• Tidak ada hasil yang ditemukan

WINRIP DOC TPM Laporan Pemantauan (Site Visit) Tahap 2 20160407 00396

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "WINRIP DOC TPM Laporan Pemantauan (Site Visit) Tahap 2 20160407 00396"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA TINDAK ANTI KORUPSI (RTAK)

LAPORAN PEMANTAUAN TAHAP II

Oleh:

THIRD PARTY MONITORING (TPM)

dari

UNIVERSITAS BENGKULU (UNIB)

(2)
(3)

DAFTAR ISI

BAGIAN Halaman

I LATAR BELAKANG 1

II TUJUAN DAN SASARAN 1

III PELAKSANAAN PEMANTAUAN LAPANGAN 2

IV SUMMARY HASIL PEMANTAUAN 3

V SARAN DAN REKOMENDASI 6

LAMPIRAN

1 Hasil Pemantauan Pelaksanaan Konstruksi oleh TPM

2 Surat Keputusan Pembentukan TPM dari Ketua PMU

(4)

I. LATAR BELAKANG

Pemerintah Indonesia dengan Bank Dunia telah menandatangani Naskah Perjanjian Pinjaman (Loan Agreement) untuk Western Indonesia National Roads Improvement Project (WINRIP), IBRD Loan No. 8043-ID senilai USD 250 juta pada tanggal 14 Desember 2011. Porsi Loan IBRD dan Government of Indonesia (GOI) adalah 70 : 30, atau total nilai proyek ini sebesar USD 350 juta. Pinjaman tersebut akan digunakan untuk mendukung penguatan pembangunan berkelanjutan Sistem Jaringan Jalan Nasional di koridor strategis di pantai Barat Pulau Sumatera yaitu untuk penanganan konstruksi 21 paket jalan dan jembatan.

Sesuai dengan Schedule 2 Section IC Naskah Perjanjian Pinjaman atau Loan Agreement tersebut di atas, dan Bab 11 Project Management Manual (PMM) WINRIP, Pemerintah Indonesia dan Bank Dunia menyepakati penerapan Anti-Corruption Action Plan (ACAP) atau Rencana Tindak Anti Korupsi (RTAK) dalam pelaksanaan proyek.

Penerapannya ACAP atau RTAK pada pelaksanaan WINRIP dikelompokkan menjadi empat kegiatan pokok yaitu:

 Pelibatan Wakil Pengamat dari Masyarakat (WPM)/Community Representative Observers (CROs)dalam mengamati Proses Pengadaan (Procurement).

 Pelibatan Pemantau Pihak Ketiga/Third Party Monitoring (TPM)pada pemantauan pelaksanaan tahap konstruksi.

 Penyebarluasan informasi kepada publik/Public Disclosure.

 Penanganan pengaduan dari masyarakat dan pengelolaannya/Complaint Handling System (CHS).

II. TUJUAN DAN SASARAN

Proyek Western Indonesia National Roads Improvement Project (WINRIP), diprogramkan terdiri 21 paket, berlokasi di sepanjang pesisir pantai barat Sumatera pada empat Provinsi (Lampung, Bengkulu, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara). Paket yang dipantau oleh Tim TPM dari Fakultas Teknik Universitas Bengkulu adalah Paket 04 (Ipuh Bantal), dengan informasi sebagai berikut:

1. Diskripsi Proyek yang dipantau:

(5)

 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 04 Ipuh - Bantal dan Sekitarnya (Dicky Erlangga, ST, M.Si).

