• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wisata Vihara Avalokitesvara (Studi Etnografi Mengenai Wisata Religi di Kota Pematangsiantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Wisata Vihara Avalokitesvara (Studi Etnografi Mengenai Wisata Religi di Kota Pematangsiantar)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota terbesar kedua di Sumatera Utara setelah Medan yaitu Pematangsiantar, merupakan kota yang memiliki daya tarik wisata tersendiri, tidak kalah dengan destinasi wisata lainnya di Sumatera Utara. Salah satu rekomendasi objek wisata yang membanggakan di kota ini adalah sebuah patung Dewi Kwan Im yang tidak biasa. Patung Dewi Kwan Im di Siantar ini merupakan patung Dewi Kwan Im tertinggi di Asia Tenggara. Pariwisata di Indonesia saat ini telah tumbuh dan berkembang seiring berjalannya waktu kehidupan manusia yang serba ingin tahu mengenai segala sesuatu hal, peristiwa dan situasi yang terjadi dalam berbagai bidang dengan aspek kehidupan dan lingkungannya. Rasa ingin tahu tersebut dapat menambah informasi dan pengetahuan yang luas. berbagai upaya dapat dilaksanakan untuk menumbuh kembangkan industri pariwisata diantaranya pengadaan sarana akomodasi yang memadai, promosi, kemudahan perjalanan, penambahan dan pengembangan pariwisata serta mengupayakan produk-produk baru (Spillane, 1994:56).

Usaha menumbuh kembangkan industri pariwisata di Indonesia didukung dengan UU No. 9 Tahun 1990 yang menyebutkan bahwa “Keberadaan objek

(2)

Pariwisata semakin berkembang sejalan dengan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan politik. Runtuhnya sistem kelas dan kasta, semakin meratanya distribusi sumber daya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi, dan peningkatan waktu luang yang didorong oleh pengurangan jam kerja telah mempercepat mobilitas manusia antar daerah maupun negara, khususnya dalam hal pariwisata. Sebagai suatu bentuk aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang dan jasa yang sangat kompleks. Pariwisata terkait erat dengan organisasi, hubungan-hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan (Erawan, 1994).

Untuk memajukan pariwisata bukan hanya tugas pemerintah tetapi juga masyarakat luas. Namun tentunya Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata serta Dinas Pariwisata di seluruh daerah di Indonesia sebagai instansi pemerintah yang bertugas memajukan kebudayaan dan pariwisata Indonesia memiliki tanggung jawab yang lebih besar. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan memberikan hasil secara berlanjut, pengembangan potensi objek wisata perlu didahului dengan perencanaan yang tepat. Pariwisata merupakan salah satu sektor pengembangan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan Indonesia khususnya sebagai devisa negara di samping sektor migas. Tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia terlihat dengan jelas dalam instruksi Presiden Republik Indonesia

Nomor 9 Tahun 1969, khususnya Bab II Pasal 3, yang menyebutkan “Usaha

(3)

“industri pariwisata” dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan

pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan Negara.”

Sebagian besar negara-negara berkembang saat ini kurangnya dana bagi pembangunan negara diantisipasi dengan suatu perencanaan yang mengikut sertakan peluang industri wisata bagi pemasukan devisa. Untuk mendorong tumbuhnya industri wisata banyak negara berkembang menawarkan bantuan promosi bagi pelaku wisata. Dengan semakin berkembangnya industri pariwisata diharapkan devisa negara bertambah dan dapat digunakan bagi pembangunan negara, mengurangi hutang luar negeri, membantu dan mendukung program-program sosial dan peningkatan sumber daya manusia.

Di Indonesia, objek-objek wisata berupa pengenalan budaya bangsa serta peninggalan sejarah sangat banyak. Salah satu objek wisata yang mengedepankan faktor sejarah dan agama adalah objek wisata Vihara Avalokitesvara di Kota Pematangsiantar. Kota Pematangsiantar merupakan gerbang pariwisata Danau Toba, dimana para wisatawan yang akan berwisata menuju Danau Toba selalu melintasi ataupun sekedar singgah di kota yang populer dengan durian dan roti gandanya ini.

(4)

yang bangga dan kagum akan keberadaan patung Dewi Kwan Im tertinggi se-Asia tenggara ini, namun banyak sekali turis mancanegara yang menyempatkan diri untuk mengagumi dan mengabadikan kemegahan patung ini.

Dalam beberapa tahun belakangan ini Wisata Vihara Avalokitesvara semakin berkembang, baik itu dari segi fisik objek wisata, pelayanan, daya tarik wisatawan maupun ketenaran Vihara Avalokitesvara. Hal ini yang mendasari peneliti untuk meneliti mengenai sejarah, struktur, pengembangan, serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan di Vihara Avalokitesvara di Kota Pematangsiantar, Provinsi Sumatera Utara.

Patung setinggi 22,8 meter ini didirikan di Vihara Avalokitesvara yang berlokasi di pusat kota Pematangsiantar, tepatnya di Jalan Pane. Patung yang diimpor langsung dari China ini dibangun selama hampir 3 tahun, dan kemudian diresmikan pada tanggal 15 November 2005. Namun hingga kini pembangunan vihara ini masih diteruskan untuk menyempurnakan tempat ibadah umat Buddha.

