• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PANCASILA DALAM ISLAM PROGRAM ST

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PANCASILA DALAM ISLAM PROGRAM ST"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PANCASILA DALAM ISLAM

Paper ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila

Disusun Oleh:

BELLA YORISKA FIRDAUS NIM: 36.2015.7.1.1122

PROGRAM STUDI FARMASI

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Darussalam Gontor

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 4

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan... 5

BAB 2: PEMBAHASAN 1. Pancasila dalam sudut pandang Islam... 6

2. Relasi agama dalam nilai-nilai Pancasila... 7

3. Pancasila dalam perspektif Islam dan hubungannya...10

4. Sila Pancasila yang berkaitan dengan Ketuhanan... 13

5. Pandangan Islam terhadap Daulah Khilafah Islam di NKRI... 17

BAB 3: PENUTUP 1. Kesimpulan... 20

2. Saran... 20

DAFTAR PUSTAKA

(3)

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan paper ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga paper ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi paper ini, dan untuk kedepannya dapat lebih baik lagi.

Paper ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Mantingan, Desember 2015

Penyusun

(4)

1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah bagian ajaran agama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan persamaan hak serta pengalaman agama dalam konteks bernegara. Dalam suatu negara dibutuhkan suatu tata aturan yang bisa mengkoordinir seluruh masyarakat dibawah naungan negara tersebut.

Demikian halnya dengan Indonesia sebagaimana kita ketahui bersama dalam sejarah bahwa sejak lama Pancasila telah menopang dan mengkoordinir berbagai suku, ras, dan agama yang ada di Indonesia. Pancasila dirasa sangat sesuai dan tepat untuk mengakoordinir seluruh ras, suku bangsa, dan agama yang ada di Indonesia. Hal ini dibuktikan bahwa sila-sila Pancasila selaras dengan apa yang telah tergaris dalam al-Qur’an.

Sebagai falsafah hidup bangsa, hakekat nilai-nilai Pancasila telah hidup dan diamalkan oleh bangsa Indonesia sejak negara ini belum berbentuk. Artinya, rumusan Pancasila sebagaimana tertuang dalam alinea 4 UUD 1945 sebenarnya merupakan refleksi dari falsafah dan budaya bangsa, termasuk di dalamnya bersumber dan terinspirasi dari nilai-nilai dan ajaran agama yang dianut bangsa Indonesia.

Islam sebagai agama yang dipeluk secara mayoritas oleh bangsa ini tentu memiliki relasi yang sangat kuat dengan nilai-nilai Pancasila. Namun kenapa justru saat ini seolah-olah islam agama islam satu-satunya yang berhak atas pancasila. Bukankah kita tahu, pancasila lahir tidak hanya dibawah naungan agam islam semata. Namun, indonesia memiliki keberagaman agama yang diakui. Dan bagaimanakah pendapat para tokoh atau pandangan tokoh yang berpengaruh di Indonesia mengenai hal ini? Lalu bagaimanakah sistem yang mereka gunakan dalam mengatur negara yang berasaskan pancasila dan tidak lepas pula dari pengaruh islam?

1.2 Rumusan Masalah

(5)

3. Bagaimana pancasila dalam perspektif Islam? Dan bagaimana hubungan antara islam dan pancasila?

4. Bagaimana sila dalam pancasila yang berkaitan ketuhanan?

5. Bagaimana pandangan Islam terhadap Daulah Khilafah Islam di NKRI?

1.3 Tujuan

1. Agar mangetahui hakikat pancasila dalam sudut pandang Islam 2. Agar mengetahui relasi agama dalam nilai-nilai pancasila 3. Agar mengetahui hubungan antara Islam dan pancasila 4. Agar mengetahui pancasila yang berkaitan dengan ketuhanan 5. Agar mengetahui pandangan Islam terhadap Daulah Khilafah Islam

di NKRI

BAB 2 PEMBAHASAN

(6)

Negara Indonesia memiliki dasar dan ideologi Pancasila. Negara kebangsaan Indonesia yang berPancasila bukanlah negara sekuler atau negara yang memisahkan antara agama dengan negara. Di sudut lain negara kebangsaan Indonesia yang berPancasila juga bukan negara islam atau negara yang berdasarkan atas agama tertentu (Suhadi, 1998: 114). Negara Pancasila pada hakekatnya adalah negara kebangsaan yang Berketuhanan YME.

