• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Role Play Terhadap Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060933 Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Role Play Terhadap Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Siswa Sekolah Dasar Negeri 060933 Kecamatan Medan Johor Kota Medan Tahun 2016"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Metode Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan menurut WHO adalah suatu proses yang bertujuan untuk memungkinkan individu untuk meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri (self empowerment). Promosi kesehatan meurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2004) adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dann didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Promosi kesehatan merupakan upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau paling tidak beresiko rendah (Kholid A, 2012). Metode Promosi kesehatan dapat digolongkan berdasarkan teknik komunikasi, sasaran yang dicapai dan indera penerima dari sasaran promosi.

(2)

11

rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Kholid A, 2012). Promosi kesehatan mempunyai tujuan akhir yang tertulis pada visi promosi kesehatan, yaitu kemampuan masyarakat untuk memeliihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri, sehingga jelas bahwa sasaran utama promosi kesehatan adalah masyarakat. Dalam pelaksanaan program promosi kesehatan, telah terbukti bahawa promosi kesehatan di masyarakat, sekolah dan tempat kerja cenderung efektif, oleh karena itu program promosi kesehatann dikembangkan dalam tiga daerah utama yakni sekolah, tempat kerja dan kelompok masyarakat (Maryam S, 2014).

Secara garis besar, metode promosi kesehatan dibagi menjadi dua, yakni (Maryam S, 2014):

1. Metode didaktif, adalah metode yang didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one way method. Tingkat keberhasilan metode dedaktif sulit dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif. Ceramah, film dan siaran radio adalah contoh dari metode ini.

2. Metode sokratif, adalah metode yang dilakukan secara dua arah atau two way method. Dengan metode ini, memungkinkan antara pendidik dan peserta didik bersifat aktif dan kreatif seperti diskusi, debat panel, bermain peran, sosiodrama, curah pendapat, demonstrasi, studi kasus dan loka karya.

(3)

12

kelompok sasaran atau kelas dan harus disesuaikan dengan masalah atau kebutuhan sasaran. Selain itu, pemilihan metode belajar yang efektif hendaknya mempertimbangkan fasilitas yang ada. Metode promosi kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: (Maryam S, 2014)

1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)

Metode promosi kesehatan yang bersifat individual digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Metode ini meliputi:

a. Bimbingan atau konseling, metode ini berisi informasi yang erkenaan dengan pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Cara ini membuat kontak antara individu dan petugas kesehatan lebih intensif. Setiap amsalah yang dihadapi oleh individu dapat diteliti dan dapat dibantu penyelesaiannya sehingga individu tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (merubah perilaku).

b. Wawancara (interview) bertujuan untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. 2. Metode Pendidikan Kelompok

(4)

13

akan baergantung pada besarnya sasaran pendidikan, kelompok besar adalah peserta atau sasaran berjumlah lebih dari 25 orang. Berikut yang termasuk dalam metode promosi kesehatan kelompok:

a. Ceramah, adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara yang dilakukan di depan sekelompok pendengar. Kelebihan metode ini adalah dapat digunakan pada orang dewasa, menghabiskan waktu dengan baik, digunakan pada kelompok besar, dapat digunakan untuk mengulang atau member pengantar pada pelajaran atau aktivitas. Kekurangan metode ini yakni menghalangi respons dari pendengar, hanya sedikit pengajar yang dapat menjadi pembicara yang baik, pembicara harus menguasai semua pokok bahasan, kurang menarik, daya ingat terbatas serta sulit digunakan pada anak-anak.

b. Seminar, adalah suatu penyajian dari satu atau beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat. Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan tinggi.

(5)

14

adalah tidak dapat digunakan dalam kelompok besar, peserta memperoleh informasi terbatas serta membutuhkan pemimpin yang terampil.

d. Curah pendapat (brain storming), adalah pemecahan masalah ketika setiap anggota mengusulkan dengan cepat sehingga memungkinkan adanya pemecahan maslah yang dibahas. Kelebihan metode ini adalah membangkitkan pendapat barum menghasilkan reaksi rantai dalam pendapat serta tidak menyita banyak waktu. Kekurangan metode ini adalah mudah lepas kontrol dan mungkin membuat peserta sulit mengerti bahwa segala pendapat dapat diterima.

e. Bermain peran (role play) 3. Metode Pendidikan Massa

Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, sasaran metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya. Metode ini terbagi menjadi ceramah umum dan pidato.