1.2. Tinjauan Pustaka

1.2.1. Konsep Pariwisata

(5)

Pariwisata memiliki dua aspek, aspek kelembagaan dan aspek sustansial, yaitu sebuah aktivitas manusia. Dilihat dari sisi kelembagaannya, pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sebagai sebuah lembaga, pariwisata dapat dilihat dari sisi manajemennya, yakni bagaimana perkembangannya, mulai dari direncanakan, dikelola, sampai dipasarkan pada pembeli atau wisatawan. Sebagai sebuah substansi, pariwisata merupakan bagian dari budaya masyarakat, yaitu berkaitan dengan cara penggunaan waktu senggang yang dimilikinya. Pariwisata dapat disoroti dari bermacam sudut pandang karena memiliki sifat yang kompleks. Kompleksitas yang terkandung dalam pariwisata antara lain pariwisata sebagai perlaku sosial, pariwisata sebagai fenomena geografis, pariwisata sebagai sumber daya manusia, dan pariwisata sebagai industri (Spillane, 1994).

Pariwisata juga dapat dipandang sebagai fenomena geografis. Kegiatan pariwisata akan senantiasa terpengaruh atau bahkan tergantung pada ciri khas yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata, baik mengenai masyarakatnya ataupun daerahnya. Sebagaimana diketahui, setiap wilayah geografis memiliki ciri khasnya masing-masing. Pengembang pariwisata pada umumnya mengetahui hal ini sehingga mereka akan memasarkan kekhasan daerah tujuan wisata pada calon wisatawan. Pariwisata merupakan sumber daya yang penting bagi daerah yang memiliki daerah tujuan wisata. Pariwisata dapat menjadi sumber daya untuk melaksanakan upaya preservasi1 berbagai hasil budaya masa lampau.

1

(6)

Sebagai sumber daya, pariwisata perlu dikelolah dengan tepat supaya pengembangannya tidak hanya menjadi sumber kerusakan atau sumber bencana. Sebagai sebuah industri, pariwisata mempunyai sifat yang khas, tidak hanya melibatkan banyak industri yakni industri transportasi, akomodasi, atraksi, tetapi bersifat menyerap banyak tenaga kerja yang pada akhirnya juga memiliki implikasi politis yang besar. Dalam pengembangan pariwisata, sangat diperlukan sebuah kebijakan untuk meminimalisasi dampak negatif yang sering timbul. Sebagai sebuah organisasi, pariwisata didefinisikan sebagai organisasi yang memiliki keterkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan wisatawan, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dengan demikian, pariwisata merupakan industri yang memiliki cakupan yang sangat luas. Pada prinsipnya, yang termasuk dalam industri pariwisata adalah usaha-usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia ketika sedang melaksanakan perjalanan wisata. Industri-industri yang dimaksud antara lain akomodasi, transportasi, komunikasi, entertaimen, dan jasa-jasa hiburan lainnya.

(7)

pariwisata perhatian harus ditujukan terhadap fitur-fitur dan atribut-atribut yang dapat menghasilkan landasan strategi pemasaran (Ginting, 2005:47).

Di dalam membina atau meningkatkan kesadaran masyarakat dibidang kepariwisataan dibutuhkan penyebarluasan berbagai pengertian yang berhubungan dengan segala macam bentuk peristilahan yang sering digunakan dalam dunia kepariwisataan. Hal ini sangat penting sebagai sarana untuk menambah wawasan. Hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata tadi antara lain adalah mengenai apa itu pariwisata dan apa saja yang dibutuhkan para wisatawan. Hal ini penting mengingat bagaimana juga dengan semakin berkembangnya nasional maka masyarakat akan saling berhubungan dengan dunia pariwisata dan sekaligus mendapat pelajaran tentang manfaatnya, baik langsung maupun tidak langsung.

(8)

biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah.2

Pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga kerena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konveksi, keagamaan dan keperluan usaha lainnya.

1.2.2. Pariwisata dan Ilmu Antropologi

Pada penelitian ini yang digunakan dalam pandangannya yaitu pandangan kognitif. Dimana pandangan kognitif tersebut menjelaskan tentang sistem pengetahuan manusia yang memiliki kebudayaan. Pembangunan merupakan salah satu bagian pengetahuan manusia yang berbudaya untuk memenuhi serta melanjutkan kehidupannya. Kebudayaan merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk hidup dan mahluk sosial saling berhubungan dalam menciptakan tindakan-tindakan terhadap lingkungannya (Parsudi Suparlan,1985), Brown (1965) dan Malinowsky (1933) menjelaskan bahwa perkembangan kajian ekologi manusia keseluruhan berkaitan dengan hal material, dimana dijelaskan dan dilihat keberagaman yang ada saling terintegrasi dan menyesuaikan antara

2

(9)

satu dengan yang lainnya sehingga terbentuk perubahan yang kompleks secara fungsional.

(10)

pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada (Happy Marpaung, 2002).

Pembangunan pariwisata harus merupakan pembangunan berencana serta menyeluruh sehingga pada akhirnya dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan kultural. Disamping itu rencana tersebut harus memberikan kerangka perencanaan untuk mendorong dan mengendalikan pembangunan pariwisata sehingga dampak positif dapat dimaksimalkan dan dampak negatif diminimalkan. Dengan adanya pembangunan pariwisata pada beberapa daerah berarti sumber-sumber yang biasanya digunakan penduduk setempat sekarang harus dibagi dengan para wisatawan, hingga situasi demikian ini tidak dapat menimbulkan benih-benih sakit hati, khususnya pada msyarakat setempat tang merasa tidak diuntungkan secara langsung oleh adanya kegiatan pariwisata itu. Meningkatnya benih-benih dendam tersebut dapat terjadi pada saat sumber-sumber yang disebut sebagai sumber milik umum (common resources) harus dibagi atau sepenuhnya tidak bisa digunakan oleh penduduk setempat (Butler R.W, 1974).

