• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Tegangant Tidak Seimbang Terhadap Torsi dan Efisiensi Motor Induksi Lima Phasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Tegangant Tidak Seimbang Terhadap Torsi dan Efisiensi Motor Induksi Lima Phasa"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motor Induksi

Motor induksi merupakan motor arus bolak-balik (AC) yang paling luas

digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah

tangga. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus rotor motor ini bukan

diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi sebagai

akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating

magnetic field) yang dihasilkan arus stator.

Motor ini memiliki konstruksi yang kuat, sederhana, handal, serta berbiaya

murah. Di samping itu motor ini juga memiliki effisiensi yang tinggi saat

berbeban penuh dan tidak membutuhkan perawatan yang banyak. Akan tetapi jika

dibandingkan dengan motor DC, motor induksi masih memiliki kelemahan dalam

hal pengaturan kecepatan. Dimana pada motor induksi pengaturan kecepatan

sangat sukar untuk dilakukan, sementara pada motor DC hal yang sama tidak

dijumpai.

2.2Konstruksi Motor Induksi

Motor induksi pada dasarnya memiliki konstruksi stator yang samadengan

motor sinkron, dan hanya terdapat perbedaan pada konstuksi rotor. Statordibentuk

dari laminasi - laminasi tipis yang terbuat dari aluminium ataupun besituang,dan

kemudiandipasak bersama -samauntukmembentukintistatordenganslotsepertiyang

(2)

yangterisolasiinikemudiandisisipkankedalam slot - slottersebut.

Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 2.1 sebagai berikut:

1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat

menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.

2. Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor ke

rotor.

3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari

kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor.

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Stator dan Rotor Sangkar dan (b) Rotor Belitan

Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bagian-bagian

sebagai berikut:

• Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang. • Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.

• Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan tempat

meletakkan belitan (kumparan stator).

(3)

Rangka stator motor induksi ini didesain dengan baik dengan empat tujuan yaitu:

1. Menutupi inti dan kumparannya.

2. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan

manusia dan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan

udara terbuka (cuaca luar).

3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu

stator didesain untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan.

4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih

efektif.

Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat dibagi

menjadi dua jenis seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.1, yaitu:

1. Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage)

2. Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)

Konstruksi rotor motor induksi terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

(a) Inti rotor, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti

stator

(b) Alur, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti. Alur

merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan) rotor

(c) Belitan rotor, bahannya dari tembaga

(4)

Gambar 2.2 Gambaran Sederhana Bentuk Alur/ Slot Motor Induksi

Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan

antara stator dan rotor.Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator yang

memotong kumparan rotor sehingga meyebabkan rotor berputar. Celah udara

yang terdapat antara stator dan rotor diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan

hasil kerja motor yang optimum. Bila celah udara antara stator dan rotor terlalu

besar akan mengakibatkan efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak

antara celah terlalu kecil/sempit akan menimbulkan kesukaran mekanis pada

mesin. Bentuk gambaran sederhana bentuk alur/ slot pada motor induksi

diperlihatkan pada Gambar 2.2 dan gambaran sederhana penempatan stator dan

rotor pada motor induksi diperlihatkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 GambarMotor Induksi dengan 1 Kumparan Statordan 1 Kumparan Rotor. Tanda silang (x) pada kumparan stator atau rotor pada Gambar 2.3

menunjukkan arah arus yang melewati kumparan masuk ke dalam kertas (tulisan

(5)

(a) (b) Gambar 2.4 (a) Penampang inti stator, (b) Rotor motor induksi

Rotor motor induksi lima phasa dapat dibedakan menjadi dua jenis

yaiturotor

sangkar(squirrelcagerotor)danrotorbelitan(woundrotor).Rotorsangkarterdiri dari

susunan batang konduktor yang dibentangkan ke dalam slot - slot yangterdapat

pada permukaan rotor dan tiap - tiap ujungnya dihubung singkatdengan

menggunakan shortingrings.

Pada motor jenis rotor sangkar, konstruksi pada motor tiga phasa dan

lima phasa adalah hampir sama terutama pada rotornya. Hal paling utama yang

membedakan kedua motor ini adalah belitan konduktor pada statornya, dimana

belitan stator pada motor induksi lima phasa menggunakan 30 slot dan

menggunakan 4 kutub (pole).

