• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang berbentuk Republik, 1. kehidupan bangsa, serta menjaga ketertiban dunia. 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang berbentuk Republik, 1. kehidupan bangsa, serta menjaga ketertiban dunia. 2"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara berbentuk kesatuan dengan

pemerintahan yang berbentuk Republik,1 sebagai negara yang berdaulat

Indonesia memikili cita-cita bangsa yang termaktub dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4, adalah memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, serta menjaga ketertiban dunia.2

Indonesia sebagai negara yang sedang membangun berusaha untuk melakukan pembangunan di segala bidang kehidupan guna mencapai masyarakat yang sejahtera. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur secara merata baik dari materil maupun spiritual, dimana pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembagunan masyarakat

Indonesia.3

Pembangunan nasional dilakukan guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, dan makmur, merata, materiil, spritual melalui peningkatan taraf hidup masyarakat, kecerdasan, dan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimuat di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, selain itu juga kegiatan pembangunan diharapkan dapat menunjang perekonomian negara.

1 Sri Soemantri. 2014. Otonomi Daerah. Bandung. Penerbit PT Remaja Rosdakarya. Hal.

30

2Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945. 2017. Jakarta.

Penerbit Kepaniteraan dan Skertariat Jendral Mahkamah Konstitusi R1. Hal. 3-4

3 Ni’ matul Huda. 2010. Hukum Tata negara Indonesia. Jakarta. Penerbit PT.Raja

(2)

Mengingat Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas dan terdiri dari ribuan pulau dengan budaya, sosial dan kondisi perekonomian yang berbeda antar masing-masing daerah, hal ini membutukan suatu sistem

pembangunan daerah yang lebih efektif.4 Menghadapi kondisi yang demikian

Negara Kesatuan Republik Indonesia menurut Undang-Undang Dasar 1945 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk lebih menyelenggarakan otonomi daerah, pemerintah daerah mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta oeningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewahan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia.5 Dalam hal mengusahakan kesejahteraan bagi

warga negaranya, mengakibtakan pemerintah selalu andil dalam setiap kehidupan warga negaranya. Peran pemerintah sangat diharapkan untuk mewujudkan kondisi itu, baik melalui pengaturan, kebijakan tertentu termasuk juga pemberian pelayanan kepada masyarakat yang merupakan

kewajiban utama bagi pemerintah.6 Pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah sebagai penyedia jasa pelayanan kepada masyarakat sangat ditentukan oleh kinerja pelayanan yang diberikan. Sejauh mana pelayanan

4 Syaukani, dkk. 2007. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta. Penerbit

Pustaka Pelajar. Hal. 173

5

Haw Widjaja. 2007. Penyelengaraan Otonomi Daerah Di Indonesia. Jakarta. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Hal. 37

6 Y.Sri pudyatmoko. 2009. Perizinan Problem dan upaya Pembenahan. Jakarta. Penerbit

(3)

yang diberikan kepada masyarakat dapat terjangkau, mudah, cepat, dan

efisien baik dari segi waktu maupun pembiayaannya.7

Sektor pembangunan daerah meliputi arah pembangunan daerah, peningkatan kerja sama antar daerah dan kemampuan daerah untuk teratur melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Peningkatan peran serta masyarakat dan kemampuan manajemen pembangunan seluruh aparatur pemerintah daerah. Peningkatan pengembangan desa swadaya dan swakarsa menuju perkotaan yang efisien dan efektif serta penciptaan lingkungan yang sehat, rapi, aman, dan nyaman.

Pesatnya pengembangan kota sesuai dengan lajunya pemanfaatan dan pengendalian ruang kota secara terpadu, menyeluruh, efisien dan efektif, membutuhkan pengawasan ruang kota secara optimal guna terwujudnya penataan kota yang serasi dan seimbang serta indah, tertib, aman, dan nyaman. Dalam penyelenggaraan pembangunan fisik berupa bangunan baik untuk kepentingan umum maupun untuk kepentingan pribadi, atau badan perlu adanya pelayanan, pembinaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian bangunan yang harmonis dan sehat lingkungan. Untuk mewujudkan hal diatas perlu dibentuknya proses efektivitas dalam

mendirikan bangunan.8

Sejalan dengan hal di atas maka setiap bangunan yang akan ataupun sudah di dirikan sudah semestinya harus memiliki izin mendidikan bangunan.

