• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Corporate Social Responsibility Dalam Mengembangkan Perpustakaan Oleh PT Inalum Desa Kuala Tanjung Batubara Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Corporate Social Responsibility Dalam Mengembangkan Perpustakaan Oleh PT Inalum Desa Kuala Tanjung Batubara Sumatera Utara"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

(2)
(3)
(4)

DAFTAR PUSTAKA

Wibisono, Yusuf, Membedah Konsep & Aplikasi CSR (Corporate Social R e s p o n s i b i l i t y ) , G r e s i k : F a s c h o P u b l i s h i n g , 2 0 0 7 . Dunn, William N, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta : Gadjah

Mada University, 2000.

Undang-Undang Republik Indonesia No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (PT) .

Undang-Undang Republik Indonesia No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 15,17 Dan 34.

(5)

BAB III

Implementasi Corporate Social Responsibility Dalam Mengembangkan Perpustakaan Oleh PT Inalum Desa Kuala Tanjung Batubara

Sumatera Utara 3.1 Sejarah Singkat PT Inalum

PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero), atau lebih dikenal dengan sebutan INALUM, merupakan industri peluburan alumunium pertama di Asia Tenggara yang hingga saat ini memegang posisi tunggal sebagai produsen alumunium primer di Indonesia. Sejarah Inalum dimulai tanggal 7 juli 1975 di Tokyo. Setelah melalui perundingan-perundingan yang panjang serta dengan bantuan ekonomi dari pemerintah Jepang untuk proyek ini, pemerintah republik Indonesia bersama 12 perusahaan penanam modal Jepang menandatangani perjanjian induk untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan pabrik peleburan alumunium Asahan yang kemudian dikenal dengan sebutan proyek Asahan.

Kedua belas perusahaan penanam modal Jepang, yaitu Sumitomo chemical company ltd., Sumitomo shoji kaisha ltd., Nippon Light metal company ltd., C.ltoh & co.,ltd., Nisso iwai co ltd., Nichimen co.,ltd., Showa denko k.k., Marubeni

corporation, Mitsubishi chemical industries ltd., Mitsubishi corporation, Mitsui alumunium co.,ltd., Mitsui & co.,ltd., membentuk sebuah konsorsium dengan nama Nippon Asahan Alumunium Co.,Ltd (NAA)

(6)

dan Nippon Asahan Alumunium Co.,ltd, didirikan di Jakarta. Berdasarkan perjanjian induk, Inalum juga tercatat sebagai pelopor sekaligus perusahaan pertama di Indonesia yang bergerak di bidang industri peleburan alumunium dengan investasi sebesar 411 miliar yen.

Tanggal 31 Oktober 2013, Perjanjian induk antara pemerintah republik Indonesia dan NAA berakhir. Sejak saat itu, Inalum telah memasuki era baru perusahaan sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang resmi dimulai pada tanggal 19 Desember 2013 melalui pengambilalihan seluruh porsi saham NAA oleh pemerintah Republik Indonesia senilai 556,7 juta dollar AS. 3.1.1 Visi, Misi dan Nilai Perusahaan

Visi Inalum - 2025

M e n j a d i P e r u s a h a a n G l o b a l T e r k e m u k a B e r b a s i s A l u m i n i u m T e r p a d u R a m a h L i n g k u n g a n MISI

1. Menjalankan Operasi Peleburan Aluminium terpadu yang menguntungkan, aman dan ramah lingkungan untuk meningkatkan nilai bagi pemangku kepentingan.

2. Memberikan sumbangsih kepada pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional melalui kegiatan operasional dan pengembangan usaha berkesinambungan. 3. Berpartisipasi dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungan sekitar

melalui program CSR dan PKBL yang tepat sasaran.

(7)

Nilai "Prospektif"

1. Profesional : Kami bekerja secara professional dengan menerapkan praktek bisnis terbaik.

2. Pengembangan : Kami tumbuh menjadi besar melalui pengembangan berkesinambungan.

3. Kerjasama : Kami tangguh melampaui harapan melalui kerjasama yang sinergi 4. Tanggungjawab : Kami bertanggungjawab untuk memberikan kontribusi

terbaik

5. Integritas : Kami menjalankan bisnis dengan integritas

6. Faedah : Kami berusaha menjalankan bisnis yang menguntungkan untuk kesejahteraan

3.1.2 Corporate Social Responsibility PT Inalum

(8)

DIREKTORAT UMUM & SDM

Gambar-2 Struktur Organisasi CSR dan PKBL PT Inalum Sumber : Tim Divisi CSR dan PKBL PT Inalum

KEMITRAAN ADM & PROTOCOL KEMITRAAN

BINA LINGKUNGAN BINA LINGKUNGAN

DEPARTEMEN UMUM & CSR

SEKSI PKBL (SMELTER) SEKSI PKBL (PLTA)

(9)

3.1.3 Deskripsi Pekerjaan 1. Direktorat Umum & SDM

Direktorat Umum & SDM dalam kegitannya mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

a. Melakukan perencanaan, mengembangkan dan implementasi strategi pada bidang pengelolaan dan juga pengembangan SDM, seperti konsultasi, penggajian, peraturan, membangun motivasi, evaluasi dan lain sebagainya.

b. Monitoring, mengukur dan melakukan pelaporan mengenai masalah, strategi dalam mengembangkan SDM

c. Mengendalikan anggaran belanja SDM setiap departmen yang disesuaikan dengan anggaran yang telah disepakati dan disetujui

d. Menghubungkan antar manajer setiap departmen agar dapat memahami semua aspek dalam mengembangkan SDM dan juga memastikan bahwa para manajer tersebut telah mendapat informasi yang cukup mengenai tujuan.

e. Mengevaluasi dan memberi penilaian terhadap kinerja para karyawan yang bekerja sama dengan tim eksekutif

f. Memberikan penghargaan, disini direktur sdm harus memberikan penghargaan dengan seadil-adilnya kepada para karyawan

2. Departemen Umum & CSR

(10)

3. Seksi PKBL (SMELTER) ataupun (PLTA)

Tugas dari seksi CSR ataupun PKBL di PT Inalum dibagi dua, yang pertama di kuala tanjung (SMELTER) dan yang kedua di Paritohan Kabupaten Toba Samosir tepatnya di kantor pembangkit listrik tenaga air (PLTA), tugas dari setiap seksi sebenarnya sama saja hanya beda tempat, tugas mereka yaitu :

a. M e n y a l u r k a n d a n a P K B L s e s u a i j a d w a l , d a n s u d a h d i s e t u j u i o l e h D e p a r t e m e n U m u m & C S R b. M e l a k u k a n e v a l u a s i d a n m o n i t o r i n g s e c a r a e f e s i e n d i s e k i t a r k a n t o r p e l e b u r a n

(Smelting Plant) Kuala Tanjung maupun di sekitar kantor Paritohan Kabupaten Toba Samosir dengan efektif.

