• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanggungjawaban Notaris Dengan Akta Yang Dibuatnya Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanggungjawaban Notaris Dengan Akta Yang Dibuatnya Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PERTANGGUNGJAWABAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT UMUM YANG MEMBUAT AKTA JIKA TERJADI MASALAH PADA AKTA TERSEBUT DI TINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN

2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2014

A. Tugas pokok Dan Fungsi Notaris Berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris

Pasal 1 Undang-Undang Jabatan Notaris tidak memberikan uraian yang

lengkap mengenai tugas Notaris. Menurut LumbanTobing, bahwa selain akta otentik,

notaris juga ditugaskan untukmelakukan pendaftaran dan mensahkan surat-surat atau

akta-akta yang dibuat di bawah tangan. Notaris juga memberikan nasihat hukum dan

penjelasan mengenai peraturan perundang-undang kepada pihak yang bersangkutan.42 Hakikat tugas notaris selaku pejabat umum ialah mengatur secara tertulis dan otentik

hubungan hukum antara pihak yang secara manfaat dan mufakat meminta jasa notaris

yang pada dasarnya adalah sama dengan tugas hakim yang memberikan keadilan di

antara para pihak yang bersengketa. Dalam konstruksi hukum Kenotariatan, salah

satu tugas jabatan notaris adalah memformulasikan keinginan atau tindakan

penghadap/para penghadap kedalam bentuk akta otentik, dengan memperhatikan

aturan hukum yang berlaku.

Bahwa notaris tidak memihak tetapi mandiri dan bukan sebagai salah satu

pihak dan tidak memihak kepada mereka yang berkepentingan. Itulah sebabnya

(2)

dalam menjalankan tugas dan jabatannya selaku pejabat umum terdapat ketentuan

Undang- Undang.43

Tugas pokok notaris ialah membuat akta otentik. adapun kata otentik itu

menurut Pasal 1870 KUHPerdata memberikan kepada pihak-pihak yang membuatnya

suatu pembuktian sempurna. Disinilah letak arti penting dari seorang notaris, bahwa

notaris karena Undang-undang diberi wewenang menciptakan alat pembuktian yang

sempurna, dalam pengertian bahwa apa yang tersebut dalam akta otentik itu pada

pokoknya dianggap benar sepanjang tidak ada bukti sebaliknya. Dalam UUJN, Tugas

dan Fungsi Notaris sebagai berikut:

a. Membukukan surat-surat dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku

khusus (waarmerking)

b. Membuat fotocopy dari asli surat dibawah tangan berupa salinan yang

memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang

bersangkutan.

c. Melakukan pengesahan kecocokanfotocopydengan surat aslinya (legalisir)

d. Memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta

e. Membuat akta yang berhubungan dengan pertanahan.

f. Membuat akta risalah lelang

g. Membetulkan kesalahan tulis atau kesalahan ketik yang terdapat pada

minuta akta yang telah ditandatangani, dengan membuat berita acara dan

memberikan catatan tentang hal tersebut pada akta asli yang menyebutkan

(3)

tanggal dan nomor berita acara pembetulan, dan salinan tersebut diberikan

kepada para pihak sesuai dengan Pasal 51 UUJN.

Mengenai wewenang yang harus dipunyai oleh notaris sebagai pejabat umum

untuk membuat suatu akta otentik, seorang notaris hanya boleh menjalankan di

daerah atau wilayah yang ditentukan baginya dan hanya di dalam daerah atau wilayah

hukum itu ia berwenang Pasal 18 UUJN. Apabila notaris membuat akta di luar

wilayah hukumnya maka akta tersebut adalah tidak sah.

Kewenangan notaris menurut pasal 15 UUJN meliputi:

a. Notaris berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang dibuatnya itu,

bahwa seorang pejabat umum hanya dapat membuat akta-akta tertentu saja

yaitu yang ditugaskan kepadanya berdasarkan peraturan perundang-undangan,

dan tidak setiap pejabat umum dapat membuat semua akta. Notaris hanya

berwenang membuat akta otentik bidang hukum perdata sepanjang bukan

merupakan wewenang dari pejabat umum lain dan tidak berwenang membuat

akta otentik di bidang hukum publik.

b. Notaris berwenang sepanjang mengenai orang-orang untuk kepentingan siapa

akta itu dibuat. Notaris tidak berwenang membuat akta untuk kepentingan

setiap orang, seperti yang tercantum dalam Pasal 52 UUJN, bahwa notaris

tidak diperkenankan membuat akta di dalam mana notaris sendiri, isterinya,

keluarga sedarah atau semenda dari notaris itu dalam garis lurus tanpa

pembatasan derajat dan dalam garis kesamping sampai dengan derajat ke tiga

(4)

c. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai tempat, di mana akta itu dibuat.

Sesuai Pasal 19 UUJN, notaris tidak berwenang membuat akta di luar wilayah

kedudukannya. Apabila dibuat di luar wilayah hukumnya maka akta tersebut

dianggap sebagai akta di bawah tanggan.

d. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai waktu pembuatan akta itu.

Notaris tidak boleh membuat akta selama ia masih cuti atau dipecat dari

jabatannya dan juga ia tidak boleh membuat akta selama ia memangku

jabatannya (sebelum diambil sumpahnya).

B. Akta Notaris Berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris

Suatu surat dapat dikatakan sebagai akta otentik adalah sebagaimana

dinyatakan dalam Pasal 1 angka 7 Undang- Undang Jabatan Notaris yang

menyebutkan bahwa akta Notaris bentuk dan tata cara yang di tetapkan dalam

Undang-Undang ini.Akta itu sendiri menurut A.Pitlo mengartikannya sebagai

surat-surat yang di tandatangani, dibuat untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk

dipergunakan oleh orang, untuk keperluan siapa surat itu dibuat.44Kemudian menurut Sudikno Mertokusumo, akta adalah surat yang di beri tanda tangan, yang memuat

peristiwa-peristiwa, yang menjadi dasar dari suatu hak atau perikatan, yang dibuat

sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian.45

Menurut Subekti, akta adalah suatu tulisan yang semata-mata dibuat untuk

membuktikan sesuatu hal peristiwa, karenanya suatu akta harus ditandatangani.

