• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Gray et al. (dalam Ghozali dan Chariri, 2007) menyatakan bahwa stakeholder

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Gray et al. (dalam Ghozali dan Chariri, 2007) menyatakan bahwa stakeholder"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Stakeholder (Stakeholders Theory)

Gray et al. (dalam Ghozali dan Chariri, 2007) menyatakan bahwa stakeholder adalah pihak-pihak yang berkepentingan pada perusahaan yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh aktivitas perusahaan, para stakeholder antara lain masyarakat, karyawan, pemerintah, supplier, pasar modal, dan lain-lain”. Menurut Ghazali dan Chariri (2007), stakeholder theory mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholder (stakeholders, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Dengan demikian keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan stakeholder kepada perusahaan tersebut.

Gray et al. (dalam Ghazali dan Chariri, 2007) mengatakan bahwa kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholder dan dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan untuk mencari dukungan tersebut. Makin powerfull stakeholder, makin besar usaha perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan social dianggap sebagai bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakeholdersnya. (Ghazali dan Chariri, 2007).

(2)

Freeman (dalam Safitri, 2014) menyatakan bahwa teori stakeholder adalah teori yang menggambarkan kepada pihak mana saja perusahaan bertanggung jawab. Stakeholder adalah semua pihak baik internal maupun eksternal yang memiliki hubungan baik bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Stakeholder perusahaan terdiri atas berbagai pihak yaitu pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah, pelanggan, karyawan perusahaan, dan masyarakat umum.

Pengungkapan corporate social responsibility merupakan salah satu strategi untuk menjaga hubungan dengan para stakeholder yang dapat dilakukan dengan memberikan informasi kinerja perusahaan baik dalam aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan pengungkapan corporate social responsibility diharapkan dapat memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh para stakeholder dan agar dapat dukungan dari para stakeholder untuk keberlangsungan perusahaan. Adanya dukungan dan kinerja stakeholder yang baik dapat meningkatkan nilai perusahaan dan menjadi daya tarik para investor untuk melakukan kegiatan investasi karena investor yakin bahwa dengan kinerja dan dukungan para stakeholder dapat meningkatkan kinerja perusahaan.

2.1.2 Corporate Sosial Responsibility (CSR)

Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep bahwa organisasi, khususnya

(3)

(namun bukan hanya) perusahaan adalah memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang diantaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham dan komunitas dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, CSR berhubungan erat dengan "pembangunan berkelanjutan", yakni suatu organisasi, terutama perusahaan, dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang timbul dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.

CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan sebuah

(4)

fenomena dan strategi yang digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholdernya.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (Permanasari, 2010).

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar dan mensejahterakan para stakeholder yang diatur oleh pemerintah dalam undang-undang No.40 tahun 2007.

CSR merupakan suatu pengembangan konsep yang dikemukan oleh John Elkington pada tahun 1997, yaitu “The Triple Bottom Line”. Dalam konsep tersebut dinyatakan bahwa agar perusahaan dapat mempertahankan keberlangsungannya maka perlu memperhatikan 3P, yaitu profit, people, dan planet.

Profit menunjukkan bahwa perusahaan juga memiliki tujuan untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk beroperasi dan mengembangkan perusahaan. People menunjukkan bahwa perusahaan harus memiliki kepedulian sosial terhadap kesejahteraan para stakeholder perusahaan. Sedangkan planet menunjukkan bahwa perusahaan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitar perusahaan seperti mengelola limbah yang dihasilkan perusahaan dengan baik.

(5)

Program Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan investasi jangka panjang yang berguna untuk meminimalisasi risiko sosial, serta berfungsi sebagai sarana meningkatkan citra perusahaan di mata publik. Salah satu implementasi program CSR adalah dengan pengembangan atau pemberdayaan masyarakat (Community Development). Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost centre) melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre). Program CSR merupakan komitmen perusahaan untuk mendukung terciptanya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Disisi lain masyarakat mempertanyakan apakah perusahaan yang berorientasi pada usaha memaksimalisasi keuntungan ekonomis memiliki komitmen moral untuk mendistribusi keuntungan-keuntungannya membangun masyarakat lokal, karena seiring waktu masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab sosial.

Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Diperlukan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku kepentingan (stakeholders) yang dapat dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.

(6)

Konsep ini mencakup berbagai kegiatan dan tujuannya adalah untuk mengembangkan masyarakat yang sifatnya produktif dan melibatkan masyarakat didalam dan diluar perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, meski perusahaan hanya memberikan kontribusi sosial yang kecil kepada masyarakat tetapi diharapkan mampu mengembangkan dan membangun masyarakat dari berbagai bidang. Kegiatan CSR penting dalam upaya membangun citra dan reputasi perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan baik dari konsumen maupun mitra bisnis perusahaan tersebut.

2.1.2.1 Manfaat Corporate Sosial Responsibility a. Manfaat CSR bagi Perusahaan

1. Meningkatkan Citra Perusahaan

Dengan melakukan kegiatan CSR, konsumen dapat lebih mengenal perusahaan sebagai perusahaan yang selalu melakukan kegiatan yang baik bagi masyarakat.

2. Memperkuat “Brand” Perusahaan

Melalui kegiatan memberikan product knowledge kepada konsumen dengan cara membagikan produk secara gratis, dapat menimbulkan kesadaran konsumen akan keberadaan produk perusahaan sehingga dapat meningkatkan posisi brand perusahaan.

3. Mengembangkan Kerja Sama dengan Para Pemangku Kepentingan

(7)

Dalam melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan tentunya tidak mampu mengerjakan sendiri, jadi harus dibantu dengan para pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, masyarakat, dan universitas lokal. Maka perusahaan dapat membuka relasi yang baik dengan para pemangku kepentingan tersebut.

4. Membedakan Perusahaan dengan Pesaingnya

Jika CSR dilakukan sendiri oleh perusahaan, perusahaan mempunyai kesempatan menonjolkan keunggulan komparatifnya sehingga dapat membedakannya dengan pesaing yang menawarkan produk atau jasa yang sama.

5. Menghasilkan Inovasi dan Pembelajaran untuk Meningkatkan Pengaruh Perusahaan

Memilih kegiatan CSR yang sesuai dengan kegiatan utama perusahaan memerlukan kreativitas. Merencanakan CSR secara konsisten dan berkala dapat memicu inovasi dalam perusahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan peran dan posisi perusahaan dalam bisnis global.

b. Manfaat CSR bagi Masyarakat

CSR akan lebih berdampak positif bagi masyarakat, ini akan sangat tergantung dari orientasi dan kapasitas lembaga dan organisasi lain, terutama pemerintah. Studi Bank Dunia (Howard Fox, 2002) menunjukkan, peran pemerintah yang terkait dengan CSR meliputi

(8)

pengembangan kebijakan yang menyehatkan pasar, keikutsertaan sumber daya, dukungan politik bagi pelaku CSR, menciptakan insentif dan peningkatan kemampuan organisasi. Untuk Indonesia, bisa dibayangkan, pelaksanaan CSR membutuhkan dukungan pemerintah daerah, kepastian hukum, dan jaminan ketertiban sosial. Pemerintah dapat mengambil peran penting tanpa harus melakukan regulasi di tengah situasi hukum dan politik saat ini. Di tengah persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami Indonesia, pemerintah harus berperan sebagai koordinator penanganan krisis melalui CSR (Corporate Social Responsibilty). Pemerintah bisa menetapkan bidang-bidang penanganan yang menjadi fokus, dengan masukan pihak yang kompeten. Setelah itu, pemerintah memfasilitasi, mendukung, dan memberi penghargaan pada kalangan bisnis yang mau terlibat dalam upaya besar ini. Pemerintah juga dapat mengawasi proses interaksi antara pelaku bisnis dan kelompok-kelompok lain agar terjadi proses interaksi yang lebih adil dan menghindarkan proses manipulasi atau pengancaman satu pihak terhadap yang lain.

