• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggap Pembungaan dan Pembentukan Biji Bawang Merah Terhadap Konsentrasi GA3 dan Perendaman di Dataran Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggap Pembungaan dan Pembentukan Biji Bawang Merah Terhadap Konsentrasi GA3 dan Perendaman di Dataran Rendah"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bawang merah merupakan komoditi sayuran yang memiliki banyak

manfaat dan bernilai ekonomi tinggi. Bawang merah digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan, pengobatan tradisional, sebagai bahan baku misalnya

untuk industri bawang goreng dan lain sebagainya.

Pada umumnya petani bawang merah di Indonesia menanam tanaman bawang merah secara vegetatif yaitu dengan umbi. Tanaman hasil pembiakan

vegetatif sangat rentan terhadap patogen penyakit yang dibawa dari induknya sehingga dapat menekan pertumbuhan dan produktifitas tanaman. Sistem

perbanyakan vegetatif juga meningkatkan virus di dalam bibit yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Budiono, 2004). Jasmi (2012) juga menambahkan perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan umbi

mempunyai beberapa kelemahan yaitu biaya transportasi yang tinggi dan membutuhkan gudang/tempat penyimpanan khusus karena jumlahnya yang besar.

Adapun solusi untuk meningkatkan produksi dan kualitas bawang merah

adalah dengan pengembangan bahan tanam bawang merah dari biji yang dikenal dengan nama TSS (True Shallot Seed).

TSS mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan umbi bibit antara lain; volume kebutuhan TSS lebih sedikit yaitu sekitar ±3-6 kg/Ha dibandingkan dengan umbi bibit ±1-1,5 ton/ha, pengangkutan dan penyimpanan

TSS lebih mudah dan lebih murah, tanaman asal TSS lebih sehat karena bebas patogen penyakit dan menghasilkan umbi berkualitas lebih baik dan besar.

(Sumarni et al, 2012).

(2)

Masalah utama dalam produksi TSS di Indonesia adalah tidak semua bawang merah dapat berbunga dan menghasilkan biji. Ada varietas tertentu dari bawang merah yang mudah berbunga dan ada juga varietas bawang merah yang

sukar berbunga serta menghasilkan biji. Menurut Satjadipura (1990) varietas Kuning mudah berbunga, varietas Bima agak sukar berbunga dan varietas

Sumenep sukar berbunga. Untuk bawang merah varietas Medan sampai saat ini belum ada data tentang pembungaan dan pembijian yang konkret, namun dari hasil survey di daerah asalnya di Samosir bawang merah varietas Medan dapat

menghasilkan bunga dan biji sebesar 20%. Rendahnya pembungaan bawang merah disebabkan oleh faktor cuaca di Indonesia, terutama panjang hari yang

pendek (<12 jam) dan rata-rata temperatur udara yang cukup tinggi (>18˚ C) sehingga tidak mendukung terjadinya inisiasi pembungaan (Sumarni et al, 2012).

Tanaman bawang merah di Indonesia pada umumnya berbunga di dataran

tinggi. Namun, sekarang tanaman bawang merah di dataran rendah juga dapat berbunga, meskipun jumlah tangkai bunganya masih sedikit. Sulistyaningsih (2006) melaporkan bahwa bawang merah yang ditanam pada bulan Juli – Agustus

didataran rendah yaitu di daerah Bantul, Yogyakarta, dapat berbunga. Kendalanya jumlah tangkai bunga yang dihasilkan masih sedikit sehingga pembentukan

bijinya sedikit pula. Oleh karena itu perlu upaya untuk meningkatkan produktivitas jumlah bunga dan biji yaitu dengan pemberian temperatur rendah secara buatan (vernalisasi) dengan temperatur (5˚C - 10˚C) selama 4 minggu atau

dapat menggunakan perlakuan GA3 untuk menggantikan proses vernalisasi. Perlakuan-perlakuan tersebut dapat meningkatkan pembungaan dan hasil biji

bawang merah (Sumarni et al, 2012).

(3)

Tanaman bawang merah Varietas Medan menurut SK Menteri Pertanian No: 595/pts/TP/290/8/1984 adalah produk asli dari Samosir, Sumatera Utara. Keunggulan varietas jenis ini produksi umbi kering dapat mencapai 7,4 ton/ha,

peka terhadap penyakit busuk daun (Phytopthora porri) dan penyakit busuk umbi (Botritis alli) serta mampu tumbuh dengan optimal di dataran rendah maupun

dataran tinggi. Meski memiliki banyak keunggulan akan tetapi varietas ini masih belum menjadi pilihan utama di kalangan petani - petani Indonesia, hal ini

dikarenakan minimnya pengembangan terhadap bawang merah varietas Medan ini

(Putrasamedja dan Suwandi, 1996).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul ”Tanggap pembungaan dan pembentukan biji bawang merah terhadap konsentrasi GA3 dan lama perendaman di dataran rendah”.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui konsentrasi GA3 dan lama perendaman yang tepat untuk meningkatkan pembungaan dan pembentukan biji bawang merah Varietas Medan.

Hipotesis Penelitian

Konsentrasi dan lama perendaman GA3 berpengaruh nyata terhadap

pembungaan dan pembentukan biji tanaman bawang merah Varietas Medan di dataran rendah.

Kegunaan Penelitian

Untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi yang dapat digunakan dalam

usaha untuk meningkatkan pembungaan dan pembentukan biji bawang merah.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik ,lebih banyak bersikap positif dalam menghadapi masa menopause, sikap positif wanita

Ada asumsi yang menyatakan mempelajari Komunikasi Antar Budaya sama halnya dengan Komunikasi Lintas Budaya, dalam hal ini KLB dan KAB berbeda nyata namun dalam teori

• Mengomentari pada gambar perbedaan an- tara lingkungan alam yang terawat dan tidak terawat serta alasan- nya.. • Menulis ciri-ciri ling- kungan alam yang ter- awat dan

Kondisi pada akhir pengamatan (hari ke- 7) menunjukan hampir seluruh kelompok perlakuan mengalami peningkatan jumlah eritrosit, hal ini diduga karena adanya efek pengobatan

baik berdasarkan validasi ahli media, sehingga layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran; (3) ada perbedaan untuk masing-masing kepercayaan diri dan hasil

Model Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Berbasis Komoditas Batik Banyumas Dalam Upaya Mendorong Pengembangan Ekonomi Lokal. 45 UNIVERSITAS JENDERAL

Alamat Tinggal (lengkap). Map Merah Map Kuning Map