44 H.R. Daeng Naja, Teknik pembuatan akta(Buku wajib kenotariatan), pustaka Yustisia,

(5)

Ketentuan Pasal 1 ayat (7) dalam Undang-Undang Jabatan Notaris menyatakan

bahwa akta notaris adalah akta yang dibuat oleh atau dihadapan notaris menurut

bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang ini.46

Dari pengertian akta diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

akta otentik adalah suatu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang diberi

wewenang untuk itu, yang sebelumnya telah ditandatangani oleh pihak-pihak yang

berkepentingan tersebut. Tan Thong Kie memberikan beberapa catatan mengenai

definisi akta dan akta otentik yaitu:

1. Perbedaan antara tulisan dan akta terletak pada tanda tangan yang tertera

dibawah tulisan.

2. Pasal 1874 ayat 1 KUHPerdata menyebutkan bahwa yang termasuk sebagai

tulisan di bawah tanda tangan adalah akta dibawah tangan, surat ,register

atau daftar, surat rumah tangga, serta tulisan lain yang dibuat tanpa

peraturan pejabat umum.

3. Pasal 1867 KUH Perdata selanjutnya menentukan bahwa akta otentik dan

tulisan di bawah tangan dianggap sebagai bukti tertulis.47

Selanjutnya menurut G.H.S Lumban Tobing menyatakan apabila suatu akta

otentik hendak memperoleh stempel autentisitas, hal sama akta notaris yang di buat

46

Subekti,Pokok-Pokok Hukum Perdata,(PT. Intermesa, Cetakan ke XVIII, Jakarta, 1984), hlm.178

47Tan Thong Kie,Studi Notariat Beberapa pelajaran dan serba serbi praktek notaris Ichtiar

(6)

oleh pejabat yang berwenang untuk itu, maka menurut ketentuan pasal 1868 KUH

Perdata mensyaratkan akta itu adalah sebagai berikut :

1. Akta itu harus dibuat “ oleh” atau “ dihadapan “ seorang pejabat

umum.Pejabat umum pembuat akta adalah pejabat yang diberi wewenang

berdasarkan Undang-Undang dalam batas wewenang yang telah di tetapkan

secara tegas, seperti notaris. Suatu akta adalahotentik, bukan karena penetapan

Undang-Undang akan tetapi karena dibuat oleh atau dihadapan seorang

pejabat umum.48

Dari uraian ini kemudian dapat disimpulkan bahwa akta otentik itu dapat

dibedakan atas:

a. Akta relaas : yang termasuk jenis akta ini antara lain akta berita acara

rapat pemegang saham perseroan terbatas, akta berita acara rapat direksi

perseroan terbatas, akta pendaftaran atau inventarisasi harta peninggalan,

akta berita acara penarikan undian, dan akta lainnya. Isi dari akta berita

acara ini semuanya berupa keterangan atau kesaksian dari notaris yang

membuat akta itu tentang apa yang dilihatnya terjadi dihadapannya atau

yang di saksikannya dilakukan oleh orang lain, dengan kata lain tentang

apa yang di alaminya.49

b. Akta party (akta yang dibuat dihadapan pejabat oleh para pihak yang

memerlukannya).

48G.H.S Lumban Tobing, Op.Cit hal 48

49M.U. Sembiring,Tehnik Pembuatan Akta, Program Pendidikan Spesialis Notariat Fakultas

(7)

Akta ini dinamakan akta pihak-pihak. Isi akta ini ialah catatan notaris

yang bersifat otentik mengenai keterangan- keterangan dari para

penghadap yang bertindak sebagai pihak-pihak dalam akta bersangkutan.

Hal ini di tambah pula dengan keterangan notaris dalam akta itu tentang

telah dipenuhinya segala formalitas yang diperintahkan oleh

Undang-Undang agar akta itu memenuhi persyaratan sebagai akta otentik antara

lain keterangan notaris bahwa akta itu telah dibacakan olehnya kepada

para penghadap, dan bahwa kemudian akta itu lantas ditandatangani oleh

para penghadap, saksi-saksi dan notaris serta keterangan lainnya.

Termasuk dalam golongan akta ini antara lain, akta jual beli, akta sewa

menyewa, akta perjanjian pinjam pakai, akta persetujuan kredit dan akta

lainnya.50

Pembuatan akta notaris baik akta yang dibuat oleh maupun akta yang

dibuat di hadapan Notaris yang menjadi dasar utama atau inti dalam

pembuatan akta notaris, yaitu harus ada keinginan atau kehendak dan

permintaan dari para pihak. Jika keinginan dan permintaan para pihak

tidak ada, maka Notaris tidak akan membuat akta yang dimaksud.

1) Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh

Undang-Undang bentuk akta yang ditentukan oleh Undang-Undang-Undang-Undang Jabatan

Notaris terutama dalam Pasal 38.

(8)

2) Pejabat umum oleh atau dihadapan siapa akta itu dibuat, harus

mempunyai wewenang untuk membuat akta itu.

Mengenai kewenangan sebagai pejabat umum oleh atau di hadapan

siapa akta itu dibuat, dapat ditemukan pada Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Jabatan Notaris menyebutkan bahwa notaris adalah pejabat

umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki

kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

ini atau berdasarkan Undang-Undang lainnya.51 Kewenangan Notaris tersebut menyangkut 4 hal yaitu:

a. Notaris harus berwenang sepanjang menyangkut akta yang dibuatnya

itu

b. Notaris harus berwenang sepanjang menyangkut orang-orang, untuk

kepentingan siapa akta itu dibuat.

c. Notaris harus berwenang sepanjang menyangkut tempat, dimana akta

itu dibuat.

d. Notaris harus berwenang sepanjang menyangkut waktu pembuatan

akta itu.52

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Jabatan Notaris

sebagaimana disebutkan diatas tugas ataupun kewenangan utama dari para notaris

adalah membuat akta otentik tentang semua perbuatan, perjanjian dan

penetapan-51Ibid

(9)

penetapan yang oleh peraturan perundang-undangan atau oleh para pihak yang

berkepentingan dikehendaki agar dinyatakan dengan akta otentik, menjamin

tanggalnya, menyimpan akta-akta itu dan mengeluarkan grossenya, salinannnya dan

kutipannya. Grosse akta yang kemudian dikeluarkan oleh notaris dapat bernilai

eksekutorial karena dapat dilakukan eksekusi sehingga grosse akta disamakan dengan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.53

Dari ketentuan pasal itu dapat diketahui bahwa akta otentik diperbuat

mengenai perbuatan, perjanjian dan penetapan, sehingga akta notaris tersebut dapat

berupa karena diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yaitu sebagai alat

bukti tertulis dan merupakan syarat untuk terjadinya suatu perbuatan hukum dengan

segala akibatnya apabila perbuatan itu dinyatakan dengan akta Notaris dan akta

Notaris tersebut dapat berupa akta yang bukan karena di perintahkan oleh peraturan

perundang-undangan melainkan karena dikehendaki atau diminta oleh pihak- pihak

yang berkepentingan untuk dipergunakan sebagai alat bukti yang kuat.54

Sebagai akta otentik, akta yang dibuat oleh Notaris mempunyai kekuatan

pembuktian yang kuat sepanjang tidak dibantah kebenarannya oleh siapa pun, kecuali

bantahan terhadap akta tersebut dapat dibuktikan sebaliknya. Dalam artian bahwa

akta yang dibuat oleh notaris tersebut mengalami kebohongan atau cacat, sehingga

akta tersebut dapat dinyatakan oleh hakim sebagai akta yang cacat secara hukum.