7 Adrian Sutendi. 2011. Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik. Jakarta.

Penerbit Sinar Grafika, Jakarta. Hal. 3.

8

Indawari Lupita Ninggarwati, Artikel Ilmiah, Efektifitas Pasal 75 Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Bangunan Terkait Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Rumah TOKO (Studi di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Malang) hal 1-22 Mei 2013

(4)

Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan

teknis yang berlaku9

Dinas pelayanan pemberian izin di Kota Batu bernama Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP), merupakan dinas perizinan di Kota Batu yang diberi wewenang dan tanggung jawab oleh walikota selaku pemegang kekuasaan tertinggi. DPMPTSP memiliki

kewenangan mulai dari permintaan permohonaan, memproses,

penandatanganan keputusan perizinan dan pembayaran pajak atau retribusi perizinan.

Perkembangan industri pariwisata yang begitu pesat berdampak pada banyaknya rumah warga yang berstatus hunian biasa kini beralih fungsi menjadi guest house atau rumah penginapan. Namun, perubahan status tersebut tidak diikuti dengan perubahan perizinan yang seharusnya. Karenanya, Pemerintah Kota (Pemkot) Batu akan menutup usaha dari rumah hunian yang nakal. Berdasarkan data dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), terhitung sejak Februari sampai September tahun 2019 terdapat 145

guest houese tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) yang sesuai

peruntukannya.10

9 Pasal 1 ayat 51 Peraturan Daerah Kota Batu No 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan

Bangunan

10 Helmi Supriyanto. Pemkot Batu Segera Tertibkan Rumah Hunian Beralih Fungsi.

http://harianbhirawa.com/pemkot-batu-segera-tertibkan-rumah-hunian-beralih-fungsi/ diakses tanggal 7 Nopember 2019

(5)

Selain itu letak Kota Batu yang strategis juga mengakibatkan menjamurnya rumah hunian yang beralih fungsi menjadi rumah kost seperti yang terjadi pada kawasan kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Pascasarjana yang berada di lingkup Kelurahan Dadaprejo. Berkaitan dengan hal tersebut untuk mengimbangi pesatnya pertumbuhan pembangunan di Kota Batu khusunya mengenai fungsi hunian yang digunakan sebagai rumah usaha diperlukan pengawasan dari pemerintah daerah terhadap perizinan yang ada di Kota Batu.

Tren berubahnya alih fungsi bangunan di atas menunjukan lemahnya pengawasan perizinan oleh dinas perizinan Kota Batu dan kurangnya kesadaran masyarakat. Fenomena yang terjadi di atas bertentangan dengan bunyi Pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 tahun 2011 tentang Izin Mendirikan Bangunan yang menyatakan bahwa, Perubahan

fungsi dan klasifikasi bangunan gedung harus diikuti dengan pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir perizinan rumah kost dan guest

house apabila mengacu dari data DPMPTSP mengalami penurunan, pada

tahun 2016 terdapat 9 permohonan guest house namun permohonan tersebut semakin menurun pada tahun 2017 hanya 5 goust house dan tahun 2018

hanya 4 permohonan ijin guest house.11 Data yang dimiliki oleh Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Stu Pintu Kota Batu berbeda dengan fenomana yang terjadi di masyarakat banyaknya jumlah wisatawan

(6)

mengakibatkan berubahnya rumah warga yang awalnya rumah tinggal menjadi rumah usaha (Guest House)

Berangkat dari data di atas dapat dikatakan bahwa masyarakat Kota Batu masih belum menyadari pentingnya mengurus perubahan izin administrasi, dan masih belum mentaati sepenuhnya Peraturan Daerah No 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan. Dinas Perizinan Terpadu dan Pelayanan satu pintu sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam hal pemberian ijin harus lebih ketat lagi dalam melakukan pengawasan terhadap gedung yang mengalami perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan, sehingga melihat dari permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : IMPELENTASI PASAL 15 AYAT (5) PERATURAN DAERAH KOTA BATU No 4 TAHUN 2011 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (Studi Di Dinas Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi topik permasalahan adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah impelentasi Pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan?