4. ADM & Protocol

Hampir sama seperti tugas dari seksi PKBL, ADM & Protocol juga menyediakan dana untuk program kemitraan ataupun bina lingkungan

5. Kemitraan

Seksi kemitraan mendapat aliran dana dalam bentuk, Pinjaman untuk membiayai modal kerja atau pembelian aset tetap dalam rangka meningkatkan produksi dan penjualan ada juga pinjaman tambahan untuk membiayai kebutuhan yang bersifat jangka pendek dalam rangka memenuhi pesanan dari rekanan usaha mitra binaan. 6. Bina lingkungan

Bina lingkungan mendapat dana dari seksi PKBL dan disalurkan dalam bentuk : a. Bantuan korban bencana alam

b. Bantuan pendidikan dan/pelatihan c. Bantuan peningkatan kesehatan

(11)

e. Bantuan sarana ibadah f. Bantuan pelestarian alam

g. Bantuan sosiasl kemasyarakatan dalam rangka pengentasan kemiskinan h. Bantuan pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran dan bentuk

bantuan lain yang terkait dengan upaya peningkatan kapasitas mitra binaan 3.1.4 Dampak CSR Bagi Masyarakat

Pada dasarnya bantuan CSR yang di berikan oleh PT Inalum kepada masyarakat umumnya telah dapat membantu kemajuan perekonomian mereka, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan laba yang di dapat mitra binaan setelah mereka mendapat pinjaman kemitraan untuk menambah permodalan mereka dalam mengembangkan usahanya.

3.1.5 Visi,Misi CSR dan PKBL PT Inalum Visi

PT Inalum dalam 10 tahun kedepan menjadi salah satu perusahaan kebanggan di Sumatera Utara melalui program pemberdayaan yang berkelanjutan bagi lingkungan sekitar.

Misi

1. Menjaga hubungan yang harmonis dengan pemangku kepentingan

2. Melaksanakan program CSR dan bina lingkungan yang berkelanjutan dan selaras dengan kebijakan pemerintah, kebutuhan pemangku kepentingan dan kearifan lokal

(12)

3.2 Pengembangan Perpustakaan Oleh PT Inalum

PT Inalum (Persero) tetap setia pada komitmennya untuk peningkatan pendidikan di sekitar operasi pabrik peleburan, salah satunya dengan membangun Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang telah diresmikan pada Jumat 21 Agustus 2015 di Desa Gambus Laut, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara. Dalam perkembangannya PT Inalum menjalin kerjasama dengan Departemen Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara guna membina dan memberdayakan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dalam hal manajemen, kearsipan, dokumentasi, promosi dan kataloging. Sebelumnya PT Inalum juga sudah membangun Taman Bacaan Masyarakat di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras, Desa Lubuk Cuik dan juga Taman Bacaan “Kartini” di Desa Kuala Indah

dibina oleh Departemen Ilmu Perpustakaan USU. PT Inalum tidak berhenti sampai disini saja dalam mengembangkan Taman Bacaan ataupun Perpustakaan di daerah sekitar pabrik peleburan, tahun 2016 ini PT Inalum berencana membangun kembali Taman Bacaan Masyarakat di Desa Kuala Gunung Kecamatan Lima Puluh dan di Desa Pakam Raya.

3.2.1 Perpustakaan ‘’Kartini’’ Kuala Indah

(13)

merealisasikan gedung, bahan pustaka, dan melakukan pelatihan yang bekerja sama dengan Departemen Ilmu Perpustakaan USU dalam hal manajemen, kearsipan, dokumentasi, promosi dan kataloging. Seiring berjalannya waktu Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Desa Kuala Indah berganti nama menjadi Perpustakaan “Kartini” yang telah dibangun oleh perusahaan dan dibina oleh

Departemen Ilmu Perpustakaan USU pada beberapa tahun yang lalu telah berhasil meraih juara satu pada perlombaan Perpustakaan desa se-Kabupaten Batubara tahun 2014 dan juga Perpustakaan Umum Desa/Kelurahan tingkat Provinsi Sumatera Utara tahun 2015.

Gambar-3 Struktur Organisasi TBM Kuala Indah

3.2.2 Deskripsi Pekerjaan Organisasi TBM Kuala Indah

Kepala Desa, bertugas memonitor seluruh perkembangan Desa Kuala Indah, termasuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM).

Ketua TBM, bertugas untuk lebih memerhatikan TBM tersebut, jika ada kekurangan baik dalam segi prasarana dan sarana ketua TBM akan melaporkannya ke kepala Desa untuk segera ditindak lanjuti.

(14)

Wakil Ketua TBM, bertugas memantau perkembangan TBM dan juga memantau para pekerja.

Sekretaris TBM, bertugas mengatur keuangan TBM tersebut yang di dapat dari LSM setempat dan lain sebagainya.

Pengolahan, bertugas mengatur pengadaan koleksi baik itu dari LSM setempat, dari PT Inalum dan lain sebagainya. Bagian pengolahan juga memperhatikan apa-apa saja yang harus diperbaiki baik itu dari segi infrastruktur maupun koleksi perpustakaan.

Urusan Pelayanan, bertugas melayani masyarakat setempat (pengguna) dalam hal pencarian informasi ataupun kebutuhan lainnya yang diperlukan pengguna. 3.2.3 Koleksi TBM Kuala Indah

TBM Kuala Indah sendiri memiliki koleksi buku sekitar 800 eksemplar yang didapat dari hadiah maupun bantuan dari pemerintah setempat.

3.2.4 Visi dan Misi TBM Kuala Indah Visi

1. Rajin membaca dan memperluas wawasan 2. Rutin membaca menambah ilmu pengetahuan

Misi

1. Kampanye gemar membaca dimulai dari usia dini sebagai persiapan generasi pemimpin

(15)

3. Mendorong kepedulian untuk menyelamatkan karya cetak, karya rekam, karya tulis, dan naskah-naskah atau dokumen sebagai karya budaya bangsa.

3.2.5 TBM Desa Gambus Laut

Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang telah diresmikan pada 21 Agustus 2015, tidak seperti TBM ‘’Kartini’’ yang sudah bisa dibilang TBM/Perpustakaan

yang modern TBM di Desa Gambus Laut masih dalam tahap pengembangan, baik dari segi koleksi, pengenalan TBM tersebut kepada masyarakat dan lain sebagainya. TBM ini belum memiliki struktur organisasi yang tetap.

3.2.6 TBM Desa Lalang

Awal mula karena dari Kabupaten memberikan proposal permohonan ke PT Inalum lalu pada Januari tahun 2015 pemerintah dan dibantu oleh PT Inalum berhasil meresmikan TBM tersebut. TBM ini sendiri memiliki nama “Cahaya

Abadi”. TBM ini selain bekerjasama dengan pihak PT Inalum, mereka juga dibina

oleh Departemen Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara, ibu Himma Dewiyana,S.T.,M.Hum selaku Pembina TBM tersebut, Kader setempat diberi pelatihan pengelolaan dan manajemen perpustakaan sebagaimana mestinya. Pengunjung (pengguna) lebih dominan anak SD karena lokasi TBM berada tepat didepan Sekolah Dasar.

3.2.7 Koleksi TBM Desa Lalang

(16)

3.2.8 Fasilitas TBM Desa Lalang

TBM Desa Lalang belum memiliki fasilitas yang lengkap seperti, kurangnya meja membaca, lemari rak koleksi TBM, dan juga koleksinya sendiri masih sangat minim.