(6)

15

pidato, ceramah, dan (c) Metode “kombinasi”, yakni demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba).

2.1.1Metode Role Play

Clevenger dalam Notoadmodjo (2010) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan suatu terminologi yang merujuk pada suatu proses pertukaran informasi yang dinamis (Notoadmodjo, 2010). Komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media tertentu kepada komunikan dengan tujuan untuk mendorong perilaku manusia agar tercapai kesejahteraan sebagai kekuatan yang mengarah kepada kedaan (status) sehat yang utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial. Komunikasi kesehatan juga dapat didefenisikan sebagai seni dan teknik pemberitahuan, mempegaruhi dan memotivasi penonton individu, kelembagaan dan publik tenatang isu-isu kesehatan penting. Ruang lingkup komunikasi kesehatan meliputi pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebiijakan kesehatan, bisnis perawatan kesehatan serta peningkatan kualitas hidup dan kesehatan individu dalam masyarakat (Fatmah, 2014).

(7)

16

perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang perilaku hidup bersih dan sehat siswa SDN 1 Mandong.

Ikada (2010) mengemukakan bahwa pemberian buku cerita bergambar berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan gizi. Pendidikan gizi dengan media booklet juga dapat meningkatkan pengetahuan gizi (Zulaekah, 2010). Chandra (2013) mengemukakan bahwa pendidikan gizi dengan metode penyuluhan juga dapat meningkatkan pengetahan siswa SD.

(8)

17

Dalam penelitian Peni (2009), metode bermain peran akan meningkatkan minat belajar dan prestasi siswa. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Haryanto (2014) bahwa penggunaan metode bermain peran akan meningkatakan hasil belajar siswa, sejalan dengan penelitian Oktavia (2014) dimana terjadi peningkatan hasil belajar lebih dari 75% dengan menggunakan metode bermain peran.

Kartini (2010) menemukakan bahwa penggunaan metode bermain peran efektif digunakan dalam pembelajaran IPS. Siswa tampak lebih berminat dan antusias untuk melaksanakan belajar. Tingkat partisipasi siswa lebih baik serta kemampuan mengemukakan pendapat dan saran juga menjadi lebih baik. Skor pengetahuan gizi pada anak sekolah yang mendapat pendidikan gizi baik dengan metode ceramah maupun role play mengalami peningkatan secara signifikan (p < 0,005) Wulandari (2007). Muzdalifah (2013) disimpulkan bahwa penerapan metode role playing pada pembelajaran fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan gizi siswa di SD Negeri 2 Boja.

(9)

18

(2005) bahwa orang masih ingat isi pesan yang disampaikan dalam waktu 10-14 hari setelah pesan itu disampaikan.

Keunggulan metode bermain peran adalah (Supariasa, 2013):

1. Memberikan kesan yang mendalam dalam penyajian dan pemecahan masalah. 2. Mendorong peserta untuk berfikir dan merenung lebih jauh.

3. Memberikan kesempatan kepada peserta untuk berperan sebagai tokoh, disamping melihat diri sendiri diperankan oleh orang lain.

Kekurangan metode bermain peran ini adalah (Supariasa, 2013): 1. Sukar mencari orang yang dapat berperan secara meyakinkan.

2. Peserta dalam jumlah besar dapat mempengaruhi sikap-sikap pemain. Kegiatan ini terdapat berbagai cara untuk melaksanakannya (Zumaroh, 2012):

a. Memilih peran, yaitu siswa mengadopsi atau menginginkan identitas baru dengan pilihan sendiri.

b. Bermain peran terbimbing (guide role play). Dalam bermain peran terbimbing terfokus pada fungsional dengan serangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh siswa dalam situasi tertentu, bermain peran bisa diadakan dengan mengaplikasikan bentuk-bentuk bahasa yang ada di dalam dialog tersebut dalam konteks baru. Kriteria keberhasilan diukur dari efektifitas pengajaran tugas-tugas mereka.

(10)

19

pembelajaran membuat sendiri skenarionya dengan melibatkan dua atau tiga pemeran dan sesuai dengan kebutuhan. Persiapan bermain peran dilakukan di rumah, setelah diberitahu seminggu sebelum pertunjukan, siswa memilih sendiri teman atau pasangan dalam bermain peran. Main peran ini tidak membutuhkan persiapan sama sekali karena baik siswa maupun guru maju ke muka kelas memerankan peran yang sudah ditentukan dalam teks.