(11)

yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.3

Pada dasarnya kebudayaan memiliki unsur-unsur yang terjalin dan saling berhubungan satu dengan yang lainya. Adapun mengenai unsur-unsur kebudayaan menurut Koenjtaraningrat, bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang kemudian disebut unsur-unsur kebudayaan universal, yaitu:

1. Bahasa

2. Sistem Pengetahuan 3. Organisasi Sosial

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi 5. Sistem Mata Pencaharian

6. Sistem Religi, dan

7. Kesenian (Koentjaraningrat, 1996: 80-8)

Kebudayaan fisik meliputi semua benda atau objek fisik hasil karya manusia, seperti rumah, gedung bersejarah, perkantoran, jalan, jembatan, jalan, mesin-mesin, dan sebagainya. Oleh karenanya, sifatnya pun paling konkrit, mudah diraba dan diobservasi. Kebudayaan fisik merupakan hasil dari aktivitas sosial manusia (Maran, 2007: 49).

Seperti yang diketahui, bahwa antropologi sangat erat hubungannya dengan kebudayaan. Dimana antropologi memiliki beberapa sub bidang ilmu di

3

(12)

dalamnya. Salah satu sub bidang ilmu dalam antropologi adalah antropologi pariwisata. Hubungan antropologi dan pariwisata adalah membahas dua hal utama yaitu relevansi teori-teori antropologi dalam melihat berbagai masalah dalam pariwisata dan masalah kedudukan peneliti dalam proses representasi. Pokok pembahasan mencakup masalah-masalah pembentukan tradisi, identitas dan hubungan antar suku bangsa, politik, pariwisata, stereotipe dan pengalaman, serta masalah penulisan dan otoritas etnografi.

Relevansi teori-teori antropologi dalam menjelaskan gejala pariwisata dan relevansi kajian pariwisata bagi perkembangan teori-teori antropologi akan diperlihatkan melalui pembahasan yang mencakup permasalahan permasalahan yang muncul di kalangan wisatawan, dalam industri pariwisata, maupun di masyarakat daerah tujuan wisata itu sendiri. Konsep-konsep dan teori-teori mengenai perjalanan (the journey), identitas, rekacipta budaya, dan asimilasi yang akan digunakan untuk mengkaji.

Hubungan antropologi dan dunia pariwisata adalah untuk membahas aspek-aspek budaya masyarakat sebagai asset dalam dunia pariwisata. Kajian teori dan konsep-konsep antropologi terutama dalam melestarikan aspek budaya masyarakat dan sekaligus mengkaji aspek budaya masyarakat sebagai asset pariwisata dalam upaya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak makna dan nilai dari aspek budayanya.

(13)

antara berbagai sistem sosial dan sistem budaya yang saling mempengaruhi. Dimana sistem sosial dan sistem budaya setempat sebagai variabel yang dipengaruhi (MH. Graburn, 1975).

Antropologi membandingkan cara hidup, budaya dari suatu kelompok manusia dengan manusia lainnya dan yang menyangkut segala sesuatu tentang manusia. Penelitian dasar antropologi pada pariwisata adalah bertujuan untuk lebih memahami berbagai macam tindakan-tindakan wisatawan dalam konteks budaya yang berbeda . selain itu kajian antropologi pada pariwisata adalah untuk menyingkap cara yang digunakan wisatawan untuk memberi keuntungan kepada daerah tujuan wisata dalam upaya mengembangkan dunia wisata. Para antropolog juga ingin mengetahui pengaruh dari tindakan orang-orang yang ada di daerah tuan rumah terhadap wisatawan-wisatawan itu sendiri. Pariwisata sendiri adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan wisatawan. Hal ini membuktikan bahwa ini erat hubungannya dengan antropologi. Dimana kita dituntut untuk belajar mengetahui apa yang diinginkan orang-orang sebagai calon wisatawan sebagai dasar atau awal usaha pemenuhan kebutuhan yang benar-benar mereka inginkan. Hal ini diciptakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan, yaitu mendatangkan banyak pengunjung atau wisatawan karena mereka berhasil

“dipuaskan” kebutuhannya (Sukadijo, 1996: 2).

(14)

1. Wisatawan

2. Setiap wisatawan ingin mencari dan menemukan pengalaman fisik dan psikologis yang berbeda-beda antara satu wisatawan dengan wisatawan lainnya. Hal inilah yang membedakan wisatawan dalam memilih tujuan dan jenis kegiatan di daerah yang dikunjungi.

3. Industri Penyedia Barang dan Jasa

4. Orang-orang bisnis atau investor melihat pariwisata sebagai suatu kesempatan untuk mendatangkan keuntungan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan.

5. Pemerintah Lokal.

6. Masyarakat setempat, masyarakat lokal biasanya melihat pariwisata dari faktor budaya dan pekerjaan karena hal yang tidak kalah pentingnya bagi masyarakat lokal adalah bagaimana pengaruh interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal baik pengaruh yang menguntungkan maupun yang merugikan. Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa pariwisata merupakan gabungan dari sejumlah fenomena yang muncul dari interaksi antara wisatawan, industri penyedia barang & jasa, pemerintah lokal, dan masyarakat setempat dalam sebuah proses untuk menarik dan melayani wisatawan.4

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek wisata dan daya tarik wisata. Objek wisata dan daya tarik wisata adalah segala

4

(15)

sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Sementara wisatawan sendiri adalah orang-orang yang melakukan perjalanan wisata (Pendit, 2003: 14).

