• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer RajaG (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer RajaG (1)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Judul: Ilmu Komunikasi Ilmiah dan Populer Penulis: Nurudin

Penerbit: RajaGrafindo Persada Tahun Terbit: 2016

Pembaca buku ini bisa jadi bertanya-tanya, mengapa buku ini ditulis? Bukankah masih banyak buku-buku pengantar Ilmu Komunikasi? Apa yang menjadi keunggulan buku ini? Sebelum Anda membuka bab-bab selanjutnya ada baiknya membaca pengantar penulis ini.

Apa yang akan saya kemukakan dalam pengatar ini bukan untuk membela diri, tetapi bisa dibuktikan dan dibandingkan dengan buku pengantar yang lain. Memang, ada banyak buku-buku pengantar Ilmu Komunikasi. Uraian ini berdasar tanggapan pembaca atas buku-buku-buku-buku saya sebelumnya.

Berdasar tanggapan dari pembaca, selama ini buku-buku saya dibaca dengan antusias.

Pertama, buku saya uraiannya mengalir, renyah, dan mudah dipahami. Buku ini pun tidak jauh berbeda. Saya menulis buku memang memakai bahasa tutur. Saat menulis buku ini, saya memosisikan di hadapan laptop ada mahasiswa yang sedang minta penjelasan materi Ilmu Komunikasi. Mahasiswa di depan saya itu, saya posisikan mahasiswa semester awal tingkat sarjana. Jadi saya menulisnya sesederhana dan sejelas mungkin agar pesannya mudah dipahami. Alasannya, kemampuan dan kebiasaan mahasiswa semester awal itu peralihan dari sekolah ke kuliah, maka bahasa yang saya pilih pun sangat sederhana. Sukses tidaknya pesan bisa dipahami adalah kemampuan komunikator memahami siapa komunikannya. Salah dalam memahami komunikan (penerima pesan) mengakibatkan pesan itu tidak tersampaikan dengan baik, apalagi bisa dipahami. Tak terkecuali apa yang saya tulis dalam buku ini.

Pembaca boleh membandingkan dengan buku-buku pengantar Ilmu Komunikasi yang lain. Ada beberapa buku pengantar tetapi ditulis secara ilmiah atau dia menulis sesuai dengan keadaan dirinya, bukan kemampuan pembaca. Misalnya saja penulis itu seorang bergelar doktor atau guru besar. Saat menulis, jika ia tidak memosisikan diri sedang menulis buku pengantar, maka yang dihasilkan bukan buku pengantar tetap buku lanjutan dengan judul sampul ada kata pengantar. Akibatnya, pesan komunikasi justru tidak tersampaikan dan dipahami dengan baik oleh pembaca.

Berapa banyak dosen-dosen yang mengajar mahasiswa tingkat sarjana memberikan materi setingkat master atau doktor karena dosennya bergelar master atau doktor? Apalagi dosen yang baru lulus sekolah dari luar negeri. Tak sedikit yang membawa referensi atau pengalaman saat dia

(2)

sekolah di luar negeri itu, sementara mereka harus mengajar mahasiswa tingkat sarjana di Indonesia. Dosen yang baik tentu adalah dosen yang bisa menyesuaikan siapa sasaran penyebaran pesannya. Mungkin saja dosen mengajar “cara” luar negeri biar dianggap keren, gagah, hebat, pintar, dan sebagainya namun inti pesannya justru tidak tersampaikan. Dalam menulis buku tidak jauh berbeda.

Kedua, buku ini saya tulis secara ilmiah dan popular. Mengapa begitu? Saat orang melihat buku yang terbayang dalam pikirannya sesuatu yang serius. Kesan ini tentu harus diubah. Maka buku ini saya tulis tidak saja secara ilmiah dengan memakai kaidah-kaidah akademik tetapi penuturannya popular. Hal demikian tak lain dipengaruhi oleh kebiasaan saya bertutur dengan menulis artikel di media massa cetak. Dalam menulis di media massa cetak alur harus sistematis, runtut, dan disampaikan secara popular karena pembacanya masyarakat umum. Justru pengalaman saya menulis artikel itulah sangat membantu saya dalam menyampaikan materi baik melalui komunikasi lisan dan tulisan dalam buku.

Ketiga, membuat buku harus banyak contoh. Setiap uraian yang saya kemukakan untuk memperjelas maksud, saya menyertakan contoh. Bahkan contoh yang saya buat berasal dari kehidupan sehari-hari, pengalaman saya pribadi, dan kasus orang di sekitar kita. Menyampaikan uraian tanpa disertai contoh ibarat hanya mengemukakan teori namun tak ada praktik. Bahkan saat saya akan menyampaikan sebuah penjelasan dalam buku ini, saya berikan contoh kasus terlebih dahulu. Itu saya lakukan agar pembaca nanti lebih mudah memahami maksud pesannya.

Banyak contoh inilah yang membuat buku-buku saya selama ini menarik dan mudah dipahami. Saya tidak bermaksud membela diri tetapi ini komentar pembaca buku mengapa buku saya mudah dipahami karena salah satu kuncinya banyak contoh. Paling tidak ini juga dipengaruhi selama saya mengajar. Dalam mengajar, saya mencoba sertakan contoh dalam menjelaskan maksud tertentu. Kalau perlu perumpamaan-perumpamaan harus disertakan, bahkan dalam buku ini pun saya ceritakan sebuah contoh kasus dalam film.

Memang, semua sumber pesan yang dikemukakan dalam buku ini hampir sama dengan buku-buku pengantar Ilmu Komunikasi yang lain. Bedanya jika buku-buku lain itu ditulis apa adanya, buku ini saya tulis memakai bahasa tutur secara ilmiah popular dengan tidak mengubah substansi materi asalnya. Tentu saja, sasaran utamanya ada pada pembaca.

Sasaran buku ini adalah mahasiswa tingkat sarjana, pembaca yang ingin mengetahui secara dasar Ilmu Komunikasi, peserta matrikulasi untuk studi lanjut master, dan siapa saja yang cinta dengan perkembangan ilmu komunikasi. Selamat membaca. Semoga buku ini bermanfaat. Amien Ya Rob Al Alamin.

(3)

Referensi

Dokumen terkait

Rifatul Rohmah, 2010, Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Pembelajaran Quantum Teaching Pada Peserta Didik Kelas

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa implementasi pelaksanaan Program Raskin di Kelurahan Bantargebang Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi belum berjalan dengan

Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah : (1) memberikan kontribusi pada pengembangan teori, tertama yang berkaitan dengan auditing dan akuntansi, (2) memberikan

Dalam melakukan penelitian peneliti melakukan pendekatan deskriptif yaitu dengan cara menganalisa 200 daftar kosa kata swadesh dan beberapa kosa kata dasar lain bahasa Aceh. BAB

Jika jumlah sks TPB yang lullus sudah mencapai 36 dengan Indeks Prestasi 2,00 atau lebih, maka mahasiswa melanjutkan studinya dengan mengambil Tahap Program

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah perasan buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.) mampu menurunkan kadar glu kosa darah pada kelinci jantan

Untuk mengetahui output yang sesuai dari rangkaian ini dilakukan pengukuran dengan menyambungkan bagian input yang menggunakan 2 buah saklar SPST, bagian proses yang

Correlation between fms-Like Tyrosine Kinase-1 (sFlt-1) Cell-Free Messenger RNA Expression and fms-Like Tyrosine Kinase-1 (sFlt-1) Protein Level in Severe Preeclampsia and