BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ozon (O3) merupakan bentuk stabil dari oksigen O2 yang memiliki tiga atom. Seperti
oksigen stabil yang hanya memiliki dua atom. Ini merupakan keajaiban alam yang berfungsi untuk melindungi planet bumi dari radiasi ultra violet yang berbahaya. Ozon dapat segera membentuk polutan dengan molekul organik lainnya. Ozon dengan cepat melakukan oksidasi dengan polutan, baik dari bahan biologis maupun bahan kimia dengan terlebih dahulu mereverting dirinya untuk O2(oksigen) dan kemudian menyetorkan atom oksigen
pada polutan. Proses ini sangat efektif untuk deodorizes, mendisinfeksi dan mengghancurkan banyak patogen dan asap yang meracuni udara dalam ruangan. Ozon juga dikenal memiliki sifat desinfektan yang paling kuat dan dapat membunuh kontaminan seperti mikroba seperti E-coli, Candida, Listeria, Staph, Salmonella, Giardia dan Cryptosporidium lebih efektif daripada desinfektan berbahaya seperti klorin atau pemutih. Ozon dapat membunuh bakteri E-coli lebih dari 3000 kali lebih cepat daripada klorin.
Bagi kehidupan di bumi, ozon memegang peranan penting dengan menyerap sebagian besar sinar ultraviolet yang disebut UV-A dan UV-B. Ozon juga memainkan peranan penting dalam struktur suhu atmosfer bumi. Tanpa adanya lapisan ozon, radiasi UV-B matahari akan menembus atmosfer. Kepedulian terhadap perlindungan lapisan ozon timbul setelah para ahli melaporkan terjadinya fenomena penipisan lapisan ozon yang menyebabkan intensitas radiasi ultraviolet-B yang mencapai permukaan bumi menjadi semakin meningkat dan mengancam kesehatan manusia dan di bumi.
Pada saat ini, upaya perlindungan terhadap lapisan ozon semakin mendapatkan perhatian yang besar di masyarakat internasional. Hal ini telah diwujudkan dalam Konvensi Wina dan Protokol Montreal, termasuk di Indonesia.Salah satu cara yang dapat dilakukan Indonesia dalam menyelamatkan lapisan ozon dan juga mendukung pengurangan pemanasan global adalah dengan menghentikan pemakaian Bahan Perusak Ozon (BPO) secara bertahap. Berbagai macam upaya penaatan hukum dalam penggunaan dan perdagangan BPO serta upaya sosialisasi terhadap masyarakat untuk memilih produk yang tidak menggunakan BPO sudah dilaksanakan. Dengan harapan perlindungan terhadap lapisan ozon dapat segera terwujud.
Saat ini Indonesia telah menghentikan konsumsi BPO jenis : Chlorofluorocarbon (CFC), Metil Bromida, Halon, Carbon Tetra Chloride (CTC) dan Methylchloroform (TCA) sejak Desember 2007. Indonesia juga telah mengurangi secara bertahap sebanyak 8,989 Metrik Ton CFC pada akhir 2007, dua tahun lebih awal dari pada target Protokol Montreal.
Disamping itu, komitmen baru Protokol Montreal yang diadopsi pada tahun 2007 adalah dengan mempercepat penghapusan Hydrochlorofluorocarbons (HCFC), dimana HCFC memiliki nilai potensi merusak ozon dan potensi pemanasan global lebih besar dibanding dengan karbondioksida (CO2). HCFC yang paling umum digunakan berpotensi 2.000 kali lebih kuat dalam meningkatkan pemanasan global. Melalui percepatan penghapusan HCFC, negara Pihak Protokol Montreal akan memberikan kontribusi yang signifikan untuk melindungi sistem iklim global.