2.3 Prinsip Kerja Motor Induksi

Ketika medan magnetik memotong konduktor rotor, di dalam konduktor

tersebut akan diinduksikan ggl yang sama seperti ggl yang diinduksikan dalam

(6)

rangkaian tertutup, baik melalui cincin ujung maupun tahanan luar.Ggl induksi

menyebabkan arus mengalir di dalam konduktor rotor. Sehingga dengan adanya

aliran arus pada konduktor rotor di dalam medan magnet yang dihasilkan stator,

maka akan dibangkitkan gaya ( F ) yang bekerja pada motor.

Untuk memperjelas prinsip kerja motor induksi lima phasa, maka dapat

dijabarkan dalam beberapa langkah berikut:

1. Pada keadaan beban nol kelima phasa stator yang terhubung dengan sumber

tegangan lima phasa yang seimbang akan menghasilkan arus pada tiapbelitan

phasa. arus pada tiap phasa menghasilkan fluksi bolak – balik yang berubah

-ubah.

2. Amplitudo fluksi yang dihasilkan berubah secara sinusoidal dan

arahnyategak lurus terhadap belitanphasa.

3. Akibat fluksi yang berputar timbul ggl pada stator motor yang besarnya :

� = −���

�� (����) (2.1)

4. Resultan dari kelima fluksi bolak – balik tersebut menghasilkan medanputar

yang bergerak dengan kecepatan sinkron ns yang besarnya ditentukanoleh

jumlah kutub p dan frekuensi stator f yang dirumuskan:

�� =120�(���) (2.2)

Dimana:

ns = kecepatan sinkron/medan putar (rpm)

f = frekuensi sumber daya (Hz) P = jumlah kutub motor induksi

(7)

Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi sebesar E2.

6. Karena kumparan rotor merupakan rangkaian tertutup, maka ggl

tersebutakan menghasilkan arusI2.

7. Adanya arus I2di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya Lorentz (F) pada rotor. Gaya Lorentz yaitu bila suatu konduktor yang dialiri arus berada

dalam suatu kawasan medan magnet, maka konduktor tersebut akan

mendapat gaya elektromagnetik (gaya lorentz) sebesar:

�= ��� sin� (2.3)

8. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup besar untukmemikul

kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putarstator.

9. Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekatikecepatan

sinkron. Perbedaan kecepatan medan putar stator (ns) dengan kecepatanrotor

(nr) disebut slip (s) dan dinyatakan dengan:

� =��− ��

�� � 100% (2.4)

10. Padasaatrotordalamkeadaanberputar,besarnyateganganyangterinduksi pada

(8)

11. Bilans = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan

mengalirpada kumparan rotor, sehingga tidak akan dihasilkan kopel. Kopel

akandihasilkan jika nr<ns.

2.4Motor Induksi Lima Phasa

Pada umumnya sumber tegangan yang digunakan untuk menyuplai motor

listrik baik di Indonesia, maupun negara lain merupakan sumber tegangan tiga

fasa. Namun, motor induksi lima fasa membutuhkan suplai yang berbeda, yakni

sumber tegangan lima fasa. Akan tetapi, sumber tegangan lima fasa belum banyak

dijumpai hingga saat ini. Sumber lima fasa ini sedikit berbeda dari tiga fasa.

Dimana motor di suplai dari trafo yang mengubah suplai tiga phasa menjadi lima

phasa, seperti yang di tunjukkan pada Gambar 2.5 berikut ini.

Gambar 2.5 One line diagram suplai motor induksi lima phasa

Trafo terdiri dari 3 (tiga) besi dalam menghubungkan belitan - belitan

primer ( 3 phasa) dengan belitan – belitan sekunder ( 5 phasa ). Setiap inti

menghubungkan 1 belitan primer dengan 3 belitan sekunder, kecuali 1 inti lagi

(9)

Gambar 2.6 Susunan belitan wye – wye transformasi 5 phasa.