Dengan demikian makna negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah kesatuan integral dalam kehidupan bangsa dan negara yang memiliki sifat kebersamaan, kekeluargaan, dan religiusitas. Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara sebenarnya memiliki keselarasan dengan ajaran Islam sebagai agama mayoritas penduduk bangsa Indonesia. Sikap umat Islam di Indonesia yang menerima dan menyetujui Pancasila dapat dipertanggung jawabkan sepenuhnya dari segala segi pertimbangan.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan keselarasan pancasila dengan ajaran islam adalah sebagaimana uraian berikut:

1. Pancasila bukan agama dan tidak bisa menggantikan agama. 2. Pancasila bisa menjadi wahana implementasi syari’at islam.

3. Pancasila dirumuskan oleh tokoh bangsa yang mayoritas beragama islam. a. Ketuhanan Yang Maha Esa. al-Qur’an dalam beberapa ayatnya

menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mengesakan Tuhan (misalkan QS. al-Baqarah: 163). Dalam kacamata Islam, Tuhan adalah Allah semata. Namun, dalam pandangan agama lain Tuhan adalah yang mengatur kehidupan manusia, yang disembah.

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila kedua ini mencerminkan nilai kemanusiaan dan bersikap adil (Qs. al-Maa’idah: 8). Islam selalu

mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersikap adil dalam segala hal, adil terhadap diri sendiri, orang lain dan alam.

(7)

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan. Pancasila dalam sila keempat ini selaras dengan apa yang telah digariskan al-Qur’an dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Islam selalu mengajarkan untuk selalu bersikap bijaksana dalam mengatasi permasalahan kehidupan (Shaad: 20) dan selalu menekankan untuk menyelesaikannya dalam suasana demokratis (Ali Imron: 159).

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila yang

menggambarkan terwujudnya rakyat adil, makmur, aman dan damai. Hal ini disebutkan dalam surat al-Nahl ayat 90.

Namun, di sisi lain Hizbut Tahrir Indonesia (Zahro, 2006:98-99) secara tegas menolak keabsahan UUD 1945. Asas demikrasi yang dianut oleh UUD 1945 merupakan titik awal penolakan mereka terhadap UUD 1945 dan Pancasila. Mereka memandang UUD 1945 dan Pancasila tidak sesuai dengan nurani ajaran al-Qur’an.

2. Relasi Agama dalam nila-nilai pancasila

Sebagai falsafah hidup bangsa, hakekat nilai-nilai Pancasila telah hidup dan diamalkan oleh bangsa Indonesia sejak negara ini belum berbentuk. Artinya, rumusan Pancasila sebagaimana tertuang dalam alinea 4 UUD 1945 sebenarnya merupakan refleksi dari falsafah dan budaya bangsa, termasuk di dalamnya bersumber dan terinspirasi dari nilai-nilai dan ajaran agama yang dianut bangsa Indonesia.

Islam sebagai agama yang dipeluk secara mayoritas oleh bangsa ini tentu memiliki relasi yang sangat kuat dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat disimak dari masing-masing sila yang terdapat pada Pancasila berikut ini:

Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.

(8)

diyakini secara kaffah (totalitas), sehingga tauhid tidak hanya berwujud pengakuan dan pernyataan saja. Akan tetapi, harus dibuktikan dengan tindakan nyata, seperti melaksanakan kewajiban-kewajiban agama, baik dalam konteks hubungan vertikal kepada Allah (ubudiyyah) maupun hubungan horisontal dengan sesama manusia dan semua makhluk (hablun minan nas).