3.2.9 TBM Desa Lubuk Cuik

Sama seperti TBM yang lainnya, TBM Desa Lubuk Cuik juga sebelumnya mengajukan proposal permohonan pembangunan TBM. TBM ini mulai berjalan pada tahun 2015, TBM ini juga dibina oleh Departemen Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara dalam hal manajemen dan pengelolaan TBM. Dari hasil wawancara penulis dengan tim divisi CSR PT Inalum, kepala desa setempat mengatakan bahwa anak-anak di Desa ini kurang memiliki fasilitas belajar, maka mereka lebih memilih mengajukan proposal pembangunan TBM dari pada fasilitas umum lainnya. Jumlah koleksi yang dimiliki TBM Desa Lubuk Cuik masih minim sekitar 150 eksemplar. Untuk lebih mengenalkan TBM ini kepada masyarakat kepala desa setempat saat ini sering melakukan promosi dengan cara mengumumkan kepada pengunjung kantor Kepala Desa dan juga mendatangi sekolah-sekolah di Lubuk Cuik.

3.3 Program pengembangan TBM 2016

(17)

kejuaraan Provinsi, semakin banyak proposal pembangunan TBM yang diajukan kepada PT Inalum. Desa tersebut juga ingin meningkatkan citra baik dimata pemerintah setempat. Tim divisi CSR dan PKBL sudah melakukan survei lapangan pada kedua Desa tersebut. PT Inalum tidak mau asal membangun TBM begitu saja mereka saat ini masih menyusun strategi, baik strategi pemanfaatan TBM tersebut maupun strategi promosi TBM. PT Inalum berencana membangun TBM ini dengan dibina oleh Badan Pemerintah Arsip Daerah (BPAD) Sumatera Utara dan juga Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI).

3.3.1 Kendala Dalam Pembangunan Perpustakaan/TBM

Dalam melaksanakan pembangunan Perpustakaan ataupun Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kuala Tanjung, PT Inalum memiliki kendala eksternal yaitu :

1. Masyarakat kurang memiliki rasa peduli terhadap pembangunan perpustakaan di sekitar wilayah pabrik peleburan alumunium

2. Tidak banyak masyarakat Kuala Tanjung yang mengajukan proposal pembangunan perpustakaan kepada PT Inalum melainkan hanya mengajukan proposal-proposal yang berhubungan dengan organisasi mereka sehingga pihak PT Inalum tidak dapat mengambil keputusan sendiri untuk pembangunan perpustakaan

3.3.2 Program Kerjasama

(18)

dari itu PT Inalum bagian CSR dan PKBLnya menjalin kerjasama dengan Departemen Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Sebelumnya PT Inalum dan Departemen Ilmu Perpustakaan Universitas Sumatera Utara sudah menandatangani perjanjian MoU (Memorandum Of Understanding) yang berisi tentang tujuan program kerjasama dan isinya adalah sebagai berikut :

1. Terwujudnya taman bacaan masyarakat (TBM) yang mampu memberikan layanan informasi dan pengetahuan yang cepat, mudah dan efisien

2. Bisa mengelola perpustakaan dengan professional

3. Penambahan koleksi maupun sumber-sumber informasi untuk peningkatan informasi

4. Menciptakan suasana TBM yang nyaman, menyenangkan namun tetap tertib dan disiplin

5. Peningkatan layanan untuk kecepatan dalam akses dan peningkatan fasilitas agar mudah dalam pencarian koleksi bahan pustaka

6. Mengembangkan kreativitas anak-anak, pemuda-pemudi dan masyarakat seluruhnya untuk menghasilkan SDM yang cerdas, mandiri dan unggul

7. Membangun minat baca anak, remaja dan orang tua desa kranggan khususnya 8. Sebagai tempat penyaluran/pelayanan ilmu kepada masyarakat agar lebih

mudah memperoleh informasi yang dekat, mudah dijangkau, murah dan cepat. 9. Perbaikan dan pengembangan diri di masyarakat

(19)

Dari hasil analisis situasi pada kedua Desa Lalang dan Desa Lubuk Cuik, di identifikasi kedua Perpustakaan memiliki permasalahan yang sama yaitu keterbatasan jumlah koleksi, prasarana, keterampilan petugas Perpustakaan, dan lain-lain, secara rinci program yang dapat ditawarkan oleh program studi Ilmu Perpustakaan USU adalah :

No. Permasalahan Solusi Yang Ditawarkan

1. Kekurangan jumlah koleksi Pengadaan koleksi 2. Pengelolaan / manajemen

perpustakaan

Pengadaan alat bantu pengatalogan

3. Keterampilan pengelola perpustakaan (SDM)

Pelatihan pengelolaan/manajemn perpustakaan

(20)

BAB IV

Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan sehubungan dengan Implementasi Corporate Social Responsibility dalam mengembangkan Perpustakaan oleh PT Inalum Desa Kuala Tanjung Batubara Sumatera Utara, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. PT Inalum telah mengimplementasikan program CSR dan PKBLnya sebagaimana yang tertulis dalam Undang-undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dimana seluruh perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang atau yang berkaitan dengan sumber daya alam diwajibkan untuk menyelenggarakan Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu suatu bentuk kepekaan, kepedulian, dan tanggung jawab sosial perusahaan untuk ikut memberikan manfaat terhadap masyarakat dan lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi.

2. Penerapan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan program CSR PT Inalum bisa dikatakan sangat baik karena sudah memenuhi seluruh indikator indikator yang ada, seperti sudah menjalankan program CSR dan PKBL nya di bidang pendidikan, keagamaan, pemberdayaan masyarakat, olahraga, pembangunan prasarana dan sarana

(21)

penghargaan atau kebanggan dari pembangunan Taman Bacaan dan Perpustakaan, karena salah satu Perpustakaan yang mereka bangun menjuarai lomba tingkat Provinsi

4.2 Saran

Untuk lebih lancar dalam mengimplementasikan program CSR PT Inalum khususnya dibidang pembangunan Taman Bcaan Masyrakat ataupun Perpustakaan Desa, maka penulis memberikan saran :

1. PT Inalum diharapkan berani untuk bekerja sama dengan pihak lain misalnya kelompok masyarakat yang bersifat sukarela dalam perencanaan program CSR (partner program) sehingga lebih memudahkan dalam menentukan program CSR untuk kedepan. Keuntungan lainnya melalui kelompok-kelompok masyarakat ini bisa menjadi tempat penampungan ide-ide kreatif dari masyarakat guna pengembangan CSR PT Inalum agar lebih baik lagi bagi kepentingan masyarakat.

2. Membuat kompetisi-kompetisi untuk mahasiswa khususnya Ilmu Perpustakaan agar mereka lebih bisa menyalurkan ide mereka secara nyata dan di satu sisi divisi PKBL atau pun CSR bisa menyalurkan prestasi mahasiswa tersebut ke taman bacaan yang mereka bangun.