Berikut ini adalah gambar dari fasor diagram tegangan phasa ke phasa

sistem lima phasa:

Gambar 2.7 Fasor diagram tegangan fasa ke fasa sistem lima phasa

Tegangan netral (VN) adalah pengukuran tegangan dari titik netral menuju

titik ujung tiap phasa, sedangkan tegangan phasa ke phasa (VLINE) adalah

(10)

mencari VLINE , kita dapat menghitungnya dengan menyederhanakan gambar

2.7 ke gambar dibawah ini :

Gambar 2.8 Analisis tegangan line pada sistem lima phasa

Dari Gambar 2.8 dapat diketahui besar nilai tegangan phasa ke phasa

dengan menggunakan rumus phytagoras (c2 = a2 + b2), sehingga dapat kita cari: VLINE= (Vnetral x cosθ)

VLINE= Vnetral x cos54o

Karena memiliki dua bangun segitiga siku-siku maka:

VLINE= (Vnetral xcos54o) x 2

VLINE= Vnetral x0,587 x 2

VLINE= 1,175.Vnetral

Bila tegangan Vnetral sebesar 220 Volt, maka diperoleh VLINE = 258,62

Volt,Maka dapat disimpulkan bahwa :

Pada saat VAN = VBN = VCN = VDN = VEN dan terpisah sebesar 720 listrik, maka sistem tegangan akan seimbang. Saat VL-L menjadi tegangan antar fasa dan

VL-N = VAN = VBN = VCN = VDN = VENadalah tegangan fasa netral, maka:

��−� =√1,38 ��−�(2.5)

atau

(11)

Motor induksi lima phasa dalam Tugas akhir ini dirancang dengan jumlah

30 slot, dan jumlah kutub adalah 4 dengan belitan yang asimetris agar dapat

bekerja dengan stabil, dapat dilihat pada Gambar 2.9

(12)

2.5 Aliran Daya Pada Motor Induksi Lima phasa

Daya listrik disuplai ke stator motor induksi diubah menjadi daya mekanik

pada poros motor. Berbagai rugi-rugi yang timbul selama proses konversi energi

listrik antara lain:

1. Rugi-rugi tetap (fixed losses), terdiri dari:

a. Rugi-rugi inti stator

b. Rugi rugi inti rotor

c. Rugi-rugi gesek dan angin

2. Rugi-rugi variabel, terdiri dari:

a. Rugi-rugi tembaga stator (PSCL)

PSCL= 5I12R1 (2.7)

b. Rugi-rugi tembaga rotor (PRCL)

Apabila rugi – rugi tembaga dan rugi – rugi inti dikurangi dengan daya

input motor, maka akan diperoleh besarnya nilai daya celah udara (PAG). Daya

celah udara ini dapat juga disebut sebagai daya output stator atau daya input rotor.

Daya pada celah udara (PAG) dapat dirumuskan dengan :

PAG= Pin - PSCL – PCORE(2.8)

Sementara itu, daya mekanik yang dibangkitkan pada motor induksi

merupakan selisih dari daya pada celah udara dikurangi dengan rugi inti stator dan

rugi gesek dan angin, rumus daya input pada motor induksi lima phasa tersebut

adalah sebagai berikut :

(13)

Perbandingan antara supply tiga phasa dengan sistem lima phasa adalah

sebagaiberikut:

P3Ø = √3 VL IL Cos Ø (2.11)

P5Ø = 4.255 VL IL Cos Ø (2.12)

Perbandingan lima phasa dengan tiga phasa = 4.255

1.73 = 2.46

Maka, Daya lima phasa lebih besar 2.46 kali daya tiga phasa. Gambar 2.9

menunjukkan aliran daya pada motor induksi lima phasa.

(14)

Dimana :

• PSCL = Rugi-rugi tembaga pada belitan stator (Watt)

• PC = Rugi-rugi inti pada stator (Watt)

• PAG = Daya yang ditransfer melalui celah udara (Watt)

• PRCL = Rugi-rugi tembaga pada kumparan rotor (Watt)

• PF+W = Rugi-rugi gesek + angin (Watt)

• PCONV = Daya mekanis keluaran = Daya output kotor (Watt)

2.6 Torsi Motor Induksi

Kita tahu bahwa Torsi merupakan gaya yang digunakan untuk memikul

beban.Dari diagram aliran daya motor induksi lima phasa sebelumnya dapat

diturunkan suatu rumusan umum untuk torsi motor induksi sebagai fungsi dari

kecepatan. Torsi motor induksi diberikan persamaan sebagai berikut :

(15)

Persamaan yang terakhir diatas sangat berguna, karena kecepatan sinkron

selalu bernilai konstan untuk tiap-tiap frekuensi dan jumlah kutup yang diberikan

motor. Karena kecepatan sinkron selalu tetap, maka daya pada celah udara akan

menentukan besar torsi induksi pada motor. Gambar kurva torsi kecepatan (slip)

pada motor induksi ditunjukkan pada gambar 2.11

Gambar 2.11Karateristik torsi – slip pada motor induksi

Dari kurva karateristik torsi motor induksi diatas dapat diambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Torsi motor induksiakan bernilai nol pada saat kecepatan sinkron.