2. Pelaksana Pekerjaan (Kontraktor)

 Kontraktor : PT. Waskita Karya dan PT. Daya Mulia Turangga (Joint Operation)

 Alamat : Talang Baru, Ipuh, Kab. Muko-muko

 Telephon : Telephon: 082377511161,

 E-mail :waskitawinrip04@gmail.com

 General Superintendence: Bela Iwan Setiawan, ST

3. Konsultan Supervisi (Field Team DSC)

 Konsultan Supervisi : PT. Renardet S.A

 Site Supervision Engineer : I r t i a d i, ST

 Alamat : Jalan Pendidikan Desa Pulai Payung Kecamatan Ipuh

 Telephon : 081369740221,

 E-mail :winripipuh04@gmail.com

III. PELAKSANAAN PEMANTAUAN LAPANGAN

1. Tanggal dan Lokasi Pelakasanaan Pemantauan Tahap II

 Nama Tim TPM:

1. Dr. Muhammad Fauzi S.T., M.T, tanggal 5 - 8 Desember 2015 2. Hardiansyah, ST., MT, tanggal 1013 Desember 2015

3. Agung Febrianto, ST, tanggal 17-20 Desember 2015.

 Lokasi : dari KM 0+00 (Ipuh), s.d KM 42+250 (Bantal) Kabupaten Moko-muko.

2. Subjek yang dipantau

2.1. Aspek Manajemen Pelaksanaan Kontrak 2.2. Aspek Teknis /Jenis Pekerjaan yang dipantau

• Pekerjaan Umum antara lain:

∼ Base Camp dan kelengkapannya (AMP, Laboratorium, Batching Plan, Stone Crusher, dll)

∼ Ringkasan pekerjaan

∼ Jadwal pelaksanaan

(6)

• Pekerjaan Tanah (Galian dan Timbunan)

• Pekerjaan Berbutir (Base A dan B)

• Pekerjaan Pelebaran Jalan dan Bahu Jalan

• Pekerjaan Aspal

• Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor

• Pekerjaan Harian

2.3. Aspek lingkungan dan sosial

IV. SUMMARY HASIL PEMANTAUAN TPM

1. Pemantauan Aspek Manajemen:

Dari hasil kunjungan di lapangan, melihat Time Schedule pelaksanaan pekerjaan sudah mulai menyesuaikan rencana. Hal ini dikarenakan masalah yang ditemukan pada pemantauan tahap pertama yang telah diselesaikan. Kontraktor sudah mulai melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja guna mengejar keterlambatan yang ada. Namun masih ada masalah-masalah non teknis yang ditemukan di beberapta titik.

Pelaksanaan pekerjaan di lapangan mengalami keterlambatan dan berada jauh di bawah kurva S rencana. Kontraktor sudah melakukan langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja. Namun ketika langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja dilakukan, muncul masalah baru di lapangan yaitu muncul masalah-masalah non teknis yang menghambat produktivitas kerja.

2. Pemantauan Aspek Teknis:

Pekerjaan Umum:

(7)

Akibat kendala perizinan dari pihak terkait maka jadwal pelaksanaan pekerjaan mengalami keterlambatan.

Pekerjaan Drainase

 Pekerjaan drainase kurang diperhatikan pelaksanaanya dan ada beberapa titik box culvert untuk drainase ditumpuk begitu saja di bahu jalan, kurang rapi pelaksanaannya dan ada beberapa titik di daearah depan pertokoan terlihat drainase yang telah amblas.

 Pekerjaan drainase sedang dilakukan, namun pelaksanaan di lapangan tidak mengindahkan/memperhatikan elevasi dasar saluran. Saluran banyak digenangi air akibat pembuatan elevasi dasar saluran yang tidak baik.

Pekerjaan Tanah (Galian dan Timbunan)

 Pekerjaan galian tanah untuk drainase dan pelebaran jalan tidak mengindahkan keselamatan pengguna jalan. Galian tanah yang dilakukan di lapangan (sangat dalam) dibiarkan dalam waktu yang cukup lama tanpa adanya rambu-rambu dan pagar pengaman, membahayakan penduduk dan pengguna jalan.

