• Tidak ada hasil yang ditemukan

S GEO 1204438 Chapter5

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "S GEO 1204438 Chapter5"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

1

Maryam Susana Oktoviawati Sundari, 2016

PEMETAAN TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan

bahwa.

1. Tingkat kepuasan pengguna angkutan umum di Kota Bandung memiliki

perbedaan disetiap wilayahnya. Hasil dari penelitian menunjukan, pada umumnya

tingkat kepuasan perngguna angkutan umum di Kota Bandung tergolong kedalam

tingkat “sangat tidak puas”, dan “tidak puas”. Tingkat kepuasan setiap wilayah

berdasarkan kategori jumlah penduduk di Kota Bandung juga memiliki

perbedaan. Wilayah yang termasuk kedalam kategori berpenduduk sangat banyak

yaitu wilayah Babakan Ciparay, Bojongloa Kaler, Bandung Kulon, Kiaracondong,

dan batu nunggal memiliki tingat kepuasan yang tidak puas. Wilayah dengan

kategori berpenduduk sedang yaitu Sukasari, Regol, Ujung Berung, Rancasari,

Antapani, dan Cibiru memiliki tingkat kepuasan tidak puas. Wilayah dengan

kategori berpenduduk banyak yaitu Sukajadi, Cibeunying Kidul, Cicendo, Andir,

Buah Batu, dan Bojongloa Kidul memiliki tingkat kepuasan yang sanga tidak puas

sekali. Hal ini sama dengan wilayah yang berpenduduk sedikit, yaitu Lengkong,

Cibeunying kaler, Arcamanik, Astananayar, Manadala jati, dan Bandung Kidul.

2. Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepuasan masyarakat dalam

menggunakan pelayanan angkutan umum di Kota Bandung adalah faktor-faktor

yang berada pada kuadran 1 dan 3. Berdasarkan penjabaran tersebut faktor yang

paling berpengaruh dalam penentuan pengguna angkutan umum di Kota Bandung

ditunjukan oleh indikator yang berada pada Kuadran 1 dengan indikator yaitu s

(polusi udara), t (polusi suara), g (fasilitas manula dan cacat), h (kedisiplinan

pengemudi), I (keterampilan pengmudi, e (kenyamanan diatas kendaraan), dan

Kuadran 3 yaitu r (biaya perjalanan), f (kenyamanan fasilitas penumpang), o

(waktu menunggu di halte), d (keamanan saat berhenti ditempat hentian), l

(ketersedian informasi tujuan rute). Kepuasan Masyarakat Pengguna Pelayanan

(2)

2

Maryam Susana Oktoviawati Sundari, 2016

PEMETAAN TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kuadran 1 dan 3 dapat ditingkatkan dan diperhatikan oleh pemberi pelayanan

angkutan umum di Kota Bandung. Hal tersebut tentunya harus diperhatikan dan

dikemabangkan agar penggunaan angkutan umum dapat merasa puas, sehingga

angkutan umum dapat menjadi tranportasi utama dalam melakukan mobilitas.

3. Sebaran tingkat kepuasan masyarakat pengguna angkutan umum di Kota Bandung

memiliki jenis sebaran dengan pola sebaran area mengelompok. Sebaran tingkat

kepuasan pengguna angkutan umum di Kota Bandung. Adapun klasifikasi dari

tingkat kepuasan angkutan umum di Kota Bandung, tergolong kedalam dua klasifikasi, yaitu “sangat tidak puas” dan “tidak puas”.

Pola sebaran area mengelompok ini dapat terjadi karena interaksi antar wilayah

yang saling berdekatan interaksi antar wilayah dapat terjadi karena besarnya

jumlah penduduk, dan jarak antar wilayah. Interaksi tersebut dapat memiliki

dampak seperti munculnya suatu kesamaan antar wilayah. Hal ini terbukti terjadi

pada penelitian ini. Terdapat beberapa wilayah yang memiliki jarak yang dekat

dan jumlah penduduk yang sama serta memiliki hasil yang sama terhadap

penilaian tingkat kepuasan masyarakat pengguna angkutan umum di Kota

Bandung.

B. Saran

Berdasrakan hasil penelitian serta kesimpulan yang telah diuraikan, terdapat

beberapa saran yang peneliti kemukakan, khusunya untuk peningkatan tingkat

kepusan masyarakat pengguna angkutan umum di Kota Bandung.

1. Tingkat kepuasan terendah terdapat pada wilayah berpenduduk banyak. Hal ini

terjadi pada saah satu indikator kenyamanan, agar dapat meminimalisasi hal

tersebut sebaiknya Pemerintah Kota Bandung dapat melakukan inovasi untuk

meningkatkan kenyamanan, agar masyarakat dapat beralih menggunakan kembali

sarana transportasi umum.

2. Untuk peningkatan pengguna angkutan umum di Kota Bandung, perlu adanya

perbaikan pelayanan, khusunya pelayanan yang terdapat pada kuadaran 1 dan 3,

(3)

3

Maryam Susana Oktoviawati Sundari, 2016

PEMETAAN TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT PENGGUNA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(fasilitas manula dan cacat), h (kedisiplinan pengemudi), I (keterampilan

pengmudi, e (kenyamanan diatas kendaraan), dan Kuadran 3 yaitu r (biaya

perjalanan), f (kenyamanan fasilitas penumpang), o (waktu menunggu di halte), d

(keamanan saat berhenti ditempat hentian), l (ketersedian informasi tujuan rute).

Tingkat kenyamanan dan kondisi ramah lingkungan angkutan umum menjadi

faktor yang lain berpengaruh terhadap tingkat kepuasaan. Banyak angkutan yang

tidak ramah lingkungan seperti banyak menimbulkan polusi suara dan polusi

udara, sehingga masyarakat enggan untuk menggunakan angkutan umum. Agar

hal tersebut tidak terjadi secara terus menerus hendaknya dilakukan pengujian

berkala terhadap angkutan umum dan selain itu, pelurnya pergantian secara

berkala kendaraan agar tingkat kenyamanan dan kondisi terhadap lingkungan

dapat ditingkatkan.

3. Perlunya Peningkatan pelayanan angkutan umum di Kota Bandung dilakukan

dengan memperhatikan aspek sebaran kepuasan yang berbeda-beda disetiap

wilayah, perbedaan tersebut hendaknya dapat diperbaiki dengan peningkatan

pelayanan angkutan umum, serta penambahan beberapa angkutan umum

dibeberapa wilayah agar keterjangkauan setiap wilayah dapat ditingkatkan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hipotesis terkait dengan pengaruh kemampuan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada Hotel Puri Bagus

2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan, kedua hambatan atau kendala yang dihadapi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Batu dalam melaksanakan

Sebagai contoh, bahkan dalam sebuah kasus di mana ada bukti signifikan dari sebuah tindakan tertentu, atau seorang terdakwa mengakui bahwa ia ambil bagian dalam kasus

Selain mendapatkan hasil tentang persepsi siswa tentang peran guru yang diharapkan siswa dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pemanfaatan teknologi pembelajaran,

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah mengeluarkan Undang- Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Otonomi Daerah) dan Undang-Undang Nomor 25

Pandangan pertama biasanya menggunakan metode penelitian kuantitatif, dimana seorang peneliti sangat dipengaruhi oleh paradigma formalis bahwa realitas sosial adalah

Berdasarkan hasil penelitian yaitu pretest diketahui sikap dalam memberikan pendidikan seksual dini pada orang tua khususnya ibu rumah tangga dengan anak usia 9-

bahwa menindaklanjuti ketentuan Pasal 68 huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan dalam rangka mendukung terselenggaranya urusan