Intinya manfaat CSR bagi masyarakat yaitu dapat mengembangkan diri dan usahanya sehingga sasaran untuk mencapai kesejahteraan dapat tercapai.

(9)

2.1.2.2 Konsep Dasar Corporate Sosial Responsibility

Sebagai adopsi dari konsep Tanggung Jawab Social, saat ini perusahaan secara sukarela menyusun laporan setiap tahun yang dikenal dengan sustainability report, Sustainbility report adalah laporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya disalam konteks pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Menurut Elkington (dalam Solihin, 2008:30), perusahaan yang ingin menyusun sustainability report harus mengadopsi metode akuntansi triple bottom line yang merupakan perluasan dari konsep akuntansi tradisional yang hanya memuat bottom line tunggal yakni hasil-hasil keuangan dari aktivitas ekonomi perusahaan. Lebih lanjut, Elkington memberikan pandangan bahwa perusahaan yang ingin memiliki keberlanjutan dalam berusaha haruslah memperhatikan “3P” (Planet, People, dan Profit). Selain mengejar laba (profit) perusahaan harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet). Hubungan ingin kemudian diilustrasikan dalam bentuk segitiga berikut ini :

(10)

People (Sosial)

Planet (lingkungan) Profit (Laba)

Sumber : Elkington (dalam Solihin, 2008)

Gambar 1 The Triple Bottom Line

Menurut konsep Triple Bottom Line, dapat dipaparkan sebagai berikut :

1. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)

Masyarakat merupakan stakeholders penting bagi perusahaan, karena dengan adanya dukungan mereka terutama masyarakat sekitar, sangat dibutuhkan bagi keberadaan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu perusahaan. Maka dari itu sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan masyarakat, lingkungan, perusahaan perlu berkomitmen dan berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada mereka. Disamping itu, perlu didasari juga bahwa operasional perusahaan tentu akan berdampak kepada masyarakat.

Dengan itu perusahaan juga perlu melakukan berbagai kegiatan dengan melibatkan berbagai masyarakat. Maksudnya, apabila perusahaan

(11)

ingin dipandang baik, maka perusahaan wajib menyertakan pula tanggung jawab social perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.

2. Planet (Lingkungan)

Planet atau Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan seluruh bidang dalam kehidupan manusia. Karena semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia sebagai makhluk hidup selalu berkaitan dengan lingkungan misalnya air yang diminum, udara yang dihirup dan seluruh peralatan yang digunakan, semuanya berasal dari lingkungan. Namun sebagaian besar dari manusia masih kurang peduli terhadap lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan karena tidak ada keuntungan langsung yang bisa diambil didalamnya.

Karena keuntungan merupakan inti dari dunia bisnis dan itu merupakan hal yang wajar. Maka, manusia sebagai pelaku industri hanya mementingkan bagaimana menghasilkan uang sebanyak-banyaknya tanpa melakukan upaya apapun untuk melestarikan lingkungan. Padahal dengan melestarikan lingkungan, manusia justru akan memperoleh keuntungan yang lebih, terutama dari sisi kesehatan, kenyamanan, di samping ketersediaan sumber daya yang lebih terjamin kelangsungannya.

3. Profit (Laba)

Profit atau keuntungan menjadi tujuan utama dan terpenting dalam setiap kegiatan usaha. Tidak heran bila fokus utama dari seluruh kegiatan dalam perusahaan adalah mengejar profit dan mendongkrak harga saham

(12)

setinggi-tingginya. karena inilah bentuk tanggung jawab ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang saham. Aktivitas yang dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan meningkatkan produktivitas dan melakukan efiisensi biaya.Peningkatan produktivitas bisa diperoleh dengan memperbaiki manajemen kerja mulai penyederhanaan proses, mengurangi aktivitas yang tidak efisien, menghemat waktu proses dan pelayanan. Sedangkan efisiensi biaya dapat tercapai jika perusahaan menggunakan material sehemat mungkin dan memangkas biaya serendah mungkin.