3. TBM yang dibangun seharusnya memiliki struktur organisasi yang permanen sebagaimana mestinya.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi

Menurut Yusuf Wibisono, dalam bukunya “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR” menyebutkan bahwa implementasi program CSR dipengaruhi oleh

cara pandang dan strategi yang dipilih perusahaan untuk melaksanakan aktivitas tanggung jawab sosialnya. Implementasi dapat dimaksudkan sebagai suatu aktivitas yang berkaitan dengan penyelesaian suatu pekerjaan dengan penggunaan sarana (alat) untuk memperoleh hasil. Apabila dikaitkan dengan kebijakan publik, maka kata implementasi kebijakan publik dapat diartikan sebagai aktivitas penyelesaian atau pelaksanaan kebijakan publik yang telah ditetapkan/disetujui dengan penggunaan sarana (alat) untuk mencapai tujuan kebijakan.

Implementasi merupakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Tindakan tersebut dilakukan baik oleh individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Dunn mengistilahkannya implementasi secara lebih khusus, menyebutnya dengan istilah implementasi kebijakan dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik. Menurutnya implementasi kebijakan adalah pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu (Dunn, 2003:132).

(23)

mempengaruhi implementasi kebijakan program-program pemerintah yang bersifat desentralistis. Faktor-faktor tersebut di antaranya :

1. Kondisi lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan, yang dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosio kultural serta keterlibatan penerima program.

2. Hubungan antar organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

3. Sumberdaya organisasi untuk implementasi program

Implementasi kebijakan perlu didukung sumberdaya baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumber daya non-manusia (non human resources).

4. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

(24)

2.1.1 Tahap Implementasi

Perencanaan sebaik apapun tidak akan berarti dan tidak akan berdampak apapun bila tidak diimplementasikan dengan baik. Akibatnya tujuan CSR secara keseluruhan tidak akan tercapai, masyarakat tidak merasakan manfaat yang optimal. Oleh karenanya perlu disusun strategi untuk menjalankan rencana yang telah dirancang. Dalam memulai implementasi pada dasarnya ada tiga pertanyaan yang harus dijawab. Siapa orang yang akan menjalankannya, apa yang harus dilakukan, dan bagaimana cara melakukan sekaligus alat apa yang diperlukan, dalam istilah manajemen popular, pertanyaan tersebut diterjemahkan menjadi: a. Pengorganisasi (organizing) sumber daya yang diperlukan

b. Penyusunan (staffing) untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas atau pekerjaan yang harus dilakukannya

c. Penghargaan (directing) yang terkait dengan bagaimana cara melakukan tindakan

d. Pengawasan atau koreksi (controlling) terhadap pelaksanaan e. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana

f. Penilaiaan (evaluating) untuk mengetahui tingkat pencapaain tujuan

Tahap Implementasi terdiri atas tiga langkah utama yakni,sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi.

1. Sosialisasi

(25)

dengan suatu tim khusus yang dibentuk untuk itu, langsung berada dibawah pengawasan salah satu CEO yang ditunjuk sebagai CSR champion di perusahaan. Tujuan utama sosialisasi ini adalah agar program CSR yang akan di implementasikan mendapat dukungan penuh dari seluruh komponen perusahaan, sehingga dalam perjalanannya tidak ada kendala serius yang dapat dialami oleh unit penyelenggara

2. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman csr yang ada, berdasarkan roadmap yang telah disusun.

3. Internalisasi

Internalisasi adalah tahap jangka panjang, internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan misalnya melalui sistem manajemen kinerja, prosedur pengadaan, proses produksi, pemasaran dan proses bisnis lainnya.

2.2 Corporate Social Responsibility

(26)

atau ”Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha”. Beberapa isu yang berkaitan dengan

konsep dan penerapan CSR ini adalah isu Sustainable Development, Good Corporate Governance (GCG), Triple Bottom Line. Berdasarkan Undang-Undang

No.40 Bab V Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, pasal 74 ayat (1) disebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang yang berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Hubungan CSR dengan Sustainable Development Pembangunan berkelanjutan biasa diartikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

CSR memiliki peranan penting dalam melanjutkan kinerja perusahaan secara berkelanjutan karena perusahaan yang melakukan dan mempunyai tanggung jawab sosial serta lingkungan akan dikenal baik oleh stakeholder. Jika produk-produk perusahaan yang menerapkan CSR dikenal oleh masyarakat, maka masyarakat akan selalu mengingat dan akan membeli produk-produk tersebut. Hal ini akan meningkatkan penjualan perusahaan dan memberikan keuntungan berkelanjutan. CSR dapat meningkatkan reputasi perusahaan di mana masyarakat akan menghargai perusahaan tersebut dengan terus menyediakan sumber daya kepada perusahaan. Hubungan timbal balik antara perusahaan dan masyarakat akan melestarikan kelangsungan hidup perusahaan.

(27)

penuh oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Secara konseptual, CSR juga bersinggungan dan bahkan sering dipertukarkan dengan frasa lain, seperti corporate responsibility, corporate sustainability, corporate accountability,

corporate citizenship dan corporate stewardship. Menurut Boone dan Kurtz pengertian tanggung jawab sosial secara umum adalah dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam mengevaluasi kinerja perusahaan. Substansi keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan itu sendiri dengan jalan membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan tersebut dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat di sekitarnya.

CSR diterapkan kepada perusahaan-perusahaan yang beroperasi dalam konteks ekonomi global, nasional maupun lokal. Komitmen dan aktivitas CSR pada intinya merujuk pada aspek-aspek perilaku perusahaan, termasuk kebijakan dan program perusahaan yang menyangkut dua elemen kunci :

1. Good corporate governance: etika bisnis, manajemen sumberdaya manusia, jaminan sosial bagi pegawai, serta kesehatan dan keselamatan kerja.

2. Good corporate responsibility: pelestarian lingkungan, pengembangan masyarakat (community development), perlindungan hak asasi manusia, perlindungan konsumen, relasi dengan pemasok, dan penghormatan terhadap hak-hak pemangku kepentingan lainnya.

(28)

internasional dan stakeholder lainnya merupakan konsep utama CSR. Kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan-peraturan yang menyangkut aspek ekonomi, lingkungan dan sosial bisa dijadikan indikator atau perangkat formal dalam mengukur kinerja CSR suatu perusahaan.

CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, melainkan pula untuk pembangunan sosial ekonomi, melembaga dan berkelanjutan. Pengertian CSR yang relatif lebih mudah dipahami dan dioperasionalkan adalah dengan mengembangkan konsep Tripple Bottom Lines (profit, planet dan people) yang digagas Elkington (1998). Dengan demikian, CSR adalah “Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan profesional.

(29)

2.2.1 Undang-Undang CSR Dan PKBL

Pemerintah Indonesia sudah mengatur CSR dan PKBL dalam Undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 & Undang-Undang No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 & 34. Berikut isi dari Undang-Undang No.40 tahun 2007 dan Undang-Undang No.25 tahun 2007 pasal 15,17 & 34 :

Undang-Undang No.40 tahun 2007 pasal 74 Pasal 74

1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan

2. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.

3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(30)

Undang-Undang No.25 tahun 2007 pasal 15,17 & 34 Pasal 15

Setiap penanam modal berkewajiban:

1. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik 2. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan

3. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada badan penanaman modal

4. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal

5. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 17

Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai peraturan perundang-undagan.

