• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Corporate Social Responsibility Dalam Mengembangkan Perpustakaan Oleh PT Inalum Desa Kuala Tanjung Batubara Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Corporate Social Responsibility Dalam Mengembangkan Perpustakaan Oleh PT Inalum Desa Kuala Tanjung Batubara Sumatera Utara"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi

Menurut Yusuf Wibisono, dalam bukunya “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR” menyebutkan bahwa implementasi program CSR dipengaruhi oleh

cara pandang dan strategi yang dipilih perusahaan untuk melaksanakan aktivitas tanggung jawab sosialnya. Implementasi dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Apabila dikaitkan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan publik yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai tujuan kebijakan.

Implementasi merupakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Tindakan tersebut dilakukan baik oleh individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Dunn mengistilahkannya implementasi secara lebih khusus, menyebutnya dengan istilah implementasi kebijakan dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik. Menurutnya implementasi kebijakan adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu (Dunn, 2003:132).

(2)

mempengaruhi implementasi kebijakan program-program pemerintah yang bersifat desentralistis. Faktor-faktor tersebut di antaranya :

1. Kondisi lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan, yang dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosio kultural serta keterlibatan penerima program.

2. Hubungan antar organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

3. Sumberdaya organisasi untuk implementasi program

Implementasi kebijakan perlu didukung sumberdaya baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumber daya non-manusia (non human resources).

4. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

(3)

2.1.1 Tahap Implementasi

Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Akibatnya tujuan CSR secara keseluruhan tidak akan tercapai, masyarakat tidak merasakan manfaat yang optimal. Oleh karenanya perlu disusun strategi untuk menjalankan rencana yang telah dirancang. Dalam memulai implementasi pada dasarnya ada tiga pertanyaan yang harus dijawab. Siapa orang yang akan menjalankannya, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana cara melakukan sekaligus alat apa yang diperlukan, dalam istilah manajemen popular, pertanyaan tersebut diterjemahkan menjadi: a. Pengorganisasi (organizing) sumber daya yang diperlukan

b. Penyusunan (staffing) untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas atau pekerjaan yang harus dilakukannya

c. Penghargaan (directing) yang terkait dengan bagaimana cara melakukan tindakan

d. Pengawasan atau koreksi (controlling) terhadap pelaksanaan e. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana

f. Penilaiaan (evaluating) untuk mengetahui tingkat pencapaain tujuan

Tahap Implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni,sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi.

1. Sosialisasi

(4)

dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada dibawah pengawasan salah satu CEO yang ditunjuk sebagai CSR champion di perusahaan. Tujuan utama sosialisasi ini adalah agar program CSR yang akan di implementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman csr yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun.

3. Internalisasi

Internalisasi adalah tahap jangka panjang, internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui sistem manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya.

2.2 Corporate Social Responsibility

(5)

atau ”Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha”. Beberapa isu yang berkaitan dengan

konsep dan penerapan CSR ini adalah isu Sustainable Development, Good Corporate Governance (GCG), Triple Bottom Line. Berdasarkan Undang-Undang No.40 Bab V Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, pasal 74 ayat (1) disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Hubungan CSR dengan Sustainable Development Pembangunan berkelanjutan biasa diartikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

CSR memiliki peranan penting dalam melanjutkan kinerja perusahaan secara berkelanjutan karena perusahaan yang melakukan dan mempunyai tanggung jawab sosial serta lingkungan akan dikenal baik oleh stakeholder. Jika produk-produk perusahaan yang menerapkan CSR dikenal oleh masyarakat, maka masyarakat akan selalu mengingat dan akan membeli produk-produk tersebut. Hal ini akan meningkatkan penjualan perusahaan dan memberikan keuntungan berkelanjutan. CSR dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mana masyarakat akan menghargai perusahaan tersebut dengan terus menyediakan sumber daya kepada perusahaan. Hubungan timbal balik antara perusahaan dan masyarakat akan melestarikan kelangsungan hidup perusahaan.

(6)

penuh oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Secara konseptual, CSR juga bersinggungan dan bahkan sering dipertukarkan dengan frasa lain, seperti

corporate responsibility, corporate sustainability, corporate accountability,

corporate citizenship dan corporate stewardship. Menurut Boone dan Kurtz pengertian tanggung jawab sosial secara umum adalah dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Substansi keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat di sekitarnya.

CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan, termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci :

1. Good corporate governance: etika bisnis, manajemen sumberdaya manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Good corporate responsibility: pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community development), perlindungan hak asasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya.

(7)

internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan.

CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial ekonomi, melembaga dan berkelanjutan. Pengertian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah dengan mengembangkan konsep Tripple Bottom Lines (profit, planet dan people) yang digagas Elkington (1998). Dengan demikian, CSR adalah “Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional.

(8)

2.2.1 Undang-Undang CSR Dan PKBL

Pemerintah Indonesia sudah mengatur CSR dan PKBL dalam Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 & Undang-Undang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34. Berikut isi dari Undang-Undang No.40 tahun 2007 dan Undang-Undang No.25 tahun 2007 pasal 15,17 & 34 :

Undang-Undang No.40 tahun 2007 pasal 74 Pasal 74

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan

2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(9)

Undang-Undang No.25 tahun 2007 pasal 15,17 & 34 Pasal 15

Setiap penanam modal berkewajiban:

1. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik 2. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan

3. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada badan penanaman modal

4. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal

5. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 17

Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai peraturan perundang-undagan.

Pasal 34

1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:

a. Peringatan tertulis

b. Pembatasan kegiatan usaha

(10)

2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

2.2.2 Model Implementasi Corporate Social Responsibility

(11)

tanggung jawab perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan kepuasan bagi perusahaan dan masyarakat.

Model tersebutlah oleh banyak pihak dianggap masih tetap sesuai untuk dilaksanakan hingga saat ini. Hal yang penting dipahami adalah, antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah dalam konteks implementasi tanggung jawab sosial perusahaan dihubungkan garis kepentingan timbal balik. Setidaknya ada tiga bentuk kepentingan yang melibatkan tiga pihak tersebut dalam suatu kerjasama, yaitu :

1. Secara Konstitusional perusahaan adalah mitra pemerintah dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam, sebagaimana diatur dalam pasal 33 UUD 1945. Sehubungan dengan praktek bisnisnya dalam mengelola sumber daya alam, maka perusahaan tergantung pemerintah, khususnya dalam rangka memperoleh izin usaha.

2. Perusahaan merupakan institusi yang senantiasa memberi dukungan kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan kewajiban lainya sehingga pemerintah memiliki biaya operasional dalam melakukan pengelolahan pemerintahan dan pembangunan nasional. Artinya, sumber utama penerimaan pajak adalah pajak, dan sumber utama pajak adalah para pelaku usaha atau badan – badan usaha.

(12)

pula oleh perilaku perusahaan dalam member manfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat.

2.3 Pengertian Perusahaan

Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Di antara kebutuhan ekonomis manusia yaitu sandang, pangan, dan kesenangan. Kegiatan produksi dan distribusi dilakukan dengan cara menggabungkan berbagai faktor produksi: alam (tanah, air, hutan, laut), tenaga kerja (manusia), dan modal (uang, bangunan, mesin, peralatan, dan lain-lain). Kegiatan produksi dan distribusi pada umumnya adalah untuk mendapatkan laba. Namun demikian ada juga bentuk perusahaan yang tidak bertujuan mencari laba, misalnya yayasan sosial, yayasan keagamaan, yayasan pendidikan, dan lain-lain. Secara umum perusahaan adalah suatu organisasi di mana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan secara umum ialah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut.

2.3.1 Tujuan dan manfaat bagi perusahaan

1. Meningkatkan citra perusahaan

Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal perusahaan

(13)

2. Memperkuat“Brand”Perusahaan

Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan

cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran

konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan

posisi brand perusahaan

3. Mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan.

Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu

mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan,

seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan

dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.

4. Membedakan perusahaan dengan pesaingnya

Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai

kesempatan menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat

membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang

sama.

5. Menghasilkan inovasi dan pembelajaran

Untuk meningkatkan pengaruh perusahaan memilih kegiatan CSR yang sesuai

dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas. Merencanakan

CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan

yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam

bisnis global.