2.1.2.3 Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR)

Saat ini telah terdapat beberapa peraturan yang mengatur tentang CSR, yang bersifat mengikat supaya perusahaan tertentu wajib melaksanakan tanggung jawab sosialnya. (dalam Rahmadi, P.B., 2014) Hal tersebut diatur di dalam Undang-Undang Nomor 40 Pasal 74 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang telah disahkan pada tanggal 20 Juli 2007. Undang-Undang Perseroan Terbatas meliputi :

Ayat 1 : “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab social dan lingkungan”.

Ayat 2 : “Tanggung jawab social dan lingkungan merupakan kewajiban perseroan yang harus dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya

(13)

perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran”.

Ayat 3 : “Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”.

Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH).

Pasal 41 ayat (1) yang menyatakan : “Barang siapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah”.

Selanjutnya Pasal 42 ayat (1) menyatakan : “Barang siapa yang karena kealpaannya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah”.

2.1.3 Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hasil yang dicapai selama periode tertentu. Laporan keuangan dapat dijadikan media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan, dimana laporan

(14)

keuangan tersebut terdiri dari neraca, perhitungan rugi laba, ikhtisar laba ditahan dan laporan posisi keuangan.

Berikut ini merupakan pengertian dan definisi laporan keuangan dari berbagai sumber:

1. Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK): Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya : sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral ari laporan keuangan. Di samping itu juga ternasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal : informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009).

2. Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi dan merupakan informasi histories. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil keputusan yang tepat bagi pemakai informasi tersebut (M. Sadeli, 2002:2).

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa laporan keuangan mencerminkan semua transaksi usaha sepanjang waktu yang menghasilkan baik peningkatan maupun penurunan bersih nilai ekonomi bagi

(15)

pemilik modal. Oleh karena itu laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.

2.1.3.1 Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun memiliki tujuan untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomi.

Syafri (2008:201) berpendapat bahwa, Laporan Keuangan adalah output dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sabagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggung jawaban atau accountability. Sekaligus mengambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Tujuan laporan keuangan adalah (M. Sadeli, 2002:18):

1. Menyediakan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan dan kewajiban.

2. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tetang perubahan kekayaan bersih perusahaan sebagai perubahan kekayaan bersih perusahaan sebagai hasil dari kegiatan usaha.

3. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan bersih yang bukan berasal dari kegiatan usaha.

(16)

4. Menyajikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba.

5. Menyajikan informasi lain yang sesuai atau relevan dengan keperluan para pemiliknya.

Standar Akuntansi Keuangan menjelaskan bahwa tujuan laporan keuangan antara lain:

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan disusun memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

3. Laporan keuangan yang menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggung jawaban manajemen atas, sumberdaya yang di percayakan kepadanya.

Laporan keuangan merupakan komoditi yang bermanfaat dan dibutuhkan masyarakat, karena ia dapat memberikan informasi yang dibutuhkan pemakainya dalam dunia bisnis yang dapat menghasilkan keuntungan. Laporan keuangan disajikan kepada banyak pihak yang berkepentingan termasuk manajemen, kreditur, pemerintah dan pihak-pihaklainnya.

(17)

2.1.3.2 Manfaat Laporan Keuangan

Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembaga-lembaganya, dan masyarakat.

Beberapa kebutuhan pemakai laporan keuangan meliputi (Standar Akuntansi Keuangan, 2009):

1. Investor

Penanam modal berisiko dan penasihat merekan berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi yang membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

2. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

(18)

3. Pemberian pinjaman

Pemberian pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada satu jatuh tempo.

4. Pemasok dan kreditur usaha lainnya

Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada prusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek dari pada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

5. Pelanggan

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah dengan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaanya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan arena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

(19)

7. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dengan berbagai cara misalnya: perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestic. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecendrungan (trend) dan perkembangn terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitas.

Sementara itu menurut Syafri (2008:7) Pemakai laporan keuangan antara lain:

a. Pemilik perusahaan

Bagi pemilik perusahaan laporan keuangan dimaksudkan untuk:

1. Menilai prestasi atau hasil yang diperoleh manajemen perusahaan. 2. Mengetahui hasil deviden yang akan diterima.

3. Menilai posisi keuangan perusahaan dan pertumbuhannya. 4. Mengetahui nilai saham dan laba perlembar saham.

5. Sebagai dasar untuk memprediksi kondisi perusahaan dimasa datang. 6. Sebagai dasar untuk mempertimbangkan menambah atau mengurangi

investasi.

b. Manajemen perusahaan

Bagi manajemen perusahaan laporan keuangan digunakan untuk:

(20)

2. Mengatur tingkat biaya dari setiap kegiatan operasi perusahaan, divisi, bagian segmen tertentu.

3. Mengukur tingkat efisiensi dan tingkat keuntungan perusahaan, divisi, bagian, atau segmen tertentu.

4. Menilai hasil kerja individu yang diberikan tugas dan tanggung jawab.

5. Untuk menjadi bahan pertimbangan dalam menetukan perlu tidaknya diambil kebijaksanaan baru.

6. Memenuhi ketentuan dalam UU, peraturan. Anggaran Dasar, Pasar Modal. Dan lembaga regulator lainnya.

c. Investor

Bagi investor laporan keuangan dimaksudkan untuk:

1. Menilai kondisi keuangan dan hasil uasaha perusahaan. 2. Meniali kemungkinan menanamkan dana dalam perusahaan.

3. Menilai kemungkinan menanamkan divestasi (menarik investasi) dari perusahaan.

4. Menjadi dasar memprediksi kondisi perusahaan di masa datang. d. Kreditur atau Banker

Bagi kreditur, banker, atau supplier laporan keuangan digunakan untuk:

1. Menilai kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.

(21)

2. Menilai kualitas jaminan kredit / investasi untuk menopang kredit yang akan diberikan.

3. Melihat dan memprediksi prospek keuntungan yang mungkin diperoleh dari perusahaan atau menilai rate of return perusahaan. 4. Menilai kemampuan likuiditas, solvabilitas, rentabilitas perusahaan

sebagai dasar dalam pertimbangan keputusan kredit.

5. Menilai sejauh mana perusahaan mengikuti perjanjian kredit yang sudah disepakati.

e. Pemerintah dan Regulator

Bagi pemerintah atau regulator laporan keuangan dimaksudkan untuk:

1. Menghitung dan menetapkan jumlah pajak yang harus di bayar. 2. Sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan-kebijakan baru.

3. Menilai apakah perusahaan memerlukan bantuan atau tindakan lain. 4. Menilai kepatuhan perusahaan terhadap aturan yang ditetapkan. 5. Bagi lembaga pemerintah lainnya bisa menjadi bahan penyusunan

data dan statistik.

2.1.4 Profitabilitas

Menurut Kasmir, (2008:196). Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkatan efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal

(22)

ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi, dihitung dengan menggunakan :

Return on Equity (ROE)

Menurut Kasmir, (2008:204). Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya.

Rumus :

2.1.5 Likuiditas

Menurut Fred Weston (dalam Kasmir, 2008:129), rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih, perusahaan akan mampu untuk memenuhi utang tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo. Dihitung dengan menggunakan :

Current Rasio (Rasio Lancar)

Menurut Kasmir, (2008:134). Current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yag tersedia untuk menutupi

(23)

kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo, dapat dihitung dengan rumus :

1.1.6 Penelitian Terdahulu

1. Rahmadi, P.B. (2014), Pengaruh Pengungkapan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan Property & Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012.

Variabel CSR tidak berpengaruh terhadap ROA ini dibuktikan dengan adanya nilai signifikasi 0,299 yang menunjukkan nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Kondisi ini dikarenakan faktor pendukung ROA merupakan laba bersih setelah pajak. CSR hanya menunjukkan kegiatan penunjang untuk meningkatkan nilai perusahaan.

Variabel CSR tidak berpengaruh terhadap ROE ini dibuktikan dengan adanya signifikasi sebesar 0,516 yang menunjukkan nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05. Kondisi ini dikarenakan karena besar kecilnya ROE ditentukan oleh kenaikan /penurunan laba dengan adanya tambahan investasi oleh investor.