Pasal 34

1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa:

a. Peringatan tertulis

b. Pembatasan kegiatan usaha

(31)

2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan oleh instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

2.2.2 Model Implementasi Corporate Social Responsibility

(32)

tanggung jawab perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan kepuasan bagi perusahaan dan masyarakat.

Model tersebutlah oleh banyak pihak dianggap masih tetap sesuai untuk dilaksanakan hingga saat ini. Hal yang penting dipahami adalah, antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah dalam konteks implementasi tanggung jawab sosial perusahaan dihubungkan garis kepentingan timbal balik. Setidaknya ada tiga bentuk kepentingan yang melibatkan tiga pihak tersebut dalam suatu kerjasama, yaitu :

1. Secara Konstitusional perusahaan adalah mitra pemerintah dalam rangka memanfaatkan sumber daya alam, sebagaimana diatur dalam pasal 33 UUD 1945. Sehubungan dengan praktek bisnisnya dalam mengelola sumber daya alam, maka perusahaan tergantung pemerintah, khususnya dalam rangka memperoleh izin usaha.

2. Perusahaan merupakan institusi yang senantiasa memberi dukungan kepada pemerintah melalui pembayaran pajak dan kewajiban lainya sehingga pemerintah memiliki biaya operasional dalam melakukan pengelolahan pemerintahan dan pembangunan nasional. Artinya, sumber utama penerimaan pajak adalah pajak, dan sumber utama pajak adalah para pelaku usaha atau badan – badan usaha.

(33)

pula oleh perilaku perusahaan dalam member manfaat bagi kesejahteraan masyarakat setempat.

2.3 Pengertian Perusahaan

Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang atau badan lain yang kegiatannya adalah melakukan produksi dan distribusi guna memenuhi kebutuhan ekonomis manusia. Di antara kebutuhan ekonomis manusia yaitu sandang, pangan, dan kesenangan. Kegiatan produksi dan distribusi dilakukan dengan cara menggabungkan berbagai faktor produksi: alam (tanah, air, hutan, laut), tenaga kerja (manusia), dan modal (uang, bangunan, mesin, peralatan, dan lain-lain). Kegiatan produksi dan distribusi pada umumnya adalah untuk mendapatkan laba. Namun demikian ada juga bentuk perusahaan yang tidak bertujuan mencari laba, misalnya yayasan sosial, yayasan keagamaan, yayasan pendidikan, dan lain-lain. Secara umum perusahaan adalah suatu organisasi di mana sumber daya (input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan secara umum ialah laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut.

2.3.1 Tujuan dan manfaat bagi perusahaan

1. Meningkatkan citra perusahaan

Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal perusahaan

(34)

2. Memperkuat“Brand”Perusahaan

Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan

cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran

konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan

posisi brand perusahaan

3. Mengembangkan kerja sama dengan para pemangku kepentingan.

Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu

mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan,

seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan

dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.

4. Membedakan perusahaan dengan pesaingnya

Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai

kesempatan menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat

membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang

sama.

5. Menghasilkan inovasi dan pembelajaran

Untuk meningkatkan pengaruh perusahaan memilih kegiatan CSR yang sesuai

dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas. Merencanakan

CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan

yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam

bisnis global.

(35)

Para investor saat ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya

berinvestasi pada perusahaan yang telah melakukan CSR. Demikian juga

penyedia dana, seperti perbankan, lebih memprioritaskan pemberian bantuan

dana pada perusahaan yang melakukan CSR.

7. Meningkatkan harga saham

Pada akhirnya jika perusahaan rutin melakukan CSR yang sesuai dengan bisnis utamanya dan melakukannya dengan konsisten dan rutin, masyarakat bisnis, pemerintah, akademisi, maupun konsumen akan makin mengenal perusahaan. Maka permintaan terhadap saham perusahaan akan naik dan otomatis harga saham perusahaan juga akan meningkat.

2.3.2 Cara pandang perusahaan terhadap CSR di Indonesia

Ada satu pertanyaan mendasar yaitu “Motivasi apa yang melatarbelakangi

kalangan dunia usaha / Perseroan Terbatas dalam menerima konsep CSR?. Menurut Yusuf Wibisono, dalam bukunya “Membedah Konsep dan Aplikasi CSR”

mengatakan bahwa ada 3 (tiga) kategori perusahaan dalam menerapkan CSR di Indonesia.

(36)

citra perusahaan. Yang masih hangat dalam ingatan kita misalnya saat bencana tsunami di Aceh dan Sumut terjadi. Korporasi besar kecil seperti dikomando untuk berebut memberikan bantuan uang, sembako, medis dan sebagainya. Berikutnya berlombalah perusahaan menginformasikan kontribusinya melalui media massa, tujuannya mengangkat reputasi.

Kedua, sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR dipraktekkan karena memang ada regulasi, hukum dan aturan yang memaksanya. Misalnya karena adanya market driven. Artinya kesadaran betapa pentingnya menerapkan CSR yang menjadi tren seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial. Misalnya pengusaha-pengusaha Amerika Serikat sudah semakin keras dengan produk furniture yang datang dari Indonesia. Karena, produk tersebut diharuskan menerapkan ecolabelling, suatu tanda bukti bahwa kayunya diambil secara bijaksanan dengan memperhatikan lingkungan, seperti tidak menebang kayu seenaknya tanpa upaya peremajaan.

(37)

2.4 Triple Bottom Line

Upaya membatasi meluasnya sikap egosentris dari para pelaku usaha secara tajam datang dari Jhon Elkington. Melalui buku Cannibals with Forks, the Triple Bottom line of Twentieth Century Business, Elkington (1997) mengenalkan konsep tiga garis dasar (Triple Bottom Line) Dalam bukunya tersebut Elkington mencoba menyadarkan para pelaku usaha, bahwa jika para pelaku ingin aktivitas ekonomi perusahaannya berkesinambungan dan berjalan baik, maka para pelaku usaha tidak boleh hanya berorientasi pada satu fokus berupa keuntungan, melainkan harus menjadi fokus sebagai orientasi aktivitas ekonomi, yang oleh Elkington dinamakan konsep ”3P”. Cakupan yang menjadi pusat perhatian para pelaku usaha adalah, selain mengejar keuntungan perusahaan (profit), Pihak pelaku usaha juga harus memperhatikan dan terlibatnya secara sungguh – sungguh dalam upaya pemenuhan kesejahteraan masyarakat (People), serta turut berperan aktif dalam menjamin pemeliharaan dan pelestarian lingkungan (Planet). Elkington menegaskan, ketiga unsur tersebut senantiasa berada dalam kondisi kait- mengakait. Interaksi saling terkait di antara ketiga unsur tersebut selanjutnya dilukiskan Elkington dalam bentuk segitiga sebagai berikut:

People

(38)

Gambar ini menegaskan bahwa suatu perusahaan tidak lagi dihadapkan pada unsur tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line saja, yaitu berupa aspek ekonomi yang senantiasa hanya diukur berdasarkan keadaan keuangan sebagai gambaran dari tingkat dan besarnya keuntungan perusahaan. Bagaimanapun perusahaan senantiasa dihadapkan pada tanggung jawab lainya adalah memperhatikan aspek sosial, khususnya kesejahteraan masyarakat lokal dan pemeliharaan serta pelestarian lingkungan sebagai umpan balik dari eksploitasi terhadap sumber daya alam (Elkington,1998).