 Hasil galian tanah pada tebing terlalu curam, dan dapat menyebabkan guguran tanah atau longsor ke badan jalan

Pekerjaan Pelebaran Jalan dan Bahu Jalan

 Pekerjaan pelebaran jalan dan bahu jalan sangat mengganggu pemilik rumah yang berada disekitar jalan. Akibat pekerjaan pelebaran jalan dan bahu jalan masyarakat disekitar jalan tidak bisa mengeluarkan kendaraan roda empat karena galian bahu jalan dengan kedalaman rata-rata 40 cm dan tidak tersedia jembatan penghubung di atas drainase dari halaman ke badan jalan.

Pekerjaan Berbutir (Base A dan B)

 Dari pengamatan di lapangan, penghamparan pekerjaan berbutir cukup lama dilakukan pemadatannya, sehingga material banyak tertumpuk di pinggir jalan.

(8)

Pekerjaan Aspal

 Hasil pengecekan di lapangan diperoleh bahwa ketebalan AC-BC Binder yang seharusnya mempunyai ketebalan 6 cm, namun sampel di lapangan mempunyai ketebalan 4,5 cm saat pengambilan sampel menggunakan alatCore driil.

Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan Minor

 Dari hasil kunjungan lapangan, pekerjaan Base A dan Base B setelah dipadatkan

vibrator roller tidak melakukan penyiraman, hal ini menjadi keluhan masyarakat karena debu akibat itu cukup menggangu warga sekitar dan pengendara lalulintas.

Pekerjaan Harian

 Dari kunjungan di lapangan, banyak rambu-rambu keselamatan (K3) yang roboh, patah dan hilang. Manajemen kontraktor bidang K3 tidak melakukan perbaikan dan pemantauan harian untuk hal itu.

3. Pemantauan Aspek Lingkungan dan Sosial

Aspek Lingkungan adalah:

 Masyarakat mengeluhkan tentang galian tanah untuk pelebaran bahu jalan, Penyedia jasa (kontraktor) tidak memberikan akses bagi masyarakat yang berada di sekitar jalan untuk jalan keluar masuk mobil. Sehingga masyarakat merasa sangat terganggu akibat hal tersebut.

 Akibat galian tanah tersebut, masyarakat merasa terancam keselamatannya dikarenakan tidak adanya rambu-rambu di lapangan (K3).

Aspek Sosial:

 Hasil pengamatan di lapangan, kontraktor tidak dapat memberikan data pengujian laboratorium terkait dengan lingkungan seperti Uji Kebisingan, Uji Kualitas Udara, Uji Kualitas Air, dan TPM tidak mendapatkan data yang jelas namun kontraktor berkata aspek tersebut pernah diuji.

(9)

 Warga mengeluhkan tumpukan material dan galian pada pelebaran yang tinggi elevasinya dan dalam waktu yang lama membuat masyarakat sekitar mengalami kesulitan untuk akses keluar masuk dari rumah mereka.

V. SARAN DAN REKOMENDASI

• Kegiatan pekerjaan di lapangan mengalami progress yang tidak baik yaitu mengalami keterlambatan. Saat ini kegiatan produksi AMP dan stone crusher dari pihak PT. Waskita Karya berhenti total. Hal ini disebabkan masalah perizinan dari pihak berwajib (polres kabupaten Muko-muko telah menghentikan segala aktivitas di AMP danStone Crusherakibat kapasitas genset yang digunakan tidak sesuai dengan aturan yang ada, maka Kontraktor hendaknya secepatnya menyelesaikan masalah perizinan yang terkendala agar pekerjaan dalam sesuai dengan jadwal yang ada.

• Galian tanah di kiri dan kanan jalan dalam rangka pelebaran badan jalan, dilakukan dengan tidak adanya rambu-rambu dan dapat membahayakan pengguna jalan, hendaknya pihak pelaksana memasang rambu-rambu keselamatan (K3) agar tidak terjadi kecelakaan yang menelan korban jiwa.

• Galian yang dilakukan di depan rumah penduduk sangat dalam dan menganggu aktivitas keseharian masyarakat, hendaknya kontraktor membuat akses jalan masyarakat menuju rumah dengan mudah.

