Klara Iswara Sukmawati, 2015
PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu kunci seseorang untuk meraih
kesuksesan. Dengan pendidikan seseorang dapat melihat dunia, mengejar
cita-cita dan mewujudkan impiannya. Hal ini sejalan dengan apa yang
diungkapkan Jim Yong Kim, Presiden Bank Dunia bahwa pendidikan adalah
kunci kesuksesan sehingga penting khususnya di negara-negara berkembang
untuk meningkatkan baik kualitas maupun jumlah anak-anak yang
mengenyam bangku sekolah. Anak-anak ini perlu mendapatkan pendidikan
berkualitas agar mereka siap menghadapi beragam kesempatan dan tantangan
pada abad ke-21 (Wardani, 2014).
Karena begitu pentingnya pendidikan maka Indonesia terus melakukan
pembenahan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia.
Salah satu pembenahan yang dilakukan adalah perubahan kurikulum yang
terjadi saat ini. Perubahan kurikulum ini dilakukan dalam rangka untuk dapat
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia (Kemdikbud, 2013). Perubahan ini merupakan
salah satu cara untuk mensukseskan tujuan pendidikan yaitu untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara
khusus perubahan ini juga sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
Klara Iswara Sukmawati, 2015
PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kurikulum 2013 menyebutkan tentang standar kompetensi lulusan
yang berisi kemampuan yang harus dimiliki peserta didik setelah mengalami
pembelajaran yaitu aspek sikap (spiritual dan sosial), aspek pengetahuan dan
aspek ketrampilan. Untuk mendukung pencapaian kompetensi tersebut, dalam
kurikulum 2013 terdapat perubahan dalam proses pembelajaran yang lebih
menekankan pada pendekatan scientifik/ilmiah. Pendekatan scientifik ini
memuat lima langkah dalam pembelajaran yaitu mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan.
Mengkomunikasikan merupakan langkah akhir pada pendekatan ini. Proses
pembelajaran pada pendekatan scientifik ini diharapkan dapat menumbuhkan
lima kemampuan matematis yaitu kemampuan pemahaman, penalaran,
komunikasi, pemecahan masalah, dan memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan (Depdiknas, 2006).
Kemampuan komunikasi ini merupakan salah satu bagian dari lima
kemampuan yang harus dimiliki siswa. Dalam Kurikulum 2006 maupun
Kurikulum 2013 kemampuan komunikasi selalu diangkat sebagai salah satu
kemampuan yang diharapkan dari setiap peserta didik. Oleh karena itu
kemampuan komunikasi merupakan salah satu kemampuan yang penting
untuk dikuasai oleh peserta didik. Dalam hal ini matematika bukan hanya
sebagai alat bantu berpikir, menemukan pola menyelesaikan masalah tetapi
sebagai bahasa untuk mengkomunikasikan ide.
Ontario Ministry of Education (2005) juga menyatakan bahwa
komunikasi matematika merupakan proses esensial pembelajaran matematika
karena melalui komunikasi, siswa merenungkan, memperjelas dan
memperluas ide dan pemahaman mereka tentang hubungan dan argumen
matematika. Barrody (1993) juga mengemukakan alasan pentingnya
pembelajaran berfokus pada komunikasi yaitu:
1. Mathematics is essentially a language: matematika bukan hanya
sekedar alat bantu berfikir, alat menemukan pola, menyelesaikan
Klara Iswara Sukmawati, 2015
PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang tak ternilai harganya untuk mengkomunikasikan berbagai ide
dengan jelas tepat dan ringkas.
2. Mathematics and mathematics learning are, at heart, social activities:
sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, interaksi
antar siswa seperti komunikasi antara guru dan siswa yang berguna
untuk mengembangkan potensi matematis siswa.