Urry (1990:2) mengatakan bahwa pariwisata merupakan suatu kegiatan yang terencana untuk melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lainnya dan menetap di tempat tersebut sebagai bagian dari perjalanan yang dilakukan. Pariwisata dapat didefinisikan secara sederhana sebagai suatu proses perjalanan mencari pengalaman, pengetahuan atas suatu wilayah dan berdiam dalam jangka waktu tertentu, sedangkan Grunewald (2006) menawarkan suatu konsep definisi atas wisata dengan menjelaskannya sebagai suatu kegiatan perjalanan dari satu wilayah menuju wilayah lainnya yang berbeda dengan daerah tempat tinggal, kota maupun negara asal. Konsepsi wisata yang dipaparkan sebelumnya membentuk suatu landasan mengenai diskusi wisata berkaitan dengan potensi.

Kebudayaan nampak dalam tingkah laku dan hasil karya manusia (culture in act and artifact). Manifestasi kebudayaan itulah yang diharapkan kepada wisatawan untuk dinikmati sebagai atraksi wisata. Dengan kata lain, di belakang manifestasi kebudayaan terdapat nilai kebudayaan yang dapat dijual (Soekadijo, 1996: 288-289).

(16)

Pemahaman melalui pendekatan secara interpretatif adalah aspek penting dalam mempelajari pariwisata sebagai suatu karya etnografi.

1.2.3. Pengertian Objek Wisata

Pariwisata memiliki definisi yang bermacam-macam, yang dikemukakan oleh beberapa ahli sesuai dengan tinjauan mereka masing-masing. Pariwisata terlahir dari bahasa Sansekerta yang komponen-komponen terdiri dari Pari yang artinya penuh, lengkap, berkeliling, Wis (man) yang artinya rumah, properti, kampung, komunitas, Ata yang artinya pergi terus-menerus, mengembara (roa ming about) yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan pariwisata, berarti: pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus menerus. Dalam operasionalnya istilah pariwisata sebagai istilah asing “tourism”

atau “travel” diberi makna oleh Pemerintah Indonesia, mereka yang meninggalkan

rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah di tempat-tempat yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan mereka (Pendit, 1999).

(17)

Tentunya sesuatu atau suatu wilayah dapat dijadikan sebagai objek wisata tidak hanya tergantung pada keindahan fenomenanya, melainkan juga karena kekhasan yang dimiliki oleh objek tersebut. Objek wisata adalah suatu tempat atau benda yang memiliki ciri khas tersendiri dan memiliki daya tarik tersendiri, sehingga mengundang perhatian banyak orang untuk menyaksikannya. Begitu pula halnya seperti yang diungkapkan oleh Norwal bahwa objek wisata adalah “suatu tempat yang memiliki daya tarik baik itu karena keindahannya atau pun

nilai historis yang terkandung di dalamnya”.

(18)

Jadi berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa objek wisata adalah suatu lokasi atau objek yang memiliki daya tarik minat wistawan untuk berkunjung ke tempat tersebut. Daya tarik tersebut dapat berupa keindahan ataupun religius yang terdapat di dalam suatu objek tersebut.

1.2.4. Jenis Objek Wisata

Perbedaan jenis objek wisata akan memberikan kenikmatan dan kepuasan tersendiri terhadap pengunjungnya. Menurut Pendit (1999) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana” mengemukakan beberapa

jenis pariwisata yang dikenal dewasa ini adalah sebagai berikut.

a) Wisata Budaya merupakan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup, budaya dan seni mereka.

b) Wisata Kesehatan merupakan perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan tersebut untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan.

(19)

d) Wisata komersial merupakan perjalanan wisata untuk mengunjungi pameran-pameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti pameran-pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

e) Wisata Industri merupakan perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu komplek atau daerah perindustrian di mana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

f) Wisata politik merupakan perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa kegiatan polotik, seperti perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945) di Jakarta

g) Wisata Konvensi merupakan perjalanan yang dilakukan dengan cara menyediakan fasilitas bagunan dengan ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konvensi, musyawarah, pertemuan/konvensi lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.

h) Wisata sosial merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah umtuk memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan.

i) Wisata Pertanian merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunan, dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan.

(20)

pegunungan, bukit yang ada di sekitarnya yang banyak dilakukan di negara-negara maritime seperti Indonesia.

k) Wisata Cagar Alam merupakan wisata yang banyak dilakukan oleh para pecinta alam dan kaitannya dengan kegemarannya memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan dan kembang beraneka warna yang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

l) Wisata Buru merupakan jenis pariwisata yang dilakukan di negara-negara yang memang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah. Wisata ini diatur dalam bentuk safari buru yang ditetapkan oleh pemetintah yang bersangkutan seperti di negara Afrika berburu gajah dan singa. m) Wisata Pilgrim merupakan jenis wisata yang banyak mengedepankan potensi wisata agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan ke tempat-tempat suci seperti makam pemimpin yang di agungkan dan sebagainya.

n) Wisata Bulan Madu merupakan suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pengantin baru yang sedang berbulan madu disuguhkan fasilitas-fasilitas yang khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka seperti kamar hotel yang dihiasi dengan bunga dan lampu warna-warni.

(21)

kegiatan wisata di Negara tersebut. Sementara itu pemeluk Nasrani biasa melakukan wisata religi ke Negara Israel yang memiliki hubungan sejarah yang sangat kental dengan ajaran agama yang mereka anut.

1.2.5. Faktor Pendorong Pengembangan Objek Wisata

Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi. Modal kepariwisataan (tourism a ssets) sering disebut sumber kepariwisataan (tourism resources). Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau kondisinya semakin rupa, sehingga ada yang dikembangkan menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan. Modal kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata, sedang atraksi wisata itu sudah tentu harus komplementer dengan motif perjalanan wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan suatu daerah harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Menurut Soekadijo (2000) modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan ada tiga diantaranya :

a. Modal dan potensi alam, alam merupakan salah satu faktor pendorong seorang melaukan perjalanan wisata karena ada orang berwisata hanya sekedar menikmati keindahan alam, serta ingin menikmati keaslian fisik, flora dan faunanya.