Profit (keuntungan)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Tak heran bila focus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham setinggi tingginya, baik secara langsung maupun tidak. Inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat dilakukan untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan nilai tambah semaksimal mungkin. People (Masyarakat)

(39)

besarnya kepada masyarakat. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi memberikan dampak kepada masyarakat sekitar. Memang tak bisa dipungkiri adanya anggapan bahwa tanggung jawab sosial bukanlah aktivitas utama bagi pelaku bisnis, fokus utama bisnis adalah mendongkrak laba. Aliran pemikiran yang semakin diminati dan semakin punya daya tarik untuk masa yang akan datang nampaknya adalah aliran yang meyakini bahwa kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi sosial. Untuk memperkokoh komitmen dalam tanggung jawab sosial ini perusahaan memang perlu memiliki pandangan bahwa CSR adalah investasi masa depan. Artinya, CSR bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya (cost centre), melainkan sentra laba (profit centre) di masa mendatang. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, timbale baliknya masyarakat juga akan ikut menjaga eksistensi perusahaan.

Planet (lingkungan)

(40)

pada bagaimana kita menjaga lingkungan. Mendongkrak laba dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi memang penting, namun tak kalah pentingnya juga memperhatikan kelestarian lingkungan. Disinilah perlunya penerapan konsep triple bottom line, yakni profit, people dan planet. Dengan kata lain, “jantung hati” bisnis bukan hanya profit (laba) saja, tetapi juga people (manusia) dan juga planet (lingkungan).

Di tingkat global pada bulan September 2004, ISO (International Organization for standardization) sebagai induk organisasi internasional,

berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim (working group) yang merintis lahirnya panduan standarisasi untuk tanggung jawab sosnama ISO 26000 : Guidance standard on social responsibility. dengan ISO 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara:

1. Mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya

2. Menyediakan pedoman tentang penerjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang efektif

3. Memilih praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional. ISO 26000 Guidance standard on social responsibility secara konsisten mengembangkan tanggung jawab sosial maka masalah social responsibility akan mencakup 7 (tujuh) isu pokok yaitu:

(41)

b. Konsumen

c. Praktek kegiatan institusi yang sehat d. Lingkungan

e. Ketenagakerjaan f. Hak asasi manusia

g. Organizational governanceial perusahaan yang diberi

Prinsip-prinsip dasar tanggung jawab sosial yang menjadi dasar bagi pelaksanaan yang menjiwai atau menjadi informasi dalam pembuatan keputusan dan kegiatan tanggung jawab sosial menurut ISO 26000 meliputi:

1. Kepatuhan kepada hokum

2. Menghormati kepada instrument/ badan-badan internasional 3. Menghormati stakeholders dan kepentingannya

4. Akuntabilitas 5. Transparansi

6. Perilaku yang beretika

7. Melakukan tindakan pencegahan

8. Menghormati dasar-dasar hak asasi manusia

Terkait dengan ISO 26000 ini, pada proses sebelumnya telah ada pula pihak yang menyebarluaskan asas-asas utama yang dapat digunakan sebagai acuan implementasi program tanggung jawab sosial perusahaan. Asas-asas utama tersebut dirangkum oleh (Alyson dari University of Bath Inggris) pada tahun 1998 menjadi 16 asas meliputi:

(42)

Artinya pengakuan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan sebagai prioritas tertinggi perusahaan sekaligus dijadikan sebagai penentu utama pembangunan berkesinambungan. Berdasarkan asas ini, maka perusahaan seharusnya membuat kebijakan program dalam menjalankan operasi ekonomi perusahaannya dengan cara yang bertanggung jawab sosial.

2. Manajemen terpadu

Pihak perusahaan dituntut memadukan kebijakan program, dan aktivitas ekonomi sebagai implementasi program ke dalam setiap aktivitas ekonominya sebagai suatu unsur pengelolaan dalam semua fungsi pengelolaan.

3. Proses perbaikan dan penyempurnaan

Pihak perusahaan dituntut melakukan penyempurnaan atas kebijakan, program, dan implementasi program dan kinerja sosial perusahaan itu secara berkesinambungan. Penyempurnaan dimaksud harus didasarkan pada hasil penelitian terkini dan memahami kepentingan sosial serta mengimplementasikan indikator sosial yang bersifat internasional.

4. Pendidikan pekerja

Pihak perusahaan tidak hanya memanfaatkan tenaga dan ketrampilan para pekerja. Lebih dari itu, pihak perusahaan harus meningkatkan ketrampilan para karyawan, dengan melaksanakan secara bertahap dan sistematis pendidikan dan pelatihan serta senantiasa meningkatkan motivasi karyawan agar terciptanya hubungan yang baik antara perusahaan dengan karyawan.

(43)

Pihak perusahaan dituntut melakukan kajian berkenaan dengan dampak social sebelum memulai suatu aktivitas ekonomi atau proyek baru dan sebelum menutup lokasi pabrik. Kajian ini ditekankan karena setiap aktivitas ekonomi yang dilakukan pihak perusahaan senantiasa terkait atau berpengaruh, baik ke arah perusahaan maupun ke luar dari perusahaan. Perusahaan diharapkan mengkaji segala resiko yang akan dan telah terjadi di sekitar perusahaan dan segera menanggulangi keadaan tersebut.

6. Produk dan pelayanan

Pihak perusahaan dituntut untuk senantiasa mengembangkan produk dan pelayanan yang tidak berdampak negatif secara sosial maupun lingkungan. Berdampak negatif kepada lingkungan dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan hidup sekitar perusahaan dan mengakibatkan terjadinya masalah terhadap kehidupan masyarakat sekitar.

7. Informasi publik

Apapun produk yang dihasilkan dan apapun jasa atau pelayanan yang ditawarkan oleh perusahaan secara pasti diarahkan dan berkaitan dengan publik. Oleh karena itu perusahaan berkewajiban memberikan informasi yang lengkap dan akurat mengenai produk yang dihasilkan kepada publik.

8. Fasilitas dan operasi

(44)

karena setiap kajian itu, hasil kajian terkini harus diketahui dan digunakan oleh perusahaan dalam semua praktek ekonominya.

9. Penelitian

Perusahaan diharapkan tidak hanya sebagai pengguna hasil penelitian yang dilakukan oleh berbagai pihak, melainkan harus mendukung atau melakukan penelitian tentang dampak sosial bahan baku yang akan digunakan pada proses produksi.

10. Prinsip pencegahan

Dampak dari suatu aktivitas ekonomi sering harus dibayar mahal oleh masyarakat melalui bencana yang ditimbulkan oleh perusahaan. Oleh karena itu tindakan pencagahan terhadap bencana harus selalu diutamakan.