(14)

Para investor saat ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya

berinvestasi pada perusahaan yang telah melakukan CSR. Demikian juga

penyedia dana, seperti perbankan, lebih memprioritaskan pemberian bantuan

dana pada perusahaan yang melakukan CSR.

7. Meningkatkan harga saham

Pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis utamanya dan melakukannya dengan konsisten dan rutin, masyarakat bisnis, pemerintah, akademisi, maupun konsumen akan makin mengenal perusahaan. Maka permintaan terhadap saham perusahaan akan naik dan otomatis harga saham perusahaan juga akan meningkat.

2.3.2 Cara pandang perusahaan terhadap CSR di Indonesia

Ada satu pertanyaan mendasar yaitu “Motivasi apa yang melatarbelakangi

kalangan dunia usaha / Perseroan Terbatas dalam menerima konsep CSR?. Menurut Yusuf Wibisono, dalam bukunya “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR” mengatakan bahwa ada 3 (tiga) kategori perusahaan dalam menerapkan CSR di Indonesia.

(15)

citra perusahaan. Yang masih hangat dalam ingatan kita misalnya saat bencana tsunami di Aceh dan Sumut terjadi. Korporasi besar kecil seperti dikomando untuk berebut memberikan bantuan uang, sembako, medis dan sebagainya. Berikutnya berlombalah perusahaan menginformasikan kontribusinya melalui media massa, tujuannya mengangkat reputasi.

Kedua, sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR dipraktekkan karena memang ada regulasi, hukum dan aturan yang memaksanya. Misalnya karena adanya market driven. Artinya kesadaran betapa pentingnya menerapkan CSR yang menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial. Misalnya pengusaha-pengusaha Amerika Serikat sudah semakin keras dengan produk furniture yang datang dari Indonesia. Karena, produk tersebut diharuskan menerapkan

ecolabelling, suatu tanda bukti bahwa kayunya diambil secara bijaksanan dengan memperhatikan lingkungan, seperti tidak menebang kayu seenaknya tanpa upaya peremajaan.

(16)

2.4 Triple Bottom Line

Upaya membatasi meluasnya sikap egosentris dari para pelaku usaha secara tajam datang dari Jhon Elkington. Melalui buku Cannibals with Forks, the Triple Bottom line of Twentieth Century Business, Elkington (1997) mengenalkan konsep tiga garis dasar (Triple Bottom Line) Dalam bukunya tersebut Elkington mencoba menyadarkan para pelaku usaha, bahwa jika para pelaku ingin aktivitas ekonomi perusahaannya berkesinambungan dan berjalan baik, maka para pelaku usaha tidak boleh hanya berorientasi pada satu fokus berupa keuntungan, melainkan harus menjadi fokus sebagai orientasi aktivitas ekonomi, yang oleh Elkington dinamakan konsep ”3P”. Cakupan yang menjadi pusat perhatian para pelaku usaha adalah, selain mengejar keuntungan perusahaan (profit), Pihak pelaku usaha juga harus memperhatikan dan terlibatnya secara sungguh – sungguh dalam upaya pemenuhan kesejahteraan masyarakat (People), serta turut berperan aktif dalam menjamin pemeliharaan dan pelestarian lingkungan (Planet). Elkington menegaskan, ketiga unsur tersebut senantiasa berada dalam kondisi kait- mengakait. Interaksi saling terkait di antara ketiga unsur tersebut selanjutnya dilukiskan Elkington dalam bentuk segitiga sebagai berikut:

People

(17)

Gambar ini menegaskan bahwa suatu perusahaan tidak lagi dihadapkan pada unsur tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line saja, yaitu berupa aspek ekonomi yang senantiasa hanya diukur berdasarkan keadaan keuangan sebagai gambaran dari tingkat dan besarnya keuntungan perusahaan. Bagaimanapun perusahaan senantiasa dihadapkan pada tanggung jawab lainya adalah memperhatikan aspek sosial, khususnya kesejahteraan masyarakat lokal dan pemeliharaan serta pelestarian lingkungan sebagai umpan balik dari eksploitasi terhadap sumber daya alam (Elkington,1998).