(22)

wisatawan atau pengunjung bisa tertahan dan dapat menghabiskan waktu di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaannya yang dianggap menarik.

c. Modal dan potensi manusia. Manusia dapat dijadikan atraksi wisata yang berupa keunikan-keunikan adat istiadat maupun kehidupannya namun jangan sampai martabat dari manusia tersebut direndahkan sehingga kehilangan martabatnya sebagai manusia.

1.2.6. Dampak Pariwisata

Pengaruh dan dampak pariwisata juga perlu diperhatikan dalam rencana pengembangan pariwisata. Pariwisata tentunya menimbulkan dampak yang bersifat negatif maupun positif. Dampak negatif yang ditimbulkan pariwisata meliputi biaya pembangunan infrastruktur yang cukup besar terutama di lokasi-lokasi yang memberdayakan penduduk lokal sebagai lokasi-lokasi pariwisata, selain itu pariwisata juga memicu peningkatan harga-harga barang terutama harga lahan, rumah, dan lokasi-lokasi yang strategis untuk dikembangkan, dan juga memuncul lapangan pekerjaan yang hanya aktif pada musim-musim tertentu saja. Sedangkan dampak positif yang ditimbulkan industri pariwisata berupa mampu merangsang pembentukan lapangan pekerjaan baru, mengembangkan infrastruktur yang lebih baik, serta meningkatkan perekonomian (Yoeti, 1994).

(23)

wisata tersebut akan dijarakkan dari kehidupan rutin sehari-hari, karena wisata agama memiliki suatu aura yang sakral.

1.2.7. Daya Dukung Objek Wisata

Daya dukung objek wisata adalah kemampuan areal (kawasan) objek wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan secara maksimum tanpa merubah kondisi fisik lingkungan dan tanpa penurunan kualitas yang dirasakan oleh wisatawan selama melakukan aktivitas wisata. Hal ini berarti bahwa daya dukung objek wisata berorientasi pada pemenuhan kepuasan berwisata dan pencegahan dampak negatif pada lingkungan yang mungkin timbul.

Pada kunjungannya ke suatu objek wisata, wisatawan bertujuan untuk melakukan berbagai macam aktivitas wisata, diantaranya adalah istirahat/berjalan santai, berkemah, mendaki gunung, dan belajar/megamati/meneliti atau gabungan dari berbagai aktivitas tersebut. Melalui berbagai aktivitas wisata tersebut, seseorang berharap untuk mendapatkan hiburan dan rekreasi. Dengan rekreasi kekuatan diri baik fisik maupun spiritual seseorang diharapkan dapat pulih kembali.

Ada empat kelompok faktor yang mempengaruhi penentuan pilihan daerah tujuan wisata, yaitu :

1. Fasilitas : akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda penunjuk arah 2. Nilai estetis : pemandangan (panorama), iklim santai/terpencil, cuaca 3. Waktu/biaya : jarak dari tempat asal (rumah), waktu dan biaya perjalanan,

harga atau tarif-tarif pelayanan.

(24)

Sedangkan daya tarik objek wisata pada umumnya dipengaruhi oleh adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih, tersedianya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya, adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka, serta sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

1.2.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Pariwisata

a. Pertumbuhan Demografi

Sekarang ini penduduk dunia sudah mencapai lebih dari 6 milyar orang. Di Indonesia sendiri kurang lebih sebanyak 220 juta orang. Menurut BPS jumlah penduduk Indonesia setiap tahun terus meningkat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah pertumbuhan pariwisata juga akan semakin bertambah. Karena itu perlu diantisipasi dari sekarang dengan pengembangan produk dan pelayanan industri pariwisata dalam semua aspek. Sedikitnya ada tiga kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata dengan pola perbelanjaan yang cukup berbeda satu dengan yang lain, diantaranya :

a) Kelompok remaja, kelompok ini berkisar antara 18-34 tahun yang melakukan perjalanan baik secara sendiri-sendiri atau rombongan melalui organisasi-organisasi tertentu.

(25)

c) Kelompok pensiunan, kelompok ini merupakan orang-orang yang berusia 60 tahun ke atas, yaitu kelompok yang sedang menikmati pensiun, baik itu pensiun dipercepat maupun pensiun biasa dengan jaminan kesehatan dan jaminan hari tua yang memadai. Kelompok ini diperkirakan akan bertambah sebagai akibat strukturisasi pasar kerja yang banyak dilakukan perusahaan besar. Pengaruhnya terhadap perjalanan wisata, mereka ini akan memiliki waktu berwisata yang relatif lama, karena mereka tidak lagi terikat dari pekerjaan rutin mereka. Oleh karena itu sangat ideal dijadikan sebagai target pasar pariwisata.

b. Adanya Keinginan Terhadap Pariwisata Ramah Lingkungan

Sekarang ini, terutama di negara-negara berkembang, ada segmen pasar yang ingin melihat dan menyaksikan daerah tujuan wisata yang ramah lingkungan. Hal ini disebabkan orang-orang yang tinggal di negara-negara tersebut sudah bosan dengan lingkungan yang tercemar oleh limbah industri maupun asap kendaraan perkotaan yang menyesakkan. Mereka ingin mencari daerah tujuan wisata yang memberi perhatian terhadap lingkungan hidup dan punya kemampuan mempertahankan keseimbangan alam dan budaya secara lebih harmonis. Itu pula sebabnya mengapa akhir-akhir ini permintaan akan wisata berwawasan lingkungan (ecotourism) mulai diminati banyak wisatawan.

c. Kemajuan Teknologi

(26)

perantara antara wisatawan dengan daerah tujuan wisata. Melalui teknologi, seorang wisatawan dengan mudah akan mengetahui bagaimana potensi objek wisata di suatu tempat tanpa mengunjunginya. Begitu juga dengan daerah tujuan wisata, dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi, pihak pengelola akan mudah dalam mempromosikan objek wisata sehingga memungkinkan bertambahnya kunjungan wisatawan.