11. Mitra kerja dan pemasok

Pihak perusahaan tidak cukup hanya mengimplementasikan tanggung jawab social dalam aktivitas ekonomi mereka. Lebih jauh lagi, perusahaan harus secara aktif mendorong pihak lain untuk ikut serta dalam pengimplementasian tanggung jawab sosial perusahaan ini, termasuk mitra kerja dan pemasok. 12. Siaga menghadapi darurat

(45)

13. Implementasi pengalihan yang terbaik

Kesempatan bagi suatu perusahaan untuk melakukan aktivitas ekonomi di suatu tempat ada kalanya terbatas. Keadaan seperti ini biasanya terjadi bagi perusahaan yang menggunakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Pada situasi seperti ini perusahaan melakukan pengembangan dan pengalihan kegiatan ekonomi yang bertanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan sekitar.

14. Memberi kontribusi

Perusahaan harus memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dengan keberlangsungan perusahaan tersebut

15. Keterbukaan

Pihak perusahaan harus mengembangkan sifat keterbukaan baik kepada pekerjanya dan masyarakat sekitar. Sifat keterbukaan ini sangat diperlukan guna memberikan efek percaya di depan karyawan dan masyarakat setempat. 16. Pencapaian dan pelaporan

(46)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

(47)

Corporate Social Responsibility sering dianggap inti dari etika bisnis yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan. Tanggung jawab sosial dari perusahaan merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk pelanggan atau customers, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada.

(48)

binaan, serta pengentasan masalah kemiskinan, sehingga arah penerapan CSR lebih jelas hasilnya.Keberhasilan perusahaan dan kemandirian masyarakat sekitar diharapkan dapat tercipta dan tumbuh bersama-sama. Disamping itu, kesejahteraan sosial dan perkembangan ekonomi regional merupakan fasilitas bagi Perusahaan untuk mencapai visi, misi dan nilai-nilainya. Oleh karena itu, sejak awal berdiri, kebijakan tanggung jawab sosial mendapat perhatian dan dukungan dari Perusahaan.

Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan program CSR. Penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai cost atau biaya, melainkan investasi perusahaan untuk meningkatkan reputasi perusahan. Industri dan korporasi berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Corporate Social Responsibility saat ini bukan lagi bersifat sukarela atau komitmen yang dilakukan perusahaan dalam mempertanggung jawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib atau menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya.

(49)

Sejalan dengan telah beralihnya PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dari perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) menjadi perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui pengalihan saham Nippon Asahan Alumunium (NAA) Co. Ltd. kepada pemerintah Indonesia pada bulan Desember 2013 yang lalu, maka penerapan CSR atau PKBL lebih jelas dan nyata karena untuk menjalankan kebijakan pemerintah sesuai dengan Undang-Undang NO.40 tahun 2007. Walaupun program CSR mulai wajib diterapkan di Indonesia pada tahun 2007, PT Inalum sudah menerapkan Corporate Social Responsibility semenjak masa Penanaman Modal Asing (PMA) karena Inalum sudah menyadari pentingnya tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya sejak dini. PT Inalum sudah menjalankan program CSR dalam banyak bidang, diantaranya : 1. Bidang Pendidikan

Untuk meningkatkan pendidikan, khususnya untuk masyarakat sekitar yang mayoritas berprofesi sebagai nelayan di daerah sekitar pabrik peleburan dan petani di daerah sekitar PLTA, PT Inalum melakukan perbaikan gedung-gedung sekolah, bantuan alat pendukung belajar, dan membangun 1 unit SMA yang bernama SMA Mitra.

2. Bidang Pemberdayaan Masyarakat

(50)

3. Bidang Olah Raga Dan Kebudayaan

Untuk memajukan olah raga di Sumatera Utara dan khususnya disekitar Perusahaan, PT Inalum mengadakan kegiatan-kegiatan olah raga seperti Turnamen Sepak Bola, Turnamen Bola Volley, dan lain sebagainya.

4. Bidang Agama

Dalam bidang Agama, perusahaan tidak hanya membantu memperbaiki mesjid dan gereja ataupun rumah ibadah lainnya, namun juga fasilitas pendukung rumah ibadah tersebut.

5. Fasilitas Umum

Fasilitas umum yang telah dibangun PT Inalum yang paling nyata dan sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar adalah jalan penghubung yang telah dibangun oleh PT Inalum di kedua Pabrik, Pabrik Peleburan Aluminium dan PLTA. Selain itu, perusahaan juga membangun jalan-jalan alternatif dan jembatan yang menghubungkan beberapa wilayah yang terisolir.

(51)

menggunakan waktu kosong dengan baik. Bantuan yang diberikan PT Inalum dalam pembangunan perpustakaan untuk warga sekitar perusahaan akan sangat bermanfaat untuk meningkatkan minat baca, karena perpustakaan dapat lebih meningkatkan kiprahnya dalam memenuhi fungsi sebagaimana mestinya. PT Inalum juga bisa mendapatkan keuntungan karena dapat meminta perpustakaan tersebut untuk memasang identitasnya (logo) di lingkungan perpustakaan yang bersangkutan.

Kehadiran logo perusahaan di suatu Perpustakaan akan memiliki nilai promosi bagi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian realisasi program-program CSR merupakan sumbangan perusahaan secara tidak langsung terhadap penguatan modal sosial secara keseluruhan. Berbeda halnya dengan modal finansial yang dapat dihitung nilainya, maka modal sosial tidak dapat dihitung nilainya secara pasti. Namun dapat ditegaskan bahwa pengeluaran biaya untuk program-program CSR merupakan investasi perusahaan untuk memupuk modal sosial.

(52)

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk mengetahui penerapan Corporate Social Responsibility dalam mengembangkan perpustakaan oleh PT INALUM di Desa Kuala Tanjung Batubara Sumatera Utara.

1.3 Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penulisan kertas karya ini, adalah :

1. Wawancara, dilakukan dengan cara wawancara langsung manager pemberdayaan masyarakat PT INALUM.

2. Observasi, dengan melakukan pengamatan langsung di PT INALUM maupun di Perpustakaan.

3. Studi Kepustakaan, melakukan penelitian dengan berbagai sumber bacaan

seperti: buku, internet dan bahan-bahan kuliah lainnya yang sesuai dengan topik pembahasan kertas karya ini.

1.4 Ruang Lingkup

(53)

Abstrak

Pada era-globalisasi saat ini perusahaan-perusahaan di Indonesia begitu

mengkampanyekan pentingnya program Corporate Social Responsibility (CSR).

CSR yang kini marak diimplementasikan banyak perusahaan, mengalami evolusi

dan metamorposis dalam rentang waktu yang cukup panjang. Pada saat industri

berkembang setelah terjadi revolusi industri, kebanyakan perusahaan masih

memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan belaka.