Selain itu kemampuan komunikasi siswa dalam belajar menjadi
standar utama dalam pembelajaran matematika yang termuat dalam Standar
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000). Peserta didik
diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk menjelaskan ide/gagasan/solusi
tentang masalah matematika dalam proses pembelajaran. Dengan demikian
pembelajaran dapat berjalan dengan lebih optimal. Hal ini senada dengan apa
yang diungkapkan Pugalee (2011) yaitu bahwa siswa perlu dibiasakan untuk
memberikan argumen atas setiap jawaban serta memberikan tanggapan atas
jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang sedang dipelajari
menjadi lebih bermakna baginya.
Untuk mendukung tercapainya kemampuan komunikasi yang baik,
dibutuhkan suatu proses pemahaman yang cukup baik pula. Seseorang perlu
memiliki pemahaman yang baik tentang apa yang hendak ia komunikasikan.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa seseorang akan memiliki kemampuan
komunikasi yang baik apabila ia memahami materi tersebut dengan baik pula.
Seperti yang dikemukakan Albert Einsten (brainyquotes. com) yaitu: “if you can’t explain it simply, you don’t understand it well enough”. Maksudnya bahwa seseorang dapat menjelaskan sesuatu dengan baik/sederhana apabila ia
memahami dengan sangat baik tentang sesuatu yang hendak ia jelaskan.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi seseorang
sangat terkait dengan pemahaman yang dimiliki oleh orang tersebut. Oleh
karena itu kemampuan pemahaman dibutuhkan untuk menunjang kemampuan
Klara Iswara Sukmawati, 2015
PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain kemampuan pemahaman, ada satu hal lagi yang tidak kalah
penting dalam mendukung kemampuan komunikasi yaitu keyakinan seseorang
terhadap kemampuan dirinya sendiri. Keyakinan ini penting dimiliki siswa
guna menunjang kemampuan komunikasi. Terkadang siswa kurang yakin
dalam mengkomunikasikan ide padahal siswa tersebut mampu melakukannya.
Untuk dapat memiliki kemampuan komunikasi yang baik, siswa harus
memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu menjelaskan kepada orang lain
tentang apa yang ada dalam pikirannya.
Dalam usaha untuk mengasah kemampuan pemahaman, komunikasi
dan self-efficacy ini dibutuhkan suatu cara/metode pengajaran yang dianggap
mampu menjawab tantangan ini. Pengembangan metode ini terus dilakukan
seiring berkembangnya kurikulum dan situasi yang ada. Guru diharapkan
mampu memilih, menggabungkan, menggunakan dan mengembangkan
beberapa metode/pendekatan/strategi pembelajaran sesuai dengan kondisi
yang ada, guna dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Hal ini
dilakukan karena tidak ada satu pun metode pembelajaran yang paling baik
yang dapat dilakukan. Oleh karena itu guru maupun calon guru diharapkan
dapat selalu melakukan inovasi sebagai usaha mengasah kemampuan
pemahaman, komunikasi dan self-efficacy siswa.
Beberapa penelitian yang sudah dilakukan diantaranya Subagiana
(2009), Anggraeni (2012) dan Hendriana (2009) dimana penelitian ini
menerapkan suatu metode pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman, komunikasi dan self-efficacy siswa. Berdasarkan hasil penelitian
Subagiyana, peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi siswa yang
memperoleh pembelajaran TAI (Teams Assisted Individualization) dengan
pendekatan kontekstual lebih baik dibandingkan peningkatan kemampuan
pemahaman dan komunikasi siswa dengan pembelajaran konvensional.
Namun hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut masih belum sesuai
dengan yang diharapkan, karena hasil peningkatan kemampuan pemahaman
Klara Iswara Sukmawati, 2015
PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(39,38%) dan 8,25 (34,38%) dari skor ideal 24. Demikian pula hasil penelitian
Anggraeni menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman dan
komunikasi siswa yang mendapat pembelajaran FLSC (
Formulate-Share-Listen-Create) lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman dan
komunikasi siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Peningkatan
pemahaman dan komunikasi di kelas eksperimen berturut-turut sebesar
49,75% dan 50,63%. Peningkatan ini tergolong dalam kategori sedang. Hal
yang sama juga terjadi dalam penelitian Hendriana dimana hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman, komunikasi siswa
dan kepercayaan diri dengan pembelajaran Metaphorical Thinking tergolong
dalam kategori sedang dengan skor pemahaman 26,46 (skor ideal 40), skor
komunikasi 17,46 (skor ideal 30) dan skor kepercayaan diri sebesar 137,64
(skor ideal 200).
Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan
pemahaman, komunikasi dan self-efficacy siswa dengan beberapa pendekatan,
ternyata masih menunjukkan hasil yang belum maksimal. Hal ini dapat dilihat
dari prosentase peningkatan dan pencapaian dari setiap kemampuan. Oleh
karena itu peneliti ingin mencoba untuk menerapkan model lain sebagai usaha
untuk meningkatkan kemampuan pemahaman, komunikasi dan self-efficacy.
Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan dan dapat
dijadikan rujukan bagi guru adalah matematisasi berjenjang (Susento, 2007).
Model pembelajaran ini dikembangkan dengan memadukan beberapa
pendekatan yaitu pendekatan kontekstual, pendekatan pembelajaran berbasis
masalah, pendekatan kooperatif, pendekatan konvensional dan pendekatan
pendidikan realistik. Selain itu model ini menjadi wadah bagi prinsip-prinsip
didaktis yang baru yaitu (1) proses reinvensi terbimbing dalam kegiatan
belajar matematika, (2) masalah kontekstual sebagai titik pangkal (starting
point) pembelajaran, dan (3) pendayagunaan kelas kooperatif dalam
Klara Iswara Sukmawati, 2015
PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Model pembelajaran lain yang dapat digunakan adalah model
pembelajaran matematisasi berjenjang, dimana kegiatan pembelajaran untuk
suatu topik matematika merupakan proses matematisasi berjenjang yang
terdiri atas jenjang-jenjang kegiatan enaktif, kegiatan ikonik, kegiatan
simbolik, dan kegiatan formal. Pada kegiatan enaktif siswa diberikan kegiatan
berupa pemecahan masalah kontekstual yang melibatkan gerak anggota badan
(tindakan fisik) dan benda-benda konkret. Kegiatan ikonik siswa diberikan
kegiatan pendeskripsian dan pemecahan masalah kontekstual yang melibatkan
model gambar yang dapat berupa skema atau gambaran situasi. Selanjutnya,
dalam kegiatan simbolik siswa diharapkan dapat mendeskripsikan dan
memecahkan masalah kontekstual dengan menggunakan lambang, istilah atau
cara temuan sendiri yang menyatakan penalarannya. Kegiatan yang terakhir
adalah kegiatan formal, yaitu kegiatan pemecahan masalah matematis yang
menggunakan istilah, lambang, dan cara baku dalam matematika formal.
Dalam model matematisasi berjenjang, guru perlu mengawali
pembelajaran dengan kegiatan pemecahan masalah kontekstual dan secara
bertahap masuk ke tingkat matematika formal (Susento & Rudhito, 2008).
Model matematisasi berjenjang menggunakan masalah kontekstual sebagai
titik awal pembelajaran dan proses pembelajarannya sesuai dengan jenjang
yang diberikan. Proses pembelajaran dilakukan dalam empat tahap dimana
tahapan ini dimaksudkan agar pembelajaran tidak langsung menuju pada
sesuatu yang abstrak, tidak langsung menuju pada rumus atau definisi. Tetapi
pembelajaran dimulai dari sesuatu yang dikenal siswa, kemudian bayangan
dari benda nyata, penggunaan simbol dan barulah masuk pada tahap abstrak.