1.2.9. Motivasi Wisatawan

Menurut Cohen motivasi wisatawan adalah untuk melepaskan diri sejenak dari kegiatan rutin berfungsi untuk mengembalikan harmoni di masyarakat (terapi sosial). Pada dasarnya seseorang melakukan perjalanan dimotivasi oleh beberapa hal. Dari berbagai motivasi yang mendorong perjalanan, McIntosh (1977) dan Murphy (1985) mengatakan bahwa motivasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok besar yaitu sebagai berikut:

1. Physical or physiological motivation (motivasi yang bersifat fisik atau fisiologis), antara lain untuk relaksasi, kesehatan, kenyamanan, berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, bersantai dan sebagainya.

2. Cultural motivation (motivasi budaya), yaitu keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi dan kesenian daerah lain. Termasuk juga ketertarikan akan berbagai objek tinggalan budaya (banggunan bersejarah).

(27)

4. Fantasy motivation (motivasi karena fantasi), yaitu adanya fantasi bahwa di daerah lain seseorang kan bisa lepas dari rutinitas keseharian yang menjemukan, dan ego-enhancement yang memberikan kepuasan psikologis. Disebut juga sebagai status and prestige motivation.

1.2.10. Wisata Religi

Wisata religi adalah salah satu jenis produk wisata yang berkaitan erat dengan sisi religius atau keagamaan yang dianut oleh umat manusia. Wisata religi dimaknai sebagai kegiatan wisata ke tempat yang memiliki makna khusus bagi umat beragama, biasanya beberapa tempat ibadah yang memiliki kelebihan. Kelebihan ini misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya mitos dan legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur bangunannya (www.nuruzzaman2.multiply.com, diunduh pada tanggal 2 Februari 2010). Wisata religi ini banyak dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh restu, kekuatan batin, keteguhan iman dan tidak jarang pula untuk tujuan memperoleh berkah dan kekayaan melimpah.5

Tentang mengapa semua orang melakukan perjalanan wisata, setiap orang akan mempunyai alasan-alasan tersendiri. Salah satu alasan adalah untuk berziarah atau untuk keperluan keagamaan lain. Hal ini disebut juga dengan wisata rohani. Wisata rohani adalah perjalanan wisata di mana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan. Jenis wisata ini sedikit banyaknya dikaitkan dengan agama, sejarah adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini

5

(28)

banyak dilakukan oleh perorangan maupun rombongan ke tempat-tempat suci, seperti kunjungan ke Istana Vatikan di Roma bagi orang yang beragama Katolik, ke Yerusalem dan ke Muntilan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah bagi umat beragama Kristen Protestan, ke tanah suci bagi umat beragama Islam, upacara agama Hindu Bali di Sakenan, Bali, Umat beragama Budha ke tempat-tempat suci Agama Budha di India, Nepal, Tibet dan sebagainya. Yoeti (1983 : 116) Suwantoro berpendapat bahwa wisata rohani merupakan perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan, misalnya umroh oleh sebuah konsorsium biro perjalanan, tour ke Lourdes di Perancis Selatan, tour mengikuti Waicak di Candi Borobudur-Pawon-Mendut dan lain-lain, ( Suwantoro 1997:16). Dari kedua pengertian wisata rohani di atas, maka diambil kesimpulan bahwa wisata rohani adalah perjalanan yang dilakukan dengan tujuan keagamaan baik dalam bentuk upacara keagamaan dan juga merupakan tempat ibadah.6

1.2.11. Pelayanan Pariwisata

Pelayanan merupakan proses interaksi antara seseorang yang berupaya memenuhi kebutuhan dengan seseorang yang ingin terpenuhi kebutuhannya, yaitu antara pelanggan / tamu / klien / nasabah / pasien dan para petugas / karyawan / pegawai.

Pertama sekali kita harus memahami definisi dari kata pelayanan itu sendiri. Pelayanan adalah suatu tindakan yang dilakukan guna memenuhi keinginan customer (pelanggan) akan suatu produk/jasa yang mereka butuhkan, tindakan ini dilakukan untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan untuk

6

(29)

memenuhi apa yang mereka butuhkan tersebut. Dibawah ini akan diurai dengan ilustrasi tentang pengertian pelayanan. Pelayanan dalam bahasa Inggris disebut service, yang masing masing huruf dapat diuraikan sebagai berikut :

S : Smile for everyone (selalu tersenyum pada setiap orang)

E : Excellence in everything we do (selalu melakukan yang terbaik dalam bekerja) R : Reaching out to every guest with hospitality (menghadapi setiap tamu dengan penuh keramahan)

V : Viewing every guest as special (melihat setiap tamu sebagai orang yang istimewa)

I : Inviting guest to return (mengundang tamu untuk datang kembali ke prusahaan kita)

C : Creating a warm atmosphere (menciptakan suasana hangat saat berhadapan dengan tamu)

E : Eye contact that shows we care (kontak mata dengan tamu untuk menunjukkan bahwa kita penuh perhatian terhadap tamu).

Dalam Hospitality Industry (Industry Jasa Pelayanan), agar loyalitas pelanggan semakin melekat erat dan pelanggan tidak berpaling pada pelayanan lain, pelayanan jasa perlu menguasai unsur yaitu CTARN : Cepat, Tepat, Aman, Ramah tamah, dan Nyaman.