(24)

2. Lageranna, A. (2013), Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) Pada Perusahaan Industry Rokok.

Pelaksanaan tanggung jawab social perusahaan/ CSR PT. Djarum secara keseluruhan telah memberikan pengaruh positif bagi masyarakat, baik itu masyarakat disekitar daerah perusahaan maupun masyarakat secara umum. Hal ini terwujud dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat yang mencakup berbagai bidang antara lain social, olahraga, lingkungan, pendidikan dan budaya. Tetapi pelaksanaan CSR PT. Djarum belum member pengaruh terhadap pengembangan masyarakat (Community Development) khususnya dibidang ekonomi dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat disekitar daerah perusahaan beroperasi.

3. Ardimas, W. (2012), Pengaruh Kinerja Keuangan dan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Terhadap Nilai Perusahaan pada Bank Go Public yang Terdaftar di BEI.

Variabel kinerja keuangan dengan return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan kinerja variabel lainnya, yaitu operating profit margin (OPM), dan net profit margin (NPM) tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan terhadap perusahaan sector perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia.

(25)

Variabel CSR tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sector perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia.

1.2 Rerangka Pemikiran

Perusahaan yang menerapkan Corporate Sosial Responsibility (CSR) cenderung memperoleh kemampuan laba yang baik bila dibandingkan dengan perusahaan yang tidak menerapkan CSR.

Dalam hal ini, semua jalannya kegiatan operasional perusahaan dalam rangka mewujudkan peningkatan laba dapat tercapai, demi untuk mempertahankan kelangsungan perusahaan.

Berdasarkan tinjauan teoritis serta permasalahan yang dikemukakan, berikut ini gambar model (bagan) rerangka kinerja keuangan perusahaan dalam perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia setelah adanya penerapan Corporate Sosial Responsibiity. Rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan berikut ini :

(26)

CSRDI

Gambar 2. Rerangka Pemikiran

Perusahaan Tobacco Manufactures yang terdaftar

di BEI

Laporan Tahunan

Corporate Social Responsibility (CSR)

Laporan Keuangan Laporan Keuangan

Profitabilitas Likuiditas

Return on Equity (ROE)

(27)

2.2.1 Rerangka Konsep

Gambar 3 Rerangka Konsep

1.3 Perumusan Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian serta tinjauan teoritis, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1 : Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap profitabilitas.

H2 : Pengungkapan Corporate Social Responsibility berpengaruh terhadap likuiditas.

Corporate Social Responsibility (CSR)

Profitabilitas (H1)

Gambar

Gambar 1  The Triple Bottom Line
Gambar 3  Rerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Adsorpsi asam humat pada permukaan padatan merupakan proses yang kompleks yang tergantung pada sifat permukaan zeolit alam dan sifat larutan asam humat itu

Hasil identifikasi (Lampiran 5) menggunakan Vitek 2 Compact menunjukkan bahwa bakteri yang didapat yaitu jenis bakteri Kocuria kristinae dan Stenotrophomonas maltophilia

Merasakan diri pulih sepenuhnya setelah menjalani pemulihan dipusat serenti ini dan bersyukur kerana tidak terlibat dengan dadah yang lebih berat seperti heroin

Penerapan fuzzifikasi pada suatu sistem pengaturan, besaran suatu masukan yang diperoleh dari plant melalui sensor selalu merupakan crisp yang sifatnya tidak

secara bersama. Empat pilar ini menyiratkan bahwa pendidikan moral dan etika haruslah dilakukan melalui pembinaan secara terus menerus sampai terjadi internalisasi

melalui program pemberdayaan masyarakat miskin adalah masyarakat yang tergolong miskin secara finansial dan materinya masyarakat yang dilihat disini yang mendapatkan

Dari sisi sistem yang dibutuhkan adalah database karena semua aplikasi web yang akan dibuat semua terhubung ke database dan akan melakukan tiga tahap yaitu input,