2. Kurva torsi – kecepatan mendekati linear diantara beban nol dan beban penuh.

Dalam daerah ini, tahanan rotor jauh lebih besar dari reaktansi rotor, oleh

karena itu arus rotor,medan magnet rotor, dan torsi induksi meningkat secara

linear dengan peningkatan slip.

3. Akan terdapat torsi maksimum yang tak mungkin akan dapat dilampaui. Torsi

ini disebut juga pull – out torque atau break down tourque, yang besarnya 2 -3

(16)

4. Torsi start pada motor sedikit lebih besar dari pada torsi beban penuhnya, oleh

karena itu motor ini akan start dengan suatu beban tertentu yang dapat

disupplai pada daya penuh.

5. Torsi pada motor akan memberikan harga slip yang bervariasi sebagai harga

kuadrat dari tegangan yang diberikan. Hal ini sangat penting dalam membentuk

pengaturan kecepatan dari motor.

6. Jika rotor motor induksi digerakkan lebih cepat dari kecepatan sinkron,

kemudian arah dari torsi induksi didalam mesin menjadi terbalik dan mesin

akan bekerja sebagai generator, yang mengkonversikan daya mekanik menjadi

daya elektrik.

7. Jika motor induksi bergerak mundur relatif dari arah medan magnet, torsi

induksi mesin akan menghentikan mesin dengan sangat cepat dan akan

mencoba untuk berputar pada arah yang lain. Karena pembalikan arah medan

putar merupakan suatu aksi penyakklaran dua buah phasa stator, maka cara

seperti ini dapat digunakan sebagai suatu cara yang sangat cepat untuk

menghentikan motor induksi. Cara menghentikan motor seperti ini disebut juga

dengan pluging.

2.7Efisiensi Motor Induksi Lima Phasa

Efisiensi dari suatu motor induksi didefinisikan sebagai ukuran keeffektifan motor

induksi untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik yang dinyatakan

sebagai perbandingan / rasio daya output (keluaran) dengan daya input

(17)

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa efisiensi motor tergantung

pada besarnya rugi-rugi. Pada dasarnya metode yang digunakan untuk

menentukan efisiensi motor induksi bergantung pada dua hal apakah motor itu

dapat dibebani secara penuh atau pembebanan simulasi yang harus digunakan.

Efisiensi dari motor induksi dapat diperoleh dengan melakukan pengujian

beban nol dan pengujian hubung singkat. Dari pengujian beban nol akan diperoleh

rugi-rugi rotasi yang terdiri dari rugi-rugi mekanik dan rugi-rugi inti. Rugi-rugi

tembaga stator tidak dapat diabaikan sekalipun motor berbeban ringan ataupun

tanpa beban. Persamaan yang dapat digunakan untuk motor lima phasa ini adalah:

Prot = 5VphIphcosØ – 5I12R1 (2.17)

Dari ke dua rumus diatas dapat dinyatakan bahwa rugi-rugi daya sama

dengan total daya input rugi tembaga stator. Situasi ini tepat karena rotor tidak

dibebani sewaktu sedang beroperasi sehingga slipnya sangat kecil oleh karena itu

arus, dan rugi-rugi tembaga rotor diabaikan.

2.8Tegangan Tidak Seimbang

Dalam sistem lima phasa yang seimbang,tegangan line to netral

memiliki magnitude yang sama dan tiap - tiap sudut phasanya berbeda 72 derajat

satu sama lain. Apabila terdapat tegangan lima phasa yang magnitudnya tidak

sama dan sudut fasanya mengalami pergeseran sehingga tidak berbeda 72 derajat

satu sama lain, maka dikatakan sistem tersebut memiliki tegangan tidak seimbang.

Penyebab tegangan tidak seimbang termasuk impedansi saluran

transmisi dan saluran distribusi yang tidak sama, distribusi beban - beban satu

(18)

Menurut NEMA standard MG1. 1993 [6] dan IEEE defenisi ketidakseimbangan

itu adalah :

����������������= ���− ���

��� � 100 % (2.18)

Dimana :

VLL= tegangan line-line yang tertinggi

Vll = tegangan rata-rata dari tegangan line

Sesuai dengan rumusan yang telah diberikan, dapat dilihat bahwa

definisi tegangan tidak seimbang yang diberikan NEMA menghindari penakaian

aljabar kompleks, sehingga kedua rumusan tersebut akan memberikan hasil yang

berbeda.