Dengan tahapan ini diharapkan dapat membuat matematika menjadi lebih
bermakna dan menjadikan siswa lebih memahami materi yang diberikan oleh
guru, sehingga diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan pemahaman
yang lebih baik. Penggunaan masalah kontekstual sebagai titik awal dalam
pembelajaran ini merupakan prinsip didaktis yang pertama. Selain
Klara Iswara Sukmawati, 2015
PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan kelas kooperatif dalam penerapannya. Hal ini diharapkan agar
siswa mempunyai waktu untuk berdiskusi, bertukar pendapat, belajar untuk
mendengarkan teman, berkomunikasi atau menyampaikan ide dan belajar
untuk yakin dengan kemampuan dirinya. Dengan adanya kelas kooperatif ini
siswa diharapkan dapat memiliki kemampuan komunikasi dan self-efficacy
yang lebih baik. Penggunaan kelas kooperatif dalam pelaksanaan
pembelajaran merupakan prinsip didaktis yang kedua. Prinsip didaktis yang
ketiga adalah adanya reinvensi terbimbing yang dilakukan pada saat proses
pembelajaran. Reinvensi terbimbing ini dilakukan dengan maksud agar siswa
dapat seolah-olah menemukan konsep dengan sendirinya seperti penemu.
Siswa dapat bertanya atau meminta bantuan kepada guru maupun teman
dalam satu kelompok. Dengan menemukan konsep tersebut, diharapkan
konsep lebih tertanam kuat dalam diri siswa. Apabila konsep dapat tertanam
kuat, diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan pemahaman, komunikasi
matematika dan self-efficacy yang lebih baik. Dari penerapan 3 prinsip
didaktis dalam model matematisaasi berjenjang ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman, komunikasi dan self-efficacy siswa.
Dari uraian di atas maka peneliti ingin mengambil judul Penerapan
Matematisasi Berjenjang Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemahaman, Komunikasi dan Self-Efficacy Siswa SMP.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti menuliskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan pemahaman siswa SMP pada
pembelajaran dengan model matematisasi berjenjang dibandingkan dengan
peningkatan kemampuan pemahaman siswa pada pembelajaran
konvensional?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi siswa SMP pada
Klara Iswara Sukmawati, 2015
PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peningkatan kemampuan komunikasi siswa pada pembelajaran
konvensional?
3. Bagaimana peningkatan self-efficacy siswa SMP pada pembelajaran
dengan model matematisasi berjenjang dibandingkan dengan peningkatan
self-efficacy siswa pada pembelajaran konvensional?
4. Bagaimana aktivitas siswa terkait dengan indikator kemampuan
pemahaman, komunikasi dan self-efficacy?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menjawab rumusan masalah di atas, yaitu:
1. Menganalisis peningkatan kemampuan pemahaman siswa SMP terhadap
pembelajaran dengan menggunakan matematisasi berjenjang dan
pembelajaran konvensional
2. Menganalisis peningkatan kemampuan komunikasi siswa SMP terhadap
pembelajaran dengan menggunakan matematisasi berjenjang dan
pembelajaran konvensional
3. Menganalisis peningkatan self-efficacy siswa SMP terhadap pembelajaran
dengan menggunakan matematisasi berjenjang dan pembelajaran
konvensional
4. Menganalisis aktivitas siswa terkit dengan indikator kemampuan
pemahaman, komunikasi dan self-efficacy.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat praktis
Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk:
a. Bagi siswa: siswa mendapatkan model pembelajaran baru yaitu
matematisasi berjenjang. Dari model pembelajaran ini siswa mampu
mengembangkan kemampuan pemahaman, komunikasi dan
Klara Iswara Sukmawati, 2015
PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
telah dipahami dan apa yang telah dikomunikasikan kepada guru,
sehingga siswa dapat belajar dari kesalahan/pengalaman belajar
sebelumnya.
b. Bagi guru: guru memperoleh gambaran tentang penerapan model
matematisasi berjenjang sehingga menambah wawasan dan
memperkaya pengetahuan tentang model pembelajaran yang sudah
ada. Di samping itu guru dapat mengetahui bagaimana kemampuan
pemahaman dan komunikasi siswa setelah diberikan pembelajaran
dengan model matematisasi berjenjang yang telah diterapkan.
c. Bagi peneliti: peneliti memperkaya pengalaman dalam menerapkan
model matematisasi berjenjang. Selain itu mampu menjawab sebagian
kecil masalah dalam pembelajaran matematika.
d. Bagi pihak lain: dapat digunakan sebagai rujukan bagi penelitian
selanjutnya. Selain itu dapat memberikan ide/gagasan bagi pihak yang
ingin mengembangkan penelitian serupa dengan topik yang berbeda.