53 Salim Hs, Peekembangan hukum Jaminan di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2004, hal 189.

54Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Seri Hukum Harta Kekayaan Kebendaan Pada

(10)

Begitu pentingnya keterangan yang termuat dalam akta tersebut sehingga setiap

penulisannya harus jelas dan tegas. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 42

Undang- Undang jabatan Notaris dinyatakan bahwa akta Notaris dituliskan dengan

jelas dalam hubungan satu sama lain yang tidak terputus-putus dan tidak

mempergunakan singkatan. Oleh karena itu ruang dan sela kosong dalam akta digaris

dengan jelas sebelum ditandatangani, kecuali untuk akta yang dicetak dalam bentuk

formulir berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, semua

bilangan untuk menentukan banyaknya dan jumlahnya sesuatu yang disebut dalam

akta, seperti penyebutan tanggal, bulan dan tahun dinyatakan dengan huruf dan harus

didahului dengan angka.55

Dalam sebuah perjanjian ataupun kontrak harus dipenuhi unsur essensialia

karena tanpa adanya kesepakatan unsur tersebut maka sebuah perjanjian dapat batal

demi hukum.56Menurut M.U. Sembiring dalam bukunya Tehnik Pembuatan Akta, menyebutkan bahwa bentuk essensialia dari sebuah akta dapat dibedakan dalam dua

jenis yaitu:

1. Essensialia Umum

Essensialia umum akta adalah hal essensial yang harus dimasukkan dalam

setiap akta Notaris, artinya setiap akta Notaris tanpa mengindahkan nama dan

jenisnya harus dimuat hal-hal tertentu yang diperitahkan oleh peraturan

55Supriadi,Etika Dan Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta,

2006, Hal 39.

56Ahmadi Miru,Hukum kontrak dan Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

(11)

perundangan. Dan apabila perintah tersebut tidak dilaksanakan maka akta itu

menjadi tidak sempurna sifatnya atau ada cacatnya bahkan dapat

mengakibatkan akta itu kehilangan sifat otentiknya, satu dan lain tergantung

dari jenis pelanggarannya.Adapun essensialia umum yang harus dimuat dalam

akta notaris antara lain sebagai berikut:

a) Tanggal dan tempat akta dibuat harus dicantumkan dalam akta.

Berdasarkan Pasal 38 ayat 2 dan 3 Undang- Undang Jabatan Notaris

bahwa menyebutkan bahwa setiap akta harus memuat tempat dimana akta

tersebut dilangsungkan, begitu pula hari, tanggal, bulan, dan tahun akta

itu di perbuat.

b) Nama dan tempat kedudukan notaris harus dicantumkan dalam akta.

Pasal 38 ayat 2 huruf d Undang- Undang jabatan Notaris menyebutkan

bahwa setiap akta harus memuat nama lengkap dan tempat kedudukan

notaris.

Pencantuman tempat kedudukan notaris adalah mutlak karena hal ini erat

kaitannya dengan pengawasan apakah notaris bersangkutan memang

berwenang membuat akta di tempat dimana akta tersebut dibuat ataupun

dengan kata lain apakah tempat dimana akta tersebut di buat masih

termasuk dalam wilayah kerja notaris bersangkutan.

c) Nama, pekerjaan, kedudukan penghadap dan saksi-saksi harus

dicantumkan dalam akta. Dalam pasal 38 ayat 3 huruf a, b, c dan d

(12)

memuat nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan,

pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal dan para penghadap dan

dari tiap-tiap saksi pengenal.

d) Pembuatan akta harus dihadiri oleh para saksi.

Dalam pasal 38 ayat 4 huruf b Undang- Undang Jabatan Notaris

menyatakan bahwa setiap akhir atau di bagian penutup akta harus di

uraikan tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau

penerjemahan akta jika ada, selanjutnya dalam pasal 38 ayat 4 huruf c

menyebutkan bahwa pada bagian penutup akta juga diharuskan

mencantumkan nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan,

jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap- tiap saksi.

Hal diatas menunjukkan bahwa atas perintah Pasal 38 ayat 4

Undang-Undang Jabatan Notaris bahwa setiap akta yang dibuat oleh seorang

Notaris harus dihadiri dan ditandatangani oleh saksi- saksi yang

sebelumnya telah dibacakan dihadapan penghadap dan saksi – saksi

dengan membuat keterangan di bagian penutupnya berupa “segera setelah

saya, Notaris bacakan kepada para penghadap dan saksi-saksi, maka

ditandatanganilah akta ini oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya

notaris.57

57Herlina Suyati Bachtiar, Contoh Akta Notaris dan Akta Di Bawah Tangan ( buku II Bagian

(13)

e) Para penghadap harus dikenal atau di perkenalkan kepada Notaris, juga

merupakan bagian essensialia umum dari setiap akta ialah hal-hal yang

sebagaimana diatur dalam pasal 39 ayat 2 Undang- Undang Jabatan

Notaris yang menyatakan penghadap harus dikenal oleh Notaris atau

diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua) orang saksi pengenal yang paling

rendah 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dan cakap melakukan

perbuatan hukum atau di perkenalkan oleh 2 (dua) penghadap lainnya.

f) Larangan bagi notaris membuat akta tertentu.

Pada dasarnya semua jenis akta yang terletak dalam bidang perdata boleh

dibuat oleh notaris, namun dalam hal tertentu ada larangan khusus bagi

notaris untuk membuat akta bagi orang-orang tertentu. Larangan tersebut

diatur dalam Pasal 52 ayat 1 Undang- Undang Jabatan Notaris yang

menyatakan bahwa notaris tidak di perkenankan membuat akta untuk diri

sendiri, isteri/suami, atau orang lain yang mempunyai hubungan

kekeluargaan dengan notaris baik karena perkawinan maupun hubungan

darah dalam garis keturunan lurus ke bawah dan atau tanpa pembatasan

derajat,serta dalam garis kesamping sampai derajat ketiga, serta menjadi

pihak untuk diri sendiri, maupun dalam suatu kedudukan ataupun dengan

perantaraan kuasa.

g) Larangan membuat akta yang memberi keuntungan kepada Notaris

pembuat akta, saksi dan sebagainya. Dalam Pasal 53 Undang- Undang

(14)

penetapan atau ketentuan yang memberikan sesuatu hak dan keuntungan

bagi :

a. Notaris, istri atau suami notaris

b. Saksi, istri atau suami saksi

c. Orang yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan notaris atau

saksi, baik hubungan darah dalam garis lurus ke atas atau ke bawah

tanpa pembatasan derajat maupun hubungan perkawinan sampai

derajat ketiga.