Tegangan tidak setimbang dalam persentase yang kecil akan menghasilkan

arus tidak seimbang dalam jumlah besar, yang mana hal ini akan menimbulkan

kenaikan temperatur pada motor. Jika tegangan yang tidak seimbangmenyuplai

motor induksi, maka daya kuda nominal dari motor harus dikalikan dengan suatu

faktor seperti yang ditunjukkan Gambar 2.12.

(19)

Menurut kurva ini, motor induksi dirancang sedemikian rupa sehingga

mampu menangani ketidak setimbangan tegangan 1%, dan selanjutnya akan

menurun tergantung pada tingkat ketidakseimbangan. Operasi pada motor pada

harga ketidak setimbangan tegangan di atas 5% tidak diizinkan.

2.9Penentuan Parameter Motor Induksi

Data yang diperlukan untuk menghitung performansi dari suatu motor

induksi dapat diperoleh dari hasil pengujian tanpa beban, pengujian rotor tertahan,

dan pengukuran tahanan dc lilitan stator.

2.9.1 Pengujian Tanpa Beban ( No Load Test )

Pengujian tanpa beban pada motor induksi akan memberikan keterangan

berupa besarnya arus magnetisasi dan rugi - rugi tanpa beban. Biasanya pengujian

tersebut dilakukan pada frekuensi yang diizinkan dan dengan tegangan lima phasa

dalam keadaan setimbang yang diberikan pada terminal stator. Pembacaan

diambil pada tegangan yang diizinkan setelah motor bekerja cukup lama, agar

bagian - bagian yang bergerak mengalami pelumasan sebagaimanamestinya. Rugi

- rugi rotasional keseluruhan pada frekuensi dan tegangan yang diizinkan pada

waktu dibebani biasanya dianggap konstan dan sama dengan rugi - rugi tanpa

beban.

Pada keadaan tanpa beban, besarnya arus rotor sangat kecil dan hanya

diperlukan untuk menghasilkan torsi yang cukup untuk mengatasi gesekan.

(20)

arus magnetisasinya lebih besar. Besarnya rugi - rugi rotasional PR pada keadaan

Karena slip pada keadaaan tanpa beban sangat kecil, maka akan

mengakibatkan tahanan rotor R2/s sangat besar. Sehingga cabang paralel rotor dan

cabang magnetisasi menjadi jXM di shunt dengan suatu tahanan yang sangat

besar,dan besarnya reaktansi cabang paralel karenanya sangat mendekati XM.

Sehingga besar reaktansi yang tampak Xnl yang diukur pada terminal stator pada

keadaantanpa beban sangat mendekati X1 + XM, yang merupakan reaktansi sendiri

dari stator, sehingga :

�� =�1+� (2.20)

Maka besarnya reaktansi diri stator, dapat ditentukan dari pambacaan alat

ukur pada keadaan tanpa beban. Untuk mesin lima phasa yang terhubung Y

besarnya impedansi tanpa beban Znl/ phasa :

��� = ���

�5��� (2.21)

Di mana Vnl merupakan tegangan line, pada pengujian tanpa beban, besarnya

tahanan pada pengujian tanpa beban Rnladalah :

��� = 5��

2��

(21)

Pnl merupakan suplai daya lima phasa pada keadaan tanpa beban, maka besar

reaktansi tanpa beban.

��� =�� 2�� − � 2�� (2.23)

sewaktu pengujian beban nol, maka rangkaian ekivalen motor induksi seperti

Gambar 2.13berikut :

Gambar 2.13 Rangkaian ekivalen motor induksi pada percobaan beban nol

2.9.2 Pengujian Tahanan Stator ( DC Test )

Untuk menentukan besarnya tahanan stator R1 dilakukan dengan test DC.

Pada dasarnya tegangan DC diberikan pada belitan stator motor induksi.Karena

arus yang disuplai adalah arus DC, maka tidak terdapat tegangan yang

diinduksikan pada rangkaian rotor sehingga tidak ada arus yang mengalir pada

rotor. Dalam keadaan demikian, reaktansi dari motor juga bernilai nol, oleh

karena itu, yang membatasi arus pada motor hanya tahanan stator.

