapkan

mampu membuat siswa belajar, karena secara tidak langsung siswa akan ter-motivasi untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar dikelas (Wahab, 2009). Dalam kegiatan belajar mengajar terdiri atas kom-ponen-komponen yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada-pun komponen-komponen tersebut antara lain: (a) peserta didik; (b) tenaga pendidik; (c) materi pelajaran; (d) media atau per-alatan pembelajaran; (e) strategi dan metode pembelajaran; (f) evaluasi atau hasil peni-laian; (g) lingkungan pembelajaran; serta (h) pengelolaan kelas (Iskandar, 2009: 31). Apabila semua komponen tersebut dapat bekerjasama secara maksimal maka kegiatan belajar mengajar akan berjalan lancar dan diharapkan hasil belajar siswa baik dan tujuan pembelajaran tercapai. Kenyataanya

(2)

pendidikan saat ini masih mengalami berbagai masalah, salah satu masalah yang dekat dengan hal tersebut adalah hasil belajar siswa (Soemantri,2011). Hal itu ditunjukkan oleh sikap, perilaku dan prestasi belajar (nilai) siswa secara umum. Banyak siswa yang sering melalaikan tugas mereka seperti tidak mengerjakan PR atau tugas-tugas yang lain, mengacuhkan penjelasan materi dari guru, bahkan masih banyak juga siswa yang kesulitan saat mengadapi soal ulangan atau ujian semester pada beberapa mata pelajaran sehingga nilai mereka pun tidak maksimal. Biasanya mereka mengalami kesulitan pada mata pelajaran yang membutuhkan pema-haman, ketelitian dan perhitungan. Berdasar pada pemaparan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar siswa masih rendah.

Menurut Dimyati & Mudjiono (2006: 9-10) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Seba-liknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurunRendahnya kemampuan siswa bertanya dalam pembelajaran IPS dan hasil belajar yang diperoleh pun kurang maksi-mal. Hanya sekitar 20 %,siswa pun yang mau bertanya, dan hanya 20 % siswa yang menjawab pertanyaan guru secara per-orangan, Hasil belajar pun masih banyak yang di bawah rata-rata hasil belajar siswa sekitar 48%. Dan diperoleh temuan menge-nai sikap siswa terhadap proses pembelajarn Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), siswa mengalami kejenuhan karena pembelajaran tidak menarik karena guru tidak mengguna-kan metode yang menarik dan bervariasi, guru kurang memberikan kesempatan kepa-da siswa untuk bertanya, kepa-dan akhirnya pembelajaran siswa pun tidak bermakna. Peneliti juga telah melakukan wawancara

beberapa siswa. Beberapa siswa mengung-kapkan bahwa kondisi kelas yang tidak kon-dusif, teman yang suka ramai di dalam kelas, cara guru menyampaikan materi ku-rang jelas, menjadi alasan siswa untuk malas belajar sehingga hasil belajar mereka rendah.

Salah satu alternatif yang dapat ditem-puh untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah melalui kreativitas yang dimiliki guru dalam memilih metode mengajar. Sela-ma ini guru sudah menggunakan metode ce-ramah berva-riasi, tetapi masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam mema-hami konsep akuntansi sehingga perlu dicari suatu model pembelajaran akuntansi yang sesuai dengan kondisi siswa dan kelas tersebut, agar pembelajaran akuntansi dapat membuat siswa tertarik dan termotivasi.

Keberhasilan siswa dalam belajar sa-ngat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang dilakukan guru (Aunurohman, 2009). Guru dituntut untuk memahami komponen-komponen dasar dalam melaksanakan ke-giatan pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut pula untuk paham tentang filosofis dari mengajar dan belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, akan tetapi juga sejumlah perilaku yang akan menjadi kepemilikan siswa.

Penggunaan metode, stategi, dan ke-lengkapan dalam pengajaran adalah bagian dari kegiatan pembelajaran yang harus di-lakukan oleh guru. Guru harus dapat men-ciptakan kondisi dan situasi, serta keter-tarikan siswa untuk belajar (Supri-yono,2009:162).

Menurut Irawan dkk. Mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa ada tiga faktor yang memengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau

(3)

konteks sekolah dan motivasi, maka faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi.

Sehingga guru harus menggunakan metode-metode pembelajaran yang menarik dan bervariasi sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar. Dan menjadikan pem-belajaran bermakna bagi siswa serta keber-hasilan siswa dalam pembelajaran pun akan optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai (Budiman, 2006).

