BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karsinoma nasofaring merupakan keganasan kepala-leher yang tumbuh di rongga belakang hidung dan belakang langit-langit rongga mulut.
Karsinoma nasofaring (KNF) termasuk dalam lima besar tumor ganas dengan
frekuensi tertinggi sedangkan di daerah kepala dan leher menduduki tempat
pertama dengan persentase hampir 60% dari tumor di daerah kepala dan leher,
diikuti tumor ganas hidung dan sinus paranasal 18%, laring 16%, dan tumor
ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam persentase rendah. 1,2,3
Prevalensi KNF di Amerika dan Eropa sangat sedikit yaitu 0,5 per
100.000 penduduk per tahun dan hanya 1–2% dari seluruh tumor ganas kepala
dan leher. Sebaliknya China Selatan dan Hongkong memiliki prevalensi KNF
yang tinggi yaitu 50 per 100.000 penduduk per tahun.3 Indonesia termasuk
salah satu negara dengan prevalensi penderita kanker nasofaring yang
termasuk tinggi selain Cina Selatan. Angka kejadian kanker nasofaring di
Indonesia yaitu 4,7 kasus baru per 100.000 penduduk atau diperkirakan sekitar
7000-8000 kasus per tahun di seluruh Indonesia.1,2
Penegakan diagnosis KNF dengan menggunakan tes histopatologi yang
dilakukan di laboratorium patologi anatomi merupakan gold standard (standar baku emas). Diagnosis histopatologi KNF dapat dilakukan dengan mengambil
spesimen biopsi nasofaring dan diperiksa menggunakan mikroskop cahaya
maupun mikroskop elektron.2 Klasifikasi karsinoma nasofaring berdasarkan
World Health Organization (WHO) tahun 2005 adalah keratinizing squamous cell carcinoma, nonkeratinizing carcinoma dibagi menjadi 2 yaitu
undifferentiated carcinoma nasopharynx merupakan tipe yang paling sering diantara tipe yang lain dari karsinoma nasofaring yaitu 92%.4 Klasifikasi ini
hanya bisa diperoleh melalui serangkaian tes histopatologi yang sangat
penting dalam penegakkan diagnosa dan penatalaksanaan KNF.
Kesulitan diagnosis dini pada karsinoma nasofaring sampai saat ini
masih tetap merupakan masalah besar. Hal ini disebabkan oleh karena gejala
penyakit yang tidak khas dan letak tumor yang tersembunyi sehingga sulit
untuk diperiksa.3,4, Disamping itu karsinoma nasofaring bersifat sangat invasif
dan sangat mudah bermetastasis.1 Hal ini mengakibatkan hampir seluruh
penderita datang pada stadium lanjut, bahkan sering datang dengan keadaan
umum yang jelek.1,4 Keadaan ini membuat penyakit karsinoma nasofaring ini
memiliki prognostik yang buruk.
Pada stadium dini, radioterapi masih merupakan pengobatan pilihan
yang dapat diberikan secara tunggal dan memberikan angka kesembuhan yang
cukup tinggi. Karena karsinoma nasofaring ini merupakan salah satu
keganasan yang bersifat radiosensitif terutama pada pasien yang dalam
stadium awal. Dan karena lokasi kanker didaerah mulut, sulit untuk dilakukan
operasi karena akan menimbulkan berbagai komplikasi, sehingga radioterapi
masih menjadi pilihan utama dalam pengobatan. Pada stadium lanjut,
diperlukan terapi tambahan kemoterapi yang dikombinasikan dengan
radioterapi.1
Efek samping dari terapi kanker berupa radioterapi ini adalah mukositis
oral, terutama disebabkan terapi radiasi pada kanker daerah kepala dan leher
dan berbagai jenis kemoterapi. Mukositis oral menyebabkan nyeri, kesulitan
makan, menelan dan bicara yang dapat menyebabkan infeksi sekunder,
penurunan berat badan dan dapat menyebabkan penderita tidak bisa
Penderita keganasan kepala dan leher dapat mengalami penurunan berat
badan sebesar 10% dari berat badan sebelum terapi, selama menjalani
radioterapi dan terapi kombinasi. Penurunan berat badan lebih dari 20% akan
meningkatkan toksisitas dan mortalitas selama terapi. Selain itu penurunan
berat badan akan meningkatkan komplikasi seperti gangguan penyembuhan
luka, penurunan fungsi sistem imun dan penurunan toleransi terhadap
kemoterapi dan radioterapi. Keadaan ini akan berdampak pada lamanya waktu
perawatan dan menyebabkan hasil terapi yang jelek.5
Penelitian tentang perbedaan berat badan pada pasien karsinoma
nasofaring sebelum dan setelah radioterapi sendiri belum pernah
dilaksanakan di RS H Adam Malik. Namun dari penelitian sebelumnya
memang ditemukan efek radioterapi itu mempengaruhi status nutrisi dari
penderita. Ini dapat kita lihat dari perubahan BMI pada pasien sebelum dan
setelah radioterapi dimana ditemukan ada perbedaan yang bermakna.6,8,9,10
Beberapa penelitian sebelumnya juga mendapatkan hasil bahwa pasien yang
mengalami penurunan berat badan yang tinggi dan progress memiliki
prognostik yang lebih buruk dibandingkan yang mengalami penurunan berat
badan ringan.5,6,7
Berdasarkan latar belakang ini maka dilakukan penelitian mengenai
perbedaan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan setelah
radioterapi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini adalah :“Apakah ada perbedaan berat badan pada pasien
karsinoma nasofaring sebelum dan setelah radioterapi di RSUP. H Adam
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui apakah terdapat perbedaan berat badan pada pasien
karsinoma nasofaring sebelum mendapat radioterapi dan setelah mendapat
radioterapi di RSUP. H Adam Malik.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui berat badan pada pasien karsinoma nasofaring sebelum
mendapat radioterapi
2. Mengetahui berat badan pasien karsinoma nasofaring setelah mendapat
radioterapi
3. Mengetahui perbedaan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring
sebelum dan setelah radioterapi
4. Mengetahui perbedaan Body Mass Index (BMI) pada pasien karsinoma nasofaring sebelum dan setelah radioterapi
5. Mengetahui penurunan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring yang
mendapat radioterapi menurut stadium klinisnya
6. Mengetahui karakteristik pasien karsinoma nasofaring yang menjalani
radioterapi
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bidang Pendidikan
Memberikan informasi terhadap pihak rumah sakit tentang ada tidaknya perbedaan berat badan pada pasien karsinoma nasofaring yang
mendapat pengobatan utama yakni radioterapi sehingga dapat
meminimalkan penurunan berat badan pada pasien dengan memperhatikan
buruk bagi pasien.
1.4.2 Bidang Penelitian
Menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman peneliti dan
dapat dijadikan sumber informasi yang dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya.
1.4.3 Bidang Pelayanan Masyarakat
Untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang perbedaan berat