Indonesia telah menyusun Rencana Penghapusan konsumsi HCFC untuk mencapai target freeze pada tahun 2014 dan 10% reduksi HCFC pada tahun 2015. Pada tahun 2030 diharapkan telah terjadi pengurangan konsumsi HCFC sebesar 97,5 %. Sehubungan dengan penghentian penggunaan BPO jenis HCFC tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup bersama dengan instansi terkait lainnya perlu melakukan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan untuk mengantisipasi pembekuan dan penghentian penggunaan BPO dimaksud sehingga tidak berdampak bagi industri dan pasar Indonesia
Lingkungan Hidup tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota prioritas. Di Provinsi Sumatera Barat, salah satu yang memperoleh 1 (satu) unit peralatan refrigeran gas identifier tersebut Bapedalda Provinsi pada bulan Mei 2009. Kondisi saat ini, peralatan refrigerant gas identifier tersebut masih dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan pengujian terhadap pemakaian bahan perusak ozon di bengkel servis peralatan pendingin.
Berkaitan dengan hal tersebut, melalui kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Barat melakukan pengawasan terhadap kegiatan/usaha yang diperkirakan masih menggunakan Bahan Perusak Ozon terhadap bengkel-bengkel servis peralatan pendingin di 16 (enam belas) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat. Hasilnya diharapkan dapat memberikan gambaran tentang penggunaan dan peredaran BPO di Provinsi Sumatera Barat sehingga diharapkan akan dapat diambil langkah – langkah kebijakan lebih lanjut.
1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran
 Maksud
Maksud dari kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim adalah :
1. Melakukan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan BPO pada bengkel – bengkel servis peralatan pendingin.
2. Melakukan penyebarluasan informasi tentang bahaya penggunaan BPO terhadap lapisan ozon dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.
 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim adalah :
1. Meningkatkan pengawasan terhadap peredaran dan penggunaan BPO pada bengkel – bengkel servis peralatan pendingin.
2. Menyebarluaskan informasi tentang bahaya penggunaan BPO terhadap lapisan ozon dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat.
 Sasaran
1. Terawasinya peredaran dan penggunaan BPO pada bengkel – bengkel servis peralatan pendingin.
2. Terinformasikannya program perlindungan lapisan ozon dan dampak perubahan iklim kepada masyarakat.
1.3 Lokasi Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada 16
(empat belas) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Barat yaitu :
Sumber pembiayaan kegiatan penggunaan BPO pada bengkel – bengkel servis peralatan pendingin berasal dari Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Bapedalda Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017 pada kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim dengan alokasi dana Rp. 45.000.000,- (Empat puluh lima juta rupiah).
1.5 Organisasi Pengguna Jasa
BAB II
DATA PERENCANAAN KEGIATAN
2.1. Data Dasar
Sumber data dasar yang diperlukan dalam kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :
Jumlah bengkel –bengkel servis peralatan pendingin yang menggunakan BPO di 16 (Enam belas) Kabupaten/Kota lokasi kegiatan.
Dokumen perizinanyang dimiliki bengkel – bengkel servis peralatan pendingin di 16 (enam belas) Kabupaten/Kota.
2.2 Standar/Kriteria Yang Digunakan
Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap 16 (enam belas) Kabupaten/Kota berdasarkan kriteria yang jelas dan terukur (akuntabilitas) antara lain berupa :
 Monitoring ke bengkel – bengkel servis peralatan pendingin
Melakukan pengecekan penggunaan refrigerant pada bengkel – bengkel servis peralatan pendingin dengan menggunakan refrigerant gas identifier
 Wawancara Langsung
Wawancara dilakukan terhadap pemilik kegiatan untuk menghimpun data berupa profil perusahaan/kegiatan, jenis izin yang dimiliki, data teknis penggunaan BPO seperti jenis refrigerant yang digunakan, asal sumber bahan, jumlah penggunaan/penjualan BPO, dll.
 Observasi/Pengamatan Lapangan
Data yang dihimpun melalui observasi lapangan adalah pengamatan langsung kondisi dan operasional bengkel – bengkel servis peralatan pendingin di lapangan.
Referensi dari pelaksanaan kegiatan pengawasan terhadap bengkel – bengkel servis peralatan pendingin yang diperkirakan menggunakan Bahan Perusak Ozon (BPO) tahun 2016.