Untuk mencapai tujuan di atas, banyak hal yang harus dipenuhi dan diperhatikan dalam mempengaruhi proses belajar siswa yaitu dari berbagai faktor, baik guru secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam penelitian yang dilakukan di SDN Sawojajar 04 Kota Malang, penulis menemukan per-masalahan yang sangat menarik untuk diteliti, yaitu motivasi belajar siswa yang rendah sehingga hasil belajar pun kurang memuaskan.

Penyebabnya adalah siswa kurang ter-tarik, bosan, dan jenuh terhadap pembelajar-an IPS. Karena pembelajarpembelajar-an IPS ypembelajar-ang sifatnya banyak hafalan, dalam menyampai-kan materi pembelajaran pun guru masih menggunakan metode tradisional (ceramah, tanya jawab,dan hanya mencatat saja), guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dan diskusi yang dilakukan siswa pun belum terarah kepada kegiatan siswa yang bermakna dalam pembelajaran, siswa masih banyak yang bercanda, bermain, dan tidak fokus pada kegiatan yang dilakukan.

Untuk itu seorang guru inisiatif harus berinisiatif dan kreatif untuk menyiapkan metode pembelajaran yang tepat dengan materi yang akan diajarkan, agar pembela-jaran yang dilakukan siswa menjadi aktif,

kreatif,dan menimbulkan rasa ingin tahu pada siswa serta bermakna bagi siswa

Salah satu metode yang peneliti anggap paling tepat untuk masalah di atas adalah metode pembelajaran Snowball Throwing. Dengan metode Snowball Throw-ing, siswa diberikan kesempatan untuk aktif, saling bekerjasama dengan siswa lain dalam menerima materi pelajaran, dan siswa diberi kesempatan untuk aktif bertanya dan menjawab pertanyaan secara perorangan. METODE PENELITIAN

Model yang digunakan dalam pene-litian ini adalah model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (dalam Arikunto, 2006: 93). Adapun teknik pengolahan data dilakukan dengan siklus PTK secara terperinci mulai dari perencanaan, pelak-sanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi evaluasi yang bersifat siklus berulang-ulang, minimal 2 siklus sebagai berikut:

1. Perencanaan Tindakan (Planning)

Pada tahap awal ini yang dila-kukan adalah mengidentifikasi masa-lah dan pene-rapan alternatif pemecahan masalah. Secara lebih spesifik adalah merencanakan pembe-lajaran yang akan diterapkan dalam KBM, menentukan pokok bahasan, mengembang-kan skenario, menyiapmengembang-kan sumber belajar, mengembang format evaluasi, mengem-bangkan format observasi lapangan.

2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Pada tahap ini peneliti akan menerap-kan tindamenerap-kan yang mengacu pada skenario rencana di atas.

3. Pengamatan Tindakan (Observing)

Peneliti akan melakukan obser-vasi dengan memakai format observasi dan menilai hasil tindakan dengan menggunakan format penilaian.

(4)

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap akhir ini peneliti akan melakukan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan. Hasil evaluasi akan untuk digunakan perbaikan pada siklus berikutnya.

Teknik pengumpulan data yang digu-nakan adalah observasi, teknik evaluasi/ tes, wawancara dan dokumen-tasi. Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS pada siswa VI SDN Sawojajar 4 Kota Malang dengan Snowball Throwing. Setiap tindakan upaya peningkatan hasil belajar dirancang ke dalam satu siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) Perencanaan tindakan; (2) Pelaksanaan tindakan; (3) Observasi tindak-an; dan (4) Refleksi tindakan untuk peren-canaan siklus berikutnya.

PTK dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) ob-servasi tindakan, dan (4) refleksi tindakan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disim-pulkan bahwa pembelajaran koooperatif tipe TPS dapat meningkatkan hasil belajar akuntasi. Deskripsi hasil pene-litian dari PTK ini dapat dipaparkan sebagai berikut.

Observasi awal adalah langkah per-tama yang dilakukan untuk me-ngetahui masalah pembelajaran yang muncul di kelas VI SDN Sawojajar 4 Kota Malang . Hasil observasi awal menunjukkan bahwa hasil belajar akuntansi perlu ditingkatkan. Peneliti bersama kolaborator berdiskusi dan mene-rapkan Snowball Throwing untuk mening-katkan hasil belajar IPS.