(30)

menit. Jika seorang receptionist melakukan check-in tamu dalam waktu lima menit, berarti yang bersangkutan bekerja dengan cepat, jika ia melakukannya dalam waktu kurang dari lima menit berarti ia bekerja dengan sangat cepat, dan jika ia melakukannya dengan lebih dari lima menit berarti ia bekerja dengan lambat, tidak sesuai standar, yang menyebabkan si tamu kecewa karena pelayanan yang diberikan terlalu lama.

b. Tepat, kecepatan tanpa ketepatan dalam bekerja tidak menjamin kepuasan tamu. Misalnya, seorang calon pembeli memasuki sebuah toko pakaian, ingin membeli celana panjang. Pramuniaga melayaninya dengan gesit, dan dalam waktu singkat si calon pembeli memperoleh apa yang diinginkannya, celana berukuran 32 yang pas setelah dicoba baik ukuran maupun warnanya, lalu calon pembeli memutuskan membeli celana tersebut. Sesampainya dirumah, ia mencoba lagi celana tersebut, ternyata celana itu terlalu kecil dan setelah diperiksa, ukurannya tidak sesuaidengan yang telah dicobanya di toko tersebut. Pramuniaga toko pakaian itu terlalu tergesa-gesa dan tidak melihat ukuran yang benar ketika mengambil celana yang baru. Ia memang bekerja gesit dan giat namun kurang tepat dalam memenuhi keinginan dan harapan tamu.

(31)

mengharapkan rasa aman dari pemakaian produk tersebut. Keamanan ini membuat pelanggan merasa tenteram dan mempunyai banyak kesempatan untuk memilih dan memutuskan apa yang ia inginkan.

d. Ramah tamah, bangsa Indonesia terkenal akan keramahtamahannya, tetapi sayangnya dalam industri jasa pelayanan kita masih kalah dengan negara maju yang masyarakatnya menganut paham individualisme. Ini tidak berarti merendahkan bangsa sendiri, tetapi introspeksi seperti ini menggugah kita untuk melakukan perubahan demi kemajuan masa depan. Dalam dunia pelayanan kita masih menggunakan perasaan dan mencampuradukkan antara kepentingan melayani dan perasaan sendiri. Dalam masyarakat barat, mereka yang menyadari bahwa mereka digaji untuk bekerja di bidang pelayanan, benar-benar secara total menyerahkan diri pada saat bekerja. Pada saat mereka melayani para pelanggan merasa sangat dihargai dan dihormati layaknya raja, bahkan saat pelanggan mengeluhkan pelayanan mereka, mereka tetap bersikap profesional dan ramah. Tetapi begitu selesai bertugas, mereka akan menjadi diri mereka sendiri dengan segala sifat individualistis mereka.

(32)

kepada kita untuk menjual produk atau jasa yang kita tawarkan dan para pelanggan itu sendiri akan merasa leluasa untuk menentukan pilihan mereka.7

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian yang diajukan adalah bagaimana keberadaan objek Wisata Vihara Avalokitesvara di Pematangsiantar. Rumusan masalah penelitian tersebut dijabarkan dalam pertanyaan penelitian yakni :

1. Bagaimana sejarah berdirinya Vihara Avalokitesvara di Kota Pematangsiantar?

2. Apa alasan atau motivasi wisatawan, baik itu yang beragama Buddha maupun non Buddha mengunjungi Vihara Avalokitesvara ?

3. Bagaimana penambahan fungsi Vihara Avalokitesvara menjadi tempat wisata menurut pandangan Bhikksu dan pengunjung ?

4. Bagaimana hubungan pandangan dengan motivasi terhadap Vihara Avalokitesvara sebagai tempat wisata religi ?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian tentunya memiliki tujuan dan manfaat yang sangat penting, karena melalui tujuan dan manfaat itulah suatu penelitian dapat dimengerti dan dipahami. Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan kuliah S1 pada Departemen Antropologi FISIP USU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya Vihara Avalokitesvara, motivasi wisatawan yang mengunjungi Vihara

7

(33)

Avalokitesvara, penelitian ini juga bagaimana pandangan terhadap perubahan fungsi Vihara Avalokitesvara, serta hubungan pandangan dengan motivasi terhadap Vihara Avalokitesvara sebagai tempat wisata religi.

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur serta menambah wawasan keilmuan dalam kaitannnya dengan ilmu sosial seperti antropologi pariwisata. Sedangkan manfaat praktis, penelitian ini diharapkan memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal pengembangan pariwisata, serta berguna bagi para pelaku pariwisata.

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Tipe Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi dengan pendekatan kualitatif. Tahap penelitian dimulai dengan penelitian pra-lapangan, pekerjaan lapangan, analisis data dan diakhiri dengan tahap penulisan laporan penelitian. Langkah atau tahapan penelitian ini dapat diulang satu atau beberapa kali sampai diperoleh data yang lengkap untuk membangun teori dasar.

1.5.2. Teknik Pengumpulan Data

(34)

a. Observasi

Dalam mengawali penelitian, saya akan memulainya terlebih dahulu dengan mengobservasi objek yang sedang diteliti. Observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi. Artinya saya mengumpulkan data melalui observasi terhadap objek pengamatan dengan langsung hidup bersama, merasakan, serta berada dalam aktivitas kehidupan objek pengamatan. Selama berada di lokasi penelitian dan hidup bersama dengan mereka, peneliti akan melakukan pengamatan mengenai kegiatan-kegiatan yang berlangsung di Vihara Avaokitesvara, serta siapa-siapa saja pihak yang terlibat dalam kegiatan.

b. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview). Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kegiatan yang relatif lama.

(35)

Vihara Avalokitesvara, baik yang berkunjung untuk beribadah maupun untuk berwisata. Pada saat melakukan wawancara, saya terlebih dahulu menyusun sebuah kerangka wawancara yang menjadi fokus penelitian. Adapun fokus wawancara yang disususn peneliti terdiri dari bagaimana sejarah, alasan atau motivasi wisatawan, pandangan terhadap perubahan fungsi Vihara Avalokitesvara, serta hubungan pandangan dan motivasi terhadap Vihara Avalokitesvara. Pandangan pengunjung maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan pengunjung tidak terlepas dari fokus wawancara penelitian.

Dalam proses wawancara, saya berusaha untuk menjalin rapport8 dengan informan. Hal ini dilakukan untuk membantu saya memperoleh data atau informasi dengan mudah. Pengembangan rapport dilakukan dengan cara hidup beradaptasi dan menjalin hubungan yang baik dengan penduduk setempat, sehingga ketika melakukan wawancara data atau informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian benar-benar sesuai dengan fakta dilapangan.

Untuk membantu keterbatasan daya ingat saya, maka perlu dilakukan pencatatan hasil lapangan dalam bentuk field note. Selain itu, dibutuhkan juga alat perekam berupa kamera yang digunakan untuk menghasilkan karya-karya visual. Data-data ini nantinya akan memperjelas data yang didapat melalui wawancara. Selain itu, hal ini akan menjadi bukti otentik keberadaan saya di lapangan.

Data-data yang diperoleh kemudian dikumpulkan lalu dianalisis. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Artinya data-data yang

8

(36)

terkumpul dianalisis menggunakan kebudayaan masyarakat itu sendiri. Setelah itu barulah dianalisis dengan menggunakan teori-teori yang objektif.

1.6. Rangkaian Pengalaman di Lapangan

Penelitian ini bertempat di Jalan Pane Pematangsiantar, yang merupakan kota kelahiran saya. Pada tanggal 3 April 2016, saya mengunjungi Vihara Avalokitesvara. Sesampainya disana ternyata Vihara sudah tutup karena sudah sore dan waktunya umat Buddha di Vihara melakukan ibadah sore. Keesokan harinya saya kembali mendatangi vihara pada siang hari. Sesampainya di vihara, saya bertanya kepada satpam di vihara tersebut agar dapat bertemu dengan pimpinan vihara. Kemudian satpam membawa saya ke sebuah ruangan besar, yaitu tempat dimana para jemaat melaksanakan ibadah. Ruangan yang sangat bersih dan megah itu membuat saya sangat terkagum-kagum karena keindahannya. Sesampainya di ruangan tersebut, saya bertemu seorang Bhikksu yang bernama Bhikksu Dhityadaya. Bhikksu tersebut menyambut saya dengan ramah dan mengucapkan salam yang biasa di ucapkan oleh umat muslim. Kemudian Bhikksu tersebut bertanya tujuan saya datang ke vihara. Saya pun menjelaskan tujuan saya datang ke vihara dan meminta izin untuk melakukan penelitian beberapa hari di vihara tersebut. Bhikksu tersebut sangat senang dengan kedatangan saya untuk meneliti vihara. Kemudian saya melontarkan puluhan pertanyaan kepada Bhikksu tersebut.

(37)

yang datang menjadi salah satu pendukung dalam mendapatkan informasi. Semakin banyak pengunjung yang datang setiap harinya semakin banyak pula informasi yang saya dapat.

Pada tanggal 28 april 2016, saya kembali datang ke Vihara Avalokitesvara untuk melakukan penelitian. Sesampainya di Vihara Avalokitesvara, saya sangat terkejut karena Vihara Avalokitesvara sedang di renovasi karena runtuhnya tembok di vihara yang menyebabkan patung-patung Shio hanyut ke sungai. Karena satpam melarang saya masuk dan pengunjung pun dilarang masuk, jadi saya menunda penelitian saya sampai satu bulan. Awal bulan juni saya kembali ke vihara untuk melakukan penelitian. Pada saat itu vihara masih dalam suasana renovasi dan sampai sekarang.

Foto 1

Suasana Renovasi Vihara Avalokitesvara

Dokumentasi Pribadi

(38)

izin kepada pengunjung yang datang dari luar kota. Tak jarang pengunjung yang datang memberi tip atau istilahnya uang rokok kepada satpam agar pengunjung boleh masuk dan mengabadikan foto di vihara.

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS KARAKTERISTIK DAN FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHI PENGIDAP HIV YANG DIDAMPINGI OLEH USAHA PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT/COMMUNITY DEVELOPMENT (UPKM – CD) BETHESDA

Berdasarkan Hasil Evaluasi Dokumen Penawaran yang tertuang dalam Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor : 27/PBJ-KEMENAG-KATINGAN /VIII/2012 tanggal 15 Agustus 2012 dan

Bagi Penyedia Jasa Usaha kecil berbadan hukum/ perorangan, koperasi yang produktif dan memenuhi ketentuan Perundang- undangan yang berlaku 2.. Pendaftaran dilaksanakan langsung

Bagi peserta yang merasa keberatan atas pengumuman ini diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa IAIN Walisongo Semarang melalui

Pendaftar yang ditugaskan oleh perusahaan harus membawa surat tugas dari Direkt ur perusahaannya dan Kartu pengenal. Dokumen Pengadaan diberikan dalam

Hal yang belum dikaji dan akan dilakukan dalam penelitian ini adalah implementasi konsep “Zero waste production management” dalam bidang pertanian dimana limbah pertanian menjadi

Kantor Satuan Polisi Pamong

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Nayla karya Djenar Maesa. Ayu, profil pengarang yang berisi perjalanan hidup dan latar belakang