Totalitas makna tauhid itulah kemudian dikenal dengan konsep tauhid ar-rububiyyah, tauhid al-uluhiyyahdan tauhid al-asma wa al-sifat. Tauhid Rububiyyah adalah pengakuan, keyakinan dan pernyataan bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta, pengatur dan penjaga alam semesta ini. Sedangkan tauhid al-Uluhiyyah adalah keyakinan akan keesaan Allah dalam pelaksanaan ibadah, yakni hanya Allah yang berhak diibadahi dengan cara-cara yang ditentukan oleh Allah (dan Rasul-Nya) baik dengan ketentuan rinci, sehingga manusia tinggal melaksanakannya maupun dengan ketentuan garis besar yang memberi ruang kreativitas manusia seperti ibadah dalam kegiatan sosial-budaya, sosial ekonomi, politik kenegaraan dan seterusnya, disertai dengan akhlak (etika) yang mulia sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah. Adapun tauhid al-asma wa al-sifat adalah bahwa dalam memahami nama-nama dan sifat Allah seorang muslim hendaknya hanya mengacu kepada sumber ajaran Islam, Quran-Sunnah.

Melihat paparan di atas pengamalan sila pertama sejalan bahkan menjadi kokoh dengan pengamalan tauhid dalam ajaran Islam. Inilah, yang menjadi pertimbangan Ki Bagus Hadikusumo, ketika ada usulan yang kuat untuk menghapus 7 kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”, mengusulkan kata pengganti dengan “Yang Maha Esa”. Dalam pandangan beliau Ketuhanan Yang Maha Esa adalah tauhid bagi umat Islam. (Endang Saifuddin, 1981: 41-44)

Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

(9)

tauhid. Muwahhidun (orang yang bertauhid) wajib memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi dengan sikap yang adil dan berkeadaban.

Sikap adil sangat ditekankan oleh ajaran Islam, dan sikap adil adalah dekat dengan ketaqwaan kepada Allah sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Maidah ayat 8,“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Demikian juga konsep beradab (berkeadaban) dengan menegakkan etika dan akhlak yang mulia menjadi misi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw dengan sabdanya, “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Sila ketiga: Persatuan Indonesia

Ajaran Islam memerintahkan agar umat Islam menjalin persatuan dan kesatuan antar manusia dengan kepemimpinan dan organisasi yang kokoh dengan tujuan mengajak kepada kebaikan (al-khair), mendorong perbuatan yang makruf, yakni segala sesuatu yang membawa maslahat (kebaikan) bagi umat manusia dan mencegah kemungkaran, yakni segala yang membawa madharat (bahaya dan merugikan) bagi manusia seperti tindak kejahatan. Persatuan dan kesatuan dengan organisasi dan kepemimpinan yang kokoh itu dapat berbentuk negara, seperti negeri tercinta Indonesia.

Sila keempat; Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/perwakilan

(10)

bagi kehidupan bersama dengan kemufakatan. Sistem demokrasi yang diterapkan di Indonesia dengan mengedepan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana ditegaskan dalam sila-sila dalam Pancasila sejalan dengan ajaran agama. Bahkan pengamalan agama akan memperkokoh implementasi ideologi Pancasila.

Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mengelola negara dengan prinsip keadilan yang meliputi semua aspek, seperti keadilan hukum, keadilan ekonomi, dan sebagainya, yang diikuti dengan tujuan untuk kesejahteraan rakyat merupakan amanat setiap agama bagi para pemeluknya. Dalam Islam di ajarkan agar pemimpin negara memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, dan apabila menghukum mereka hendaklah dengan hukuman yang adil. (QS. Nisa: 58)

Dalam kaidah fikih Islam dinyatakan “al-ra’iyyatu manuthun bil maslahah”, artinya kepemimpinan itu mengikuti (memperhatikan) kemaslahatan rakyatnya. Berarti pula bahwa pemegang amanah kepemimpinan suatu negara wajib mengutamakan kesejahteraan rakyat.

3. Pancasila dalam perpektif Islam dan hubungannya

Bangsa Indonesia patut berterima kasih kepada founding father-nya yang telah menyatukan kemajemukan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak semua negara di dunia mampu melakukannya semangat nasionalisme mampu dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dari puluhan ribu pulau, suku bangsa, bahasa, lebih-lebih agama sebagai perbedaan yang paling mendasar.

(11)

agama lain. Padahal pancasila tidak membawa agama, namun mengatur hal-hal yang berbaur dengan agama.

