• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Program Kesehatan, Kesetan Kerja Dan Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. Tales Inti Sawit Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Program Kesehatan, Kesetan Kerja Dan Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. Tales Inti Sawit Medan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian (cabang) dari Ilmu

Kesehatan Masyarakat. Keilmuan kesehatan dan keselamatan kerja merupakan

integritas dari multidisiplin ilmu antara ilmu kedokteran (anatomi, fisiologi) dan

kesehatan, ilmu alam (fisika, kimia, biologi), teknik, psikologi (psikologi

industri/sosial), dan lain-lain yang digunakan untuk mengkaji masalah yang

timbul sehubungan dengan pekerjaan dan pemecahan masalahnya diterapkan agar

tercipta kondisi lingkungan kerja yang nyaman dan menjaga kesehatan dan

keselamatan tenaga kerja menuju peningkatan efisiensi dan prestasi pekerjaan

(Silaban, 2012:1).

2.1.1.1 Kesehatan Kerja

Menurut Notoadmodjo (2003:21) manajemen kesehatan adalah penerapan

manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang

menjadi objek atau sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan

terhadap masyarakat. Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting

dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program

kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena

karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih

menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih

(2)

Menurut Suma’mur (2009:2), kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu

kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat,

produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan yang mantap antara

kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja, serta terlindung dari

penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja, dengan upaya

kesehatan kerja adalah kedokteran kerja.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengartikan sehat sebagai keadaan

sejahtera (well-being) dan bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit, cacat dan

kelemahan. Pengertian yang sama dipakai dalam undang-undang tentang

kesehatan di negara kita. Dalam pengertian kesehatan kita tercakup pula tujuan

mewujudkan produktivitas dan prestasi kerja yang optimal.

Menurut Yuli (2005:211), kesehatan kerja adalah menunjukkan kondisi

yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan

oleh lingkungan kerja. Sedangkan menurut Maltis dan Jakson (2002:245) bahwa

individu yang sehat adalah yang bebas dari penyakit, cidera serta masalah dan

emosi yang bisa menganggu aktivitas manusia normal. Praktik manajemen

kesehatan di perusahaan bertujuan untuk memelihara kesejahteraan indivdu secara

menyeluruh.

Kesehatan adalah faktor sangat penting bagi prestasi kerja dan peningkatan

produktivitas tenaga kerja selaku sumber daya manusia. Kondisi kesehatan yang

baik merupakan potensi untuk meraih prestasi kerja yang baik pula. Pekerjaan

yang menuntut prestasi kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja

(3)

dilakukan dengan cara kerja dan pada lingkungan kerja yang memenuhi syarat

kesehatan. Apabila persyaratan tersebut tidak memenuhi, maka terjadi gangguan

pada kesehatan dan daya kerja tenaga kerja yang pada akhirnya berpengaruh

buruk terhadap prestasi kerja karyawan.

Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan

kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas

kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi yang

mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi, dibawah ini dikemukakan

beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan

kesehatan pegawai (Mangkunegara , 2000:163 ) yaitu :

1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang

diperhitungkan keamanannya.

b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.

d. Pengaturan Udara

e. Pergantian udara diruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang

kotor, berdebu, dan berbau tidak enak).

f. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.

2. Pengaturan Penerangan

a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.

b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.

(4)

3. Pemakaian Peralatan Kerja

a. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.

4. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

a. Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang usang atau rusak.

b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara

berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,

sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang

pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja

yang membawa resiko.

1. Tujuan Kesehatan Kerja

Menurut Sastradipoera (2002:10) tujuan umum kesehatan kerja adalah agar

karyawan memperoleh derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang

setinggi-tingginya baik dengan cara preventif maupun kuratif terhadap terhadap setiap

gangguan kesehatan yang disebabkan oleh faktor-faktor pekerjaan, lingkungan

kerja, dan penyakit-penyakit umum. Segala upaya tersebut mengharapkan agar

karyawan akan dapat mencapai produksi optimum dengan perlindungan yang

memadai.

2.1.1.2 Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja menurut Mondy dan Noe (2005:360) adalah

perlindungan karyawan dari luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang

terkait dengan pekerjaan. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari

(5)

terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan

pendengaran. Kesehatan kerja adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko

kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi

periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau

gangguan fisik.

Keselamatan kerja menurut Suma’mur (2007:1) adalah keselamatan yang

bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

landasan kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Menurut

Mangkunegara (2002:163) berpendapat bahwa keselamatan dan kesehatan kerja

adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan

baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada

umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.

Mathis dan Jackson (2002:245) menyatakan bahwa Keselamatan adalah

merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap

cedera yang terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi

umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.

Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang aman dengan

dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga lantai dan tangga

bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air yang baik.

Keselamatan kerja juga menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik dengan

tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan pekerjaan.

Pendapat lain menyebutkan bahwa keselamatan kerja berarti proses merencanakan

(6)

melalui persiapan prosedur operasi standar yang menjadi acuan dalam bekerja

(Rika Ampuh Hadiguna, 2009).

1. Tujuan Keselamatan Kerja

Menurut Suma’mur (2007:2), tujuan dari keselamatan kerja adalah :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

produktivitasnya.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Pandangan mengenai keselamatan kerja menurut Suma’mur (2007:2) adalah

suatu sasaran utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai

akibat dari kecelakaan kerja. Keselamatan yang baik adalah pintu gerbang bagi

keamanan tenaga kerja. Kecelakaan kerja menjadi sebab hambatan-hambatan

langsung juga merupakan kerugian-kerugian secara tidak langsung yakni

kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa

saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Biaya-biaya sebagai akibat

kecelakaan kerja, bila langsung maupun tidak langsung cukup bahkan

kadang-kadang terlalu besar, sehingga bila diperhitungkan secara rasional hal itu akan

menjadi jumlah yang besar. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan

angka-angka yang masuk atas dasar wajib lapor kecelakaan dan data

kompensasinya dewasa ini seolah-olah relatif rendah dibandingkan dengan

layaknya jam kerja tenaga kerja. Masih terdapat kelemahan-kelemahan pelaporan

(7)

perlu juga penggarapan kepatuhan kewajiban lapor oleh perusahaan-perusahaan

mengenai kecelakaan kerja.

2. Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Menurut Budiono (2003:1), Program Kesehatan dan Keselamatan kerja

adalah suatu ilmu multidisiplin yang menerapkan upaya pemeliharaan dan

peningkatan kondisi lingkungan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja

serta melindungi tenaga kerja terhadap risiko berbahaya dalam melakukan

pekerjaannya serta mencegah terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja,

penyakit akibat kerja, kebakaran, peledakan dan pencemaran udara lingkungan

kerja.

Pengertian program keselamatan kerja menurut Mangkunegara (2000:161)

Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari

penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. Keselamatan kerja adalah

keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses

pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara

melakukan pekerjaan.

2.1.2 Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi

Pada dasarnya motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan muncul karena

merasakan perlunya untuk memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhannya telah

terpenuhi, motivasinya akan menurun. Kemudian berkembang pemikiran bahwa

motivasi juga diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila pekerja

(8)

meningkatkan kinerja mereka didalam bekerja. Meningkatnya kinerja pekerja

akan meningkatkan pula kinerja organisasi, dengan demikian meningkatnya

motivasi pekerja akan meningkatkan kinerja individu, kelompok, maupun

organisasi.

Motivasi merupakan proses psikologis yang membangkitkan dan

mengarahkan perilaku pada pencapaian tujuan atau goal-directed behavior

(Kreitner dan Kinicki, 2001:205). Sedangkan Robbins (2003:156) menyatakan

motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah (direction),

dan usaha terus menerus (persistensi) individu menuju pencapaian tujuan.

Intensitas menunjukkan seberapa keras seseorang berusaha. Tetapi intensitas

tinggi tidak mungkin mengarah pada hasil kinerja yang baik.

Untuk melepaskan potensi pekerja, organisasi cepat bergerak dari pola

“command and control” (perintah dan kendali) menjadi “advice and consent”

(nasihat dan persetujuan), sebagai cara memotivasi. Perubahan sifat ini dimulai

ketika employers atau pemberi kerja mengenal bahwa menghargai pekerjaan baik

adalah lebih efektif daripada memberikan hukuman untuk pekerjaan buruk

(Wibowo, 2010:379).

Menurut Nawawi (2008:351), “Motivasi berarti suatu kondisi yang

mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau

kegiatan, yang berlangsung secara sadar”. Menurut Hasibuan (2003:95),

“Motivasi adalah pemberian daya pengerak, yang menciptakan kegairahan kerja

seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintergrasi dengan

(9)

Menurut Robbins (2008:222), motivasi adalah suatu proses yang

menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.

Tiga elemen utama dalam motivasi adalah intensitas, arah, dan ketekunan.

Intensitas yang berhubungan dengan seberapa besar usaha seseorang, tidak akan

mendapatkan hasil kerja yang diharapkan kecuali dikaitkan dengan arah yang

telah ditetapkan organisasi. Dimensi ketekunan merujuk pada berapa lama

seseorang bisa mempertahankan usahanya.

Terkait hubungan motivasi dengan kinerja ataupun prestasi kerja karyawan

ada beberapa teori yang dapat diperoleh melalui :

1. Needs (kebutuhan)

Kebutuhan menunjukkan adanya kekurangan fisiologis atau psikologis yang

menimbulkan perilaku. Teori motivasi berdasarkan hierarki kebutuhan

dikemukakan Abraham Maslow yang menyatakan bahwa kebutuhan

manusia berjenjang dari physiological, safety, esteem, dan self-actualization.

2. Job Design (Desain Pekerjaan)

Job design adalahmengubah konten dan/atau proses pekerjaan spesifik

untuk meningkatkan kepuasan kerja dan kinerja. Metode yang dipergunakan

untuk desain kerja adalah scientific management (manajemen saintifik), job

enlargement (perluasan kerja), job rotation (rotasi kerja), dan job

enrichment (pengkayaan kerja).

3. Satisfaction (Kepuasan)

Kepuasan kerja adalah respons bersifat memengaruhi terhadap berbagai segi

(10)

kerja bukanlah konsep kesatuan. Orang yang relatif puas dengan satu aspek

pekerjaannya dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek lainnya. Terdapat

lima model utama kepuasan kerja yang menunjukkan penyebab kepuasan

kerja, yaitu need fulfillment (pemenuhan kebutuhan), discrepancies

(ketidaksesuaian), value attainment (pencpaian nilai), equity (keadilan), dan

dispositional/genetic components (komponen wtak/genetik).

2. Membangun Motivasi

Teknik memotivasi harus dapat memastikan bahwa lingkungan di mana

mereka bekerja memenuhi sejumlah kebutuhan manusia yang penting. Beberapa

cara perlu dilakukan untuk dapat membangun motivasi (Wibowo, 2010:381-385)

yaitu :

1. Menilai sikap

Adalah penting bagi manajer untuk memahami sikap mereka terhadap

bawahannya. Pikiran mereka dipengaruhi oleh pengalaman mereka dan akan

membentuk cara bagaimana berperilaku terhadap semua orang yang

dijumpai.

2. Menjadi Manajer yang Baik

Manajer sering mengikuti kursus-kursus mempelajari kepemimpinan, tetapi

good leaders (pemimpin yang baik), tidak perlu menjadi good managers

(manajer yang baik). Kepemimpinannya hanya satu bagian untuk menjadi

(11)

Seorang manajer yang baik mempunyai karakteristik komitmen untuk

bekerja, melakukan kolaborasi dengan bawahan, memercayai orang, loyal

pada teman sekerja, dan menghindari politik kantor.

3. Memperbaiki Komunikasi

Komunikasi antara manajer dengan bawahan dilakukan dengan

menyediakan informasi secara akurat dan detail secepatnya mungkin.

Informasi menyangkut apa yang ingin diberitahukan manajer maupun apa

yang ingin mereka ketahui.

Untuk memotivasi anggota tim perlu melibatkan mereka yang akan

terkena pengaruh dari keputusan manajer. Melibatkan pekerja pada tahap

awal akan mendorong semua anggota tim merasa bahwa mereka dapat

membuat perbedaan.

4. Menciptakan Budaya Tidak Menyalahkan

Setiap orang yang mempunyai tanggung jawab harus dapat menerima

kegagalan. Tetapi untuk memotivasi secara efektif diperlukan “budaya tidak

menyalahkan”. Kesalahan harus dikenal, dan kemudian menggunakannya

untuk memperbaiki kesempatan keberhasilan dimasa yang akan datang.

5. Memenangkan Kerja Sama

Komponen dasar dari lingkungan motivasional adalah kerja sama, yang

harus diberikan manajer kepada bawahan dan sebaliknya diharapkan dari

mereka. Adalah penting mengawasi dan mendukung bawahan, namun perlu

(12)

6. Mendorong inisiatif

Tanda yang pasti untuk motivasi tinggi adalah banyaknya inisiatif.

Kemampuan mengambil inisiatif tergantung pada pemberdayaan dan

lingkungan yang mengenal konstribusi. Semakin banyak kita mengharapkan

orang, semakin banyak mereka memberi, selama kita mendukungnya.

3. Teori Motivasi

Untuk mencapai keefektivan motivasi, maka diperlukan teori-teori motivasi

dari para ahli sebagai pendukungnya.

1. Teori Motivasi Mc Cleland

Menurut David Mc Cleland yang dikutip oleh Gibson (2001) terdapat tiga

macam kebutuhan yang perlu diperhatikan pegawai yaitu : Kebutuhan akan

prestasi (needs for achievement = nAch), kebutuhan akan kelompok

pertemanan (needs for affliliation = nAff) dan kebutuhan akan kekuasaan

(needs for power = nPower), dimana apabila kebutuhan seseorang terasa

sangat mendesak, maka kebutuhan itu akan memotivasi orang tersebut untuk

berusaha keras memenuhinya. Berdasarkan teori ini kebutuhan-kebutuhan

tersebut dapat dibangun dan dikembangkan melalui pengalaman dan

pelatihan. Orang yang tinggi dalam nAch akan lebih menyukai pekerjaan

dengan tanggung jawab individu, umpan balik dari kinerja, dan tujuan yang

menantang.

2. Teori Herzberg

Teori Dua Faktor (Two-Factor Theory) yang dikemukakan oleh Frederick

(13)

motivasional dari lingkungan kerja dan ada dua faktor di dalam teori ini

yaitu: faktor-faktor higienis (sumber ketidakpuasan) dan faktor-faktor

pemuas (sumber kepuasan) dalam teorinya Herzberg menyakini bahwa

kepuasan kerja memotivasi pada kinerja yang lebih baik. Faktor higienis

seperti kebijakan organisasi, supervisi dan gaji dapat menghilangkan

ketidakpuasan. Faktor ini berhubungan erat dengan pekerjaan. Perbaikan

hubungan pekerjaan tidak mengarah pada kepuasan yang lebih besar, tetapi

diharapkan akan mengurangi ketidakpuasan. Dilain pihak, motivator atau

pemuas seperti pencapaian, tanggung jawab dan penghargaan mendukung

pada kepuasan kerja. Motivator berhubungan erat dengan kerja itu sendiri

atau hasil langsung yang diakibatkannya, seperti peluang promosi, peluang

pertumbuhan personal, pengakuan tanggung jawab dan prestasi. Perbaikan

dalam isi pekerjaan mendorong pada peningkatan kepuasan dan motivasi

untuk bekerja lebih baik.

3. Teori X dan Y.

Teori motivasi milik Douglas McGregor mengemukakan dua pandangan

yang nyata mengenai manusia, yakni: pandangan pertama pada dasarnya

negatif disebut Teori X, dan yang lain pada dasarnya positif disebut Teori Y.

McGregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang pemimpin mengenai

sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu, dan bahwa

mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap pegawai

berdasarkan asumsi-asumsi tersebut.

(14)

a. Pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan, dan sebisa mungkin

untuk menghindarinya.

b. Karena pegawai tidak menyukai pekerjaan, mereka harus dipaksa,

dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-

tujuan.

c. Pegawai akan menghindari tanggung jawab dan mencari perintah formal

bilamana mungkin.

d. Sebagian pegawai menempatkan keamanan di atas semua faktor lain yang

terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit ambisi.

Kontras dengan pandangan negatif tersebut diatas, McGregor membuat

empat asumsi positif yang disebutnya Teori Y yaitu:

1. Pegawai menganggap kerja sebagai hal yang menyenangkan, seperti halnya

istirahat atau bermain.

2. Pegawai akan berlatih mengendalikan diri, dan emosi untuk mencapai

berbagai tujuan.

3. Pegawai akan bersedia belajar untuk menerima, bahkan belajar lebih

bertanggung jawab.

4. Pegawai mampu membuat berbagai keputusan inovatif yang diedarkan ke

seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang menduduki posisi

manajemen.

Kesimpulan dari teori ini yaitu Teori X berasumsi bahwa kebutuhan-

kebutuhan tingkat yang lebih rendah mendominasi individu, sedang Teori Y

(15)

individu. McGregor sendiri meyakini bahwa asumsi Teori Y lebih valid daripada

Teori X.

2.1.3 Prestasi Kerja

Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan karyawan yang didalamnya termasuk kebutuhan-kebutuhan akan berprestasi.

Pelaksanaan kerja dalam arti prestasi kerja tidak hanya menilai hasil fisik yang

telah dihasilkan oleh seorang karyawan. Pelaksanaan pekerjaan disini dalam artian

secara keseluruhan, sehingga dalam penilaian prestasi kerja ditunjukkan berbagai

bidang seperti kemampuan kerja, kerajinan, disiplin, hubungan kerja dan

sebagainya.

Prestasi kerja merupakan hasil yang dicapai atau yang diinginkan oleh

semua orang dalam bekerja. Prestasi kerja untuk tiap-tiap orang tidaklah sama

ukurannya karena manusia itu satu sama lain berbeda. Perbedaan ini terletak pada

diri maupun luar individu.

Hasibuan (2003:87), prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Prestasi

kerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemapuan dan minat

seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta

peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor di atas,

semakin besarlah prestasi kerja karyawan bersangkutan. Prestasi kerja timbul

dari dalam diri pekerja karena prestasi kerja merupakan gabungan dari

(16)

Tujuan penilaian prestasi adalah memperbaiki dan meningkatkan prestasi

kerja karyawan yang pada akhirnya nanti akan bermanfaat bagi pelaksanaan

fungsi-fungsi operasional SDM (Panggabean, 2002). Sedangkan menurut Yuli

(2005:89), prestasi kerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Prestasi kerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau

perilaku nyata yang ditampilkan sesuai dengan peranannya dalam organisasi

(Hariandja, 2002:195). Pendapat Hasibuan (2009:94), mengatakan bahwa

prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam

melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas

kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.

Selain itu pengukuran prestasi kerja karyawan dapat dilihat dari beberapa

faktor seperti :

1. Kualitas Kerja

Kualitas kerja ketepatan, ketelitian, keterampilan dan keberhasilan karyawan

dalam melaksanakan pekerjaannya.

2. Kuantitas Kerja

Merupakan jumlah out put produk-produk yang dihasilkan dan ketepatan

dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Keandalan

Keandalan yaitu kemampuan karyawan dalam melaksanakan intruksi atau

(17)

4. Sikap

Sikap karyawan terhadap perusahaan, karyawan lain dan pekerjaan serta kerja

sama.

Dalam perusahaan prestasi kerja juga dapat dinilai seberapa besar

penilaian prestasi kerja karyawannya. Adapun penilaian prestasi kerja dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Penilaian Sistematis Oleh Atasan

Penilaian sistematis banyak memberikan manfaat bagi perusahaan. Pertama

adalah memberikan informasi dalam keputusan yang menyangkut

masalah-masalah seperti promosi, kenaikan gaji. Manfaat kedua adalah dapat

dipergunakan untuk mendorong dan memimpin pengembangan karyawan

2. Penilaian Prestasi Kerja Kelompok

Pengukuran prestasi kerja kelompok mempunyai dasar yang sama dengan

sistem penilaian jabatan. Penilaian ini mempunyai tujuan untuk menentukan

baik tidaknya karyawan untuk dipromosikan. Ada tiga metode penilaian

prestasi kerja antara lain :

a. Ranking

Penilaian prestasi kerja ini dimulai dengan membandingkan karyawan

satu dengan karyawan lain, menentukan siapa yang lebih baik.

Perbandingan ini dilakukan secara keseluruhan, artinya tidak dicoba di

pisah-pisahkah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan

(18)

b. Grading atau Forced Distributions

Pada metode ini penilaian memisah-misahkan atau menyortir pada

karyawan kedalam klasifikasi yang berbeda. Biasanya proporsi tertentu

harus diletakkan pada setiap kategori.

c. Poin Allocation Method

Metode ini merupakan bentuk lain grading. Penilaian diberikan sejumlah

nilai total untuk dialokasikan diantara para karyawan dan kelompok.

1. Tujuan Penilaian Prestasi Kerja

Penilaian hendaknya memberikan suatu gambaran akurat mengenai prestasi

kerja karyawan.Untuk mencapai tujuan ini, sistem-sistem penilaian harus

mempunyai hubungan dengan pekerjaan, praktis, mempunyai standart-standart

dan menggunakan berbagai ukuran yang dapat diandalkan. Menurut Hasibuan

(2003: 91) menjelaskan beberapa syarat-syarat penilai, yaitu:

1. Penilai harus jujur, adil, objektif dan mempunyai pengetahuan mendalam

tentang unsur-unsur yang akan dinilai supaya penilaiannya sesuai dengan

realitas/fakta yang ada.

2. Penilai hendaknya mendasarkan penilaiannya atas benar atau salah, baik

atau buruk, terhadap unsur-unsur yang dinilai sehingga hasil penilaiannya

jujur, adil, dan objektif. penilai tidak boleh mendasarkan penilaiannya atas

fisis rasa supaya penilaian bukan didasarkan atas suka atau tidak suka.

3. Penilai harus mengetahui secara jelas uraian dari setiap pekerjaan karyawan

yang akan dinilai supaya hasil penilaiannya dapat dipertanggung jawabkan

(19)

4. Penilai harus mempunyai keimanan supaya penilaiannya adil dan jujur.

Menurut Handoko (2001: 135) menjelaskan beberapa tujuan prestasi kerja,

yaitu:

1. Perbaikan Prestasi Kerja

Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer, dan

departemen personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk

memperbaiki prestasi

2. Penyesuaian-Penyesuaian Kompensasi

Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam

menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi

lainnya.

3. Keputusan-Keputusan Penempatan

Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa

lalu atau antisipasinya.Promosi sering merupakan bentuk penghargaan

terhadap prestasi kerja masa lalu.

4. Kebutuhan-Kebutuhan Latihan Dan Pengembangan

Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan

latihan.Demikian juga, prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi

yang harus dikembangkan.

5. Perencanaan Dan Pengembangan Karier

Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan kraier, yaitu

(20)

6. Penyimpangan-Penyimpangan Proses Staffing

Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkam kekuatan atau kelemahan

prosedur staffting departemen personalia.

7. Ketidak-Akuratan Informasional

Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkkan kesalahan-kesalahan

informasi analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia atau

komponen-komponen lain sistem informasi manajemen personalia.

Menguntungkan diri pada informasi yang tidak akurat dapat menyebabkan

keputusan-keputusan personalia yang diambil tidak tepat.

8. Kesalahan-Kesalahan Desain Pekerjaan

Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam

desain pekerjaan.Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan

tertentu.

9. Kesempatan Kerja Yang Adil

Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan

penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.

10. Tantangan-Tantangan Eksternal

Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar

lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau

masalah- masalah pribadi lainnya.Dengan penilaian prestasi departemen

(21)

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Sulistiyani, Ambar dan Rosidah (2003:200) beberapa faktor yang

mempengaruhi prestasi kerja adalah:

1. Pengetahuan, yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang berorientasi

pada intelegensi dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang lebih luas yang

dimiliki karyawan

2. Keterampilan, yaitu kemampuan dan penguasan teknis operasional dibidang

yang dimiliki karyawan

3. Abilities, yaitu kecakapan atau kemampuan yang terbentuk dari sejumlah

kompetensi yang dimiliki oleh seorang karyawan.

4. Attitude, yaitu sikap atau suatu kebiasan yang terpolakan.

2.2 Penelitian Terdahulu

Paramita (2012), dengan judul penelitian “Pengaruh Keselamatan dan

Kesehatan Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ

Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh keselamatan

dan kesehatan kerja (K3) terhadap prestasi kerja karyawan yang dimediasi

variabel motivasi kerja. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner,

wawancara, observasi dan dokumentasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. PLN (Persero)

APJ Semarang yang berjumlah 118 orang. Metode pengambilan sampel

menggunakan proportionate Stratified Random Sampling dan ditetapkan sampel

sebanyak 55 orang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis jalur.

(22)

dan kesejahteraan (K3) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang

dimediasi oleh variabel motivasi kerja. PT. PLN (Persero) APJ Semarang

seharusnya untuk meningkatkan K3 bagi karyawan agar motivasi kerja mereka

menjadi lebih tinggi, sehingga mereka dapat memberikan performa yang

maksimal.

Cahyono (2008), dengan judul penelitian “Pengaruh Motivasi terhadap

Prestasi Kerja Karyawan (Studi pada Karyawan AJB Bumi Putera 1912 Cabang

Kayutangan Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya

pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan AJB Bumi Putera 1912

Cabang Kayutangan Malang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian

penjelasan (explanatory research) dengan pendekatan kuantitatif.

Sampel yang digunakan adalah karyawan AJB Bumi Putera 1912 Cabang

Kayutangan Malang dengan jumlah 42 orang.Sumber data diperoleh dari data

primer yaitu dengan menyebar kuesioner dan data sekunder yaitu dengan

dokumentasi. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan motivasi terhadap prestasi kerja karyawan dengan nilai

signifikansisebesar 0,000 < 0,05 (alpha) sehingga menghasilkan keputusan bahwa

ada pengaruh positif yang signifikan antara kebutuhan eksistensi (X1), kebutuhan

berhubungan (X2), kebutuhan berkembang (X3) terhadap prestasi kerja karyawan

(Y). Adjusted R Square sebesar 0,703 yang berarti dapat memberikan pengaruh

terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 70,3% dimana sisanya sebesar 29,7%

(23)

Kuncoro, dengan penelitian berjudul, “Analisis Pengaruh Program

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Motivasi Kerja terhadap

Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Tehate Putra Tunggal”. Tujuan penelitian

ini adalah menganalisis pengaruh Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3) serta Motivasi Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT.

Tehate PutraTunggal baik secara parsial maupun simultan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

asosiatif dan teknik analisis yang digunakan adalah regresi sederhana dan regresi

berganda. Teknik pengambilan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner

kepada 100 responden yang merupakan karyawan PT. Tehate Putra Tunggal. Data

yang diolah berdasarkan penilaian karyawan terhadap Program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3), Motivasi Kerja, Produktivitas Kerja Karyawan di PT.

Tehate PutraTunggal.

Hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa Program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) berpengaruh signifikan terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan sebesar 31%, dimana hal tersebut lebih dipengaruhi oleh penerangan

dan pencahayaan yang kurang memadai. Motivasi Kerja secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap Produktivitas Kerja sebesar 22,8% dimana

permasalahan pencahayaan yang menjadi penyebab turunnya motivasi karyawan

dalam bekerja karena minimnya pencahayaan.

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta Motivasi Kerja juga

secara simultan berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja Karyawan sebesar

(24)

memberikan penyuluhan tentang pentingnya alat pelindung diri dan

memperhatikan kondisi lingkungan kerja yang dapat meningkatkan produktivitas

kerja karyawan.

2.3 Kerangka Konseptual

Yuli (2005:211), kesehatan kerja menunjukkan kondisi yang bebas dari

gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan

kerja. Keselamatan kerja menurut Suma’mur (2007:1) adalah keselamatan yang

bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya,

landasan kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Menurut Robbins (2008:222), motivasi adalah suatu proses yang

menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha untuk mencapai suatu tujuan.

Tiga elemen utama dalam motivasi adalah intensitas, arah, dan ketekunan.

Intensitas yang berhubungan dengan seberapa besar usaha seseorang, tidak akan

mendapatkan hasil kerja yang diharapkan kecuali dikaitkan dengan arah yang

telah ditetapkan organisasi.

Hasibuan (2003:87) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.Prestasi

kerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat

seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta

peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor diatas,

(25)

Faktor yang berhubungan dengan prestasi kerja adalah keselamatan dan

kesehatan kerja, karena merupakan faktor intern yang mempunyai pengaruh yang

besar terhadap pelaksanaan tugas karyawan, selain itu motivasi kerja juga sangat

diperlukan dalam meningkatkan prestasi kerja karyawan karena motivasi kerja

merupakan suatu dorongan yang kuat terhadap karyawan untuk memotivasi diri

menjadi lebih semangat dan lebih baik dalam bekerja. Keselamatan dan kesehatan

kerja yang baik akan membuat karyawan merasa aman dan tenang dalam bekerja

dan motivasi yang baik dapat meningkatkan kemampuan dalam diri dalam

bekerja, hal inilah yang akan meningkatkan prestasi kerja karyawan meningkat

dan maksimal.

Berdasarkan teori di atas, maka dapat dibuat secara skematis kerangka

konseptual dalam penelitian ini yaitu dapat dijelaskan bahwa variabel yakni

program kesehatan kerja (X

1), keselamatan kerja (X2) motivasi kerja karyawan

(X3) dan prestasi kerja karyawan (variabel Y).

Sumber : Yuli (2005), Suma’mur (2007), Robins (2008), Hasibuan (2003), diolah

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Kesehatan Kerja (X1)

Keselamatan Kerja (X2)

Motivasi Kerja (X3)

(26)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka disusun hipotesis sebagai

berikut “Program Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja dan Motivasi Berpengaruh

Positif dan Signifikan terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. Tales Inti

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

pengetahuan dan teknologi yang memperhatikan dan menerapkan nilai humaniora sesuai dengan keahliannya berdasarkan kaidah, tata cara dan etika ilmiah dalam rangka

bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 263 Tahun 2004 tentang Pembatalan Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 21 Tahun 2003 tentang Retribusi Ijin Keselamatan dan

bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 2004 tentang Pembatalan Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 22 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan

Membuat baligo dengan tema “Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” untuk ditempatkan pada posisi strategis di lingkungan perguruan tinggi

10 Tekanan Konsep tekanan hidrostatika dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari C 11 Tata surya Membedakan sifat beberapa benda langit B 12 Getaran dan Gelombang

Pemberian Campuran Pupuk anorganik dan Pupuk Organik Pada Tanah Ultisol Untuk Tanaman Padi Gogo (Oryza sativa L.)Tesis Pascasarjana Pekanbaru : UIR.. Sarief

kepada Penyelenggara UN Kabupaten/Kota dan pihak terkait – untuk memperhatikan beberapa penekanan UN tahun 2013 yaitu antara lain : Jumlah paket soal, ketiadaan ujian

[r]