Mereka memandang bahwa sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan

dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, dan pembayaran pajak kepada

negara.seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tak sekedar menuntut

perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang di perlukannya, melainkan

juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial. Karena selain terdapat

ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat sekitarnya,

kegiatan operasional perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatife,

misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan disekitar operasi

(54)

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILTY DALAM MENGEMBANGKAN PERPUSTAKAAN OLEH PT INALUM DESA

KUALA TANJUNG BATUBARA SUMATERA UTARA Kertas Karya

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) dalam bidang Perpustakaan dan

Informasi

Disusun Oleh :

MUHAMMAD BUDI SYAHPUTRA 132201025

PROGRAM STUDI D3 PERPUSTAKAAN FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(55)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, dengan terselesaikannya kertas karya yang berjudul “Implementasi Corporate Social Responsibility Dalam Mengembangkan Perpustakaan Oleh PT Inalum Desa Kuala Tanjung Batubara Sumatera Utara”. Kertas karya ini merupakan tugas akhir penulis dan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi Departemen Studi D3 Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyadari bahwa sepenuhnya semua ini tidak akan berarti apa-apa tanpa bantuan dan dukungan segenap jiwa dari keluarga yang tiada henti-hentinya memberikan limpahan kasih sayangnya pada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Ayahanda Prayitno dan Ibunda Hj. Emmy Yusningsih Bsc., serta orang tua kedua saya H. Hayul Amin Nasution, Hj. Eliya lubis yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan moral maupun materil kepada penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini. Berkat keduanya pulalah penulis dapat menyelesaikan jenjang studi sampai saat ini.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. Budi Aguston, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(56)

Pembaca, yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan kertas karya ini.

3. Ibu Hotlan Siahaan, S.Sos, M.I.Kom., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membantu, serta dengan sabar mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan kertas karya ini.

4. Kepada seluruh Staf Dosen Pengajar di Departemen Studi D3 Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis.

5. Bapak Dr. Jonner Hasugian, M.Si., selaku Kepala Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.

6. Kepada seluruh Pegawai Perpustakaan Universitas Sumatera Utara. 7. Kepada seluruh Pegawai Administrasi Departemen Studi D3 Perpustakaan dan Informasi terutama Bang Suryawan yang telah memberikan segala kemudahan dan bantuan kepada penulis. 8. Kepada khusunya Kakak Evi Pratiwi, Khairani SE., Paramita Yulia

Nasution SH., dan abang saya M.Novan Zein Sirgar, Reza Arbika ST., Eka Aulia Ramadhan Nasution SE., yang sudah membantu penulis dalam hal observasi,

(57)

senantiasa mencurahkan kasih sayang, doa, semangat dan dorongan baik dari segi moril maupun materil kepada penulis.

9. Kepada Rio Ramadiansyah, Muhammad Ridwan Nugroho, Akbar Reng-Reng, Iqbal Permana, Taufik, Novri Winanda,Warijayana, Nurul Fadilla, Maida Murti Insany, dan Tiwi Agusti, Annas serta semua teman-teman D3 Perpustakaan angkatan 2013 yang telah memberikan warna selama perjalanan kuliah pada kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, kalian luar biasa.

Semoga semua yang telah mereka berikan baik berupa bimbingan, bantuan, maupun pengorbanan dalam rangka menyelesaikan studi dan penulisan kertas karya ini mendapat imbalan berlipat ganda dari Allah SWT. Amin.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini jauh dari yang diharapkan, oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan menuju kesempurnaan penulisan dan penelitian berkelanjutan dengan topik yang sama dikedepannya.

Medan, Juni 2016 Penulis

(58)

DAFTAR ISI 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 7

1.3 Metode Pengumpulan Data ... 7

1.4 Ruang Lingkup ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Implementasi ... 8

2.1.1 Tahap Implementasi ... 10

2.2. Corporate Social Responsibility ... 11

2.2.1 Undang-Undang CSR dan PKBL ... 15

2.2.2 Model Implementasi Corporate Social Responsibility ... 17

2.3 Pengertian Perusahaan ... 19

2.3.1 Tujuan dan Manfaat Bagi Perusahaan... 19

2.3.2 Cara Pandang Perusahaan terhadap CSR di Indonesia ... 21

2.4 Triple Bottom Line ... 23

BAB III CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DALAM MENGEMBANGKAN PERPUSTAKAAN OLEH PT INALUM DESA KUALA TANJUNG BATUBARA SUMATERA UTARA 3.1 Sejarah Singkat PT Inalum ... 32

3.1.1 Visi, Misi dan Nilai Perusahaan ... 33

3.1.2 Corporate Social Responsibility PT Inalum... 34

3.1.3 Deskripsi Pekerjaan... 36

3.1.4 Dampak CSR Bagi Masyarakat ... 38

3.1.5 Visi, Misi CSR dan PKBL PT Inalum ... 38

3.2 Pengembangan Perpustakaan Oleh PT Inalum ... 39

3.2.1 TBM Kartini Kuala Indah ... 39

3.2.2 Deskripsi Pekerjaan Organisasi TBM Kuala Indah ... 40

3.2.3 Koleksi TBM Kuala Indah ... 41

3.2.4 Visi dan Misi TBM Kuala Indah... 41

3.2.5 TBM Desa Gambus Laut ... 42

3.2.6 TBM Desa Lalang ... 42

3.2.7 Koleksi TBM Desa Lalang ... 42

3.2.8 Fasilitas TBM Desa Lalang... 43

3.2.9 TBM Desa Lubuk Cuik ... 43

3.3 Program Pengembangan TBM 2016 ... 43

3.3.1 Kendala Dalam Pembangunan Perpustakaan/TBM ... 44

3.3.2 Program Kerjasama ... 45

3.3.3 Program Yang Diusulkan ... 46

(59)

4.2 Saran ... 48

(60)

DAFTAR TABEL

(61)

DAFTAR GAMBAR

Gambar-1 Triple Bottom Line ... 23

Gambar-2 Struktur Organisasi CSR dan PKBL PT Inalum ... 35

Gambar

Gambar-2 Struktur Organisasi CSR dan PKBL PT Inalum
Gambar-3 Struktur Organisasi TBM Kuala Indah
Tabel-1 Program yang diusulkan Departemen Ilmu Perpustakaan USU

Referensi

Dokumen terkait

dari para pihak juga secara tersirat terdapat dalam pasal 52 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang menyebutkan bahwa “Notaris tidak

Header juga memuat tag META yang biasanya di gunakan untuk menentukan informasi tertentu mengenai document HTML, anda bisa menentukan author name,

Dari sisi sistem yang dibutuhkan adalah database karena semua aplikasi web yang akan dibuat semua terhubung ke database dan akan melakukan tiga tahap yaitu input,

Menjadi menarik ketika etnis Minang merupakan salah satu etnis yang sering diangkat pada Media, namun banyak penggambaran akan etnis Minang yang disajikan membuat etnis ini

Adsorpsi asam humat pada permukaan padatan merupakan proses yang kompleks yang tergantung pada sifat permukaan zeolit alam dan sifat larutan asam humat itu

Hasil identifikasi (Lampiran 5) menggunakan Vitek 2 Compact menunjukkan bahwa bakteri yang didapat yaitu jenis bakteri Kocuria kristinae dan Stenotrophomonas maltophilia

Penerapan fuzzifikasi pada suatu sistem pengaturan, besaran suatu masukan yang diperoleh dari plant melalui sensor selalu merupakan crisp yang sifatnya tidak