Selanjutnya peneliti bersama kolabo-rator menyusun RPP dan skenario pem-belajaran yang kemudian dilaksanakan pada siklus pertama dengan materi peranan

Indonesia dalam era globalisasi. Pembe-lajaran siklus I dengan menerapkan model pembelajaran kooperatifSnowball Throwing

pada materi globalisasi. Tujuan pembela-jaran yang hendak dicapai yaitu siswa dapat menjelaskan pengertian globalisasi dan sis-wa dapat menjelaskan peranan Indonesia pada era globalisasi. Waktu pembelajaran untuk siklus I dilakukan selama satu kali pertemuan (3x35 menit) termasuk post test. Siklus pertama diakhiri dengan tes individu. Hasil belajar siswa selama siklus I dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Pengamatan Kegiatan Siklus I No. Aspek Penilaian

Rata-rata skor yang diamati

1 Kwalitas Pertanyaan 2,50 2 Kwalitas Jawaban 2,50 3 Menghargai pendapat teman 2,50 4 Ketepatan waktu 2,50 5 Keberanian mengungkapkan pendapat 2,00 6 Keberanian bertanya 2,00 7 Menjelaskan materi ke kelompok 2,00 Jumlah 16,00 Rata-rata 2,29

Hasil pengamatan kegiatan berdasarkan Tabel 1 maka, kegiatan siswa pada sikulus I belum mencapai maksimal dilihat dari rata-rata hanya 2,29

Tabel 2 Persentase Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Siklus I

Criteria Interval Frekuensi Persentase

Sangat baik 86-100 10 27,03% Baik 71-85 13 35,14% Cukup 56-70 12 32,43% Kurang 41-55 2 5.4% Sangat kurang <40` 0 0%

Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan jumlah siswa yang mendapatkan nilai sangat baik atau rentang nilai 86-100 adalah 10 siswa atau sebesar 27,03%. Sedangkan jum-lah siswa yang mencapai nilai baik dengan rentang nilai 71-85 adalah 13 siswa atau 35,14%. Jumlah siswa yang mencapai nilai

(5)

56-70 atau cukup sebanyak 12 siswa atau sebesar 32,43%. Hanya ada 3 siswa yang berani bertanya,dan hanya 4 orang siswa yang berani menjawab secara perorangan selebihnya dijawab hanya secara klasikal sa-ja. Ketika melakukan kerja kelompok siswa terlihat ribut dan bingung, karena tidak me-ngerti tugas yang harus dikerjakan, dan ke-lompok tidak terorganisir dengan baik. Guru belum memahami betul langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing, sehingga kegiatan tidak terarah dan tidak sesuai skenario pembelajaran. Waktu dalam pembelajaran perlu diefektifkan lagi.Ketika guru menyampaikan materi siswa kurang memerhatikan penjelasan guru.

Selain terdapat kekurangan dan permasalahan, ada beberapa hal yang menjadi keberhasilan dalam pelaksanaan tindakan siklus I yaitu: a) Terjadi pening-katan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dengan meningkatnya rata-rata kelas pada siklus I jika dibandingkan dengan pra tin-dakan. b) Siswa lebih semangat dan lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran. c) Hasil rata-rata kelas pada siklus I yaittu sebesar 67,96 dan belum mencapai KKM yaitu nilai 70.

Berdasarkan hasil belajar siklus I yang masih berada di bawah KKM, maka masih diperlukan usaha untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi. Dalam hal ini, usaha dan tindak lanjut yang dilakukan peneliti adalah melaksanakan penelitian pada siklus selanjutnya yaitu siklus II.

Walaupun masih ada beberapa siswa yang belum berani mengungkapkan pen-dapat jika belum dimotivasi oleh guru, tetapi secara umum Snowball Throwing pada siklus kedua ini sudah berjalan dengan baik dan lancar. Hasil belajar siswa selama siklus II dapat dilihat dari Tabel 3.

Tabel 3 Persentase Nilai Rata-rata Hasil Evaluasi Siklus II

Criteria Interval Frekuensi Persentase

Sangat baik 86-100 18 48,65% Baik 71-85 13 35,13% Cukup 56-70 6 16,22% Kurang 41-55 0 5.4% Sangat kurang <40` 0 0%

Berdasarkan Tabel 3 dapat dijelaskan jumlah siswa yang mendapatkan nilai sangat baik atau rentang nilai 86-100 adalah 18 siswa atau sebesar 48,65%. Sedangkan jumlah siswa yang mencapai nilai baik dengan rentang nilai 71-85 adalah 13 siswa atau 35,13%. Jumlah siswa yang mencapai nilai 56-70 atau cukup sebanyak 6 siswa atau sebesar 16,22%.. Hal itu menunjukkan dalam pelaksanaan siklus 2 ada pening-katan yang baik. Adapun peningpening-katan tersebut dikarenakan ada perlakuan yang sedikit berbeda dengan siklus pertama untuk tujuan perbaikan. Pada saat menjelaskan materi guru berupaya berinteraksi dengan siswa dalam bentuk memerikan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing supaya siswa terfokus pada pelajaran disamping itu guru terus memotivasi siswa pada saat mereka menyelesaikan soal diskusi ataupun presentasi baik dalam bentuk ucapan atau mimik muka. Tidak lupa juga guru terus mengingatkan siswa supaya memastikan tiap anggota kelompok sudah paham materi.