Beberapa saran penyelenggara metode bermain peran adalah (Supariasa, 2013): 1. Panggung atau tempat diatur agar para pemaini berada di tengah area. 2. Permasalahan yang akan dimainkan ditentukan secara cermat dan tepat. 3. Pilih pemain untuk memerankan tokoh tertentu.

4. Biarkan metode ini berjalan selama memberikan gagasan baru. 5. Setelah selesai, bermain peran dilanjutkan dengan diskusi.

6. Apabila diperlukan, bermain peran tersebut dapat diulang dengan pemain yang baru.

Menurut Linda Campbell, ada tiga tahap bermain peran yaitu : 1. Perencanaan

a. Menentukan sasaran pendidikan yang dikehendaki. b. Menentukan alokasi waktu.

c. Menyiapkan peralatan dan kostum 2. Latihan dan pementasan

a. Cerita.

(11)

20

c. Latihan. d. Pelaksanaan. 3. Evaluasi

Evaluasi diadakan setelah selesai dengan saling mengkritik penampilan siswa yang lain.

Menurut Nurul Ramadhani Makarao dalam Supariasa (2013), prosedur bermain peran adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan skenario, kartu peran dengan uraian peran yang singkat dan jelas, serta papan nama untuk setiap peran.

2. Menyampaikan kepada seluruh peserta bahwa mereka akan melakukan metode pembelajaran dengan metode bermain peran.

3. Menunjukkan kepada peserta untuk memainkan peran yang telah ditentukan. 4. Meminta peserta keluar ruangan untuk mempelajarai peran secara terpisah

selama 5-10 menit dan mengenakan papan nama di dada.

5. Menunjuk peserta lain untuk mengamati peran tertentu menggunakan formulir observasi.

6. Menyusun tata letak ruangan sesuai dengan masalah yang akan diperagakan. 7. Mempersilahkan pemain dan pengamat untuk memosisikan diri dalam setting

yang telah ditentukan.

8. Mempersilahkan pemain untuk memulai kegiatan. 9. Meminta peserta lain sebagi pengamat.

(12)

21

11. Meminta pengamat dan pemain untuk membahas apa yang telah mereka amati dan peragakan.

12. Diskusikan tentang proses dan materi metode bermain peran.

2.2 Perilaku Pemilihan Makanan Jajanan Anak Sekolah

Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoadmodjo, 2010).

Perilaku merupakan keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal. Benyamin Bloom dalalm Notoatmodjo tahun 2010 membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoadmodjo, 2010):

2.2.1 Pengetahuan (knowledge)

(13)

22

penginderaan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. (Notoadmodjo, 2010)

Pengetahuan mengenai makanan jajanan adalah kepandaian memilih makanan yang merupakan sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam memilih makanan jajanan yang sehat. Pengetahuan gizi anak sangat berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan (Putriantini, 2010). Faktor yang mempengaruhi pemilihan makanan dibagi menjadi tiga kelompok yaitu faktor terkait makanan, faktor personal berkaitan dengan pengambilan keputusan pemilihan makanan, dan faktor sosial ekonomi (Aprilia, 2011).

2.2.2 Sikap (attitude)

Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Newcomb dalam Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup (Notoadmodjo, 2010).

Suhardjo dalam penelitian Purtiantini (2010) mengungkapkan bahwa sikap dalam memilih makanan jajanan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

(14)

23

disalurkan, dan disajikannya. Kebudayaan di mana anak hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap anak.

2. Segi psikologi. Sikap anak terhadap makanan banyak makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan respons yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak. Pengalaman tersebut dapat mempengaruhi sikap suka atau tidak suka individu terhadap makanan.

3. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi mempunyai pengaruh besar pada anak dalam memilih makanan.

4. Lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep pada anak.

5. Pengaruh faktor emosional

2.2.3 Tindakan (practice)

Praktek atau tindakan dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yakni praktek terpimpin, praktek secara mekanisme dan adopsi. Susanto dalam penelitian Safriana (2012) mengemukakan bahwa perilaku anak dalam memilih makanan jajanan dipengaruhi oleh:

(15)

24

4. Besar uang jajan

5. Akses terhadapa penjaja makanan 6. Karakteristik orang tua

7. Pengaruh teman sebaya 8. Pengaruh media massa 9. Dukungan orang tua

2.3 Pangan Jajanan Anak Sekolah

Makanan pangan jajanan menurut FAO adalah makanan atau minuman yang disajikan dalam wadah atau sarana penjualan di pingggir jalan, tempat umum atau tempat lain, yang terlebih dahulu sudah dipersiapkan atau dimasak di tempat produksi atau di rumah atau di tempat berjualan (Adriani dan Wirjatmadi, 2012). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 942/Menkes/SK/VII/2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel (Menkes, 2003).

(16)

25

seperempat waktunya setiap hari di sekolah. Data lain menunjukkan bahwa hanya sekitar 5% dari anak-anak tersebut membawa bekal dari rumah, sehingga kemungkinan untuk membeli makanan jajanan lebih tinggi (Aprillia, 2011). Makanan jajanan memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan asupan energi dan zat gizi lain bagi anak-anak usia sekolah (Hamida, 2012). Makanan jajanan memberikan kontribusi masing-masing sebesar 22,9%, dan 15,9% terhadap keseluruhan asupan energi dan protein anak sekolah dasar (Aprillia, 2011). Akan tetapi tingkat keamanan makanan jajanan saat ini masih memprihatinkan karena banyak makanan jajanan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan baik mutu maupun keamanannya. Salah satu penyebab kurangamannya makanan jajanan ini adalah kurangnya pengetahuan produsen dan konsumen tentang persyaratan keamanan pangan dan dampaknya bagi kesehatan (Hamida, 2012).

Pangan yang dijual di kantin sekolah atau oleh pedagang di luar sekolah sangat beragam dan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan kebiasaan jajan anak sekolah yaitu makanan sepinggan, makanan camilan, minuman dan buah

a. Makanan sepinggan

Makanan sepinggan merupakan kelompok makanan utama yang dapat umah terlebih dahulu atau disiapkan di kantin sekolah. Makanan sepinggan dikenal dengan istilah “jajanan berat”. Jajanan ini bersifat mengenyangkan

(17)

26

makanan sepinggan adalah mi ayam, bakso kuah, bubur ayam, nasi goreng, lontong sayur, gado – gado, ketropak, siomay, mi goreng, dan soto ayam b. Makanan camilan

Camilan merupakan makanan yang dikonsumsi di luar makanan utama dan dikonsumsi di antara dua waktu makan. Makanan camilan terdiri dari camilan basah (seperti pisang goreng, risoles, lemper, kue lapis, donat dan gorengan lainnya) dan camilan kering (seperti keripik, biskuit, kue kering, permen dan lain- lain).

c. Minuman

Minuman meliputi minuman ringan dalam kemasan (seperti minuman berkarbonasi cola dan minuman berkarbonasi jeruk) dan minuman ringan yang tidak dikemas (seperti es sirup, es teh lemon dan lain- lain) serta minuman campur (seperti es pisang ijo, es doger dan lain- lain).

d. Buah, yaitu yang siap konsumsi. Bila buah berkulit yang harus dikupas dan atau dipotong antara lain pepaya, nenas, semangka dan melon

(18)

27

jajanan yang dijual kantin sekolah atau penjual di sekitar lingkungan sekolah dengan alasan warnanya menarik dan rasanya yang lebih gurih serta enak, 32% siswa mengaku setiap hari selalu membeli jajanan di sekolah dan 68% siswa hanya kadang-kadang membeli jajanan di sekolah (Siwi, 2014).

(19)

28

2. 4 Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah adalah anak yang berada pada usia sekolah, yaitu usia 6-12 tahun. Anak pada usia ini telah memiliki fisik yang kuat sehingga kebutuhan untuk melakukan aktivitas tampak menonjol. Anak juga telah memilih keterampilan-keterampilan motorik atau bermain. (Adriani M dan Wirjatmadi B, 2012). Pada anak sekolah, pertumbuhan tinggi dan berat badan cenderung stabil, tetapi terdapat sedikit perbedaan pertumbuhan antara anak laki-laki dan perempuan, khususnya pada usia 10-12 tahun dimana anak merempuan telah mengalami pubertas, sehingga anak perempuan akan tampak lebih tinggi dan lebih berat dibandingkakn dnegan anak laki-laki. Pada tahap perkembangan moral, sikap dan sosial, pada anak sekolah dasar telah muncul keinginan menjadi bagian dalam sebuah kelompok, keinginan untuk berteman dan bekerja kelompok dan timbul keinginan unuk diterima dan disukai teman-temannya. Pada usia ini adalah masa belajar anak terhadap berbagai perilaku (Safrina, 2012)

(20)

29

tergantung pada orang lain dan diterima di lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat dan sportif (Putrtiantini, 2010).

Anak pada usia sekolah sedang dalam masa perkembangan dimana mereka sedang dibina untuk mandiri, berperilaku menyesuaikan dengan lingkungan, peningkatan berbagai kemampuan dan berbagai perkembangan lain yang membutuhkan fisik yang sehat, maka perlu ditunjang oleh keadaan gizi yang baik untuk tumbuh kembang yang optimal. Kondisi ini dapat dicapai dengan proses pendidikan dan pembiasaan serta penyediaan kebutuhan yang sesuai, khususnya melalui makanan sehari-hari bagi seorang anak (Adriani M dan Wirjatmadi B, 2012). Pada masa inilah anak berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, sehingga berangsur-angsur menjadi banyak mengetahui tentang diri dan dunianya. Pada taraf ini anak mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan yang baik (Notoadmodjo, 2005). Anak mulai mengerti bahwa makanan yang bergizi sangat berguna untuk kesehatan dan pertumbuhan, tetapi pengertiannya terbatas, waktu makan merupakan waktu yang tepat untuk kontak sosial.

2.5 Landasan Teori

(21)

30

faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal) dan respon yang merupakan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan (faktor internal) (Notoadmodjo, 2010).

Gambar 2.1 Teori StimulusOrganisme-Respons (SOR)

Proses perubahan perilaku pemilihan makanan jajanan berdasarkan teori S-O-R, diawali dengan pemberian stimulus (rangsangan) berupa pengetahuan tentang pemilihan makanan jajanan yang baik dengan penyuluhan dan diikuti dengan bermain peran (role play) untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam memilih makanan jajanan yang baik. Setelah mendapat pengetahuan, siswa akan mengerti dan diharapkan terjadi keinginan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan yang telah diberikan. Setelah pemberian stimulus dan terjadi perubahan sikap siswa, maka dukungan dari lingkungan sekolah maka akan terjadi perubahan perilaku siswa yang diharapakan akan berubah menjadi perilaku memilih makanan jajanan yang baik.

Organisme: - Perhatian - Pengertian - Penerimaan Stimulus

Respons (perubahan sikap) Promosi Kesehatan

(22)

31

2.6 Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori tersebut, maka dibuat kerangka konsep sebagi berikut: Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep dapat dijelaskan bahwa dengan pemberian informasi tentang pemilihan makanan jajanan dengan metode role play, siswa akan mendapat pengetahuan tentang memilih makanan jajanan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan tindakan siswa dalam memilih makanan jajanan. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) maka sebelum dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelahintervensi dengan metode role play maka dilakukan post-test.

Pemilihan Makanan Jajanan Pengetahuan

Pemberian Informasi dengan Metode role play

Sikap

Gambar

Gambar 2.1 Teori Stimulus–Organisme-Respons (SOR)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH OPERATING CASH FLOW; DEBT TO EQUITY RATIO .... VIVI

Mitra Sinergi Sukses akan menerima calon tenaga kerja Indonesia yang. 68 Wawancara dengan Metri Apriliani, Staf Bagian Administratif, pada tanggal 10 Juni 2016 69 Wawancara

Menimbang : bahwa sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 - 2025 dan Peraturan

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa proses pengeringan batubara dengan metode pemanasan bersama-sama air, baik pada kondisi evaporasi maupun non evaporasi dapat

Siswa disini kurang teliti dalam mengerjakan soal yang diberikan.

Petugas pajak pernah menawarkan jasa perhitungan pajak agar besaran pajak yang harus Anda bayar lebih kecil dari yang

The English teacher assumed that thematic progression patterns as writing strategy could enhance students’ motivation in hortatory exposition text. It helped students

Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak sekali kebutuhan, dan sudah menjadi kewajiban baginya untuk memenuhi kebutuhan tersebut baik material ataupun moral, hal ini