2. Essensialia khusus

Essensialia khusus adalah hal- hal utama yang bersifat essensial yang mana

harus dicantumkan khusus untuk akta –akta tertentu sedangkan untuk akta

lainnya hal tersebut tidak perlu atau bahkan sama sekali tidak boleh

dicantumkan.

Misalnya sebagaimana yang terdapat dalam akta jual beli dan akta pendirian

perseroan terbatas. Essensialia umum dari kedua jenis akta tersebut adalah

sama dan serupa antara lain hal-hal yang telah dijelaskan diatas, namun

essensialia khusus dari kedua jenis akta tersebut sangat berbeda yaitu :

a. Essensialia khusus dari akta jual-beli ialah bahwa dalam akta tersebut

harus di uraikan secara khusus benda yang di jual dan harga jual-beli

artinya dalam akta jual-beli bersangkutan harus di uraikan secara

terperinci barang-barang yang dijual dengan akta tersebut. Jika yang di

(15)

jelas jenis kendaraan tersebut apakah berupa kendaraan, truck, minibus,

otobis atau lainnya. Juga harus diuraikan nomor mesin, nomor landasan,

dan tahun pembuatannya, dan nomor polisinya.

Demikian pula harga jual beli adalah essensial dan mutlak harus

dicantumkan. Jika harga tersebut tidak disebutkan maka akibatnya ialah

tidak terjadi jual beli, sebagaimana ketentuan dalam Pasal 1465

KUHPerdata. Sifat essensial dari dicantumkannya benda yang dijual dan

harga jual beli dapat dipahami sebenuhnya karena keharusan

pencantuman ini adalah merupakan akibat logis dari makna jual-beli

seperti yang dicantumkan dalam pasal 1457 KUH Perdata. Tanpa

menyebutkan benda dan harga dalam akta jual-beli berarti akta itu tidak

dapat dijalankan. Kemutlakan pencantuman jenis benda yang dijual dan

harga jual memang hanya berlaku khusus untuk akta jual beli dan karena

itu tidak perlu dicantumkan dalam akta-akta lainnya.

b. Essensialia akta pendirian PT (Perseroan Terbatas) antara lain adalah

nama perseroan terbatas yang didirikan, jumlah modal dasar perseroan,

formasi susunan dan personalia dewan direksi dan dewan komisaris dan

lain-lainya.58

Kemudian dalam membuat sebuah perjanjian pada umumnya haruslah

memuat mengenai badan, isi perjanjian, dan penutup perjanjian yang kemudian

(16)

ditandatangani oleh para pihak,59selanjutnya mengenai akta yang dibuat oleh Notaris haruslah dalam bentuk dan tata cara yang di tetapkan dalam Undang- Undang Jabatan

Notaris yaitu sebagaimana yang di tetapkan dalam pasal 38 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5 dari

Undang- Undang Jabatan Notaris yang menyatakan bahwa setiap akta terdiri atas :

awal akta, badan akta, akhir akta atau penutup akta, dimana dari setiap bentuk akta

tersebut dapat dijelaskan di bawah ini :

1. Awal akta/ Kepala Akta

Berdasarkan pasal 38 ayat 2 Undang-Undang Jabatan Notaris awal akta

terdiri judul akta, nomor akta, jam, hari, tanggal, bulan, tahun dan nama

lengkap dan tempat kedudukan notaris.

a) Judul akta walaupun judul tidak merupakan syarat sahnya suatu akta atau

dengan kata lain tidak mempengaruhi keabsahan suatu kontrak, judul

adalah mutlak adanya. Dengan adanya judul maka setiap orang akan

dengan mudah mengetahui jenis akta apa yang sedang mereka baca/lihat.

Judul akta harus dapat mengakomodasi seluruh akta. Artinya, antara judul

dengan isi akta harus ada korelasi dan relevansinya, karena judul akta

akan menentukan ketentuan peraturan hukum mana yang mengatur isi

atau apa yang di perjanjikan dalam akta tersebut.60 b) Nomor akta

59Gamal Komandoko, kumpulan contoh surat kontrak dan perjanjian resmi, Pustaka Yustisia,

Yogyakarta, 2007, hal 7

(17)

Setiap akta yang dibuat oleh atau dihadapan notaris haruslah diberi

nomor. Esensi dari ketentuan ini sebenarnya lebih pada keteraturan atau

tertib administrasi protokoler notaris. Setiap minuta (juga salinannya)

diberi nomor dari nomor 1 (satu) pada permulaan bulan demikian

seterusnya sampai akhir bulan. Minuta-minuta tersebut dikumpulkan dan

dijilid menjadi satu buku yang berjumlah paling banyak 50 ( lima puluh)

minuta setiap bukunya. Apabila seorang Notaris membuat tidak sampai

50 (lima puluh) akta, maka ia hanya membukukan minutanya tersebut

dalam satu buku. Sebaliknya apabila seorang Notaris dapat membuat

lebih dari 50 (lima puluh) akta, maka ia membukukan lebih dari satu buku

minuta. Biasanya, setiap buku minuta tersebut diberi sampul dan pada

sampul tersebut diberi catatan berapa jumlah minuta dan nomor

masing-masing minuta yang ada dalam buku tersebut. Sedangkan untuk jam, hari,

tanggal, bulan, tahun dan nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris

telah dijelaskan dalam penjelasan esensialia umum dari suatu akta

diatas.61 2. Badan Akta

Dalam pasal 38 ayat (3) Undang- Undang Jabatan Notaris menyatakan

bahwa badan akta itu terdiri atas :

(18)

a) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan,

pekerjaan, jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap

dan/atau orang yang mereka wakili.

b) Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap.

c) Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang

berkepentingan.

d) Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan

kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.

3. Akhir akta/ penutup akta

Dalam pasal 38 ayat 4 Undang-Undang Jabatan Notaris dikatakan bahwa

yang harus dimuat pada setiap akhir akta adalah sebagai berikut:

a. Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal

16 ayat (1) huruf m atau Pasal 16 ayat (7)

Tentang pembacaan akta oleh Notaris, di dalam pasal 16 Ayat (1)

huruf m Undang-Undang Jabatan Notaris di tegaskan bahwa dalam

menjalankan jabatannya, Notaris berkewajiban membacakan akta di

hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang

saksi, atau 4 (empat) orang saksi khusus untuk pembuatan akta wasiat

dibawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu juga oleh

penghadap, saksi dan Notaris.

Dari ketentuan tersebut jelaslah bahwa setiap akta Notaris, sebelum

(19)

penghadap dan saksi-saksi. Pembacaan akta tersebut merupakan

bagian dari pembuatan atau peresmian suatu akta. Dan oleh karena

akta tersebut dibuat oleh (yang berwenang) Notaris, maka

membacakannya pun harus oleh Notaris yang bersangkutan.62

Esensi dari ketentuan ini adalah bahwa hanya apabila Notaris sendiri

yang membacakan akta tersebut, maka para penghadap yang memang

berniat untuk membuat akta otentik akan mempunyai jaminan bahwa,

akta tersebut dibuat oleh pejabat yang berwenang, memenuhi syarat

formal akta, meyakini isi akta sesuai dengan yang diharapkan oleh

para penghadap dan mengeliminasi adanya kesalahan-kesalahan yang

tidak perlu, baik yang akan mempengaruhi otensitas akta, maupun

kesalahan pengetikan, yang bisa jadi akan menimbulkan masalah di

kemudian hari.63

Namun dalam Pasal 16 ayat (7) Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2014 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004

selanjutnya disebutkan bahwa pembacaan akta sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf m tidak wajib dilakukan, jika

penghadap menghendaki agar tidak dibacakan karena penghadap

telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya, dengan

ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta

(20)

pada setiap halaman Minuta akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan

Notaris.

Berdasarkan pejelasan pasal 16 ayat (1) huruf m dan ayat (7)

Undang-Undang Jabatan Notaris dapat kita simpulkan bahwa

pelaksanaan pembacaan akta yang dibuat oleh Notaris mutlak

diperlukan kecuali para penghadap telah membaca sendiri atau telah

mengetahui dan memahami dari isi akta tersebut, dengan ketentuan

bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta dan dalam setiap

halaman Minuta akta diparaf oleh para penghadap, saksi dan Notaris.

b. Uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatangan atau

penerjemahan akta jika ada, Dari uraian ketentuan diatas terdapat tiga

hal yang di perhatikan pada uraian ini, yaitu mengenai uraian tentang

penandatanganan, uraian tempat penandatangan, dan uraian tentang

penerjemahan akta jika ada.

A. Uraian tentang penandatanganan

Ketentuan mengenai penandatanganan akta disebutkan pada

Pasal 44 Undang-Undang Jabatan Notaris yang secara lengkap

berbunyi sebagai berikut:

1. Segera setelah akta dibacakan, akta tersebut ditandatangani

oleh setiap penghadap, saksi, dan Notaris, kecuali apabila

ada penghadap yang tidak dapat membubuhkan tanda tangan

(21)

2. Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan

secara tegas pada akhir akta.

3. Akta sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (3)

ditandatangani oleh penghadap, Notaris, saksi, dan

penerjemah resmi.

4. Pembacaan, penerjemahan atau penjelasan, dan

penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (3) serta dalam pasal 43 ayat (3) dinyatakan secara

tegas pada akhir akta.

5. Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), (2), (3), dan (4) mengakibatkan suatu akta

hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di

bawah tangan dan dapat menjadi alasan bagi pihak yang

menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti

rugi, dan bunga kepada Notaris.

Dari ketentuan diatas dapat disimpulkan lima hal yang

pertama bahwa waktu penandatanganan akta adalah segera

setelah akta dibacakan. Ketentuan ini juga sekaligus menegaskan

bahwa pembacaan dan penandatanganan akta merupakan suatu

rangkaian perbuatan yang tidak terbagi-bagi dengan suatu

hubungan yang tidak terpisah-pisah. Dengan kata lain, tidak

(22)

itu pada hari ini sedangkan penghadap lainnya pada hari yang

berbeda. Kedua bahwa yang bertandatangan pada setiap

pembuatan akta yaitu para penghadap, saksi-saksi, dan Notaris,

kemudian apabila dalam pembuatan akta tersebut dibutuhkan

kehadiran seorang penerjemah resmi, maka akta tersebut turut

pula ditandatangani oleh penerjemah resmi yang bersangkutan.

Ketiga bahwa dalam pembuatan akta dapat saja terjadi seorang

bahkan lebih penghadap tidak dapat membubuhkan tanda

tangannya, dan untuk itu harus disebutkan alasannya. Keempat

bahwa penandatanganan akta tersebut harus disebutkan secara

tegas dalam setiap pembuatan akta, termasuk apabila terdapat

penghadap yang tidak dapat membubuhkan tanda tangannya, dan

kelima bahwa apabila ketentuan diatas tidak dilaksanakan, maka

akan mengakibatkan suatu akta otentik hanya mempunyai

kekuatan pembuktian di bawah tangan, tentunya hal ini akan

menjadi alasan para penghadap untuk menggugat Notaris apabila

dikemudian hari ditemukan kejanggalan didalam pembuatan akta

dan penghadap merasa dirugikan oleh akta yang dibuat oleh

Notaris tersebut.

B. Uraian tempat penandatanganan

Uraian tempat penandatanganan sangat penting, esensinya adalah

(23)

untuk membuat akta di tempat itu oleh karena menurut

Undang-Undang jabatan Notaris seorang Notaris hanya berwenang untuk

membuat akta di dalam daerah jabatannya. Dan suatu akta akan

hanya akan mempunyai kekuatan otentik apabila akta itu dibuat

di dalam daerah jabatannya itu. Bahkan termasuk apabila suatu

akta tidak mencantumkan tempat dimana akta itu dibuat dan

ditandatangani, maka akta itu pun kehilangan sifat otentiknya,

Dengan kata lain akta Notaris mempunyai kekuatan pembuktian

lahiriah.

C. Uraian tentang penerjemahan akta

Ketentuan mengenai penerjemahan akta dinyatakan secara tegas

dalam Pasal 43 Undang-Undang Jabatan Notaris yang

menyatakan bahwa:

1. Akta wajib dibuat dalam bahasa indonesia

2. Dalam hal penghadap tidak mengerti bahasa yang digunakan

dalam akta, Notaris wajib menerjemahkan atau menjelaskan

isi akta itu dalam bahasa yang dimengerti oleh penghadap.

3. Jika para penghadap menghendaki, akta dapat dibuat dalam

bahasa asing.

4. Dalam hal akta dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

Notaris wajib menerjemahkannya kedalam bahasa

(24)

5. Apabila Notaris tidak dapat menerjemahkan atau

menjelaskannya, akta tersebut di terjemahkan atau di

jelaskan oleh seorang penerjemah resmi.64

6. Dalam hal terdapat perbedaan penafsiran terhadap isi akta

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka yang digunakan

adalah akta yang dibuat dalam bahasa indonesia.

Hal diatas juga dinyatakan dalam pasal 44 ayat (4) yang

menyatakan pembacaan, penerjemahan atau penjelasan, dan

penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(3) serta dalam pasal 43 ayat (3) dinyatakan secara tegas pada

akhir akta.

D. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,

kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta.

Saksi adalah orang yang memberikan keterangan baik dengan

lisan maupun secara tertulis (dalam hal yang disebut terakhir ini

dengan menandatanganinya, yakni menerangkan apa yang ia

saksikan sendiri, baik berupa perbuatan atau tindakan dari orang

lain atau suatu keadaan ataupun suatu kejadian.

Para saksi ikut serta dalam pembuatan terjadinya akta itulah

sebabnya mereka dinamakan saksi instrumentair(instrumentaire

64Penerjemah resmi dalam ketentuan ini antara lain penerjemah tersumpah yang bersertifikat

(25)

getuigen). Mereka dengan jalan membubuhkan tanda tangan

mereka, memberikan kesaksian tentang kebenaran adanya

dilakukan dan di penuhinya formalitas-formalitas yang

diharuskan oleh Undang-Undang yang disebutkan dalam akta itu

dan disaksikan oleh para saksi itu.

Tugas dari para saksi instrumentair ialah :

a) Sepanjang yang mengenai akta Partij (party-akte),mereka

harus hadir pada pembuatan akta itu, dalam arti pembacaan

dan penandatanganan dari akta itu

b) Turut menandatangani akta itu

E. Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam

pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan yang

dapat berupa penambahan, pencoretan, atau penggantian serta

jumlah perubahannya. Sangat penting diuraikan dalam akta

mengenai ada tidaknya perubahan yang terjadi dalam pembuatan

akta dapat berupa penambahan, pencoretan ataupun penggantian.

Tindakan ini lazimnya disebutrenvoi. Dari renvoi ini kemudian

akan terlihat kejadian yang sebenarnya dalam pembuatan,

pembacaan, dan penandatanganan akta. Isi dari pada akta

tentunya tidak boleh dirubah atau ditambah, baik berupa

penulisan tindih, penyisipan, pencoretan, atau penghapusan dan

(26)

penambahan, penggantian, atau pencoretan dalam akta hanya sah

apabila perubahan tersebut diparaf atau diberi pengesahan lain

oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Hal ini dinyatakan dalam

pasal 48 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Jabatan Notaris, dan

selanjutnya dalam ayat (3) dinyatakan bahwa pelanggaran

terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)

mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan

pembuktian sebagai akta dibawah tangan dan dapat menjadi

alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut

penggantian biaya ganti rugi, dan bunga kepada Notaris.

Selanjutnya setiap perubahan atas akta dibuat dari sisi kiri akta.

Apabila suatu perubahan tidak dapat dibuat dari sisi kiri akta,

maka perubahan tersebut dibuat pada akhir akta, sebelum

penutup akta, dengan menunjuk bagian yang diubah atau dengan

menyisipkan lembar tambahan. Dan perubahan yang dilakukan

tanpa menunjuk bagian yang diubah mengakibatkan perubahan

tersebut batal.

Pembuatan akta sebagaimana perintah dari pasal 38 ayat (1), (2), (3), (4) dan

(5) Undang-Undang Jabatan Notaris sebagaimana telah dijelaskan diatas harus

diperhatikan secara seksama oleh setiap Notaris yang hendak membuat akta otentik,

hal ini mengingat bahwa akta otentik yang dibuat oleh Notaris akan dipergunakan

(27)

diantara para pihak yang terlibat dalam akta otentik yang dibuat oleh Notaris tersebut,

sehingga pembuatan akta otentik yang berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris

mutlak harus diperhatikan oleh Notaris khususnya pasal 38 Undang-Undang Jabatan

Notaris.

Pelanggaran terhadap pasal 38 Undang-Undang Jabatan Notaris akan

mengakibatkan sebuah akta otentik akan mempunyai kekuatan pembuktian di bawah

tangan, suatu akta yang mempunyai kekuatan dibawah tangan sebagaimana telah

dijelaskan diatas nilai pembuktiannya tidak sama dengan akta otentik, dalam akta

dibawah tangan pembuktiannya hanya terbatas pada daya kekuatan pembuktian

formil dan materil dengan bobot kualitas yang jauh lebih rendah dibandingkan

dengan akta otentik yang juga mempunyai kekuatan pembuktian luar.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka apabila terjadi sengketa dimana salah

satu pihak mengajukan akta dibawah tangan misalnya, surat perjanjian jual-beli atau

sewa menyewa yang dibuat dan ditandatangani sendiri oleh pihak kedua belah pihak

yang mengadakan perjanjian itu. Jika pihak yang menandatangani surat perjanjian itu

mengakui atau tidak menyangkal tandatangannya, yang berarti ia mengakui atau tidak

menyangkal kebenaran apa yang tertulis dalam perjanjian itu, maka akta dibawah

tangan tersebut memperoleh suatu kekuatan pembuktian yang sama dengan suatu akta

resmi. Akan tetapi jika tangan itu disangkal, maka pihak yang mengajukan surat

perjanjian tersebut diwajibkan untuk membuktikan kebenaran penandatanganan atau

isi akta tersebut. Ini adalah suatu hal yang sebaliknya dari apa yang berlaku terhadap

(28)

diwajibkan membuktikan bahwa tanda tangan itu palsu dengan kata lain, pejabat

umum atau Notaris yang membuat akta tersebut telah melakukan pemalsuan surat.65 C. Pertanggungjawaban Notaris Sebagai Pejabat Umum yang membuat Akta

Jika Terjadi Masalah Pada Akta Tersebut di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris.

Profesi Notaris merupakan suatu pekerjaan dengan keahlian khusus yang

menuntut pengetahuan luas, serta tanggung jawab yang berat untuk melayani

kepentingan umum dan inti tugas notaris adalah mengatur secara tertulis dan otentik

hubungan-hubungan hukum antara para pihak yang secara mufakat meminta jasa

Notaris. Notaris perlu memperhatikan apa yang disebut sebagai perilaku profesi yang

memiliki unsur-unsur sebagai berikut :66 1. Memiliki integritas moral yang mantap.

2. Harus jujur terhadap klien maupun diri sendiri.

3. Sadar akan batas-batas kewenangannya.

4. Tidak semata-mata berdasarkan pertimbangan uang atau materi.

Sebagai pejabat umum yang diberikan kepercayaan untuk mengemban

sebagian tugas negara, notaris harus dapat menjalankan tugas profesi dengan sebaik

mungkin sesuai dengan hukum agamanya dan hukum serta peraturan yang berlaku

oleh karena itu jika Notaris berbuat melanggar hukum, sanksinya tidak hanya berupa

sanksinya tidak hanya berupa sanksi hukum positif saja, melainkan sanksi moral dari

masyarakat dan sanksi spiritual menurut hukum agamanya. Sebagai pejabat umum

65M. Yahya Harahap,Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal 590-591

66

(29)

yang diberikan kepercayaan untuk mengemban tugas negara, Notaris tidak bisa

menghalalkan segala cara untuk mencapai profesionalnya.67

Notaris dalam menjalankan jabatannya harus memperhatikan dan tunduk pada

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 yang selanjutnya telah diganti dengan

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, selain itu Notaris juga harus tunduk

pada Kode Etik Notaris dan peraturan lainnya yang menyangkut dengan proses

pembuatan akta otentik yang dilakukan oleh Notaris.

Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan jabatannya yaitu berperan secara

tidak memihak dan bebas. Sangat bahaya jika kemudian dikatakan bahwa Notaris

tersebut telah membantu menyalahgunakan keadaan dalam pembuatan aktanya dan

tentunya lebih bahaya lagi kalau notaris itu dimanfaatkan oleh klienya.68

Hal ini sebisanya dihindarkan dan harus kita memperlihatkan sikap memang

demikian keadannya bahwa notaris dalam menjalankan jabatannya itu mandiri dan

tidak memihak, yaitu dengan jalan memberikan penjelasan dan informasi yang

lengkap, baik mengenai hak dan kewajiban maupun akibat hukum dari para pihak

mengenai akta yang akan ditandatanganinya sehingga masing-masing pihak telah

berada dan mendapat hak yang sama dalam pembuatan akta.69

67Anke Dwi Saputro, Op.Cit hal 182

68Harlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Citra Aditya

(30)

Mengenai tentang apa yang menjadi tanggung jawab Notaris terhadap akta

yang dibuatnya, Habib Adjie membaginya dalam dua bagian yaitu:

a. Tanggung jawab Notaris dalam hal yang bersifat perdata

Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung (MA) Nomor 702 K/Sip/1973

tertanggal 5 September 1973 menyatakan Notaris fungsinya hanya

mencatatkan/menuliskan apa-apa yang dikehendaki dan dikemukakan oleh

para pihak yang menghadap notaris tersebut. Tidak ada kewajiban bagi

Notaris untuk menyelidiki secara materil apa-apa yang dikemukakan oleh

penghadap dihadapan Notaris tesebut. Berdasarkan substansi atau makna

putusan Mahkamah Agung tersebut, jika akta yang dibuat di hadapan atau

oleh Notaris bermasalah oleh para pihak sendiri, maka hal tersebut menjadi

urusan para pihak itu sendiri, Notaris tidak perlu dilibatkan, dan dalam akta.

Jika dalam kasus seperti ini, yaitu akta dipermasalahkan oleh para pihak

sendiri, dan akta tidak bermasalah dari aspek lahir, formil dan materil, maka

sangat bertentangan dengan kaidah hukum tersebut diatas.70

Notaris dapat saja dituntut atau digugat oleh para pihak jika para pihak yang

menghadap Notaris (para pihak/ penghadap yang namanya tersebut tercantum

dalam akta) ingin melakukan pengingkaran (atau ingin mengingkari)

terhadap:71

a) Hari, tanggal, bulan dan tahun menghadap

70 Habib Adjie, Menjalin Pemikiran-Pendapat Tentang Kenotariatan (kumpulan Tulisan),

(31)

b) Waktu (jam) menghadap

c) Tanda tangan yang tercantum dalam minuta akta

d) Merasa tidak pernah menghadap

e) Akta tidak ditandatangani dihadapan Notaris

f) Akta tidak dibacakan

g) Alasan lain berdasarkan formalitas belaka.

Pengingkaran atas hal-hal tersebut dilakukan dengan cara menggugat

Notaris (secara perdata) ke pengadilan Negeri, maka para pihak tersebut

wajib membuktikan hal-hal yang di ingkarinya, dan Notaris wajib

mempertahankan aspek-aspek tersebut, sehingga dalam kaitan ini perlu

dipahami dan diketahui Kaidah Hukum Notaris yaitu: Akta Notaris

sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian sempurna sehingga

jika ada orang/pihak yang menilai atau menyatakan bahwa akta tersebut

tidak benar maka orang/pihak yang menilai atau yang menyatakan

tersebut wajib membuktikan penilaian atau pernyataannya sesuai aturan

hukum.72

b. Tanggung jawab dalam hal yang bersifat pidana

Dalam praktik Notaris ditentukan kenyataan, jika ada akta notaris

dipermasalahkan oleh para pihak atau para pihak lainya maka sering pula

notaris ditarik sebagai pihak yang turut serta melakukan atau membantu

melakukan suatu tindak pidana, yaitu membuat dan memberikan keterangan

(32)

palsu ke dalam akta notaris. Hal ini pun menimbulkan kerancuan, apakah

mungkin Notaris secara sengaja atau khilaf bersama-sama para

penghadap/pihak untuk membuat akta yang diniatkan sejak awal untuk

melakukan suatu tindak pidana.

Dalam kaitan ini tidak berarti notaris tidak dapat dihukum atau kebal hukum.

Notaris bisa saja dihukum pidana, jika dibuktikan dipengadilan, bahwa secara

sengaja atau tidak sengaja Notaris bersama-sama dengan para pihak/

penghadap tertentu saja atau merugikan penghadap lainya. Jika hal ini

terbukti, Maka Notaris tersebut dapat dihukum.73Dalam hal ini Notaris bisa saja dipidanakan dengan tuduhan ikut serta memberikan keterangan palsu

dalam sebuah akta yang dibuatnya berdasarkan Pasal 263, Pasal 264, dan

Pasal 266 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Dengan demikian Pemidanaan terhadap Notaris dapat saja dilakukan dengan

batasan :74

a. Ada tindakan hukum dari Notaris terhadap aspek lahir, formal, dan

materil akta yang sengaja, penuh kesadaran dan keinsyafan serta

direncanakan, bahwa akta yang dibuat dihadapan Notaris atau oleh

Notaris bersama-sama (sepakat) para penghadap untuk dijadikan dasar

untuk melakukan suatu tindak pidana.

(33)

b. Ada tindakan hukum dari Notaris dalam membuat akta di hadapan atau

oleh Notaris yang jika diukur berdasarkan peraturan jabatan Notaris.

c. Tindakan Notaris tersebut juga tidak sesuai menurut Instansi yang

berwenang untuk menilai tindakan suatu Notaris, dalam hal ini Majelis

Kehormatan Notaris.

Penjatuhan sanksi pidana terhadap Notaris dapat dilakukan sepanjang

batasan-batasan sebagaimana tersebut diatas dilanggar, artinya disamping

memenuhi rumusan pelanggaran yang tersebut dalam Undang-Undang

Jabatan Notaris dan Kode Etik Jabatan Notaris juga harus memenuhi

rumusan tersebut dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana.

sanksi pidana merupakanultimum remedium, yaitu jalan terakhir, apabila

sanksi atau upaya-upaya pada cabang hukum lainnya tidak bisa

mengatasinya atau dianggap tidak ada jalan lain. Oleh karena itu

penggunaan sanksi pidana harus dibatasi.75

Berkaitan dengan ini menurut Meijers di perlukan adanya kesalahan besar

untuk perbuatan yang berkaitan dengan pekerjaan dibidang ilmu

pengetahuan seperti Notaris. Notaris bukan sekedar membuat akta atau

orang yang mempunyai pekerjaan membuat akta, tapi Notaris dalam

menjalankan jabatannya didasari atau dilengkapi berbagai ilmu

pengetahuan hukum dan ilmu-ilmu lainnya yang harus dikuasai secara

terintegrasi oleh Notaris dan akta yang dibuat dihadapan Notaris

(34)

mempunyai kedudukan sebagai alat bukti, dengan demikian Notaris harus

mempunyai pengetahuan yang luas yang baik dalam menjalankan tugas

jabatannya. Pemeriksaan terhadap Notaris kurang memadai jika dilakukan

oleh mereka yang belum mendalami dunia Notaris, artinya mereka yang

akan memeriksa Notaris harus dapat membuktikan kesalahan besar yang

dilakukan oleh Notaris yang mempunyai kekuatan logika hukum yang

diperlukan dalam memeriksa Notaris, bukan logika kekuatan (kekuasaan)

yang diperlukan dalam memeriksa Notaris.76

Akta merupakan bagian yang terpenting dari dunia kenotariatan, berdasarkan

Undang-Undang Jabatan Notaris kemudian akta yang dibuat oleh Notaris menjadi

alat pembuktian yang kuat dan sempurna, sehingga bagi mereka yang kemudian

menyangkalnya harus dapat membuktikannya di pengadilan bahwa akta yang dibuat

oleh Notaris tersebut cacat hukum, atau tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati

oleh para pihak atau penghadap.

Akta Notaris berisi keterangan dan pernyataan para pihak, dibuat diatas

kehendak atau permintaan para pihak, dan Notaris membuatnya dalam bentuk yang

sudah ditentukan menurut Undang-Undang. Notaris bukan pihak dalam akta tersebut,

pencantuman nama notaris dalam akta karena perintah Undang-Undang, selanjutnya

membatalkan akta notaris berarti secara lahiriah tidak mengakui akta tersebut, dengan

demikian akta tersebut bukan akta notaris. Penilaian akta Notaris secara lahiriah

bukan akta Notaris, maka harus dibuktikan dari awal sampai akhir akta, bahwa ada

(35)

syarat yang tidak dipenuhi mengenai bentuk suatu akta Notaris. Jika dapat dibuktikan

bahwa akta Notaris tersebut tidak memenuhi syarat sebagai sebuah akta Notaris,

maka akta tersebut akan mempunyai nilai pembuktian sebagaimana akta dibawah

tangan, yang penilaian pembuktiannya tergantung kepada pengakuan para pihak dan

hakim.77

Berdasarkan penjelasan diatas Pertanggungjawaban notaris terhadap akta yang

dibuatnya adalah secara perdata notaris hanya bertanggung jawab kepala akta, berarti

yang berisikan terhadap kewenangan para penghadap dalam menandatangani akta,

selanjutnya terhadap penutup akta yang berisi kewenangan saksi-saksi kemudian

dihadapkan oleh para penghadap untuk menandatangani akta, sedangkan terhadap isi

akta notaris hanya bertanggung jawab bahwa akta yang dibuatnya tidak melanggar

klausul-klausul yang dilarang oleh Undang-Undang dan norma kepatutan yang ada di

dalam masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata.

Secara pidana sendiri Notaris dapat dituntut ke pengadilan apabila dikemudian

hari aparat yang berwenang seperti kepolisian dan jaksa penuntut umum dapat

membuktikan bahwa Notaris secara sadar meyakinkan telah memasukkan

keterangan-keterangan yang menguntungkan salah satu pihak dan merugikan pihak

lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Dari hukum Acara Pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap lengkapnya dari

Hal ini menunjukkan bahwa variabel kecerdasan emosi dan latar belakang sosial memiliki hubungan yang signifikan terhadap kewirausahan dikalangan mahasiswa Universitas

3HQHOLWLDQ LQL EHUWXMXDQ XQWXN PHQJHWDKXL SHQJDUXK IDNWRU VRVLRGHPRJUD¿ VLNDS GDQ NRQWHNVWXDO WHUKDGDS QLDW EHUZLUDXVDKD VLVZD 60. GL .DEXSDWHQ %DQWXO 'DHUDK ,VWLPHZD

Lem ikan dengan bahan baku sisik ikan Kakap Putih ( Lates calcarifer ), ikan Bandeng ( Chanos chanos Forks), dan ikan Nila ( Oreochromis niloticus ) berpengaruh

Analisa data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi multipel dari dua variabel independen terhadap satu variabel dependen, yang masing-masing variabel telah

Hasil penilaian keefektifan dari model memberi rekomendasi untuk dilaksanakan pada sekolah (Eny Winaryati, Setia Iriyanto & Akhmad Faturrohman, 2013b). Melalui

Untuk senyawa murni, suhu yang tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya proses destilasi adalah sama dengan titik didih destilat (Sahidin, 2008).

Apabila dikaitkan dengan adanya sistem atau konsep ekonomi Islam, dalam bahasa syari’atnya, komitmen itu terjadi ke dalam pembayaran pajak (dengan mekanisme niat dalam hati