Profit (keuntungan)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tak heran bila focus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi tingginya, baik secara langsung maupun tidak. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat dilakukan untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin. People (Masyarakat)

(18)

besarnya kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar. Memang tak bisa dipungkiri adanya anggapan bahwa tanggung jawab sosial bukanlah aktivitas utama bagi pelaku bisnis, fokus utama bisnis adalah mendongkrak laba. Aliran pemikiran yang semakin diminati dan semakin punya daya tarik untuk masa yang akan datang nampaknya adalah aliran yang meyakini bahwa kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi sosial. Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa depan. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost centre), melainkan sentra laba (profit centre) di masa mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbale baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan.

Planet (lingkungan)

(19)

pada bagaimana kita menjaga lingkungan. Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang penting, namun tak kalah pentingnya juga memperhatikan kelestarian lingkungan. Disinilah perlunya penerapan konsep

triple bottom line, yakni profit, people dan planet. Dengan kata lain, “jantung hati” bisnis bukan hanya profit (laba) saja, tetapi juga people (manusia) dan juga planet (lingkungan).

Di tingkat global pada bulan September 2004, ISO (International Organization for standardization) sebagai induk organisasi internasional, berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim (working group) yang merintis lahirnya panduan standarisasi untuk tanggung jawab sosnama ISO 26000 : Guidance standard on social responsibility. dengan ISO 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara:

1. Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya

2. Menyediakan pedoman tentang penerjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang efektif

3. Memilih praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional. ISO 26000 Guidance standard on social responsibility secara konsisten mengembangkan tanggung jawab sosial maka masalah social responsibility akan mencakup 7 (tujuh) isu pokok yaitu:

(20)

b. Konsumen

c. Praktek kegiatan institusi yang sehat d. Lingkungan

e. Ketenagakerjaan f. Hak asasi manusia

g. Organizational governanceial perusahaan yang diberi

Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab sosial menurut ISO 26000 meliputi:

1. Kepatuhan kepada hokum

2. Menghormati kepada instrument/ badan-badan internasional 3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya

4. Akuntabilitas 5. Transparansi

6. Perilaku yang beretika

7. Melakukan tindakan pencegahan

8. Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia

Terkait dengan ISO 26000 ini, pada proses sebelumnya telah ada pula pihak yang menyebarluaskan asas-asas utama yang dapat digunakan sebagai acuan implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan. Asas-asas utama tersebut dirangkum oleh (Alyson dari University of Bath Inggris) pada tahun 1998 menjadi 16 asas meliputi:

(21)

Artinya pengakuan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan sebagai prioritas tertinggi perusahaan sekaligus dijadikan sebagai penentu utama pembangunan berkesinambungan. Berdasarkan asas ini, maka perusahaan seharusnya membuat kebijakan program dalam menjalankan operasi ekonomi perusahaannya dengan cara yang bertanggung jawab sosial.

2. Manajemen terpadu

Pihak perusahaan dituntut memadukan kebijakan program, dan aktivitas ekonomi sebagai implementasi program ke dalam setiap aktivitas ekonominya sebagai suatu unsur pengelolaan dalam semua fungsi pengelolaan.

3. Proses perbaikan dan penyempurnaan

Pihak perusahaan dituntut melakukan penyempurnaan atas kebijakan, program, dan implementasi program dan kinerja sosial perusahaan itu secara berkesinambungan. Penyempurnaan dimaksud harus didasarkan pada hasil penelitian terkini dan memahami kepentingan sosial serta mengimplementasikan indikator sosial yang bersifat internasional.

4. Pendidikan pekerja

Pihak perusahaan tidak hanya memanfaatkan tenaga dan ketrampilan para pekerja. Lebih dari itu, pihak perusahaan harus meningkatkan ketrampilan para karyawan, dengan melaksanakan secara bertahap dan sistematis pendidikan dan pelatihan serta senantiasa meningkatkan motivasi karyawan agar terciptanya hubungan yang baik antara perusahaan dengan karyawan.