• Pekerjaan drainase merupakan komponen kelengkapan yang harus diperhatikan, karena pekerjaan drainase dari hasil pengamatan dilapangan terlihat asal terpasang dan banyak drainase yang telah amblas. Hendaknya kontraktor memperbaiki bagian-bagian drainase yang telah rusak.

• Material Pekerjaan berbutir Base A harus di sortir lebih baik agar sesuai dengan ketentuan yang ada dan dengan level yang telah direncanakan.

• Hendaknya rambu-rambu keselamatan (K3) yang berada dilapangan harus selalu di periksa, karena dari hasil pengamatan dilapangan banyak rambu-rambu yang telah roboh bahkan tidak ada.

(10)

• Pihak kontraktor diharapkan rutin untuk melakukan penyiraman agar debu dapat diminimalisir agar tidak menggangu kenyaman masyarakat.

LAMPIRAN-LAMPIRAN:

1. Hasil Pemantauan Pelaksanaan Konstruksi oleh TPM 2. Surat Keputusan Pembentukan TPM dari Ketua PMU.

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1

Catatan dan Dokumentasi Hasil Pemantauan Pelaksanaan

Konstruksi oleh TPM

2

Surat Keputusan Pembentukan TPM dari Ketua PMU

(12)

Paket: 04 (Ipuh–Bantal) Provinsi Bengkulu

1. Saluran Air / Drainase

 Pekerjaan drainase yang dilakukan terlihat masih kurang baik. Banyak drainase yang seharusnya tertutup namun di lapangan tidak terlihat saluran drainase yang tertutup. Box culvert yang tersedia diletakkan secara sembarangan, sehingga hal ini menyebabkan gangguan pada pengguna jalan, terutama pada malam hari

 Beton U-Ditches untuk saluran drainase terlihat tidak adanya perawatan sebelum digunakan, banyak juga yang telah rusak (hancur) sebelum digunakan dan diletakan di pinggiran jalan yang tumpuk berserakan

 Saluran drainase U-Ditches pengerjaannya terkesan asal jadi (tidak rapi), dibanyak tempat tidak ada lubang saluran air dari badan jalan ke saluran drainase, banyak terjadi genangan air pada drainase yang ada, hal ini menyebabkan terjadi bau yang kurang sedap

 Dari pekerjaan yang terlihat dilapangan, tumpukan material untuk pekerjaan drainase terlihat diletakkan badan jalan, hal ini cukup mengganggu pengguna jalan

(13)

 Banyak tumpukan material diletakan di badan jalan, yang membuat lalu lintas terhambat dan debu akibat tumpukan material mengganggu para pengguna jalan yang melitas

 Kontraktor mengaku melakukan penyiraman di lokasi sekitar basecamp dan di lokasi daerah yang banyak permukiman warga sesuai tuntutan warga, tetapi menurut informasi dari warga sangat jarang dilakukan penyiraman sehingga menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat

 Di lokasi proyek lainnya tidak dilakukan karena menurut kontraktor item tersebut tidak ada didalam spesifikasi sehingga tidak dapat ditagihkan

 Pekerjaan Stone Crusher dan AMP berada berseberangan dengan rumah warga yang berjarak kurang lebih 500 m dari lokasi Stone Crusherdan AMP

 Pekerjaan produksiStone Crusherdan AMP sudah berjalan lancar

 Menurut informasi dari kontraktor tenaga kerja yang dipakai sekitar 35% dari luar daerah, sedangkan sisanya warga setempat terutama untuk pekerjaan non-skilled

 Jembatan untuk akses ke rumah warga tidak disediakan, yang membuat warga yang didepan rumahnya mengalami galian jadi terhambat dan susah untuk akses jalannya.