2. Manfaat teoritis
a. Guru dapat menggunakan model matematisasi berjenjang sebagai
alternatif model pembelajaran dalam penerapan Kurikulum 2013.
b. Dengan penelitian ini, peneliti dapat melihat masalah-masalah yang
terjadi dalam pembelajaran, sehingga dalam penelitian selanjutnya
mampu menjawab masalah-masalah lain yang berkembang di kelas
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan khususnya
matematika di Indonesia.
c. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan bagi ahli
pendidikan matematika untuk pengembangan model pembelajaran
yang ada.
Klara Iswara Sukmawati, 2015
PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, peneliti menuliskan definisi operasional agar
tidak terjadi kesalahan persepsi antara peneliti dan pembaca atau pihak lain.
1. Pemahaman Matematika
Kemampuan dalam mengklasifikasikan objek, mengaitkannya dengan
konsep lain dan mampu mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah.
Indikator pemahaman matematika yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a. Mengungkapkan pengertian suatu konsep dengan bahasa sendiri.
b. Mengidentifikasi konsep matematika yang terkandung dalam suatu
masalah.
c. Membedakan satu konsep dengan konsep yang lain dalam matematika.
d. Menjelaskan hubungan antar konsep dalam menyelesaikan masalah.
e. Mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk representasi lainnya.
2. Komunikasi Matematika
Kemampuan dalam membuat model, menyusun argumen, menulis ide/
jawaban dengan bahasa sendiri dan membuat pertanyaan tentang
matematika.
Indikator komunikasi matematika yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a. Menghubungkan benda nyata, gambar dan diagram ke dalam ide-ide
matematika
b. Mengekspresikan, mendemonstrasikan dan melukiskan ide-idenya
secara visual dengan cara yang berbeda.
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol
matematika.
d. Menjelaskan ide-ide, situasi-situasi dan relasi-relasi di dalam
matematika dengan benda nyata, gambar, grafik dan representasi
Klara Iswara Sukmawati, 2015
PENERAPAN MATEMATISASI BERJENJANG SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN, KOMUNIKASI DAN SELF-EFFICACY SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Menganalisis, mengevaluasi dan membuat pertanyaan terhadap suatu
informasi yang diberikan.
3. Self-Efficacy
Rasa yang mencerminkan keyakinan diri tentang kemampuannya dalam
melakukan tugas-tugas tertentu. Indikator yang digunakan dalam
penelitian ini memuat tiga dimensi yaitu dimensi level, generality dan
strength.
4. Model Matematisasi Berjenjang
suatu model pembelajaran matematika dimana dalam proses
pembelajarannya melalui serangkaian kegiatan yang disusun menyerupai
anak tangga yang terdiri dari tahapan kegiatan enaktif, ikonik, simbolik
dan kegiatan formal. Selain empat tahapan tersebut model ini juga didasari
oleh tiga prinsip didaktis, yaitu reinvensi terbimbing, penggunaan masalah
kontekstual dan pendayagunaan kelas kooperatif.
5. Model Pembelajaran Konvensional
Suatu model pembelajaran dimana proses pembelajarannya diawali dengan
penjelasan materi dari guru (ceramah), pemberian kesempatan kepada
siswa untuk bertanya, pemberian latihan soal dan diakhiri dengan
pembahasan soal.
6. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan aktivitas
siswa yang menunjukkan sikap/perilaku yang mencerminkan indikator