(22)

Pihak perusahaan dituntut melakukan kajian berkenaan dengan dampak social sebelum memulai suatu aktivitas ekonomi atau proyek baru dan sebelum menutup lokasi pabrik. Kajian ini ditekankan karena setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan pihak perusahaan senantiasa terkait atau berpengaruh, baik ke arah perusahaan maupun ke luar dari perusahaan. Perusahaan diharapkan mengkaji segala resiko yang akan dan telah terjadi di sekitar perusahaan dan segera menanggulangi keadaan tersebut.

6. Produk dan pelayanan

Pihak perusahaan dituntut untuk senantiasa mengembangkan produk dan pelayanan yang tidak berdampak negatif secara sosial maupun lingkungan. Berdampak negatif kepada lingkungan dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan hidup sekitar perusahaan dan mengakibatkan terjadinya masalah terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

7. Informasi publik

Apapun produk yang dihasilkan dan apapun jasa atau pelayanan yang ditawarkan oleh perusahaan secara pasti diarahkan dan berkaitan dengan publik. Oleh karena itu perusahaan berkewajiban memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai produk yang dihasilkan kepada publik.

8. Fasilitas dan operasi

(23)

karena setiap kajian itu, hasil kajian terkini harus diketahui dan digunakan oleh perusahaan dalam semua praktek ekonominya.

9. Penelitian

Perusahaan diharapkan tidak hanya sebagai pengguna hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak, melainkan harus mendukung atau melakukan penelitian tentang dampak sosial bahan baku yang akan digunakan pada proses produksi.

10. Prinsip pencegahan

Dampak dari suatu aktivitas ekonomi sering harus dibayar mahal oleh masyarakat melalui bencana yang ditimbulkan oleh perusahaan. Oleh karena itu tindakan pencagahan terhadap bencana harus selalu diutamakan.

11. Mitra kerja dan pemasok

Pihak perusahaan tidak cukup hanya mengimplementasikan tanggung jawab social dalam aktivitas ekonomi mereka. Lebih jauh lagi, perusahaan harus secara aktif mendorong pihak lain untuk ikut serta dalam pengimplementasian tanggung jawab sosial perusahaan ini, termasuk mitra kerja dan pemasok. 12. Siaga menghadapi darurat

(24)

13. Implementasi pengalihan yang terbaik

Kesempatan bagi suatu perusahaan untuk melakukan aktivitas ekonomi di suatu tempat ada kalanya terbatas. Keadaan seperti ini biasanya terjadi bagi perusahaan yang menggunakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Pada situasi seperti ini perusahaan melakukan pengembangan dan pengalihan kegiatan ekonomi yang bertanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan sekitar.

14. Memberi kontribusi

Perusahaan harus memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dengan keberlangsungan perusahaan tersebut

15. Keterbukaan

Pihak perusahaan harus mengembangkan sifat keterbukaan baik kepada pekerjanya dan masyarakat sekitar. Sifat keterbukaan ini sangat diperlukan guna memberikan efek percaya di depan karyawan dan masyarakat setempat. 16. Pencapaian dan pelaporan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Tindakan Kelas ini memiliki tujuan: (1) untuk mengetahui apakah modul IPA berbasis Guided Discovery Learning (GUDEL) pada materi sistem gerak manusia dapat

Pada ayat di atas juga menjelaskan bahwa suami diwajibkan memberikan nafkah kepada isteri yang telah diceraikan dalam keadaan hamil hingga melahirkan. Penegasan

Dari gambar dapat dilihat bahwa pertambahan berat badan ayam broiler antara pakan komersial dan subtitusi pakan komersial dengan 6% PST tidak memperlihatkan perbedaan

Menjadi menarik ketika etnis Minang merupakan salah satu etnis yang sering diangkat pada Media, namun banyak penggambaran akan etnis Minang yang disajikan membuat etnis ini

Panitia Pengadaan Langsung

Berdasarkan Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Nomor : 90/SK.2.32.73/XI/2012 Tanggal 1 Nopember 2012, melaksanakan pembukaan penawaran harga untuk pekerjaan :. Paket Pekerjaan

anak soleh yang selalu mendo’akan orang tuanya yang telah meninggal 11.yang termasuk tanda tanda besar menjelang hari kiamat adalah….. banyak ulama yang meninggal

Diharapkan, penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna bagi konsumen terkait pentingnya pengaruh experiential marketing dan service quality terhadap repurchase