Sebagai bentuk perlawanan, akhirnya muncul dikotomi antara kelompok Islamis dan nasionalis yaitu kelompok yang menginginkan penerapan syari’at islam serta membentuk Indonesia dalam sistem khilafah dan kelompok yang tetap mempertahankan pancasila sebagai ideologi bangsa. Kelompok islamis seolah-olah merasa tidak kaffah menjalankan syari’at islam di negara pancasila, demikian pula kelompok nasionalis merasa mengkhianati bangsanya ketika syari’at islam diformalisasikan di negara pancasila. Padahal islam adalah agama yang syumul (universal) yang berlaku dalam setiap ruang dan waktu hingga akhir zaman. Demikian pula pancasila adalah ideologi yang terbangun atas dasar nilai-nilai agama termasuk islam.

Memang, pertarungan dua kelompok ini telah dimulai sejak masa kolonial. Dimana pada tahun 1930, soekarno versus Natsir telah berpolemik tentang masalah-maslah dasar perjuangan kemerdekaan dan tentang masa depan bangsa Indonesia. Keduanya adalah tokoh yang representasi mewakili kelompok nasionalis dan islamis. Demikian pula pasca kemerdekaan, dua kelompok ini bertarung melalui Piagam Jakarta terutama dalam konsep dasar ideoloi bangsa yaitu pada kalimat “...dengan berdasar kepada ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya” meskipun pada akhirnya berdasarkan musyawarah dapat diganti dengan kalimat “...berdasarkan ketuhanan yang maha esa”.

Meskipun demikian, kita mestinya tidak menjadikan sejarah pertentangan diatas sebagai semangat pemberontakan terhadap pancasila ataupun melawan nilai dariajaran islam sebab mereka telah tuntas dalam satu kesepakatan dengan menjadikan pancasila sebagai azas negara denan rumusannya yang sempurna seta mengambil nilai dari ajaran-ajaran agama.

(12)

berazaskan islam dan melahirkan undang-undang serta perda-perda bernuansa syari’at islam. Disisi lain semangat mempertahankan pancasila sebagai ideologi yang legitimed dan melindungi minoritas pun terus dilontarkan melalui parlemen dan gerakan-gerakan nasionalisme. Mereka menginginkan pancasila sebagai harga mati bagi azas negara Indonesia.

Pada dasarnya, islam dan pancasila adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan sebab keduanya bertujuan mewujudkan perdamaian di muka bumi. Untuk itu perlu ada rumusan dan diplomasi baru guna menjadikan keduanya sebagai ruh bangsa indonesia. Indonesia yang dapat membentuk masyarakatnya dapat berbangsa tanpa merasa berdosa kepada Tuhannya, demikian pula dapat beragama tanpa merasa mengkhianati bangsanya. Manjadikan agama untuk mengisi pancasila agar tidak bertentangan secara vertikal kepada Tuhan. Yakinlah bahwa pancasila merupakan implementasi atau turunan dari ajaran islam melalui ajaran hablun minannas (hubunga kepada sesama manusia). Begitu pula melalui ajaran persaudaraan sesama manuaia (ukhuwah basyariyah) dan persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah wathoniyah).

Jadi, mengamalkan pancasila adalah bagian dari ibadah yang sesuia dengan ajaran islam dan mengamalkan islam adlaah bentuk pengabdian dan kesetiaan kepada bangsa indonesia. Sebaliknya, melanggara ketentuan pancasila dapat melanggar nilai-nilai dari ajaran islam dan tidak melaksanakan islam adalah pengkhianatan kepada bangsa indonesia.

4. Sila dalam pancasila yang berkaitan dengan Ketuhanan

1. Sila pertama, yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa bermakna

bahwa bangsa Indonesia berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Warga negara

Indonesia diberikan kebebasan untuk memilih satu kepercayaan, dari beberapa

kepercayaan yang diakui oleh negara. Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan

(13)

hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya

menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mengesakan

Tuhan. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah

ayat 163.

مكهلإو

هلإ

دحاو

ل

هلإ

لإ

وه

نمممحرلا

رلا

مممممممممممممممممممممممممممممممممممممممممممممممممممممميح

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia

yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q. S Al-Baqoroh:163).”

Dalam kacamata islam, Tuhan adalah yang mengatur kehidupan manusia

yang disembah.

2. Sila kedua, yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

bermakna bahwa bangsa Indonesia menghargai dan menghormati hak-hak yang

melekat pada pribadi manusia. Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah

hablun min al-nas, yakni hubungan antara sesama manusia berdasarkan sikap

saling menghormati. Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu

mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menghormati dan menghargai sesama.

Di antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maa’idah ayat

8-9.

َايي

َاهيييأي

ن

ي يذذللا

اوننميآ

اوننوك

ن

ن

ي يمذاولقي

ه

ذ لللذ

د

ي هيش

ن

ءيا

ط

ذ س

س ق

ذ لسَابذ

ليوي

م

س ك

ن نلميرذجسيي

ن

ن َآنيش

ي

م

م وسقي

َىليع

ي

للأي

اولندذعستي

اولندذع

س ا

ويهن

ب

ن ريقسأ

ي

اوق

ن تلاويَىويقستلللذ

لا

هيلل

ن

ل إذ

هيلللا

رريبذخي

َام

ي بذ

ن

ي ولنم

ي عستي

)

8

(

د

ي ع

ي وي

هنلللا

ا

ن

ي يذذلل

اوننميآ

اولنم

ذ ع

ي وي

ت

ذ َاح

ي لذَاص

ل لا

م

س هنلي

ة

ر ريممفذغسمي

ررمممممممممممممممممممجسأيوي

م

ر ممممممممممممممممممميظ

ذ ع

ي

)

9

(

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

(14)

sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku

tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan.”(QS.Al-Maidah:8).

Secara luas dan menyeluruh, Allah memerintahkan kepada orang orang

yang beriman, supaya berlaku adil, karena keadilan dibutuhkan dalam segala hal,

untuk mencapai dan memperoleh ketenteraman, kemakmuran dan kebahagiaan

dunia dan akhirat. Oleh karena itu berlaku adil adalah jalan yang terdekat untuk

mencapai tujuan bertakwa kepada Allah.

3. Sila ketiga, berbunyi Persatuan Indonesia bermakna bahwa bangsa

Indonesia adalah bangsa yang satu dan bangsa yang menegara. Dalam konsep

Islam, hal ini sesuai dengan istilah ukhuwah Islamiah(persatuan sesama umat

Islam) dan ukhuwah Insaniah (persatuan sesama umat manusia). Al-Qur’an dalam

beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk

selalu menjaga persatuan. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an

Surat Al’Imron ayat 103:

اسوم

ن ص

ذ تع

س ايو

ل

ذ بسح

ي بذ

هللا

َاععيسمذجي

ل

ي وي

اونقرلمفيتي

وي

ذسا

ورنـك

ت

ي م

ي عسنذ

هللا

م

س ك

ن يسليعي

م

س تننسك

ن ذسإم

ءعاديمع

س أي

أيفي

ف

ي لل

ن

ي يسبي

م

س ك

ن بذوـلقن

م

س تنح

س بيص

س أ

ي في

ه

ذ تذم

ي عسنذبذ

ويَاعناويخسإذ

م

س تننسك

ن

َى

ي لع

ي

َايفش

ي

ةمريفسمخن

ن

ي مذ

ِرَاذنللا

م

س ك

ن ديـقنسأيفي

َاهينسمذ

ك

ي لذاذيكي

ن

ن بببيين

هنللا

م

س ك

ن لي

ه

ذ تذَايياي

م

س ك

ن مللعيلي

تيمهستي

ن

ي ود

ن

}’

لا

نارممممممممممممممممممممممممممع

103

{

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu

sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu

bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka

(15)

Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat

ayatnya agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imron:103).

4. Sila keempat, berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah

Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan bermakna bahwa dalam

mengambil keputusan bersama harus dilakukan secara musyawarah yang didasari

oleh hikmad kebijaksanaan.

Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah mudzakarah (perbedaan

pendapat) dan syura (musyawarah). Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya

menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu selalu

bersikap bijaksana dalam mengatasi permasalahan kehidupan dan selalu

menekankan musyawarah untuk menyelesaikannya dalam suasana yang

demokratis. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an Surat

Al’Imron:159:

َام

ي بذفي

ة

م م

ي ح

س ِري

ن

ي مذ

ه

ذ لللا

ت

ي نسلذ

م

س هنلي

وسليوي

ت

ي نسك

ن

ظ

ظ في

َا

ظ

ي يلذغي

ب

ذ لسق

ي لسا

اوض

ي ف

ي نسلي

ن

س مذ

ك

ي لذوسحي

ف

ن ع

س َافي

ع

ي

م

س هننس

رسفذغستيس

س اوي

م

س هنلي

م

س ه

ن ِرسوذَاش

ي وي

ِيف

ذ

إذممفيرذمسلس

ي ا

اذي

ت

ي مسزيع

ي

ل

س ك

ل ويتيفي

َىليع

ي

ه

ذ لللا

ن

ل إذ

هيلللا

ب

ي ممح

ذ ين

لسا

ن

ي يلذك

ب ويتيمن

)

159

(

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap

mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah

ampunan bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal

(16)

5. Sila kelima, berbunyi Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia bermakna

bahwa negara Indonesia sebagai suatu organisasi tertinggi memiliki

kewajiban untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah adil. Al-Qur’an dalam beberapa

ayatnya memerintahkan untuk selalu bersikap adil dalam segala hal, adil terhadap

diri sendiri, orang lain dan alam. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam

Al-Qur’an Surat al-Nahl ayat 90:

ن

ل إذ

هيلللا

رنمنأسيي

ل

ذ د

س عيلسَابذ

ن

ذ َاس

ي ح

س لس

ذ اوي

ءذَاتييإذوي

ِيذذ

ا

َىبيرسقنلس

َىهينسييوي

ن

ذ ع

ي

ءذَاش

ي ح

س ف

ي لسا

ر

ذ ك

ي نسمنلساوي

ممغسبيلساوي

ِي

ذ

م

س ك

ن ظ

ن عذيي

م

س ك

ن للعيلي

ن

ي ورنك

ل ذيتي

)

90

(

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,

memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,

kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

dapat mengambil pelajaran.”(QS. An-Nahl:90).

Berdasarkan penjelasan di atas, Jelas kiranya bahwa sila sila pancasila

merupakan ajaran ajaran islam. Oleh Karena itu, Negara dan pemerintahan yang

berasaskan pancasila tidaklah bertentangan, tetapi sejalan dengan agama islam.

Dengan demikian tidaklah tepat kalau segolongan kecil umat masih

mempertentangkan Negara pancasila dengan al-qur’an. Semoga suatu saat nanti

terwujud kebersamaan antara golongan nasionalis, (kebangsaan) dengan golongan

islam, sehingga terwujud suatu masa ketika pancasila bertasbih.

Almarhum Zainal Abidin Ahmad, seorang pompinan islam yang pada

masa akhir hayatnya memangku jabatan rector PTIQ Jakarta berpendapat bahwa

ciri-ciri Negara islam adalah :

(17)

3. Ideologi Negara sejalan dan tidak bertentangan dengan islam, sekalipun

dibawah nama lain seperti pancasila

4. Undang-undang tidak bertentangan dengan islam

5. UUD mengandung prinsip musyawarah dan dasar- dasar demokrasi lainnya.

Semua ciri yang disebut Zainal Abidi Ahmad diatas terdapat dalam Negara

pancasila kita. Oleh Karena itu, ia berpendapat bahwa Negara republik Indonesia

yang berdasarkan pancasila lebih banyak mempunyai ciri- ciri keislaman dari

Negara-Negara timur tengah.

4. Pandangan Islam terhadap Daulah Khilafah Islam di NKRI

Dalam pandangan Hizbut Tahrir Indonesia, Islam harus dijalankan secara kaffah, menyeluruh, total dalam berbagai bidang kehidupan. Mereka memandang bahwa penegakkan syari’at Islam tidak dapat ditunda-tunda lagi. Ia harus mutlak dan segera untuk diterapkan. Untuk itu, Hizbut Tahrir tidak mengenal adanya tadarruj (penahapan) dalam proses penerapan syari’at Islam dalam suatu wilayah muslim. Hal ini didasarkan pada Qs. al-Maidah ayat 3: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.