Untuk melakukan pengujian ini, arus pada belitan stator diatur pada nilai

rated, yang mana hal ini bertujuan untuk memanaskan belitan stator pada

temperatur yang sama selama operasi normal. Apabila tahanan stator dihubung Y,

maka besar tahanan stator/ phasa adalah :

�1 =

���

(22)

�1 =

3���

2��� (2.25)

Dengan diketahuinya nilai dari R1, rugi - rugi tembaga stator pada beban

nol dapat ditentukan, dan rugi – rugi rotasional dapat ditentukan sebagai selisih

dari daya input pada beban nol dan rugi - rugi tembaga stator. Gambar

2.14menunjukkan salah satu bentuk pengujian DC pada stator motor induksi yang

terhubung Y.

Gambar 2.14 Rangkaian pengukuran untuk DC test

2.9.3 Pengujian Rotor Tertahan ( Block Rotor Test )

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan parameter - parameter motor

induksi, dan biasa juga disebut dengan locked rotor test. Pada pengujian ini rotor

dikunci/ ditahan sehingga tidak berputar.

Untuk melakukan pengujian ini, tegangan AC disuplai ke stator dan arus

yang mengalir diatur mendekati beban penuh. Ketika arus telah menunjukkan nilai

beban penuhnya, maka tegangan, arus, dan daya yang mengalir ke motor diukur.

Saat pengujian ini berlangsung s = 1 dan tahanan rotor R2/s = R2. Karena

nilai R2 dan X2 begitu kecil, maka arus input akan seluruhnya mengalir melalui

tahanan dan reaktansi tersebut. Oleh karena itu, kondisi sirkit pada saat ini terlihat

(23)

arus yang mengalir pada motor diatur dengan cepat, sehingga tidak timbul

kenaikan temperatur pada rotor dengan cepat. Daya input yang diberikan kepada

motoradalah :

��� = 4.25���� (2.26)

Dimana :

VT= tegangan line pada saat pengujian berlansung

IL= arus line pada saat pengujian berlangsung

��� = 4.25��

� (2.27)

Dimana :

ZBR= impedansi hubung singkat

�� = ���+����

=���cos�+����sin� (2.28)

Tahanan block rotor :

�� = �1+�2 (2.29)

Sedangkan reaktansi block rotor X’BR = X1’ + X2’

X1’ + X2’ adalah reaktansi stator dan rotor pada frekuensi pengujian

�2 =���− �1 (2.30)

Nilai dari R1 ditentukan dari test DC.Karena reaktansi berbanding

langsung dengan frekuensi, maka reaktansi ekivalen total ( XBR ) pada saat

frekuensi operasi normal

��� =������ ���� ����

=

Gambar

Gambar 2.2 Gambaran Sederhana Bentuk Alur/ Slot Motor Induksi
Gambar 2.4 (a) Penampang inti stator, (b) Rotor motor induksi
Gambar 2.5 One line diagram suplai motor induksi lima phasa
Gambar 2.6 Susunan belitan wye – wye transformasi 5 phasa.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan perubahan dan uraian baru perjanjian fasilitas pinjaman dengan PT Bank Mizuho Indonesia tertanggal 28 Juni 2013 yang merupakan bagian dari perjanjian kredit tertanggal

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul “PERANAN AKUNTAN FORENSIK, PENTINGNYA PENGACARA DAN PENDAPAT HAKIM DALAM PERADILAN UNTUK MENGINVESTIGASI DAN

Dengan ini diumumkan Pemenang Pelelangan Pekerjaan Pengadaan Mobil Patroli di Lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tahun Anggaran 2010 adalah sbb

Contoh: Menyerahkan salinan informasi yang diminta Pemohon, atau mengembalikan kelebihan biaya perolehan informasi yang sudah dibayar oleh Pemohon (apabila keberatan berkaitan

** Diisi dengan rata-rata waktu (hari) yang diperlukan pengadilan untuk melayani permohonan informasi sesuai dengan jenis informasi yang dimohonkan, sejak permohonan diregister

PELAKSANAAN BELANJA MODAL GEDUNG DAN BANGUNAN REHABILITASI DERMAGA DAN TANGKI MINYAK PULAU MERAK.. NOMOR : BA 12 /WBC.O4/PSO/PN/PBJ/2012 TANGGAL : 22

Demikian Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. PANTIA

Beberapa karakter fisiologis toleransi terhadap Al menunjukkan bahwa sifat tanaman yang lebih toleran terhadap cekaman Al mampu: (1) mengakumulasi Al lebih sedikit sehingga