2. Apakah hambatan atau kendala yang dihadapi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja Kota Batu dalam melaksanakan impelentasi Pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan?

(7)

Terpadu Satu Pintu Kota Batu dalam menangani kendala pada implementasi pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji Pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji hambatan atau kendala yang dihadapi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Batu dalam melaksanakan impelentasi Pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

3. Untuk mengetahui dan mengkaji upaya yang dilakukan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Batu dalam menangani kendala pada implementasi pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan acuan dan referensi bagi peneliti untuk mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Kemudian, berguna dalam meningkatkan

(8)

keterampilan berpikir terkait dengan penelitian analisis Peraturan Daerah Kota Batu No 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

2. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini bisa digunakan Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu sebagai tolak ukur keberhasilan penerapan Peraturan Daerah Kota Batu No 4 Tahun 2011 tentang Izin Mendirikan Bangunan dan sebagai masukan guna memberikan pelayanan dan pengawasan yang lebih baik lagi.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai informasi yang berdaya guna teoretis dan empiris tentang mekanisme perizinan IMB khusunya di Kota Batu sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Batu No 4 Tahun 2011 tentang Izin Mendirikan Bangunan.

E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan mengetaui lebih dalam mengenai mekanisme dan penegakan perizinan IMB serta dapat menjadi referensi penulisan penelitian ilmu hukum khususnya dalam Hukum Tata Negara, selain itu juga berguna dalam meningkatkan keterampilan berpikir terkait dengan penelitian analisis Peraturan Daerah Kota Batu No 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan

(9)

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini berguna untuk menambah wawasan, ilmu pengetauan dalam penegakan Perda IMB guna terciptanya keselarasan peraturan dan implementasi di masyarakat. Kegunaan yang diharapkan penulis dari penulisan penelitian ini yakni nantinya.

F. Metode Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi, yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten. Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu; sistematis adalah berdasarkan sistem, sedangkan konsisten berarti tidak adanya hal-hal yang bertentangan dalam suatu

kerangka tertentu.12 Sedangkan penelitian hukum dilakukan untuk mencari

pemecahan atas isu hukum yang timbul, dengan hasil yang dicapai adalah untuk memberikan deskripsi mengenai apa yang seyogyanya ada atas isu

yang diajukan.13

Agar data data dari suatu penelitian yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah perlu adanya ketepatan dalam memilih metode penelitian supaya sesuai dan mengenai pada masalah yang menjadi obyek penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis. Yuridis sosiologis yaitu pendekatan yang memandang hukum sebagai suatu

12 Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta. Penerbit Universitas

Indonesia (UI-Press). Hal. 42.

(10)

fenomena sosial yang dalam interaksinya tidak terlepas dari faktor-faktor non

hukum.14 Penelitian yuridis sosiologis, dapat juga diartikan suatu penelitian

yang dilakukan terhadap keadaan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta (fact-finding), yang kemudian menuju pada identifikasi dan pada akhirnya menuju kepada

penyelesaian masalah (problem-solution).15 Dalam hal ini impelentasi pasal

15 ayat 4 Peraturan Daerah Kota Batu No 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

2. Pemilihan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian dilakukan pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu sebagai dinas yang diberi kewenangan dalam pelayanan perizinan mengenai permintaan permohonaan, memproses, penandatanganan keputusan perizinan dan retribusi perizinan. Penelitian didasarkan pada terjadinya kasus perubahan alih fungsi rumah dengan izin hunian menjadi rumah usaha yang tidak dibarengi dengan perubahan perizinan yang seharusnya. Karenanya, Pemerintah Kota (Pemkot) Batu akan menutup usaha dari rumah hunian nakal. Berdasarkan data dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), terhitung sejak Februari sampai September tahun 2019 terdapat 145 guest house yang belum memiliki izin mendirikan bangunan (IMB) yang sesuai peruntukannya, selain 145 guest house terdapat pula beberapa tempat kos di wilayah Kelurahan Dadaprejo yang belum

14 Ronny Hanitijo Soemitro. 1994. Metodologi Penulisan Hukum dan Jurumetri. Jakarta,

Penerbit Ghalia Indonesia. Hal. 11.

(11)

memiliki ijin sesuai peruntukannya.16 Selain melakukan penelitian di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, peneliti juga melakukan observasi pada rumah yang telah melanggar Pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu No 4 Tahun 2011 Tentang Ijin Mendirikan Bangunan.

3. Jenis Sumber Data

Dalam sebuah penelitian suatu data dibedakan menjadi dua yaitu: data yang diperoleh langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Yang pertama disebut data primer atau data dasar (primary data atau basic data), dan data yang kedua dinamakan data sekunder (secondary data). Data primer diperoleh dari sumber pertama, yaitu perilaku warga masyarakat melalui penelitian. Data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku-buku harian, dan seterusnya.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data primer, yakni bahan hukum atau fakta-fakta yang diperoleh langsung

melalui penelitian di lapangan termasuk keterangan dari responden yang berhubungan dengan obyek penelitian dan praktek yang dapat dilihat serta berhubungan dengan objek penelitian. Adapun yang termasuk dalam data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara terhadap masyarakat dan pejabat terkait yang berkaitan dengan pengimplementasian : Pasal 15 Ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu No 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

16 Helmi Supriyanto. Pemkot Batu Segera Tertibkan Rumah Hunian Beralih Fungsi.

http://harianbhirawa.com/pemkot-batu-segera-tertibkan-rumah-hunian-beralih-fungsi/ diakses tanggal 7 Nopember 2019

(12)

b. Data Sekunder, yakni data sekunder yang tidak secara langsung diperoleh dari lokasi penelitian, atau keterangan-keterangan yang secara tidak langsung diperoleh tetapi cara diperolehnya melalui studi pustaka, buku-buku literatur, dokumen-dokumen, peraturan perundang-undangan, dan sumber-sumber tertulis lainnya yang berkaitan dengan penelitian hukum ini. c. Data Tersier, yakni data yang memberikan petunjuk atau penjelasan bahan-bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah tahap yang penting dalam melakukan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian yuridis sosiologis terdapat tiga teknik yang dapat digunakan, baik digunakan sendiri-sendiri,

digunakan bersama-sama.17 Agar data penelitian mempunyai kualitas yang

cukup tinggi, alat pengumpul datanya harus dapat mengukur secara cermat, harus dapat mengukur apa yang dapat diukur, dan harus dapat memberikan

kesesuaian hasil pada pengulangan pengukuran.18 Dalam rangka

mendapatkan data yang tepat, penulis menggunakan metode pengumpulan data, sebagai berikut:

a. Wawancara Langsung

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode wawancara. Wawancara adalah situasi peran antar pribadi bertatap muka, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan

17

Mukti Fajar dan Yulianti Achamd. 2010. Dualisme Penelitian Hukum Normatif &

Empiris. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Hal. 161

18 Amiruddin. 2006. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta. PT. Raja Grafindo

(13)

pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah yang diteliti kepada seorang

responden.19 Wawancara dilakukan dengan situasi formal maupun

informal.

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yakni, dengan Bapak Totok, Kepala Staf Perizinan Tertentu Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dan Tenaga Kerja, Asep selaku staff bagian perizinan, Riris, staff bidang pengembangan informasi dan pengaduan, Wahtu, staff penyidikan Satpol PP Kota Batu sebagai pengawas izin mendirikan Bangunan, dan mayarakat khusunya pemilik bangunan alih fungsi tetapi belum mengurus izin persyaratan alih fungsi bangunan.

b. Observasi

Metode observasi yang digunakan adalah observasi pastisipatif, yakni peneliti benar-benar ikut berpartisipasi atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang menjadi objek

penelitian.20 Dalam hal ini observasi dilakukan dengan mengamati

bangunan baru berupa bangunan yang bersifat komersil apakah telah memiliki perizinan sesuai dengan peruntukan ataukah belum. Observasi dilakukan dengan mengunjungi beberapa bangunan usaha yang ada di beberapa tempat di Kota Batu.

19 Ibid. Hal. 82.

(14)

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan sumber tertulis atau nyata yang diambil langsung di lokasi tempat penelitian dilaksanakan, dokumen ini bisa berupa foto, atau bisa berupa dokumen dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpatu Satu Pintu, dan data-data lain yang terkait keadaan lokasi penelitian.

d. Studi Internet

Metode pendukung pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan studi internet yakni mencari dan mengumpulkan informasi data dari website, jurnal online, artikel ataupun berita yang memuat tentang perizinan mendirikan bangunan.

5. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh atau data yang berhasil dikumpulkan selama proses penelitian dalam bentuk data primer, data sekunder maupun data tersier dianalisis secara deskriptif kualitatif yakni analisis data yang menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Dengan demikian hasil penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberikan gambaran secara jelas dan konkrit mengenai pengimplementasian Pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu No 4 tahun 2011 tentang Ijin Mendirikan Bangunan

(15)

G. Rencana Sistematika Penelitian

Dalam menyusun proposal penulisan hukum ini penulis menyusun dalam empat bab yang didalamnya terdiri atas sub bab agar mempermudah memahami proposal penulisan hukum. Adapun sistematika penelitian adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam pendahuluan ini terdiri dari beberapa sub bab yakni latar belakang yang menjelaskan akar dari permasalahan yang diangkat, rumusan masalah yang menjelaskan permasalahan, tujuan penulisan yang menjadi pencapaian dalam penulisan dan manfaat yang menjelaskan kegunaan bagi peneliti, instansi, dan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi deskripsi atau uraian dari Konsep Perizinan, Konsep Kebijakan Publik, Konsep Izin Mendirikan Bangunan yang digunakan atau yang melandasi dari penulisan proposal hukum. Dalam hal ini menguraikan tentang tinjauan umum tentang Impelemtasi pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu No 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan. BAB III HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembahasan serta penjelasan dengan disertai penjabaran dan penyajian data-data dari hasil penelitian permasalahan di lokasi penelitian hukum ini, melalui pengkajian dengan berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan dan dihubungkan relevansinya dengan apa yang diperoleh dilokasi penelitian. Serta menjawab rumusan masalah, pertama Impelentasi Pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 Tahun

(16)

2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan, kedua hambatan atau kendala yang dihadapi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Batu dalam melaksanakan impelentasi Pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan, ketiga upaya yang dilakukan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Batu dalam menangani kendala pada implementasi pasal 15 ayat (5) Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab penutup yang menjadi sub bab yakni kesimpulan dan saran dari penulis. Kesimpulan berisikan inti dari hasil pembahasan yang didapatkan dalam penulisan ini. Sedangkan saran berisikan rekomendasi dari penulis atas beberapa permasalahan yang diangkat.

Referensi

Dokumen terkait

Produktivitas kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam memberikan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan dapat dilihat

Hasil penelitian menunjukan pembiasaan shalat berjamaah mampu meningkatkan karakter religius seseorang jika dilakukan secara terus-menerus dan selalu mengambil nilai-nilai yang

worksheet merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran yang berisi materi dan tugas yang ada petunjuk pembelajaran dan langkah- langkah untuk menyelesaikan

Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Budi & indah (2003), yang menyatakan bahwa dukungan keluarga sangat bermanfaat dalam pengendalian seseorang terhadap tingkat

Percobaan dilakukan di rumah kassa Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Jawa Barat Jl. Percobaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh introduksi jamur Trichoderma spp.

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Salatiga mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran

Pada kondisi selain kondisi 1 yaitu kondisi 4 yang memiliki 19% dengan kriteria jelas memiliki nilai parameter objektif yang tidak sesuai akan tetapi sebanyak 19 nara uji memilih