(14)

 Hasil galian ditumpuk di pinggir jalan di dekat perkebunan warga, hal ini sangat membahayakan karena tumpukan galian yang tinggi dapat menyebabkan guguran tanah ke bahu jalan

 Di sepanjang lokasi pekerjaan, rambu-rambu peringatan sangat sedikit, bahkan ada beberapa ruas jalan yang tidak ada sama sekali rambu-rambu peringatan keselamatan (manajemen lalu-lintas)

 Tidak adanya rambu pengamanan pada pekerjaan penggalian dan timbunan, sehingga dapat menimbulkan kecelakaan bagi kendaraan yang melintas.

 Begitu juga pada pekerjaan penghamparan Base AdanBase B, tidak adanya pengaturan arus lalu lintas

 Pekerjaan lapisan berbutiran yang ada di beberapa titik lokasi penumpukkannya terlalu tinggi dan terletak pada badan jalan dan tidak ada dipasang rambu rambu peringatan, hal ini dapat membahayakan pengguna jalan dan warga sekitar

 Tumpukan material sangat menggangu karena berada di badan jalan sehingga mobilitas kendaraan harus hati hati. Tumpukan material

Base B dan Base A seharusnya langsung diratakan menggunakan

motor grader dan langsung di vibro tidak menggunung dipinggir jalan eperti terlihat digambar

(15)

sendiri

 Masih banyak pekerja yang tidak menggunakan seragam kerja (rompi ) dan helm proyek, sehingga cukup membahayakan bagi pekerja itu sendir. Seperti terlihat pada gambar dibawah. Bahkan dari pengamatan yang dilakukan, pekerja menggunakan K3 setengah-setengah menggnakan rompi tapi tidak menggunakan helm

4. Pemantauan Pada Aspek Managemen

 Ketika melakukan pemantauan, tim TPM kesulitan untuk membandingkan kualitas pekerjaan dengan spesifikasi yang disyaratkan. Tim TPM tidak diberikan akses informasi mengenai kualitas pekerjaan karena Kontraktor berpikir tim TPM hanya memantau aspek lingkungan saja.

 Metode kerja kontraktor kurang beraturan tidak sesuai dengan sequence urutan pekerjaan karena memperhitungkan sewa dari alat berat sehingga cenderung memanfaatkan keberadaan alat tertentu dan tidak menerapkan titik tunggu tertentu.

 Konsultan Supervisi sangat lemah dalam memenuhi permintaan kerja atau work request dari kontraktor (tidak menerapkan holding point dengan benar).

 Hubungan antara konsultan supervisi (DSC Field Team) dan Kontraktor kurang bersinergi sehingga terjadi kekurang-harmonisan dalam bekerjasama.

(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)

Referensi

Dokumen terkait

Semarang dengan begitu sistem ini dapat menjadi bahan Analisis bagi pihak yang bersangkutan. 3) Hasil dari proses data mining menggunakan metode deskripsi ini dapat

Risiko kanker testikuler adalah 35 kali lebih tinggi pada pria dengan segala tipe testis yang tidak turun ke dalam skrotum dibanding dengan populasi umum.. Tumor testis

Soekarno selaku Ketua Panitia Kecil melaporkan hasil kerjanya, bahwa Panitia Kecil telah menerima usulan-usulan tentang Indonesia merdeka yang digolongkannya menjadi

Faktor yang memengaruhi perkembangan bahasa usia dini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Umur anak Pada masa remaja perkembangan biologis yang menunjang kemampuan

Ni Made Ras Amanda Gelgel, S.Sos, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana sekaligus dosen penguji III penulis,

21. Banyak orang-orang asing yang datang di pulau bali untuk melihat-lihat panorama alam yang mempesona sehingga banyak wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang datang

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Penerima Beasiswa Menggunakan Metode Fuzzy Multiple Attribute Decision Making Pada SMA. Taman Siswa

Beberapa pendapat lain mengenai kesiapan Indonesia dalam menghadapi AEC adalah pengelolaan BUMN yang masih kurang memadai, kurangnya kualitas sumber daya manusia, tingkat