Hasil penelitian dari siklus pertama dan siklus kedua dapat diper-bandingkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Tabel 3 dan Gambar 1 menunjukkan grafik perbandingan kedua siklus tersebut.

Tabel 3 Perbandingan Nilai Rata-rata Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II Subjek penelitian

Nilai Rata Rata Pra Tindakan Siklus I Siklus II Kelas VI SDN Sawojajar 04 Kota Malang 65,16 74,75 82,62

(6)

Gambar 1 Hasil Penelitian Tindakan Kelas

Tabel 3 dan Gambar 1 tersebut adalah hasil PTK dengan penerapan Snowball Throwing dilihat dari keaktifan siswa selama pembelajaran dan hasil belajar kognitif siswa. Secara umum, keaktifan sis-wa selama pembelajaran mengalami pening-katan baik dari indikator keaktifan siswa selama apersepsi, keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran, dan keaktifan sis-wa selama diskusi juga meningkat. Pening-katan tersebut menunjukkan bahwa siswa semakin terbiasa dengan Snowball Throw-ing. Hal tersebut ditunjukkan dengan per-sentase siswa yang aktif selama pembe-lajaran berlangsung mengalami perkem-bangan yang positif. Pelaksanaan pembela-jaran pada penelitian ini dilaksanakan peneliti dengan menerapkan langkah-lang-kah dalam metode pembelajaran Snowball Throwing. Metode pembelajaran ini siswa dituntut untuk mencari/menggali sumber materi secara mandiri dan berusaha meme-cahkan masalah yang terdapat pada materi berdasarkan sumber data yang telah ditemu-kannya melalui berbagai tehnik pengum-pulan data dari berbagai sumber. Konsep materi tidak diberikan guru tetapi dibangun dan dicari oleh siswa melalui kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam metode pem-belajaran Snowball Throwing. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS menurut Hidayati, dkk bahwa tujuan

pembelajaran IPS yaitu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah serta keterampilan sosial. Langkah-langkah pe-laksanaan metode Snowball Throwing yang melibatkan siswa aktif juga sependapat dengan pendapat Cronbach bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan cara mengalami dan dalam mengalami si pelajar menggunakan panca inderanya.

Peningkatan hasil belajar pada siklus I terjadi karena peneliti menerapkan metode pembelajaran Snowball Throwing dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran diawali dengan mencari masalah yang terjadi di masyarakat kemudian menghu-bungkannya dengan materi pembelajaran. Melalui berbagai cara untuk mencari data, siswa berusaha mencari solusi pemecahan masalah yang terjadi berdasarkan pengala-man yang mereka cari/lihat dai berbagai sumber. Hasil kerja yang telah dilakukan siswa kemudian dituangkan ke dalam ben-tuk papan Snowball Throwing. Hal tersebut juga sesuai dengan karakteristik peserta didik menurut Piaget bahwa anak usia 7-12 tahun siswa dalam tahapan operasional kon-kret yaitu anak dapat berfikir untuk meme-cahkan masalah dan memahami suatu konsep dengan cara mengalami sendiri atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan konsep tersebut secara bertahap. Alat peraga yang inovatif juga digunakan guru sebagai salah satu penunjang keber-hasilan pembelajaran. Berbagai metode pembelajaran juga digunakan agar meng-hilangkan rasa jenuh pada siswa. Adapun metode yang digunakan guru antara lain: ceramah, pemberian tugas, diskusi, Tanya jawab, perlombaan antar kelompok. Dari data hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa.

(7)

Namun demikian hasil belajar pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan dalam penelitian ini. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran, siswa belum mendapatkan sumber data secara lengkap serta siswa masih belum paham betul mengenai langkah-langkah yang harus dikerjakan dalam metode pembelajaran

Snowball Throwing.

Peranan guru dalam interaksi pada kegiatan kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

dapat diubah menjadi interaksi yang bernilai edukatif yaitu interaksi yang dengan meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang, yang akhirnya memunculkan istilah guru disatu pihak dan anak didik di lain pihak. Keduanya berada dalam interaksi edukatif dengan posisi, tugas dan tanggung jawab yang berbeda, namun dalam mencapai tujuan sama. Guru mempunyai tanggung jawab untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaan dengan memberikan ilmu pengetahuan serta membimbingnya. PENUTUP

Kesimpulan

Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran Snowball Throwing

pada pembelajaran IPS tentang globalisasi dapat meningkatkan aktivitas siswa ke arah yang positif.Penerapan model pembelajaran

Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran IPS Kelas 6 di SDN Sawojajar 4 Kota Malang. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi, berdasarkan data pada tabel dan diagram tersebut hasil rata-rata aktivitas

siswa mengalami peningkatan dari rata-rata 2,29 menjadi 3,61.

Penerapan model pembelajaran Snow-ball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi rata-rata hasil post test belajar siswa pada setiap siklusnya meng-alami peningkatan yang baik. Dari data yang diperoleh hasil rata-rata belajar siswa naik dari 74,75 menjadi 82,62. Hal ini juga meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pembelajaran IPS tentang globalisasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi, aktivitas, dan hasil belajara siswa. Aktifitas siswa dalam mengikuti pembela-jaran juga terlihat semakin meningkat dari rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktifitas guru semakin meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

Saran

Diharapkan guru dapat lebih mengem-bangkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang te-pat, agar kegiatan pembelajaran tidak mo-noton, sehingga dapat memotivasi belajar siswa dan pembelajaranpun mendapatkan hasil yang lebih baik. Seperti yang dilaku-kan oleh peneliti ini, dengan menggunadilaku-kan dan menerapkan model pembelajaran Snow-ball Throwing pada pembelajaran IPS kelas 6 tentang materi globalisasi dapat memberi-kan beberapa keuntungan diantaranya: me-ningkatkan kemampuan siswa dalam ber-tanya dan menjawab perber-tanyaan dari teman atau guru, menghargai pendapaat orang lain, bekerja dalam kelompok ahli, menjelaskan

(8)

ke kelompok asal dan hasil belajar siswapun mengalami peningkatan dengan baik.

Bagi Siswa, Snowball Throwing dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan ke-mampuan siswa secara sosial seperti: kerja-sama, kekompakan, memecahkan masalah, dan saling bertukar pendapat dengan ang-gota kelompok yang lain. Snowball Throw-ing dapat dimanfaatkan pula untuk mening-katkan parsipasi aktif siswa selama pem-belajaran.

Bagi Sekolah, sekolah hendaknya memberikan dukungan kepada guru dalam bentuk bimbingan dan pembinaan tentang metode pembelajaran inovatif dan efektif agar keberhasilan pembelajaran di dalam kelas dapat tercapai. Sekolah sebaiknya membuka kerjasama dengan pihak eksternal seperti peneliti atau lembaga pendidikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Pene-litian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembela-jaran. Bandung: Alfabeta.

Budiman, Nandang. 2006. Memahami Per-kembangan Anak Usia Sekolah Dasar.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gino, dkk. 1996. Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta: Rineka Cipta.

Iskandar. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdaka-rya.

Hadi. 2003. Pendidikan (Suatu Pengantar).

Kampak Trenggalek: Sebelas Maret Univercity Press.

Soemantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Supriyono, Agus, 2009Cooperatif Learning, Yogyakarta: Pustaka Belajar

Wahab. Abdul Aziz 2009. Metode dan

Model-Model Mengajar IPS.

Gambar

Gambar 1 Hasil Penelitian Tindakan Kelas

Referensi

Dokumen terkait

yаitu (1) Melihаt pаndаngаn citrа spа di Indonesiа menurut Аsosiаsi Spа Indonesiа dаn Tаmаn Sаri Royаl Heritаge Spа; (2) Menjelаskаn proses

Terkait dengan peralihan kewenangan penerbitan izin pertambangan rakyat untuk komoditas mineral logam, batubara, mineral bukan logam dan batuan dalam wilayah pertambangan

karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul PENGARUH KOMITMEN TERHADAP KEPUASAN KERJA DRIVER GRAB BIKE DI KOTA

Tujuan dalam penelitian ini adalah mendapatkan konsentrasi terbaik sari kulit buah naga ( Hylocereus costaricensis ) dan ekstrak angkak untuk membuat permen jelly dengan

Pemanfaatan sistem pakar yang dapat digunakan untuk mendiagnosis dan memberikan jawaban tentang salah satu penyebab stroke dari sembilan penyakit yang telah ditetapkan

19 Dikotomisasi dan antagonisasi yang secara praktis digambarkan antara sufi pada satu pihak dengan ulama ahli fi kih pada pihak lain, dalam konteks perkembangan historis Islam di

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan Ekstrak etanol biji buah pinang yaki beserta fraksinya memiliki aktivitas antioksidan.. Fraksi etil asetat

Hasil uji manova pada Tabel 19, menunjukkan bahwa nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,001&lt; 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang