• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Evaluasi Hasil RKPD 1-59

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "3. Evaluasi Hasil RKPD 1-59"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU

DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN DAERAH

A.

Gambaran Umum Kondisi Daerah

1.

Aspek Geografi dan Demografi

a.

Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Secara geografis Kota Surakarta adalah salah satu wilayah yang

memiliki posisi strategis di Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kota

Surakarta adalah 44,06 Km² dan secara administrasi terbagi menjadi 5

wilayah administrasi kecamatan. Secara rinci pembagian wilayah

administrasi di Kota Surakarta dapat dilihat dalam gambar berikut ini.

Sumber data : BPS Kota Surakarta Tahun 2013

Gambar 2.1 Pembagian wilayah Administrasi Kota Surakarta

Adapun perbatasan administrasi wilayah Kota Surakarta adalah

sebagai berikut.

Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali;

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar;

Sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kabupaten

Sukoharjo.

(2)

Pemanfaatan lahan di wilayah Kota Surakarta sebagian besar

dimanfaatkan untuk pemukiman, luasnya mencapai kurang lebih 65

persen dari total luas lahan, sedangkan sisanya dimanfaatkan untuk

kegiatan perekonomian dan fasilitas umum. Pemakaian lahan di

wilayah Kota Surakarta berpedoman pada rencana pola ruang wilayah

kota, seperti yang sudah diatur dalam RTRW. Sesuai dengan RTRW

pemakaian lahan ke depan diarahkan pada pengembangan kawasan

lindung dan pengembangan kawasan budidaya. Yang termasuk dalam

kawasan lindung adalah kawasan perlindungan setempat; ruang

terbuka hijau (RTH); kawasan cagar budaya; dan kawasan rawan

bencana alam. Wilayah yang termasuk dalam kawasan budidaya yaitu

kawasan peruntukan industri; kawasan peruntukan pariwisata;

kawasan peruntukan permukiman; kawasan peruntukan perdagangan

dan jasa; kawasan peruntukan perkantoran; kawasan RTNH; kawasan

peruntukan kegiatan sektor informal; dan kawasan peruntukan lain

(pertanian; perikanan; pelayanan umum yang meliputi pendidikan,

kesehatan dan peribadatan; dan pertahanan dan keamanan).

Rencana

pengembangan

kawasan

perlindungan

setempat

dilakukan melalui mempertahankan fungsi sempadan sungai dan

mengendalikan perkembangannya; mengembalikan fungsi sempadan

sungai di seluruh wilayah kota sebagai RTH secara bertahap; dan

merehabilitasi kawasan sempadan sungai yang mengalami penurunan

fungsi. Kawasan perlindungan setempat di Kota Surakarta meliputi

kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar,

Kali Sumber, Kali Gajahputih, Kali Pepe, Kali Wingko, Kali Brojo,

Kali Boro, Kali Pelem Wulung. Adapun luas kawasan perlindungan

setempat mencapai 401 Ha yang tersebar di 5 wilayah kawasan.

Penyediaan RTH di Kota Surakarta berdasarkan RTRW yang telah

disusun luasnya mencapai 882,04 Ha atau sudah sekitar 20,03 persen

dari luas kota. RTH yang ada meliputi RTH taman

kota/alun-alun/monumen; RTH taman pemakaman; RTH penyangga air (resapan

air); RTH jalur jalan kota; RTH sempadan sungai; RTH sempadan rel;

RTH pada tanah negara; dan RTH kebun binatang.

Kawasan cagar budaya terbagi dalam dua kategori, yaitu ruang

terbuka/taman, dan kawasan bangunan cagar budaya lainnya yang

memenuhi kriteria yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku dan kelompok bangunan, meliputi bangunan rumah

tradisional, bangunan umum kolonial, bangunan peribadatan, gapura,

tugu, monumen, dan perabot jalan. Luas kawasan ini sebesar 81 Ha.

Adapun

pengembangan

kawasan

cagar

budaya

ini

melalui

pengembangan jalur khusus wisata yang menghubungkan antar

kawasan cagar budaya dan pelestarian cagar budaya yang mengalami

penurunan fungsi dan kondisi bangunan.

(3)

Kelurahan Jebres, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Mojosongo,

Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan

Sewu, dan Kelurahan Sudiroprajan; Kecamatan Pasarkliwon di

Kelurahan Kampung Baru, Kelurahan Baluwarti, Kelurahan Gajahan,

Kelurahan Joyosuran, Kelurahan Kauman, Kelurahan Kedung Lumbu,

Kelurahan Pasarkliwon, Kelurahan Sangkrah, Kelurahan Semanggi;

dan Kecamatan Serengan di Kelurahan Danukusuman, Kelurahan

Jayengan, Kelurahan Joyotakan, Kelurahan Kemlayan, Kelurahan

Kratonan, Kelurahan Serengan, dan Kelurahan Tipes. Sedangkan

rencana pengelolaan kawasan banjir melalui normalisasi Sungai

Bengawan Solo, Kali Jenes, Kali Anyar, Kali Gajah Putih, Kali Pepe

Hilir, Kali Wingko, Kali Boro, Kali Pelem Wulung dan Kali Tanggul;

penguatan tanggul sungai di sekitar Sungai Bengawan Solo, Kali

Wingko, Kali Anyar, Kali Gajah Putih; pemeliharaan kolam retensi; dan

revitalisasi drainase perkotaan.

Pengembangan kawasan budidaya yang pertama adalah kawasan

peruntukan industri. Kawasan industri rumah tangga dan kawasan

industri kreatif. Kawasan industri rumah tangga meliputi: industri

rumah tangga mebel di Kecamatan Jebres; industri rumah tangga

pembuatan

shuttle cock

dan gitar di Kecamatan Pasarkliwon; industri

pengolahan tahu dan tempe di Kelurahan Mojosongo-Kecamatan

Jebres; dan industri pembuatan sangkar burung di Kelurahan

Mojosongo dan Kecamatan Jebres. Sementara itu kawasan industri

kreatif meliputi industri batik di Kecamatan Pasarkliwon dan

Kecamatan Laweyan.

Kawasan peruntukan pariwisata terdiri dari pariwisata cagar

budaya dan nilai-nilai tradisional, pariwisata sejarah, pariwisata

belanja dan pariwisata kuliner serta periwisata transportasi. Kawasan

pariwisata cagar budaya, sejarah, dan nilai-nilai tradisional terletak di

Kecamatan

Laweyan,

Kecamatan

Banjarsari,

dan

Kecamatan

Pasarkliwon. Kawasan pariwisata belanja meliputi wisata belanja batik

di Kecamatan Pasarkliwon dan Kecamatan Laweyan; dan wisata barang

antik di Pasar Antik Triwindu, Kecamatan Banjarsari. Kawasan

pariwisata kuliner lokasinya tersebar di seluruh wilayah kota. Wisata

transportasi berupa Bis Tingkat Werkudoro, Sepur Kluthuk Jaladara,

Bendi wisata dan becak hias Manahan, Untuk mengembangkan

pengelolaan kawasan pariwisata, hal yang akan dilakukan adalah

pengembangan pola perjalanan wisata kota; pengembangan kegiatan

pendukung yang meliputi hotel, restoran, pusat penukaran uang asing,

pusat souvenir, dan oleh-oleh.

Kawasan peruntukan permukiman dikembangkan seluas 2.275

Ha. Pengembangannya melalui perumahan vertikal berupa Rumah

Susun Sewa (Rusunawa) di Kecamatan Jebres dan Kecamatan

Serengan.

(4)

Danusuman, Kelurahan Panjang, Kelurahan Purwosari, Kelurahan

Karangasem, Kelurahan Manahan, Kelurahan Sriwedari, Kelurahan

Ketelan, Kelurahan Keprabon, Kelurahan Mojosongo dan Kelurahan

Pasarkliwon. Pusat perbelanjaan meliputi pengembangan perdagangan

skala regional kota di Kelurahan Stabelan-Kecamatan Banjarsari,

Kelurahan Danusuman, Kelurahan Serengan, Kelurahan Kedunglumbu

Kecamatan Pasarkliwon dan Kelurahan Panularan-Kecamatan Laweyan

berupa perdagangan grosir dan pasar besar; dan pengembangan

kawasan perdagangan berbentuk rumah toko di sepanjang jalan

protokol. Sedangkan toko modern berupa pengembangan pusat

perbelanjaan dan toko modern di wilayah kota yang penempatannya

ditetapkan dalam Peraturan Walikota.

Kawasan peruntukan perkantoran di wilayah Kota Surakarta

seluas 19 Ha, meliputi: (1) Kawasan I seluas 1 (satu) ha, yaitu di

Kecamatan Laweyan; (2) Kawasan II seluas 6 (enam) ha, yaitu di

Kecamatan Banjarsari seluas 5 (lima) ha dan Kecamatan Laweyan

seluas 1 (satu) ha; (3) Kawasan V seluas 4 (empat) ha yaitu di

Kecamatan Jebres; dan (4) Kawasan VI seluas 8 (delapan) ha yaitu di

Kecamatan Pasarkliwon.

Kawasan RTNH seluas 7 (tujuh) ha tersebar di seluruh wilayah

kota, yang meliputi RTNH di kawasan I seluas 3 (tiga) ha, terletak di

Kecamatan Jebres seluas 1 (satu) ha dan Kecamatan Pasarkliwon

seluas 2 (dua) Ha, RTNH di kawasan III seluas 2 (dua) ha, terletak di

Kecamatan Banjarsari, dan RTNH di kawasan V seluas 2 (dua) ha,

terletak di Kecamatan Jebres.

Kawasan peruntukan kegiatan sektor informal meliputi: (1) ruang

yang sudah ditetapkan sebagai ruang relokasi dan pengelompokkan

PKL oleh Pemerintah Daerah; (2) ruang sekitar pusat perdagangan

disediakan oleh pemilik pusat perdagangan sebagai bentuk dari

Coorporate Social Responsibility

(CSR),

(3)

ruang

tempat

penyelenggaraan acara Pemerintah Daerah dan/atau pihak swasta

sebagai pasar malam (

night market

), di Jalan Diponegoro dan Jalan

Gatot Subroto. Sebaran ruang bagi kegiatan sektor informal, antara

lain adalah di Kawasan I yaitu di Kelurahan Kedunglumbu, Kelurahan

Jayengan, Kelurahan Keratonan dan Kelurahan Sriwedari-Kecamatan

Pasarkliwon; Kawasan II yaitu di Kelurahan Purwosari-Kecamatan

Laweyan; Kawasan V yaitu di Kelurahan Jebres dan Kelurahan

Purwodiningratan-Kecamatan Jebres; Kawasan VI yaitu di Kelurahan

Manahan,

Kelurahan

Kepatihan

Kulon,

Kelurahan

Nusukan-Kecamatan Banjarsari.

(5)

pengolahan dan pemasaran hasil perikanan tersebar di Balekambang di

depo Kelurahan Gilingan dan Kelurahan Manahan Kecamatan

Banjarsari. Kawasan peruntukan lain pelayanan umum yang

meliputi pendidikan, kesehatan dan peribadatan dikembangkan di

seluruh wilayah kota. Kawasan peruntukan lain pertahanan dan

keamanan juga dikembangkan di seluruh wilayah kota.

b.

Kondisi Demografi

Jumlah penduduk Kota Surakarta pada tahun 2012 berdasarkan

data BPS sebanyak 500.171 jiwa. Dari jumlah tersebut penduduk

berjenis kelamin laki-laki jumlahnya lebih rendah dibandingkan

penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 243.851

jiwa, sedangkan penduduk perempuan sejumlah 256.320 jiwa. Dengan

porsi tersebut maka seks rasio penduduk di Kota Surakarta adalah

95,14, atau dapat diartikan bahwa di setiap 100 penduduk perempuan

terdapat 95 penduduk laki-laki.

Sumber data : BPS Kota Surakarta Tahun 2013

Gambar 2.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Surakarta Tahun 2008-2012

(6)

Sumber data : BPS Kota Surakarta Tahun 2013

Gambar 2.3 Tingkat Kepadatan Penduduk Tiap Kecamatan di Kota Surakarta Tahun 2012 (jiwa/km²)

Gambaran penduduk kota Surakarta menurut kategori usia

sebagai berikut.

Sumber data : Dispendukcapil Kota Surakarta Tahun 2012

Gambar 2.4 Piramida Penduduk Kota Surakarta Tahun 2012

Dari Gambaran jumlah penduduk menurut usia, diketahui jumlah

usia produktif sebesar 393.278 jiwa (72,07 persen). Jika disejajarkan

dengan data penduduk menurut pekerjaan, maka jumlah penduduk

usia kerja yang belum bekerja sebesar 16.523 jiwa.

2.

Aspek Kesejahteraan Masyarakat

a.

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

1)

Pertumbuhan PDRB

(7)

melihat pendapatan yang dihasilkan dari lapangan usaha (sektoral)

maupun dari sisi penggunaan.

Nilai PDRB Kota Surakarta berdasarkan harga konstan 2000

(ADHK 2000) menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. PDRB

ADHK pada tahun 2012 tercatat sebesar 5,7 triliun rupiah,

meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 5,4 triliun rupiah.

Sehingga secara kumulatif peningkatan PDRB ADHK 2000 dari

tahun 2010 ke tahun 2011 mencapai Rp 330,9 milyar rupiah.

Peningkatan sama halnya juga terjadi jika dilihat berdasarkan PDRB

ADHK 2000 perkapita di Kota Surakarta, searah dengan peningkatan

PDRB ADHK.

Pendapatan per kapita pada tahun 2012 mencapai Rp 11,5 juta,

sedangkan pada tahun 2011 hanya Rp 10,8 juta.

Tabel 2.1.

Perkembangan PDRB dan Kontribusi Sektor Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kota Surakarta Tahun 2008-2012

Rp (juta) % Rp (juta) % Rp (juta) % Rp (juta) % Rp (juta) %

Pertanian 2.866,18 0,06 2.900,41 0,06 2.908,82 0,06 2.911,03 0,05 2.912,43 0,05 Pertambangan dan penggalian 1.905,23 0,04 1.862,50 0,04 1.832,36 0,04 1.809,03 0,03 1.789,64 0,03 Primer 4.771,41 0,10 4.762,91 0,10 4.741,18 0,09 4.720,06 0,09 4.702,07 0,08 Industri pengolahan 1.200.606,83 26,39 1.235.952,77 25,65 1.277.210,09 25,02 1.312.945,81 24,26 1.349.967,23 23,51 Listrik, Gas, dan Air Bersih 103.020,58 2,26 111.391,58 2,31 119.194,83 2,34 128.648,33 2,38 137.673,24 2,40 Kontruksi 583.069,88 12,82 625.624,26 12,99 671.926,81 13,17 717.165,29 13,25 765.569,54 13,33 Sekunder 1.886.697,29 41,47 1.972.968,61 40,95 2.068.331,73 40,52 2.158.759,43 39,89 2.253.210,01 39,23 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.211.208,49 26,62 1.288.066,95 26,74 1.367.808,36 26,80 1.466.845,97 27,10 1.569.512,38 27,33 Pengangkutan dan Komunikasi 449.973,94 9,89 484.827,89 10,06 514.407,73 10,08 549.760,87 10,16 585.690,23 10,20 Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan 449.992,44 9,89 481.987,12 10,00 518.980,77 10,17 567.860,94 10,49 615.432,99 10,72 Jasa-Jasa 546.699,38 12,02 585.264,16 12,15 629.616,47 12,34 663.965,04 12,27 714.313,62 12,44 Tersier 2.657.874,25 58,42 2.840.146,12 58,95 3.030.813,33 59,38 3.248.432,82 60,02 3.484.949,22 60,68 PDRB 4.549.342,95 100,00 4.817.877,64 100,00 5.103.886,24 100,00 5.411.912,31 100,00 5.742.861,30 100,00 Penduduk pertengahan tahun 522.935 528.202 499.337 501.650 500.328 Pendapatan per kapita 8,7 9,1 10,2 10,8 11,5 2012

Sektor 2008 2009 2010 2011

Sumber: BPS Kota Surakarta Tahun 2013

Distribusi PDRB terbesar berada pada sektor perdagangan, hotel

dan restoran sebesar 27,33 persen dan industri pengolahan sebesar

23,51 persen, sedangkan paling kecil yaitu sektor pertambangan dan

penggalian sebesar 0,03 persen dan sektor pertanian sebesar 0,05

persen. Pertumbuhan PDRB pada tahun 2012 tertinggi berada pada

sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 8,38

persen dan pada sektor jasa-jasa sebesar 7,58 persen, sedangkan

pertumbuhan paling kecil pada sektor pertanian sebesar 0,05 persen

dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar -1,07 persen.

Tabel 2.2.

Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kota Surakarta Tahun 2008-2012

Sektor Pertumbuhan

2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian (1,14) 1,19 0,29 0,08 0,05

Pertambangan dan penggalian 4,22 (2,24) (1,62) (1,27) (1,07) Industri pengolahan 2,32 2,94 3,34 2,80 2,82 Listrik, Gas, dan Air Bersih 6,35 8,13 7,01 7,93 7,02

(8)

Sektor Pertumbuhan

2008 2009 2010 2011 2012

Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,52 6,35 6,19 7,24 7,00 Pengangkutan dan Komunikasi 4,92 7,75 6,10 6,87 6,54 Keuangan, Sewa dan Jasa

Perusahaan 5,73 7,11 7,68 9,42 8,38

Jasa-Jasa 5,22 7,05 7,58 5,46 7,58

PDRB 5,69 5,90 5,94 6,04 6,12

Sumber: BPS Kota Surakarta Tahun 2013

2)

Laju Inflasi

Inflasi menurut Bank Indonesia adalah meningkatnya harga-harga

secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua

barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu

meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

Dampak dari inflasi ini salah satunya adalah menurunnya daya beli

masyarakat, yang dapat diartikan bahwa tingkat kesejahteraan

masyarakat terganggu karena ketidakmampuan penduduk dalam

mengkonsumsi barang ataupun jasa.

Angka inflasi di Kota Surakarta selama tiga tahun terakhir

(2009-2013) fluktuatif. Pada tahun 2009 inflasi di Kota Surakarta 2,63

persen, meningkat pada tahun 2010, turun pada tahun 2011, dan

meningkat pada tahun 2012, dan mencapai 8,38 persen pada tahun

2013. Angka tersebut disumbang oleh kelompok bahan makanan

sebesar 2,75 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan

tembakau 1,34 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan

bahan bakar 1,48 persen; kelompok sandang 0,04 persen; kelompok

kesehatan 0,15 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga

0,26 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan

memberikan sumbangan inflasi 2,36 persen. Kota Surakarta

merupakan kota dengan inflasi tertinggi di Provinsi Jawa Tengah

pada Desember 2013. Angka inflasi pada Desember 2013 Kota

Surakarta mencapai 0,35 persen, kemudian disusul Kota Purwokerto

0,29 persen, Kota Tegal 0,28 persen, dan Kota Semarang 0,21

persen.

Tabel 2.3.

Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kota Surakarta Tahun 2009-2013

Tahun Tingkat Inflasi

2009 2,63%

2010 6,65%

2011 1,60%

2012 2,87%

2013 8,38%

(9)

3)

Penduduk Miskin

Permasalahan kemiskinan masih menjadi salah satu tugas yang

harus diselesaikan oleh pemerintah, tidak terkecuali juga bagi

Pemerintah

Kota

Surakarta.

Bermacam-macam

program

pengentasan kemiskinan yang dilakukan baik oleh pemerintah

maupun swasta diharapkan akan dapat terus menekan angka

kemiskinan sampai pada tingkat yang serendah-rendahnya. Garis

kemiskinan yang menjadi batas pengeluaran konsumsi terendah

perkapita perbulan untuk Kota Surakarta dari tahun ke tahun

mengalami kenaikan. Pada tahun 2002 garis kemiskinan besarnya

108.771 rupiah/kapita/bulan mengalami kenaikan tiga kali lipat

menjelang tahun 2010 yang besarnya 306.584 rupiah/kapita/bulan.

Garis kemiskinan tahun 2012 sebesar Rp. 347.141 per kapita, dan

pada 2013 sebesar Rp.403.121. Hal ini berarti bahwa batas

pendapatan perkapita sebagai dasar penentuan kategori miskin

semakin tinggi.

Dalam kurun waktu lima tahun, jumlah penduduk miskin Kota

Surakarta berhasil diturunkan dari sebanyak 83,4 ribu jiwa pada

tahun 2008 menjadi 78,0 ribu jiwa pada tahun 2009, sebanyak 69,8

ribu jiwa pada tahun 2010, sejumlah 64,5 ribu jiwa pada tahun

2011, dan menjadi 59,7 ribu jiwa pada tahun 2012. Persentase

penduduk miskin di Kota Surakarta kondisinya selalu menurun dari

tahun ke tahun, pada tahun 2008 persentase penduduk miskin di

Kota Surakarta mencapai 16,13 persen, pada tahun 2013 persentase

penduduk miskin berhasil diturunkan hingga 12,01 persen. Hal

tersebut berarti berbagai program pengentasan kemiskinan yang

dilakukan cukup berhasil.

Sumber: BPS Prov Jawa Tengah Tahun 2013

Gambar 2.5 Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta Tahun 2008-2012

(10)

Sumber: BPS Prov Jawa Tengah

Gambar 2.6 Perbandingan Persentase Penduduk Miskin Kota Surakarta dengan Kota-Kota Lain dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012

b.

Fokus Kesejahteraan Sosial

1)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk

mengetahui status kemampuan dasar penduduk, meliputi: Angka

Harapan Hidup (AHH) untuk mengukur peluang hidup; rata-rata

lama sekolah dan angka melek huruf untuk mengukur status tingkat

pendidikan; serta pengeluaran riil per kapita untuk mengukur akses

terhadap sumberdaya untuk mencapai standar hidup layak.

IPM Kota Surakarta dari tahun ke tahun kondisinya selalu

mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 IPM Kota Surakarta

tercatat sebesar 77,16, meningkat menjadi 78,60 pada tahun 2012,

seperti terlihat pada grafik berikut:

Sumber: BPS Prov Jawa Tengah Tahun 2013

Gambar 2.7 Capaian IPM Kota Surakarta Tahun 2008-2012

(11)

Capaian Indeks Pembangunan Manusia Kota Surakarta pada

tahun 2012 sebesar 78,60. Angka tersebut merupakan yang tertinggi

di seluruh wilayah Jawa Tengah, seperti terlihat pada grafik berikut:

Sumber: BPS Prov Jawa Tengah Tahun 2013

Gambar 2.8 Posisi Capaian IPM Kota Surakarta Dibandingkan dengan Kab/Kota Lainnya di Jawa Tengah Tahun 2012

IPM

diukur

menggunakan

beberapa

beberapa

indikator

pembentuk IPM, meliputi Angka Harapan Hidup, Angka Melek Huruf,

Rata-rata Lama Sekolah, dan Pengeluaran Per Kapita. Capaian angka

semua komposit IPM di Kota Surakarta dari tahun 2008 sampai

tahun 2012 kondisinya selalu meningkat. Berikut ini disajikan

perkembangan indikator pembentuk IPM.

Tabel 2.4.

Perkembangan Capaian Indikator Komposit IPM di Kota Surakarta Tahun 2008-2012

No INDIKATOR 2008 2009 2010 2011 2012

1 Angka Harapan Hidup

(Tahun) 71,98 72,07 72,16 72,25 72,35 2 Angka Melek Huruf (%) 96,66 96,67 96,68 96,71 96,73 3 Rata-rata Lama Sekolah

(Tahun) 10,15 10,32 10,32 10,34 10,49 4 Pengeluaran Per Kapita

(ribu Rp) 646,45 648,23 652,43 655,77 658,92

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013

2)

Angka Partisipasi Kasar

(12)

Tabel 2.5.

Angka Partisipasi Kasar SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kota Surakarta Tahun 2009-2013

INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013

APK SD/MI (%) 108,67 111,74 137,3 134,79 126,46 APK SMP/MTs (%) 107,09 104,66 148,07 140,47 133,26 APK SMA/SMK/MA (%) 127,79 128,18 158,76 161,97 193,05

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surakarta Tahun 2013

3)

Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah proporsi anak sekolah pada

satu kelompok usia tertentu yang bersekolah pada jenjang yang

sesuai dengan kelompok usianya terhadap seluruh anak pada

kelompok usia tersebut. Capaian APM yang masih perlu ditingkatkan

adalah pada jenjang SMP/MTs, dengan capaian baru mencapai 95,42

persen. Sementara itu APK pada jenjang pendidikan lain capaiannya

sudah baik, dengan capaian diatas 100 persen.

Tabel 2.6.

Angka Partisipasi Murni SD/MI, SMP/MTs dan SMA/SMK/MA di Kota Surakarta Tahun 2009-2013

INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013

APM SD/MI (%) 91,79 94,50 116,18 109,25 107,54 APM SMP/MTs (%) 76,97 79,08 104,97 97,23 95,42 APM SMA/SMK/MA (%) 91,65 89,89 111,15 111,46 120,92

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surakarta Tahun 2013

4)

Angka Kematian Ibu

Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Surakarta dari tahun 2009 –

2013 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2009 AKI

sebesar 153,82 per 100.000 kelahiran hidup, mengalami penurunan

tajam pada tahun 2011 menjadi 39,4 per 100.000 kelahiran hidup

dan menurun pada tahun 2013 menjadi 30,21 per 100.000 Kelahiran

hidup.

Tabel 2.7.

Angka Kematian Ibu (AKI) per di Kota Surakarta Tahun 2009-2013

INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013

AKI 153,82 90,15 39,4 59,2 30,21

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2014

5) Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita

(13)

kelahiran hidup menjadi 1,21 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun

2013.

Tabel 2.8.

Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita di Kota Surakarta Tahun 2009-2013

INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013

AKB (per 1.000 Kelahiran Hidup)

5,7 6,61 4,7 6,02 3,22

AKABA (per 1.000 Kelahiran Hidup)

0,2 1,8 0,64 0,59 1,21

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta Tahun 2013

6) Rasio penduduk yang Bekerja

Rasio penduduk yang bekerja selalu meningkat sejak tahun 2009

hingga dengan 2012. Berdasarkan data yang ada, rasio penduduk

bekerja pada tahun 2012 mencapai 0,939. Hal tersebut berarti di

setiap 100 penduduk angkatan kerja terdapat 93 orang yang bekerja.

Tabel 2.9.

Rasio Penduduk Yang Bekerja di Kota Surakarta Tahun 2008-2012

INDIKATOR 2008 2009 2010 2011 2012

Jumlah Angkatan Kerja 277.675 275.546 258.573 272.144 272.144 Jumlah Penduduk

Bekerja

251.101 246.768 235.998 249.368 255.621 Rasio Penduduk

Bekerja

0,904 0,896 0,913 0,916 0,939

Sumber: BPS Prov Jawa Tengah Tahun 2013

7)

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran

Terbuka

Dalam kurun waktu lima tahun (2009-2013), dua variabel utama

bidang ketenagakerjaaan menunjukkan kinerja yang membaik.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan trend yang

meningkat,

sedangkan

tingkat

pengangguran

terbuka

(TPT)

menunjukkan trend yang menurun. TPAK meningkat artinya tingkat

partisipasi penduduk usia kerja untuk bekerja semakin tinggi.

Walaupun demikian, tingkat partisipasi angkatan kerja di Kota

Surakarta pada tahun 2012 sebesar 66,54 persen, mengalami

penurunan dari tahun 2011 sebesar 69,01 persen. Hal ini berarti

terjadi penurunan partisipasi penduduk usia kerja untuk bekerja.

Sementara itu tingkat pengangguran terbuka pada tahun 2013

mengalami peningkatan menjadi sebesar 7,18 persen, dari tahun

2012 sebesar 6,36 persen.

Tabel 2.10.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Surakarta Tahun 2008-2012

INDIKATOR 2009 2010 2011 2012 2013

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

65,02 66,81 69,01 66,54 - Tingkat Pengangguran

Terbuka

10,44 8,73 6,36 6,07 7,18

(14)

8)

Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Surakarta menunjukkan

peningkatan dalam kurun waktu 2008-2012, dari sebesar 74,90

pada tahun 2012 menjadi 76,76 pada tahun 2012. Kondisi ini

menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia perempuan di

Kota Surakarta semakin membaik, khususnya pada bidang

pendidikan, kesehatan dan ketenagakerjaan. IDG juga meningkat

dari sebesar 59,60 pada tahun 2008 menjadi 77,56 pada tahun

2012. Kondisi ini menunjukkan bahwa keberdayaan perempuan di

Kota Surakarta semakin baik. Perkembangan IPG dan IDG Kota

Surakarta dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.11.

Indeks Pembangunan Gender dan Indeks Pemberdayaan Gender di Kota Surakarta Tahun 2008-2012

INDIKATOR 2008 2009 2010 2011 2012

IPG 74,90 75,20 75,68 76,37 76,76

IDG 59,60 59,70 75,75 78,06 77,56

Sumber: BPS dan Kementerian PP dan PA

c.

Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Jumlah kelompok seni yang ada di Kota Surakarta tercatat

sebanyak 79 organisasi. Terdiri dari kelompok seni tari, kelompok seni

musik, kelompok seni vokal, kelompok teater, dan kelompok seni rupa.

Rasio grup seni per 10.000 penduduk di Kota Surakarta angkanya

tetap selama tahun 2008-2012 yaitu 0,0209.

Ajang pentas seni dari group seni yang ada, pada tahun

2013-2014 diwadahi dalam ajang Fasilitasi penyelenggaraan festival budaya

daerah, antara lain: 1.Solo Carnaval, 2. Solo Menari, 3. Mangkunegaran

Performing Art

, 4. Mangkunegaran

Art Festival

, 5. Festival Gamelan

Akbar, 6. Festival Kuliner, 7. Solo Keroncong Festival, 8. Solo Blues

Festival, 9. Solo City Jazz, 10. Vastenburg Carnival Solo, 11. Pentas

Seni di CFD, dan 12. Apresiasi Musik Kebangsaan.

3.

Aspek Pelayanan Umum

a.

Fokus Layanan Urusan Wajib

1)

Pendidikan

a)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Cakupan pendidikan anak usia dini (PAUD) di Kota Surakarta

selama tiga tahun terakhir selalu menunjukkan grafik yang

meningkat.

Hal

tersebut

ditunjang

juga

dengan

semakin

meningkatnya jumlah PAUD. Jumlah PAUD di Kota Surakarta

meningkat dari 485 unit pada tahun 2011 menjadi 513 unit pada

tahun 2013. Sementara itu, angka PAUD sampai tahun 2013 sudah

mencapai 69,08 persen meningkat dari 54 persen pada tahun 2011.

b)

Pendidikan Dasar

(15)

untuk masyarakat. APK SD/MI pada tahun 2013 sebesar 126,46

meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 yaitu sebesar 108,67

persen. APM SD/MI Kota Surakarta pada tahun 2013 sebesar

107,54 persen meningkat dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar

91,79 persen.

Berdasarkan gambar di atas, selama kurun waktu 2009 –

2013 APK SD/MI dan SMP/MTs fluktuatif. Namun dalam 3 tahun

terakhir 2011-2013 trendnya menurun. Apabila dikaitkan dengan

tingkat ketercapaian indikator Pendidikan Untuk Semua (PUS) pada

jenjang pendidikan dasar, yaitu pada tahun 2015 seluruh

penduduk usia pendidikan dasar menempuh pendidikan pada

jenjang pendidikan dasar, maka tingkat capaian Kota Surakarta

pada tahun 2011 untuk SD/MI dan SMP/MTs telah tercapai.

Angka Putus Sekolah pada tahun 2013 pada jenjang

pendidikan SD/MI adalah sebesar 0,03 persen, sama dengan

capaian pada tahun 2011. Sedangkan Angka Putus Sekolah

SMP/MTs pada tahun 2013 sebesar 0,37 persen, meningkat jika

dibandingkan tahun 20012 yaitu 0,31 persen.

Rasio guru terhadap siswa kondisi tiap tahun persentasenya

selalu naik. Pada tahu 2008 rasio guru terhadap siswa di sekolah

negeri sebesar 5,5%, terus meningkat menjadi 5,8% pada tahun

2012. Pada jenjang pendidikan SMP/MTs angkanya meningkat dari

6,8% menjadi 7,3%. Adapun ketersediaan sekolah pada tahun 2012

jumlahnya masih sama untuk yang negeri yaitu 193 unit (SD/MI),

dan sekolah swasta sebanyak 74 unit. Untuk jenjang pendidikan

SMP jumlah sekolah negeri sebanyak 27 unit, dan sekolah milik

swasta sebanyak 45 unit.

c)

Pendidikan Menengah

APK SMA/SMK/MA Kota Surakarta pada tahun 2013 sebesar

193,05% naik dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 158,76%.

Sedangkan APM SMA/SMK/MA pada tahun 2013 sebesar 120,92%

naik dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebesar 111,15%.

Angka putus sekolah untuk tingkat SMA/SMK/MA pada

tahun 2013 jauh menurun jika dibandingkan dengan capaian

tahun 2011. Angka putus sekolah pada tahun 2013 sebanyak

0,25%, sedangkan pada tahun 2011 sebanyak 0,6%.

(16)

Tabel 2.12.

Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Indikator Capaian Standar SKPD

2010 2011 2012 2013

1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

- - 79% 63,52 % IKK

LPPD

72,9% Disdikpora

2 Penduduk yang berusia >15 tahun melek huruf (tidak buta aksara)

97,7% 97,7% 99,47% 100 % IKK

LPPD

Disdikpora

3 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A

94,5% 116,18% 115,87% 106,23 % IKK

LPPD

96% Disdikpora

4 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B

79,08% 104,97% 103,48% 95,42 % IKK

LPPD

76,8% Disdikpora

5 Angka Partisipasi Murni (APM)) SMA/SMK/MA/P aket C

89,89% 111,15% 121,83% 116,04 % IKK

LPPD

85% Disdikpora

6 Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI

0,05% 0,04% 0,04% 0,03 % IKK

LPPD

0,7% Disdikpora

7 Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs

0,84% 0,84% 0,58% 0,34 % IKK

LPPD

1% Disdikpora

8 Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA

0,84% 0,84% 0,71% 0,51 % IKK

LPPD

Disdikpora

9 Angka Kelulusan (AL) SD/MI

- - 100% 97,63 % IKK

LPPD

Disdikpora 10 Angka Kelulusan

(AL) SMP/MTs

- - 89,59% 86,44 % IKK

LPPD

Disdikpora 11 Angka Kelulusan

(AL)

SMA/SMK/MA

- - 96,78% 97,84 % IKK

LPPD

Disdikpora

12 Angka

Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs

96,49% 97,45% 110% 101,79 % IKK

LPPD

97% Disdikpora

13 Angka

Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

90% 90% 142,67% 154,84 % IKK

LPPD

93,5% Disdikpora

14 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV

- - 76,86% 82,17 % IKK

LPPD

98% Disdikpora

(17)

Sekolah (APS) SMA/SMK/MA. Indikator-indikator tersebut tentunya

perlu menjadi perhatian dalam perencanaan pembangunan tahun

2015.

2)

Kesehatan

a)

Rasio Posyandu per satuan Balita

Jumlah posyandu di Kota Surakarta pada tahun 2012

sebanyak 602 unit. Posyandu dengan kategori purnama dan

mandiri sejumlah 592 unit atau sebesar 98,34 persen dari total

keseluruhan posyandu.

b)

Rasio sarana kesehatan per satuan penduduk

Jumlah puskesmas di Kota Surakarta sebanyak 43 unit yang

terdiri dari 4 unit puskesmas DTP, 13 unit puskesmas TTP, dan 26

puskesmas pembantu. Sedangkan jumlah rumah sakit di Kota

Surakarta berjumlah 12 unit. Berdasarkan data yang ada dan data

dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, dapat diketahui bahwa rasio

sarana kesehatan dasar terhadap penduduk sebesar 0,33;

sedangkan rasio sarana kesehatan rujukan terhadap penduduk

sebesar 0,23.

c)

Rasio Tenaga Kesehatan

Selain sarana kesehatan, faktor penunjang pelayanan

kesehatan

kepada

masyarakat

adalah

ketersediaan

tenaga

kesehatan. Jumlah dokter umum pada tahun 2012 sebanyak 84

dokter yang bertugas di unit kerja negeri dan 192 dokter yang

bekerja pada unit kerja swasta. Sehingga total dokter umum yang

ada di Kota Surakarta sebanyak 276 dokter. Kemudian ada dokter

gigi yang berjumlah sebanyak 67 orang baik yang bekerja di negeri

maupun swasta. Dokter spesialis berjumlah total 364 orang.

Jumlah perawat sebanyak 2.027 orang, bidan sebanyak 261 orang,

tenaga farmasi sebanyak 341 orang, tenaga sanitarian sebanyak 43

orang, tenaga kesehatan masyarakat sebanyak 48 orang, tenaga gizi

sebanyak 72 orang, dan tenaga keteknisian medik sebanyak 284

orang.

d)

Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka kematian ibu di Kota Surakarta selama lima tahun

(2009-2013) mengalami kondisi yang fluktuatif dengan tren

menurun, paling tinggi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai

angka 153,82 per 100.000 kelahiran hidup kemudian pada tahun

2013 angkanya sudah mampu mencapai angka 30,21 per 100.000

kelahiran hidup. Angka tersebut sudah berada di bawah target

MDGs (82,12).

(18)

persen. Selain pemeriksaan kepada ibu hamil, upaya lain dalam

rangka mengurangi AKI adalah melalui pertolongan pada persalinan

oleh tenaga kesehatan terlatih. Capaian pertolongan persalinan oleh

tenaga terlatih di Kota Surakarta tahun 2013 sudah mencapai 100

persen.

e)

Angka Kematian Bayi dan Balita

Angka Kematian Bayi (AKB) Kota Surakarta dari tahun

2011-2013 fluktuatif dengan kecenderungan menurun. Pada tahun 2011

AKB Kota Surakarta sebesar 3,74 per 1.000 kelahiran hidup

meningkat pada tahun 2012 menjadi 6,02 per 1.000 kelahiran

hidup, dan turun lagi pada tahun 2013 menjadi 3,22 per 1.000

kelahiran hidup.

Angka Kematian Balita (AKBa) dihitung berdasarkan jumlah

kematian balita 0–5 tahun per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun

waktu satu tahun. AKBa di Kota Surakarta dari tahun 2011-2013

juga fluktuatif, pada tahun 2011 sebesar 0,64 per 1.000 kelahiran

hidup, menurun pada tahun 2012 menjadi 0,59 per 1.000 kelahiran

hidup, dan naik lagi menjadi 1,21 per 1.000 kelahiran hidup pada

tahun 2013.

f)

Penyakit Menular

Kejadian TB Paru baru di Kota Surakarta pada tahun lalu

cukup tinggi, kasusnya mencapai angka 118 per 100.000

penduduk,

meningkat

dibandingkan

dengan

tahun-tahun

sebelumnya. Tingkat prevalensi TB di wilayah ini adalah 121,4 per

100.000 penduduk. Sedangkan jumlah kematian akibat TB paru

sebanyak 1,4 per 100.000 penduduk, angka ini juga meningkat

dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Prevalensi HIV pada penduduk usia 15-24 tahun pada tahun

2013 mencapai angka 0,38, meningkat dari 0,16 pada tahun 2012.

Sementara itu proporsi penduduk yang memiliki pengetahuan

tentang HIV AIDs pada tahun 2013 sebesar 22,57 persen.

Incident Rate

(IR) DBD pada tahun 2009-2013 cenderung

mengalami penurunan. Pada tahun 2009 IR DBD sebesar 130,2 per

100.000 penduduk turun tahun 2013 menjadi 52,6 per 100.000

penduduk. Angka Kematian karena DBD (CFR DBD) justru

cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 CFR DBD

sebesar 1,02 persen meningkat pada tahun 2013 menjadi 2,6

persen.

(19)

Tabel 2.13.

Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Kesehatan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Indikator Capaian Standar SKPD

2010 2011 2012 2013

1. Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

100% 100% 100% 100% SPM, IKPPD, IKK-LPPD, IKS,

100 DKK

2. Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

100% 100% 100% 100% SPM, 100 DKK

3. Cakupan kelurahan Siaga Aktif

100% 100% 100% 100% SPM 80 DKK 4. Rasio posyandu per

satuan balita

14,7 14,8 16,03 16,5 IKPPD, EPPD,

DKK 5. Persentase balita

gizi buruk

0 0 0 0 IKPPD,

EPPD, IKS, Pangan dan Gizi,

0 DKK

6. Prevalensi balita gizi kurang

7,54% 5,86% 3,46% 3,72% IMDGs, DKK 7. Cakupan Balita Gizi

Buruk mendapat perawatan

100% 100% 100% 100% SPM, IKPPD, IKK-LPPD

100 DKK

8. Persentase Balita ditimbang berat badannya (D/S)

69,53% 72,70% 83,60% 75,59% Pangan

dan Gizi,

85 DKK

9. Cakupan pelayanan anak balita

69.53% 93,20% 93,48% 80,47% SPM, 90 DKK

10. Persentase Bayi 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif

26,30% 42,05% 46,07% 55,78% IKS,

Pangan dan Gizi,

80 DKK

11. Cakupan pemberian makanan

pendamping ASI pada anak usia 6 - 24 bulan keluarga miskin

0 0 0 0 SPM 100 DKK

12. Persentase Bayi mendapat kapsul vitamin A

99,80% 99,53% 100% 100% IKS, DKK

13. Persentase Balita usia 6-59 bulan mendapat kapsul vitamin A

99,90% 99,86% 100% 100% Pangan

Dan Gizi,

85 DKK

14. Persentase Ibu hamil mendapat 90 tablet besi

93,14% 96,35% 97,14% 97,50% Pangan

Dan Gizi,

85 DKK

15. Persentase Ibu hamil yang anemia

10,40% 6,13% 5,30% 6,80% IKS, DKK

16. Persentase

kecamatan bebas rawan gizi

100% 100% 100% 100% IKS, DKK

(20)

No Indikator Capaian Standar SKPD 2010 2011 2012 2013

Sehat

18. Angka jentik aedes 92.5 % 94,38% 95,36% 94,95% IKS, DKK 19. Cakupan Kualitas

Air minum yang memenuhi syarat kesehatan

48% 41,70% 56,58% 51,10% IKS, 100 DKK

20. Cakupan jamban keluarga yang memenuhi syarat.

83% 90,79% 93,46% 86,85% IKS, 75 DKK

21. Persentase tempat umum yang

memenuhi syarat kesehatan (Hotel, Taman, rekreasi dan tempat hiburan, dll)

93% 92,33% 96,39% 94,34% IKS 85 DKK

22. Persentase Hotel yang memenuhi syarat kesehatan

75% 75,29% 85,57% 95,60% IKS 85 DKK

23. Persentase Restoran yang memenuhi syarat kesehatan

98,20% 98,20% 91,18% 96,30% IKS 85 DKK

Berdasarkan tabel di atas, dapat diidentifikasi beberapa

indikator yang memiliki kinerja kurang, meliputi: Persentase Bayi

0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif; Cakupan pemberian makanan

pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan keluarga miskin;

Cakupan Kualitas Air minum yang memenuhi syarat kesehatan;

Proporsi penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan

komprehensif tentang HIV dan AIDS; Proporsi penduduk yg

terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat antiretroviral;

dan Tingkat pemanfaatan Puskesmas.

Beberapa indikator memiliki kinerja sedang, sehingga perlu

dioptimalkan, meliputi: Persentase Balita ditimbang berat badannya

(D/S); Cakupan Rumah Sehat; Angka kejadian tuberkulosis (insiden

semua kasus/100.000 penduduk/tahun); Prevalensi HIV/AIDS

(persen) dari total populasi usia 15-49 tahun; Angka kesakitan

Demam Berdarah Dengue (DBD); Jumlah Kasus diare; BOR (

Bed

Occupancy Ratio

); AVLOS (

Average Length of Stay

= Rata-rata

lamanya pasien dirawat); TOI (

Turn Over Interval

); dan BTO (

Bed

Turn Over

= Angka perputaran tempat tidur).

3)

Pekerjaan Umum

(21)

Jalan Negara sepanjang 13,15 Km, dengan kondisi jalan baik

sepanjang 2,65 Km, kondisi sedang 6,05 Km, dan kondisi jalan

rusak sepanjang 4,45 Km.

Jalan Provinsi sepanjang 16,33 Km, dengan kondisi jalan sedang

sepanjang 4,49 Km, dan jalan rusak sepanjang 10,99 Km.

Jalan Kota sepanjang 676,56 km. Kondisi jalan baik sepanjang

389,95 Km, kondisi jalan sedang sepanjang 184,57 Km, kondisi

jalan rusak sepanjang 93,92 Km dan kondisi jalan rusak berat

sepanjang 8,12 Km.

Pencapaian kinerja urusan pekerjaan umum dengan mendasarkan

beberapa indikator dapat diidentifikasi pada tabel berikut:

Tabel 2.14.

Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Pekerjaan Umum di Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Indikator Capaian Standar SKPD

2010 2011 2012 2013

1. Panjang jalan Kota dalam kondisi baik

64 % 63 % 68 % 69 % IKK-LPPD

DPU

2. Rumah Tangga berSanitasi

- - 87% 96,1 % IKK-LPPD, MDG’s

62,41% DPU

3. Kawasan Kumuh 2,30% 2,30% 1% - IKK-LPPD

10% DPU

Berdasarkan tabel diatas, dapat diidentifikasi indikator yang

memiliki kinerja kurang yaitu Panjang jalan Kota dalam kondisi

baik.

4)

Perumahan

Jumlah penduduk yang semakin meningkat berdampak pada

peningkatan jumlah kebutuhan perumahan. Kondisi perumahan di

Kota Surakarta sudah relatif baik, pemerintah meningkatkan

kualitas hunian melalui program peningkatan rumah tidak layak

huni. Program tersebut menunjukan hasil yang cukup baik dimana

terjadi penurunan jumlah rumah tangga kumuh yang memiliki

rumah tidak layak huni. Pada tahun 2012 jumlah rumah tangga

kumuh sebanyak 4.700 unit, angka tersebut menurun dari 6.612

unit pada tahun 2011.

Total luas lahan yang dipakai untuk taman pemakaman pada

tahun 2013 berdasarkan data dari BPS mencapai 68,83 Ha. Adapun

rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk mencapai

0,84 pada tahun 2013, angka tersebut menurun dibandingkan

dengan kondisi tahun 2012 yang mencapai 1,16.

(22)

Tabel 2.15.

Pencapaian Kinerja Urusan Perumahan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Indikator Capaian Standar SKPD

2010 2011 2012 2013

1 Rumah tangga pengguna air bersih

- - 95% 80,97 %

IKK-LPPD

68,87% DPU

2 Lingkungan

pemukiman kumuh

2,30% 2,30% 1% -

IKK-LPPD

10% DPU

3 Rumah layak huni - - 95,34% - IKK-LPPD

100% DPU

4 Rasio Tempat

Pemakaman Umum per satuan

penduduk

0,04 1,06 1,16 0,84 IKPPD DKP

Berdasarkan Tabel 2.15, dapat diketahui bahwa indikator yang

memiliki kinerja perlu ditingkatkan yaitu Rumah layak huni, karena

standar yang harus dicapai seharusnya 100%.

5)

Penataan Ruang

Tujuan dari penataan ruang di Kota Surakarta adalah untuk

mewujudkan kota sebagai kota budaya yang produktif, berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan dengan berbasis industri kreatif,

perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, serta olah raga. Untuk

mewujudkan tujuan tersebut maka kebijakan yang diambil adalah (1)

pemantapan peran kota dalam sistem nasional sebagai PKN, yang

melayani kegiatan skala nasional; (2) pengembangan kota sebagai

pusat pelayanan Kawasan Andalan Subosukawonosraten (Surakarta,

Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen dan Klaten) dalam peningkatan

ekonomi masyarakat kota; dan (3) pengembangan sistem pusat

pelayanan yang terintegrasi dan berhirarki sebagai kota budaya yang

produktif, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan berbasis

industri kreatif, perdagangan dan jasa, pendidikan, pariwisata, serta

olah raga.

Kota Surakarta telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota Surakarta Tahun 2011-2031, yang ditetapkan dengan Peraturan

Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2012. Setelah Perda tersebut

disahkan kemudian ditindak lanjuti dengan yang ditindaklanjuti

dengan penyusunan review RDTRK BWK I–VI. Pada tahun tahun 2013

6 dokumen RDTRK yang telah disesuaikan dengan RTRW terbaru

selesai dilaksanakan.

Pencapaian

kinerja

urusan

penataan

ruang

dengan

(23)

Tabel 2.16.

Pencapaian Kinerja Urusan Penataan Ruang di Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Indikator Capaian Standar SKPD

2010 2011 2012 2013

Ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB

18,23 % 11,9 % 12,02% 12,03 % ISPP BLH

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa indikator

Ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB perlu

ditingkatkan karena menurut standar seharusnya 20%, sehingga

kinerja tata ruang tersebut capaiannya masih kurang.

6)

Perencanaan Pembangunan

Untuk

mendukung

pelaksanaan

program-program

pembangunan agar dapat berjalan dengan baik, maka proses-proses

penmbangunan harus direncanakan sebaik mungkin. Sesuai amanat

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional maka pemerintah kabupaten/kota wajib

menyusun dokumen perencanaan pembangunan daerah jangka

panjang (20 tahun), jangka menengah (lima tahun) dan rencana kerja

pemerintah

daerah

(RKPD)

untuk

kegiatan

tahunan

serta

penjabarannya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD).

Berdasarkan amanat dari Undang-Undang tersebut maka

Pemerintah Kota Surakarta dalam melaksanakan program dan

kegiatan pembangunan selalu berpegang pada mekanisme yang telah

diatur. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses

pembangunan yaitu Musrenbang di tingkat kelurahan sampai

tingkat kota, penyusunan dokumen-dokumen perencanaan yang

sifatnya rutin (RKPD dan APBD), dan juga dokumen-dokumen yang

sifatnya sektoral/khusus misalnya RAD MDGs, dokumen RTRW,

dokumen SSK dan sebagainya.

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian berkaitan dengan

perencanaan pembangunan adalah kualitas dokumen perencanaan

pembangunan,

termasuk

pemenuhan

kebutuhan

dokumen

perencanaan yang pada tahun 2015 akan berakhir seiring dengan

berakhirnya kepemimpinan kepala daerah tahun 2010-2015,

meliputi RPJMD dan Renstra SKPD.

Pencapaian

kinerja

urusan

penataan

ruang

dengan

(24)

Tabel 2.17.

Pencapaian Kinerja Urusan Perencanaan Pembangunan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Indikator Capaian Standar SKPD

2010 2011 2012 2013

1. Tersedianya dokumen

perencanaan RPJPD yg telah ditetapkan dgn PERDA

Ada Ada Ada Ada IKK-LPPD

Bappeda

2. Tersedianya Dokumen Perencanaan : RPJMD yg telah ditetapkan dgn PERDA/PERKADA

Ada Ada Ada Ada IKK-LPPD

Bappeda

3. Tersedianya Dokumen

Perencanaan : RKPD yg telah ditetapkan dgn PERKADA

Ada Ada Ada Ada IKK-LPPD

Bappeda

4. Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD

- - 82,80% 72,69 %

IKK-LPPD

Bappeda

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa Penjabaran

Program RPJMD kedalam RKPD perlu ditingkatkan.

7)

Perhubungan

Kota Surakarta adalah wilayah yang sangat strategis dalam

jaringan transportasi darat di pulau Jawa, karena menjadi salah satu

kota yang dilewati jalur utama transportasi darat dari wilayah barat

ke timur. Jumlah angkutan umum yang menopang kegiatan

transportasi darat di Kota Surakarta cukup banyak. Jumlah taksi

pada tahun 2012 mencapai 680 unit, jumlah angkutan mencapai

367 unit, dan jumlah bus perkotaan sebanyak 214 unit. Sementara

itu jumlah otobus yang berdomisili di Kota Surakarta antara lain,

bus AKAP sebanyak 28, bus AKDP sebanyak 50, angkutan kota

sebanyak 12, bus perkotaan sebanyak 28, dan taksi sebanyak 5

perusahaan.

Di Kota Surakarta terdapat terminal dan stasiun yang besar,

yaitu Terminal Tirtonadi dan Stasiun Balapan. Jumlah bis yang

masuk ke terminal tirtonadi pada tahun 2012 sebanyak 376.226 bus

AKDP dan 400.950 bus AKAP. Sedangkan jumlah penumpang

mencapai 18.331.299 orang. Adapun Stasiun Balapan melayani

penumpang kereta api sebanyak 185.151 penumpang eksekutif,

149.951 penumpang kelas bisnis, dan 686.630 penumpang bisnis

lokal. Sementara itu, angkutan barang di Stasiun Balapan mencapai

1.214.369 Kg.

(25)

Tabel 2.18.

Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Perhubungan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Indikator 2010 2011 Capaian 2012 2013 Standar SKPD

1. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/ Terminal Bis

1 1 1 1 IKPPD,

EPPD,

Dishubk ominfo 2. Tersedianya terminal

angkutan penumpang pada setiap Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek

100% 100% 100% 100% SPM 100% Dishubk

ominfo

3. Jumlah kasus pelanggaran lalu lintas

- 205 205 140 IKS Dishubk

ominfo 4. Tersedianya unit

pengujian kendaraan bermotor bagi

Kabupaten/ Kota yang memiliki populasi kendaraan wajib uji Perhubungan

Bermotor minimal 4000 (empat ribu) kendaraan wajib uji.

1 1 1 1 SPM 60% Dishubk

ominfo

5. Rasio ketersediaan angkutan kota 694/54 800 694/5 4800 670/5 4800 670/5 4800

IKPPD Dishubk

ominfo 6. Tersedianya angkutan

umum yang melayani wilayah yang telah tersedia jaringan jalan untuk jaringan jalan Kabupaten/Kota

2139 2139 2100 2045 SPM 75% Dishubk

ominfo

7. Jumlah orang melalui terminal per tahun

18.331 .299 17.63 3.503 17.63 3.503 17.96 3.961 IKPPD, EPPD Dishubk ominfo 8. Rasio ijin trayek 0,42 0,42 0,42 0,42 IKPPD,

EPPD, ISPP

Dishubk ominfo 9. Jumlah uji KIR

angkutan umum

1587 1724 1705 1746 IKPPD,

EPPD,

Dishubk ominfo 10. Kepemilikan KIR

angkutan umum

74,2% 80,6% 81,2% 85,4% IKPPD Dishubk

ominfo 11. Lama pengujian

kelayakan angkutan umum (KIR)

45' 45' 45' 45' IKPPD Dishubk ominfo 12. Biaya pengujian

kelayakan angkutan umum JBB 2100 : Rp. 22.500 , JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 25.000 , JBB JBB 2100 : Rp. 22.50 0, JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 25.00 JBB 2100 : Rp. 22.50 0, JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 25.00 JBB 2100 : Rp.30 .000, JBB 2101 s/d 3500 : Rp. 35.00 0,

IKPPD Dishubk

(26)

No Indikator 2010 2011 Capaian 2012 2013 Standar SKPD 3501 s/d 8000 : Rp. 28.500 , JBB 8001 s/d 15000 : Rp. 31.000 , JBB 15000 ke atas : Rp.34. 000, Gande ngan : Rp 35.000 , Tempel an : Rp. 40.000 0, JBB 3501 s/d 8000 : Rp. 28.50 0, JBB 8001 s/d 15000 : Rp. 31.00 0, JBB 15000 ke atas : Rp.34 .000, Gand engan : Rp 35.00 0, Temp elan : Rp. 40.00 0 0, JBB 3501 s/d 8000 : Rp. 28.50 0, JBB 8001 s/d 15000 : Rp. 31.00 0, JBB 15000 ke atas : Rp.34 .000, Gand engan : Rp 35.00 0, Temp elan : Rp. 40.00 0 JBB 3501 s/d 8000 : Rp. 40.00 0, JBB 8001 s/d 15000 : Rp.45 .000, JBB 15000 ke atas : Rp.50 .000, Gand engan : Rp 45.00 0, Temp elan : Rp. 45.00 0

13. Persentase kendaraan umum yang

memenuhi ambang batas emisi gas buang (Lulus uji emisi)

27.942 28.14

2

28.90 1

29.83 8

IKS Dishub

14. Tersedianya halte pada setiap

Kabupaten/Kota yang telah dilayani

angkutan umum dalam trayek.

- - 25% 30% SPM 100% Dishubk ominfo

15. Tersedianya terminal angkutan penumpang pada setiap Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek

100% 100% 100% 100% SPM 40% Dishubk

ominfo

16. Ketersediaan rambu-rambu lalu lintas

11,72% 27,51 %

43,97 %

73,73 %

IKPPD Dishubk

ominfo 17. Tersedianya fasilitas

perlengkapan jalan (rambu, marka, dan guardrill) dan

penerangan jalan umum (PJU) pada jalan

Kabupaten/Kota.

(27)

No Indikator 2010 2011 Capaian 2012 2013 Standar SKPD

rambu 141 331 529 887

marka 416.01

8

418.01 8

424.21 1

427.8 84 guardrill 31,0 31,0 32, 0 32,0 penerangan jalan

umum (PJU)

16.572 16.57

2

16.57 2

16.57 2

Berdasarkan Tabel 2.18, dapat diketahui bahwa terdapat

beberapa indikator dengan capaian kurang baik, meliputi: Jumlah

kasus pelanggaran lalu lintas; dan Tersedianya halte pada setiap

Kabupaten/Kota yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek.

Terdapat pula capaian indikator yang termasuk pada kategori

sedang, sehingga perlu dioptimalkan, yaitu: Ketersediaan

rambu-rambu lalu lintas; Tersedianya fasilitas perlengkapan jalan (rambu-rambu,

marka, dan guardrill) dan penerangan jalan umum (PJU) pada jalan

Kabupaten/Kota.

8)

Lingkungan Hidup

Produksi sampah yang dihasilkan per hari di Kota Surakarta

mencapai angka 280 ton. Adapun sampah yang mampu terkelola

atau terangkut baru mencapai 242,23 ton perhari, sehingga baru

sekitar 84 persen sampah yang diproduksi bisa terangkut ke TPS

yang ada. Sarana pengolahan sampah di Kota Surakarta pada tahun

2013 antara lain pekerja kebersihan sejumlah 309 orang, truk

sampah 35 unit, pick up 6 unit, truk container 9 unit, container 67

unit, toilet container 5 unit, gerobak sampah 510 unit, transfer depo

18 unit, TPA 1 unit, buldozer 3 unit, excavator 3 unit, dan

whelloader

sebanyak 1 unit.

Pembangunan lingkungan hidup diarahkan salah satunya pada

pengembangan luasan ruang terbuka hijau menjadi 30% (20% RTH

publik dan 10% RTH privat). Kondisi tahun 2013 untuk RTH publik

sudah mencapai 12,03%, sedangkan RTH privat masih 0 (data dari

BLH tahun 2014). Selain RTH, hal lain yang perlu mendapatkan

perhatian dari pemerintah adalah adanya kebijakan nasional

mengenai lingkungan hidup yang termuat dalam SPM, MDGs dan

RAN GRK. Target-target yang ada dalam kebijakan tersebut perlu

dijadikan acuan dalam penyusunan kegiatan bidang lingkungan

hidup.

Pencapaian

kinerja

urusan

lingkungan

hidup

dengan

(28)

Tabel 2.19.

Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Lingkungan Hidup di Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Indikator Capaian Standar SKPD

2010 2011 2012 2013

1. Persentase Penanganan Sampah

86 84 84 84 IKPPD, IKK, LPPD, EPPD

70% DKP

2. Ketersediaan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk

0,63 0,63 0,58 0,57 IKPPD, IKK, LPPD

DKP

3. Rasio Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk

25% 20% 20% 25% ISPP DKP

4. Jumlah TPS 40 40 40 55 ISPP DKP

5. Jumlah TPST - - - - ISPP DKP

6. Tersedianya fasilitas pengurangan sampah diperkotaan

- - - - SPM 20% DKP

7. Tersedianya sistem penanganan sampah diperkotaan

86 84 84 84 SPM 70% DKP

8. Pemantauan status mutu air

100 100 100 100 IKPPD 100% BLH 9. Rasio cakupan

pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL

1/3 3/4 3/4 3/5 IKPPD 100% BLH

10. Jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis

pencegahan pencemaran air

3/7 4/7 5/7 5/7 SPM 100% BLH

11. Jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti

(29)

No Indikator Capaian Standar SKPD 2010 2011 2012 2013

12. Ketersediaan Laboratorium Penelitian Lingkungan

- - - - ISPP BLH

13. Kegiatan Penegakan hukum lingkungan

100 100 100 100 IKPPD, IKK-LPPD

BLH

14. Rasio Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air

- - - - IKPPD BLH

15. Jumlah luasan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa yang telah ditetapkan dan

diinformasikan status

kerusakannya

0 0 0 0 SPM 100% BLH

16. Jumlah usaha dan/atau

kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis

pencegahan pencemaran udara

3/4 3/4 4/4 4/4 SPM 100% BLH

17. Pemenuhan Sarana

Monitoring Polusi

10/3 5

20/3 5

20/3 5

20/3 5

ISPP BLH

18. Luas RTHK Perkotaan Publik (%)

18,23 11,9 12,02 12,03 ISPP 20% BLH

(30)

9)

Pertanahan

Kewenangan pemerintah kota dalam bidang pertanahan yaitu:

1) pemberian ijin lokasi; 2) penyelenggaraan pengadaan tanah untuk

kepentingan pembangunan; 3) penyelesaian sengketa tanah garapan;

d). penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk

pembangunan; 4) penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah,

serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah

absentee; 5) penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat; 6)

pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong; 7) pemberian

ijin membuka tanah dan 8) perencanaan penggunaan tanah wilayah

Kabupaten/Kota. Kewenangan tersebut sesuai dengan amanat

Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan

Nasional Bidang Pertanahan.

Luas tanah asset pemerintah Kota Surakarta yang sudah

bersertifikat seluas 3.898.416 m². Luas tanah belum bersertifikat

pemerintah kota seluas 6.719 m². Luas tanah bersertifikat ex

departemen 10.716 m². Tanah bersertifikat ex provinsi 508 m², dan

Tanah P3D (Penyerahan Personil Peralatan Pembiayaan dan

Dokumen) seluas 8.369 m².

[image:30.612.80.540.482.612.2]

Pencapaian kinerja urusan pertanahan dengan mendasarkan

indikator yang diatur dalam beberapa peraturan dapat diidentifikasi

pada tabel berikut:

Tabel 2.20.

Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Pertanahan di Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Indikator Capaian Standar SKPD

2010 2011 2012 2013

1. Luas lahan bersertifikat

77,21 % 81,41 % IKK-LPPD

100 Setda 2. Penyelesaian

Kasus Tanah Negara

53,84% 76,05% IKK-LPPD

100 Setda

3. Penyelesian Ijin Lokasi

100 % 100 % IKK-LPPD

100 Setda

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui ada indikator dengan

capaian kinerja yang kurang, seperti: Penyelesian Luas lahan

bersertifikat, dan Penyelesaian Kasus Tanah Negara.

10)

Kependudukan dan Catatan Sipil

(31)
[image:31.612.77.549.209.522.2]

Kondisi capaian bidang kependudukan tahun 2013, kepemilikan

KTP sudah mencapai 100%, kepemilikan akta kelahiran 69,61%, dan

rasio pasangan berakte nikah 100%. Berikut ini adalah gambaran

kinerja bidang pencatatan sipil dan kependudukan sejak tahun

2010-2013.

Tabel 2.21.

Capaian Kinerja Urusan Kependudukan dan Pencatatan Sipil di Kota Surakarta Tahun 2010-2013

No Indikator Capaian Standar SKPD

2010 2011 2012 2013

1. Rasio

penduduk ber KTP

94,5 100 100 100 IKPPD, IKK-LPPD, EPPD, ISPP

100% Dispenduk capil

2. Kepemilikan KTP

100 100 100 100 IKPPD, ISPP

100% Dispenduk capil 3. Rasio bayi

ber-akte kelahiran

100 100 100 100 IKPPD, IKK-LPPD, EPPD, ISPP

100% Dispenduk capil

4. Kepemilikan akta kelahiran

69 69,47 69,55 69,61 IKPPD, ISPP

100% Dispenduk capil 5. Rasio

pasangan berakte nikah

97 100 100 100 IKPPD, IKK-LPPD, EPPD,

100% Dispenduk capil 6. Ketersediaan

database kependudukan

ada ada ada ada IKPPD, ada Dispenduk capil 7. Penerapan

KTP Nasional berbasis NIK

sudah sudah sudah sudah IKPPD sudah Dispenduk capil

11)

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Terkait

dengan

pemberdayaan

perempuan

dan

anak,

pemerintah berupaya untuk memberikan hak yang sama dalam

pembangunan melui upaya kesetaraan gender. Hal tersebut

diwujudkan dalam bentuk diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 9

tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan

Nasional, yang kemudian ditindak lajuti dengan diterbitkannya

Permendagri 15 tahun 2008 tentang Pendoman Pengarusutamaan

Gender yang kemudian diganti dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 67 tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 15 tahun 2008 mengamanatkan

penintegrasian isu gender dalam berbagai bidang pembangunan,

pembentukan kelembagaan PUG serta dukungan pembiayaan

pembangunan yang

responsive gender

. Selain itu juga telah

diamanatkan Standar Pelayanan Minimal urusan pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak. Pelaksanaan SPM tersebut

merupakan konsekuensi pelaksanaan program pembangunan yang

responsif gender dan responsif anak.

(32)

atau

Gender Development Index

(GDI) dengan nilai minimal 40 dan

terbesar 80. IPG merupakan IPM yang terpilah antara laki-laki dan

perempuan. IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan

pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan

gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG.

Nilai IPG Kota Surakarta tahun 2012 sebesar 76,76 yang

merupakan angka tertinggi di Jawa Tengah. Indikator komposit IPG

adalah angka harapan hidup sebesar 70,39 tahun bagi laki-laki dan

74,25 tahun bagi perempuan, angka melek huruf sebesar 99,11

persen bagi laki-laki dan 95,07% bagi perempuan. Rata-rata lama

sekolah sebesar 11,09 tahun bagi laki-laki dan 10,07 tahun bagi

perempuan. Sementara itu sumbangan pendapatan sebesar 57,83

persen bagi laki-laki dan 42,17 persen bagi perempuan.

Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik

mencakup

partisipasi

berpolitik,

partisipasi

ekonomi

dan

pengambilan keputusan serta penguasaan sumber daya ekonomi

dapat dipergunakan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) atau

Gender

Empowerment Measure

(GEM). IDG Kota Surakarta tahun 2012

sebesar

77,56.

Indikator

kompositnya

adalah

keterlibatan

perempuan di parlemen, perempuan sebagai tenaga manajer,

profesioanal, administrasi, pekerja dan sumbangan perempuan

dalam pendapatan. Keterlibatan perempuan di parlemen sebesar

22,5%. Perempuan sebagai manager, professional, administrasi,

teknisi di Kota Surakarta sebesar 48,44%. Sumbangan perempuan

dalam pendapatan kerja sebesar 42,17%.

Jumlah anak usia 0-19 tahun di Kota Surakarta tahun 2012

sebanyak 159.020 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 79.814 jiwa

dan perempuan sebanyak 79.206 jiwa. Total jumlah anak mencapai

31,8% dari total penduduk yang ada. Upaya pemerintah untuk

melindungi dan memberikan hak anak antara lain diwujudkan

dengan pembentukan forum anak, deklarasi Kota Surakarta sebagai

Kota layak anak, dan pemenuhan hak-hak anak di berbagai bidang

sesuai dengan amanat Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23

Tahun 2002 tentang perlindungan anak.

[image:32.612.74.562.732.844.2]

Pencapaian kinerja urusan Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak dengan mendasarkan indikator yang diatur

dalam beberapa peraturan dapat diidentifikasi pada tabel berikut:

Tabel 2.22.

Pencapaian Kinerja Berbagai Indikator Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Kota Surakarta

Tahun 2010-2013

No Indikator Capaian Standar SKPD

2010 2011 2012 2013

1 Partisipasi perempuan di lembaga pemerintah

3,54% 3,54% 6,69% 6,69 % IKPPD, IKK-LPPD, EPPD

(33)

No Indikator Capaian Standar SKPD 2010 2011 2012 2013

2 Angka melek huruf perempuan usia 15th keatas

100% 100 % IKK-LPPD 100% Bapermas PP, PA dan KB

3 Partisipasi angkatan kerja

perempuan

57,55 % 61,74 % IKK-LPPD Bapermas

PP, PA dan KB

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa capaian indikator yang

perlu ditingkatkan yaitu Partisipasi perempuan di lembaga

pemerintah, dan Partisipasi angkatan kerja perempuan.

12)

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Pada tahun 2012 jumlah peserta KB aktif mencapai 57.653,

atau sekitar 80,13 persen dari total PUS yang ada di Kota Surakarta

yang berjumlah 71.946. Sedangkan PUS yang tidak ingin punya anak

dan ingin anak ditunda (unmeetneed) pada tahun 2012 sebesar

10,23 persen. Kondisi ini cukup tinggi dibandingkan dengan target

yang ingin dicapai yakni sebesar 5 persen pada tahun 2014 sesuai

dengan SPM BKKBN.

Dilihat dari sisi alat kontrasepsi yang dipakai, penggunaaan alat

kontrasepsi masih didominasi alat kontrasepsi hormonal. Data tahun

2012 penggunaan alat kontrasepsi tertinggi adalah dengan metode

suntik sebanyak 27.700 akseptor, kemudian IUD sebanyak 11.835

akseptor, pil sebanyak 8.397 akseptor, kondom sebanyak 5.116

akseptor, MOW sebanyak 2.238, implant sebanyak 2.177 akseptor,

dan MOP sebanyak 190 akseptor.

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas

perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan

material yang layak dan mempunyai hubungan serasi, seimbang dan

selaras antar anggota keluarga serta anggota keluarga dengan

masyarakat dan lingkungannya. Ada lima kategori keluarga

sejahtera, yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I (KS I),

keluarga sejahtera II (KS II), keluarga sejahtera III (KS III), dan

keluarga sejatera III plus (KS III plus). Jumlah keluarga yang

termasuk kategori pra sejahtera pada tahun 2012 sebanyak 11.500

keluarga, kategori KS I 25.025 keluarga, KS II 30.689 keluarga, KS III

36.838 keluarga, dan KS III plus 18.410 keluarga. Apabila dilihat

dari jumlah, keluarga dengan kategori KS III jumlahnya paling besar

di Kota Surakarta.

(34)

Gambar

Tabel 2.20.
Tabel 2.21.
Tabel 2.22.
Tabel 2.24.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat peningkatan karakter cerdas mahasiswa dengan menggunakan model pengembangan karakter cerdas melalui infusi dalam

[r]

Bidang-bidang belahan akan nampak sebagai garis lurus yang sejajar satu dengan yang lain pada sayatan yang dipotong miring atau sejajar terhadap sumbu kristal atau memotong

merupakan tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan.. interaksi

(2) Kerja sama pengumpulan DG yang dilakukan oleh Instansi Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dengan lembaga asing, badan usaha asing, atau warga negara asing harus

Status gizi yang tidak baik memiliki hubungan kejadian campak, dan status gizi bukan merupakan faktor risiko terjadinya kejadian campak pada bayi dan balita., Ibu yang

Disarankan kepada pemerintah desa dan petugas kesehatan untuk dapat memotivasi kader, memberikan dukungan dan pelatihan yang lebih intensif kepada kader

Hal ini dikarenakan keberhasilan perusahaan dalam mewujudkan tujuannya sebagian besar ditentukan oleh managerial skill yang dimiliki oleh manajer yang memimpin perjalanan dalam