2.4. Landasan Hukum
Pelaksanaan kegiatan ini mengacu kepada peraturan – peraturan yang berlaku dalam bidang pemerintahan, baik pusat maupun daerah serta peraturan yang berlaku di bidang lingkungan hidup, terkait perizinan, dokumen lingkungan, seperti berikut ini :
1. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.
4. Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 24/M-DAG/PER/6/2006 tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Lapisan Ozon.
5. Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 33/M-IND/PER/4/2007 tentang Larangan Memproduksi Bahan Perusak Lapisan Ozon serta Memproduksi Barang yang Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon.
6. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 20 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Barat Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan/Kantor Daerah Propinsi Sumatera Barat.
7. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 14 Tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
8. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No.8 tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Sumatera Barat.
9. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 10 tentang APBD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017.
BAB III
RUANG LINGKUP
Kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Tahun 2017 dilaksanakan dengan ruang lingkup kegiatan meliputi :
3.1 Tujuan yang Ingin Dicapai
Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatnya jumlah bengkel - bengkel servis peralatan pendingin yang teridentifikasi pemakaian Bahan Perusak Ozon dan jumlah bengkel – bengkel servis yang telah memiliki dokumen perizinan terkait kegiatan bengkelnya.
3.2 Keluaran yang Akan Dihasilkan
Keluaran yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
a. Meningkatnya jumlah Kabupaten/Kota yang diidentifikasi pemakaian Bahan Perusak Ozon pada bengkel - bengkel servis peralatan pendingin.
b. Meningkatnya persentase bengkel servis peralatan pendingin yang telah menggunakan refrigerant ramah ozon.
c. Data hasil pengecekan refrigerant yang digunakan berdasarkan refrigerant gas identifier (alat pendeteksi refrigerant) pada bengkel – bengkel servis peralatan pendingin di 16 (enam belas) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat.
3.3 Mekanisme Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
2) Persiapan
Pembuatan Petunjuk Operasional Rapat koordinasi pelaksanaan kegiatan.
Persiapan administrasi seperti surat tugas dan surat pemberitahuan pelaksanaan kegiatan ke Kabupaten/Kota terkait.
3) Pelaksanaan
3.4 Peralatan dan Material
Pelaksanaan kegiataan monitoring dan evaluasi terhadap objek kegiatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Tahun 2017 di 16 (enam belas) Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat dilakukan dengan menggunakan refrigerant gas identifier.
3.5. Lingkup Kewenangan
PRODUK LAPORAN
Output kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Tahun 2016 mencakup hal – hal sebagai berikut :
4.1 Jenis Laporan
a. Laporan hasil monitoring lapangan
b. Laporan tahunan kegiatan yang berisikan tentang rangkuman dan kesimpulan serta saran setelah pelaksanaan kegiatan.
c. Surat tindak lanjut (follow up) hasil monitoring kegiatan
4.2 Jumlah Laporan
a. Laporan hasil monitoring lapangan sebanyak 16 (enam belas) laporan, masing – masing 1 (satu) laporan untuk setiap lokasi kegiatan.
b. Laporan tahunan kegiatan berjumlah 1 (satu) buku laporan tahunan yang berisikan tentang rangkuman dan kesimpulan serta saran setelah pelaksanaan kegiatan.
c. Surat tindak lanjut (follow up) hasil pembinaan terkait kegiatan terhadap 16 (enam belas) kabupaten/Kota.
4.3 Frekuensi Laporan
a. Pelaporan kegiatan lapangan dilakukan pada setiap pelaksanaan kegiatan b. Pelaporan kegiatan tahunan dilakukan satu kali setahun pada akhir kegiatan.
Dengan disusunnya Kerangka Acuan Kerja (KAK) kegiatan Peningkatan Program Perlindungan Lapisan Ozon dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim Tahun 2017 ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau pedoman bagi pelaksanaan kegiatan nantinya sehingga sasaran yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
Padang, Januari 2017
Disetujui dan disahkan Tanggal : Januari 2017
KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA BARAT,
Drs. ASRIZAL ASNAN, MM
Pembina Utama Madya NIP. 19570803 198503 1 005
KEPALA BIDANG P2KLH &PHL