Hizbut Tahrir memandang bahwa setelah turunnya ayat ini, kaum muslimin dituntut secara global untuk melaksanakan dan menerapkan seluruh hukum Islam secara penuh.

(18)

al-Mu’awinun (para pembantu Khalifah), al-Wulat (para Gubernur), al-Qudat (para hakim), al-Jihaz al-Idary (aparat administrasi negara), al-Jaisy (angkatan bersenjata) dan Majlis al-Shura. Kesemua aspek-aspek pokok dalam Daulah Islamiyahtersebut harus ada secara sempurna. Namun jika salah satu dari aspek-aspek Daulah Islamiyah tersebut tidak ada, maka hal tersebut tidak menjadi masalah selama sangKhalifah masih ada, karena menurut Hizbut Tahrir, Khalifah tunggal merupakan aspek yang utama dalam pendirian Daulah Islamiyah, tanpanya Daulah Islamiyah tidak bisa berdiri. (Zahro, 2006: 97-98)

Namun, satu kesulitan terbesar yang akan dihadapi oleh konsep Daulah Islamiyah adalah negara Indonesia yang majemuk, yang hidup didalamnya berbagai ras, suku bangsa dan agama. Sehingga ketika Daulah Islamiyah benar-benar diterapkan dan konsekuensinya adalah aturan-aturan dan perundang-undangan yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits pun diaplikasikan, maka yang terjadi adalah tabrakan dan benturan pemahaman antara Islam dengan agama-agama lain, yang mana hal ini akan semakin memicu permasalahan yang semakin besar.

Islam dalam pandangan yang lebih egaliter menilai bahwa Pancasila mampu untuk mengakomodir berbagai bentuk keanekaragaman di Indonesia. Dalam semua sila Pancasila berbagai etnis bangsa dapat terayomi. Demikian halnya dengan agama-agama yang ada di Indonesia. Dan hendaknya Pancasila dipelajari dengan penuh penghayatan, bukan hanya sekedar menjadi hapalan wajib saja.

(19)

Hal ini selaras dengan apa yang tercermin dalam sila Pancasila. Sila ketuhanan Yang Maha Esa menjadi core dari semua sila Pancasila lainnya. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab diterapkan dengan dilandasi oleh sila pertama. Sila persatuan Indonesia harus dilaksanakan atas dasar sila pertama. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan juga dilandasi oleh sila pertama. Dan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia pun demikian (Tafsir, 2007).

(20)

BAB 3

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga cita-cita para pendiri bangsa Indonesia dapat terwujud.

Dengan menjalankan kehidupan berbagsa dan bernegara berlandaskan pancasila semoga tidak menjadikan kita melenceng dari agama sesnugguhnya apa yang ada pada pancasila dijiwai oleh hukum Islam yang memang harus dijunjung tinggi oleh umat.

2. Saran

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Dinianto. “masalah kenegaraan dalam pandangan Islam”.

Jakarta: Pedoman Ilmu, 1989.

Zahro, Ahmad. “Antologi Kajian Islam”. Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2006.

Referensi

Dokumen terkait

Without making this cell reference absolute using the dollar signs, when we apply the conditional formatting rule to other cells in the worksheet, this cell reference will be

Faktor-faktor yang diuji dalam penelitian ini adalah status perusahaan, kepemilikan institusional, leverage, profitabilitas dan tipe industri.. Data yang digunakan dalam

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

pertambangan. Mereka yang membiayai hal ini terdorong oleh keuntungan yang dat diperoleh dari tiap ons akstraksi logam mulia dan harga tinggi pasar emas selama ini

atas segala nikmat cahaya ilmu pengetahuan, kemudahan serta petunjuk yang telah diberikan sehingga dapat terselesaikan dengan baik penulisan tesis dengan Pengujian Keseragaman

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Laporan Tugas Akhir ini mengkaji tentang masalah potensi wisata yang terdapat di Pasar Jumat Karanganyar, strategi pengembangan Pasar Jumat Karanganyar, dan

EFEKTIFITAS FLASH CARD DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF PADA SISWA TUNARUNGU KELAS TK-A2 DI SLB NEGERI CICENDO KOTA BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia |