• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian pestisida organik dari daun mindi (MeliaazedarachL.), daun pepaya (Carica papaya L.), dan campuran daun pepaya (Carica papaya L.), dan daun mindi (MeliaazedarachL.) terhadap hama dan penyakit tanaman cabai merah (Capsicum annuumL.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian pestisida organik dari daun mindi (MeliaazedarachL.), daun pepaya (Carica papaya L.), dan campuran daun pepaya (Carica papaya L.), dan daun mindi (MeliaazedarachL.) terhadap hama dan penyakit tanaman cabai merah (Capsicum annuumL.)."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PESTISIDA ORGANIK DARI DAUN MINDI (Melia azedarach L.), DAUN PEPAYA (Carica papaya L.), DAN CAMPURAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L.), DAN DAUN MINDI (Melia azedarach L.)

TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

Rina Budi Astuti 121434062

Universitas Sanata Dharma

Salah satu yang menjadi kendala utama dalam sistem produksi cabai merah adalah serangan hama dan penyakit. Pada umumnya petani melakukan pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida kimia, namun memiliki dampak kurang baik bagi lingkungan dan organisme lainnya. Salah satu usaha untuk mengurangi dampak dari penggunaan pestisida kimia yakni penggunaan pestisida alami.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pestisida mana antara daun papaya (Carica papaya L.), mindi (Melia azedarach L.),serta campuran antara daun papaya (Carica papaya L.) dan daun mindi (Melia azedarach L.) yang paling baik untuk mengurangi intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Pendidikan Biologi Unversitas Sanata Dharma. Jenis penelitian ini adalah penelitian semi eksperimental, percobaan dilakukan pada 40 tanaman cabai yang terdiri dari 3 perlakuan dan 1 kontrol. Aplikasi pestisida dilakukan 3 hari sekali. Pengambilan data dilakukan sehari setelah penyemprotan selama delapan minggu dengan menghitung intensitas serangan dengan bentuk persen.

Hasil penelitian menujukkan bahwa ditemukan hama kutu putih dan virus. Pemberian pestisida dari daun pepaya (Carica papaya L.), daun mindi (Melia azedarach L), dan campuran daun pepaya (Carica papaya L.) , dan daun mindi (Melia azedarach L.) dapat menurunkan intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai. Larutan dari campuran daun pepaya (Carica papaya L.) ,daun mindi (Melia azedarach L.) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap intensitas serangan hama kutu putih, namun pada serangan virus memberikan hasil yang paling baik dalam menurunkan intensitas penyakit pada tanaman cabai merah.

.

(2)

ABSTRACT

THE IMPACT OF APPLYING ORGANIC PESTICIDE MADE OF PEPAYA LEAVES (Carica papaya L.), MINDI LEAVES (Melia azedarach L.), AND MIXED PEPAYA LEAVES(Carica papaya L.),AND MINDI LEAVES (Melia azedarach L) TOWARDS PEST AND DISEASES OF RED PEPPER (Capsicum

annuum L.) Rina Budi Astuti

121434062

Sanata Dharma University

One of the main obstacles in the red chilli production attack of plant and disease. In general farmers control pest and disease by using chemical pesticide , but it show a bad impact for the environment and other organism.One of the effort to reduce the impact of using chemical pesticides is using organic pesticides.

This research was conducted to determine which organic pesticide source plants Pepaya leaves (Carica papaya L.), mindi leaves (Melia azedarach L.), mixed pepaya leaves (Carica papaya L.) and mindi leaves (Melia azedarach L.) is the best way in controling both pest and disease of chilli. The research conducted at the experimental garden Biology Education Study Program of Sanata Dharma University in Yogyakarta. This research was a kind of semi experimental research. The experiment was conducted by using 40 samples of chilli plants consisting 3 treatments 1 control. The application of pesticides was done every 3 days. The intensity of attacks in percentage was calculated in the day after the application of the organic pesticide that lasted for eight weeks.

The results of research showed that lice pests and virus were found. The pesticide of pepaya leaves (Carica papaya L.), mindi leaves (Melia azedarach L.), mixed pepaya leaves (Carica papaya L.) and mindi leaves (Melia azedarach L.) can lower intensity pest attacks and disease in chili plants. Solution from a mixed pepaya leaves (Carica papaya L.) and mindi leaves (Melia azedarach L.) didn’t show significant influence on the intensity of white lice pets. Whereas on the virus indicated as the best in lowering the intensity of pest and disease attacks in chilli plants.

(3)

PENGARUH PEMBERIAN PESTISIDA ORGANIK DARI DAUN MINDI (Melia azedarach L.), DAUN PEPAYA (Carica papaya L.), DAN CAMPURAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L.), DAN DAUN MINDI (Melia azedarach L.)

TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

RINA BUDI ASTUTI NIM: 121434062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH PEMBERIAN PESTISIDA ORGANIK DARI DAUN MINDI (Melia azedarach L.), DAUN PEPAYA (Carica papaya L.), DAN CAMPURAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L.), DAN DAUN MINDI (Melia azedarach L.)

TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

RINA BUDI ASTUTI NIM: 121434062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Allah SWT

Kedua orang tua saya:

Bapak Rasup dan Ibu Sumini

Dosen Pembimbing

Kakak saya Rahayu

Sahabat dan teman-teman yang selalu mendukung

(8)

v

MOTTO

Fighting has been enjoined upon you while it is

hateful to you. But perhaps you hate a thing

and it is good for you, and perhaps you love a

thing and it is bad for you. Allah Knows, while

you know not.

~ (QS : 2:

216)

Learn from the mistakes in the past, try by

using a different way, and always hope for a

successful future.

(9)
(10)
(11)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkatdan karuni- nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘Pengaruh Pemberian Pestisida dari Campuran Daun Mindi (Melia azedarach L.) dan Daun Pepaya (Carica papaya L.), Daun Pepaya (Carica papaya L.), dan Daun Mindi (Melia azedarach L.) Terhadap Hama dan Penyakit Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) ’. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademi untuk menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Santa Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya berbagai pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya, khusunya kepada:

1. Kedua orang tua saya Bapak Rasup dan Ibu Sumuni atas segala pengorbanan , doa serta dukungan yang telah diberikan.

2. Universitas Sanata Dharma

3. Drs. Antonius Tri Priantoro, M. For. Sc selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma.

(12)
(13)

x

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PESTISIDA ORGANIK DARI DAUN MINDI (Melia azedarach L.), DAUN PEPAYA (Carica papaya L.), DAN CAMPURAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L.), DAN DAUN MINDI (Melia azedarach L.)

TERHADAP HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

Rina Budi Astuti 121434062

Universitas Sanata Dharma

Salah satu yang menjadi kendala utama dalam sistem produksi cabai merah adalah serangan hama dan penyakit. Pada umumnya petani melakukan pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida kimia, namun memiliki dampak kurang baik bagi lingkungan dan organisme lainnya. Salah satu usaha untuk mengurangi dampak dari penggunaan pestisida kimia yakni penggunaan pestisida alami.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pestisida mana antara daun papaya (Carica papaya L.), mindi (Melia azedarach L.),serta campuran antara daun papaya (Carica papaya L.) dan daun mindi (Melia azedarach L.) yang paling baik untuk mengurangi intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Pendidikan Biologi Unversitas Sanata Dharma. Jenis penelitian ini adalah penelitian semi eksperimental, percobaan dilakukan pada 40 tanaman cabai yang terdiri dari 3 perlakuan dan 1 kontrol. Aplikasi pestisida dilakukan 3 hari sekali. Pengambilan data dilakukan sehari setelah penyemprotan selama delapan minggu dengan menghitung intensitas serangan dengan bentuk persen.

Hasil penelitian menujukkan bahwa ditemukan hama kutu putih dan virus. Pemberian pestisida dari daun pepaya (Carica papaya L.), daun mindi (Melia azedarach L), dan campuran daun pepaya (Carica papaya L.) , dan daun mindi (Melia azedarach L.) dapat menurunkan intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai. Larutan dari campuran daun pepaya (Carica papaya L.) ,daun mindi (Melia azedarach L.) tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap intensitas serangan hama kutu putih, namun pada serangan virus memberikan hasil yang paling baik dalam menurunkan intensitas penyakit pada tanaman cabai merah.

.

(14)

xi ABSTRACT

THE IMPACT OF APPLYING ORGANIC PESTICIDE MADE OF PEPAYA LEAVES (Carica papaya L.), MINDI LEAVES (Melia azedarach L.), AND MIXED PEPAYA LEAVES(Carica papaya L.),AND MINDI LEAVES (Melia azedarach L) TOWARDS PEST AND DISEASES OF RED PEPPER (Capsicum

annuum L.) Rina Budi Astuti

121434062

Sanata Dharma University

One of the main obstacles in the red chilli production attack of plant and disease. In general farmers control pest and disease by using chemical pesticide , but it show a bad impact for the environment and other organism. One of the effort to reduce the impact of using chemical pesticides is using organic pesticides.

This research was conducted to determine which organic pesticide source plants Pepaya leaves (Carica papaya L.), mindi leaves (Melia azedarach L.), mixed pepaya leaves (Carica papaya L.)and mindi leaves (Melia azedarach L.) is the best way in controling both pest and disease of chilli. The research conducted at the experimental garden Biology Education Study Program of Sanata Dharma University in Yogyakarta. This research was a kind of semi experimental research. The experiment was conducted by using 40 samples of chilli plants consisting 3 treatments 1 control. The application of pesticides was done every 3 days. The intensity of attacks in percentage was calculated in the day after the application of the organic pesticide that lasted for eight weeks.

The results of research showed that lice pests and virus were found. The pesticide of pepaya leaves (Carica papaya L.), mindi leaves (Melia azedarach L.), mixed pepaya leaves (Carica papaya L.) and mindi leaves (Melia azedarach L.) can lower intensity pest attacks and disease in chili plants. Solution from a mixed pepaya leaves (Carica papaya L.) and mindi leaves (Melia azedarach L.) didn’t show significant influence on the intensity of white lice pets. Whereas on the virus indicated as the best in lowering the intensity of pest and disease attacks in chilli plants.

(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

(16)

xiii

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Prinsip/ Teori Terkait ... 7

1. Hama ... 7

2. Penyakit ... 8

3. Pestisida ... 8

4. Pestisida Organik ... 10

5. Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.)... 12

6. Hama dan Penyakit ... 18

7. Pepaya (Carica papaya L.) ... 22

8. Mindi (Melia azadarach L.) ... 27

B. Hasil Penelitian Relevan ... 29

C. Kerangka Berpikir ... 30

D. Hipotesis ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 32

B. Batasan Penelitian ... 33

C. Alat dan Bahan ... 33

D. Cara Kerja ... 34

 Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

(17)

xiv

1. Penyemaian Benih ... 35

2. Persiapan Media Tanam ... 35

3. Penanaman ... 36

4. Pemeliharaan ... 36

5. Pembuatan Larutan Pestisida ... 36

6. Teknik Penyemprotan ... 37

7. Pengambilan Data ... 38

E. Metode Analisis Data ... 40

F. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran ... 40

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil ... 41

1. Hama Kutu Putih ... 42

2. Penyakit Virus ... 45

B. Pembahasan ... 48

1. Hama Kutu Putih ... 48

2. Penyakit Virus ... 51

C. Keterbatasan Dalam Penelitian ... 56

(18)

xv

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Relevan ... 29

Tabel 3.1 Kategori Serangan Berdasarkan Tingkat Serangan ... 39

Tabel 4.1 Intensitas Hama Kutu Putih Tanaman Cabai (dalam%) ... 42

Tabel 4.2 Intensias Serangan Hama Kutu Putih... 44

Tabel 4.3 Intensitas Serangan Penyakit Virus Tanaman Cabai (dalam%)... 45

(20)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Cabai Merah (Capsicum annuum L.) ... 12

Gambar 2.2 Daun Capsicum annuum L. ... 14

Gambar 2.3 Bunga Capsicum annuum L. ... 15

Gambar 2.4 Buah Capsicum annuum L. ... 16

Gambar 2.5 Daun Pepaya (Carica papaya L.) ... 22

Gambar 2.6 Daun Mindi (Melia azedarach L.) ... 27

Gambar 4.1 Daun Mengeriting ... 53

Daun Mengalami Klorosis ... 53

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Data Pengamatan Hama Kutu Putih dan Penyakit Virus ... 64

Lampiran II Uji Statistik Hama Kutu Putih ... 67

Lampiran III Uji Statistik Penyakit Virus ... 68

Lampiran IV Rancangan Hasil Penelitian Untuk Pendidikan ... 71

Silabus ... 71

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 78

(22)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tanaman cabai merah merupakan salah satu tanaman hortikultura unggulan yang cukup penting, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun sebagai ekspor. Kebutuhan konsumsi cabai merah setiap tahun meningkat dan sampai sekarang tanaman cabai merah termasuk salah satu tanaman yang dianggap potensial untuk dikembangkan. Tanaman cabai merah dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai dataran tinggi.

Di Bantul ratusan hektar tanaman cabai di kawasan Desa Parangtritis, Kecematan Kretek terancam gagal panen karena serangan hama, selain itu penyebaran hama dan penyakit cabai merah juga menyerang daerah luas Yogyakarta termasuk Sleman, dan kapan saja bisa terjadi serangan. Sekitar 30-40% daun yang terdapat di tanaman cabai merah terlihat berlubang dan mulai mengering. Karno, salah seorang petani asal Dusun Sono mengatakan dengan adanya serangan hama ini, jumlah panen cabai mengalami penurunan yang cukup signifikan (Erfanto 2015).

(23)

serangan hama. Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat kelancaran dalam budidaya cabai.

Pestisida merupakan substansi sintetik yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Pada awalnya, manusia menggunakan pestisida nabati dalam pembasmian hama namun sejak ditemukannya dikloro difenil trikloroetan (DDT) tahun 1939 yang telah memberikan hasil yang cepat dan efektif sehingga meningkatkan kepercayaan para petani terhadap pestisida sintetik yang akhirnya menimbulkan ketergantungan serta memberikan efek negatif terhadap kesehatan konsumen dan kerusakan lingkungan karena dapat mengakibatkan akumulasi bahan - bahan yang berbahaya di alam dan pada akhirnya akan berdampak pada organisme non target (Djojosumarto, 2008).

Hampir 80% petani sayuran di Indonesia dalam upaya mengendalikan organisme pengganggu tanaman yaitu dengan menggunakan pestisida sintetik kimiawi karena dianggap praktis, mudah diperoleh, dan menunjukkan efek yang paling cepat. Padahal penggunaan insektisida tersebut jika dilakukan secara terjadwal tanpa memperhatikan kepadatan populasi hama dan dosis terlalu tinggi dapat menimbulkan dampak negatif, seperti meningkatnya residu yang berbahaya, apalagi buah cabai biasa dikonsumsi dalam keadaan segar, timbulnya strain hama baru yang resisten terhadap insektisida (Adiyoga dan Soetiarso, 1999).

(24)

yang cukup potensial adalah bahan insektisida dari tumbuhan atau yang sering disebut pestisida nabati.

Pestisida dari bahan nabati sebenarnya bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme penganggu tanaman. Pada tahun 1940-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan bahan nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan hama belalang dan penggerek batang padi. Saat ini beberapa jenis pestisida nabati tersebut sudah mulai diterapkan dalam pertanian organik pada berbagai jenis budidaya tanaman, namun demikian kekuatan atau daya bunuh setiap jenis pestisida tersebut terhadap jenis organisme penganggu tanaman masih memerlukan kajian yang mendalam untuk mendapatkan hasil pengendalian yang efektif dan efisien (Hodiyah, 2015).

Tanaman papaya mengandung bahan aktif papain yang efektif untuk mengendalikan ulat dan hama dan pengisap tanaman. Sementara tanaman mindi daun dan biji, mengandung senyawa kimia seperti flavonoid, alkaloid , polifenol ,margosin, glikosida dan aglikon di mana senyawa aktif tersebut dapat mengendalikan hama seperti belalang (Nechiyana, dkk. 2013).

(25)

papain dan kimopapain. Getah pepaya menghasilkan senyawa- senyawa golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid dan asam amino nonprotein yang sangat beracun bagi serangga. Kandungan senyawa-senyawa kimia di dalam tanaman pepaya yang terkandung dapat mematikan organisme penganggu.

Penelitian yang dilakukan Mayestic (2016) menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dapat mengendalikan hama ulat daun pada tanaman kubis, sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Sinaga (2016) menujukkan bahwa gabungan daun mindi dan biji mahoni dapat menurunkan mortalitas ulat grayak pada tanaman tembakau. Maka pada penelitian kali ini akan digunakan larutan dari daun pepaya untuk mengendalikan hama kutu putih tidak sama yang dilakukan Mayestic (2016) yaitu mengendalikan hama ulat daun. Tanaman yang digunakan juga berbeda yaitu menggunakan cabai merah bukan tanaman kubis. Pada penelitian yang dilakukan Sinaga (2016) gabungan daun mindi dan biji mahoni dapat menurunkan mortalitas ulat grayak pada tanaman cabai, sedangkan pada penelitian yang dilakukan kali ini mencampurkan daun pepaya dan daun mindi untuk mengurangi hama kutu putih. Selain pencampuran bahan yang digunakan berbeda, hama yang digunakan juga berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan hama ulat grayak.

(26)

Cara pengendalian yang ramah lingkungan dan cocok untuk diterapkan di area luas seperti di lahan sentral produksi cabai merah sangat di perlukan. Cara pengendalian ramah lingkungan tersebut adalah penggunaan pestisida nabati yang berbahan baku dari tanaman khas lokalitas namun efektif mengendalikan hama.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah larutan pestisida dari daun pepaya (Carica papaya L.), mindi (Melia azedarach L.) serta campuran antara daun pepaya (Carica papaya L.) dan daun mindi (Melia azedarach L.) dapat mengurangi

intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.)?

2. Larutan pestisida mana yang paling baik mengurangi intensitas serangan hama dan penyakit tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.)?

C. Tujuan Penelitian

(27)

2. Mengetahui larutan pestisida mana yang paling baik mengurangi intensitas serangan hama dan penyakit tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.).

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

a. Dapat menambah pengetahuan pemanfaatan daun pepaya dan daun mindi sebagai pestisida organik.

b. Dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan pestisida organik. c. Bisa mengembangkan pengetahuan di bidang pertanian terutama

tentang pengendalian hama dan penyakit pada tanaman cabai merah.

2. Bagi Pertanian

Sebagai informasi bagi petani dalam membuat pestisida organik. 3. Bagi Dunia Pendidikan

Dapat sebagai masukan informasi mengenai khasiat dari daun mindi dan daun pepaya sebagai pestisida nabati untuk menanggulangi hama dan penyakit.

(28)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori 1. Hama

(29)

2. Penyakit

Penyakit merupakan penyebab tanaman menjadi sakit, misalnya bakteri, cendawan, virus, kekurangan atau kelebihan air, kekurangan dan kelebihan unsur hara, serta terlalu panas atau terlalu dingin. Penyakit infeksi pada tanaman dapat disebabkan oleh cendawan (jamur, fungi), bakteri, virus, nematode, dan tumbuhan parasit. Gejala yang ditunjukkan oleh penyakit tanaman dapat bermacam-macam, misalnya tanaman kerdil, tumbuh terhambat, busuk akar, busuk batang, busuk daun, busuk buah, busuk umbi, bercak - bercak pada daun, daun menguning (klorosis), jaringan daun mati (nekrosis), timbulnya bisul – bisul, dan sebagainya. Ada beberapa jenis penyakit yang gejalanya mudah diamati. Namun, umumnya untuk mengidentifikasi penyakit pada tanaman tidak selalu mudah karena gejalanya sering tidak tampak jelas (Djojosumarto, 2008). 3. Pestisida

Pestisida (Inggris : pesticide) secara harfiah berarti pembunuh hama (pest : hama; cide : membunuh). Menurut Peraturan Pemerintah No. 7/1973, pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

1. Mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman, atau hasil – hasil pertanian.

2. Mengendalikan rerumputan.

(30)

4. Mengendalikan atau mencegah hama- hama luar pada hewan peliharaan atau ternak.

5. Mengendalikan hama-hama.

6. Mengendalikan atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi, dengan penggunaan pada tanaman, tanah, dan air.

Penggolongan pestisida berdasarkan sasaran (Wudianto, 2010) yaitu :

1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang bisa mematikan semua jenis serangga.

2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungsi/cendawan. 3. Bakterisida. Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung

bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri.

4. Nermatisida, digunakan untuk mengendalikan nematoda.

5. Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak dan laba-laba. 6. Rodenstisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.

(31)

8. Herbisida adalah senyawa kimia beracun yang dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

9. Pestisida berperan ganda yaitu pestisida yang berperan untuk membasmi 2 atau 3 golongan organisme pengganggu tanaman.

4. Pestisida Organik

(32)

Beberapa kelebihan dan kelemahan pestisida organik (Suriana, 2012).

A. Kelebihan pestisida organik yaitu:

1. Pembuatannya lebih mudah dan murah,sehingga memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.

2. Tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap makhluk hidup, sehingga relatif aman digunakan.

3. Tidak beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman,sehingga tanaman yang diaplikasikan jauh lebih sehat dan aman dari pencemaran zat kimia berbahaya.

4. Tidak menimbulkan resisten (kekebalan) pada hama. Dalam artian pestisida organik aman bagi keseimbangan ekosistem.

5. Hasil pertanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari residu pestisida kimiawi.

B. Kelemahan Pestisida Organik ialah:

1. Daya kerja pestisida organik lebih lambat.

2. Pada umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan tetapi hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi tidak berminat mendekati tanaman budidaya.

3. Daya simpan relatif pendek, artinya pestisida harus segera digunakan setelah proses produksi.

(33)

5. Perlu dilakukan penyemprotan yang berulang- ulang. Hal ini dari sisi ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien.

C. Prinsip Kerja Pestisida Organik ialah :

1. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa. 2. Menghambat pergantian kulit.

3. Menganggu komunikasi serangga. 4. Menghambat reproduksi serangga betina. 5. Mengurangi nafsu makan.

6. Memblokir kemampuan makan serangga. 7. Menghambat perkembangan patogen penyakit. 5. Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L. )

a. Taksonomi

(34)

Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Tubiflora Suku : Solanaceae Marga : Capsicum

Jenis : Capsicum annuum L.

b. Morfologi

Menurut Pitojo (2003) ciri- ciri Capsicum annuum adalah sebagai berikut :

i. Akar

Akar terdiri dari akar tunggang, dengan akar cabang,dan akar serabut. Panjang akar dapat mencapai satu meter ke dalam tanah. ii.Batang

Batang cabai besar, licin, berkayu pada bagian pangkal, tegak,dapat mencapai ketinggian 50 cm -150 cm, dan membentuk banyak percabangan di permukaan tanah. Warna batang hijau hingga keunguan tergantung varietasnya.

iii.Daun

(35)

bulat telur dengan ujung meruncing, berlekuk dangkal hingga dalam . Panjang daun berkisar antara 5 cm -12 cm, lebar 1,5 cm – 4 cm , dan panjang tangkai daun berkisar antara 1 cm-1,25 cm.

Gambar 2.2 Daun Capsicum annuum L. iv. Bunga

(36)

Gambar 2.3 Bunga Capsicum annuum L. v. Buah

(37)

Gambar 2.4 Buah Capsicum annuum L.

vi. Biji

Biji cabai besar berukuran kecil, antara 3 mm – 5 mm, berwarna kuning, serta berbentuk bulat, pipih, dan ada bagian yang runcing. Masa produksi lebih pendek yaitu sekitar 10 minggu (Wahyudi, 2011).

c. Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

Menurut Harpenas dan Dermawan (2010), beberapa kondisi ekologis yang perlu dipenuhi untuk tanaman cabai adalah sebagai berikut :

i. Keadaan iklim

(38)

beradaptasi dengan baik pada temperatur 25-30oC dan untuk pembentukan buah pada kisaran 16-23oC. Lamanya penyinaran yang dibutuhkan tanaman cabai antara 10-12 jam/hari, intensitas cahaya dibutuhkan untuk proses fotosintesis, pembentukan bunga, pembentukan buah dan pemasakan buah. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah 24-28oC. Suhu yang terlalu dingin menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, pembentukan bunga kurang sempurna, dan pemasakan buah lebih lama. Curah hujan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman hingga akhir pertumbuhan berkisar antara 600 mm – 1.250 mm. Curah hujan yang terlalu rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan kelembaban udara meningkat dan cenderung mendorong pertumbuhan penyakit tanaman.

ii. Tanah

Pada umunya tanaman cabai cocok di tanam pada semua jenis tanah. Tanah yang ideal bagi pertumbuhan cabai ialah tanah yang subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek (menggenang), bebas cacing (nematoda) dan penyakit menular. iii. Derajat Keasaman Tanah (pH)

(39)

6. Hama dan Penyakit

a. Hama yang dapat menyerang tanaman cabai menurut Pracaya (2008) antara lain:

1) Kumbang Epilachna (Epilachna varivestris Mulsant)

Bentuk kumbang ini adalah elip, bewarna kuning pucat, telur di letakkan secara berkelompok (20-50 per kelompok) di balik daun, jumlah telur sekitar 800 butir, setiap hari rata – rata 30 butir. Telur akan menetas menjadi larva setelah 4-5 hari, larva berbentuk oval bewarna kuning. Panjang larva mencapai 8mm, dan menjadi pupa di balik daun. Kumbang dewasa berbentuk oval dan panjang 6 mm- 8 mm berwarna kuning kemerahan,sampai coklat kekuning-kuningan dengan 8 bercak hitam. Kerusakan yang ditimbulkan adalah keringnya bagian tanaman yang di serang seperti daun, dan batang.

2) Hama Aphis (Aphis craccivora Koch)/Kutu Daun

(40)

daun menjadi rusak, dapat mengeluarkan embun madu yang mengandung cendawan sehingga dapat mengganggu fotosintesis. 3) Ulat Grayak (Spodoptera)

Ciri- ciri ulat berwarna kelabu muda, coklat atau hitam. Bertelur di batang tanaman atau di tanamah dekat tanaman. Telur akan menjadi larva dalam 10-14 hari, larva akan makan daun tanaman selama 1-2 minggu, setelah itu akan menetap di dalam tanah dekat tanaman. Ulat ini memakan tanaman yang masih muda, menyerang akar, dan menyerang batang dengan menggerogotinya. Ulat bersembunyi di lapisan tanah yang tidak begitu dalam, ulat biasanya pada muncul pada malam hari.

4) Tungau (Tetranychus sp.)

(41)

5) Thrips ( Heliothrips)

Thrips dapat hidup di dataran rendah hingga keinggian 2000dpl. Thrips berbentuk kecil, panjang 1mm-2mm, warnanya kuning sampai coklat tua atau hitam, memiliki mulut penusuk, dan sayap yang berumbai. Thrips menghisap cairan sel pada daun. Akibatnya warna daun akan menjadi coklat, dan daun tidak dapat berfotosintesis sehingga menyebabkan daun mati.

6) Lalat buah (Batrocera dorsalis)

Warna thoraks / dada lalat buah adalah abu – abu, kepala, dan abdomennya bewarna coklat kemerah – merahan, terdapat pita kuning melintang pada abdomen, memiliki sayap berbentuk datar dan transparan bila di betangkan 5-7mm dan panjang badannya 6-8mm. Telur berwarna putih, berbentuk memanjang dan runcing pada kedua ujungnya. Lalat betina menggunakan ovipositornya (alat peletak telur) untuk menusuk kulit buah, dan memasukkan telur 10-15 butir. Kulit buah yang berlubang tersebut akan mengeluarkan getah yang mengundang lalat betina lain datang. Lalat buah berkembang biak dengan pesat saat musim kemarau. 7) Kutu putih (Bemisia tabaci)

(42)

mengeriting. Jika tingkat serangan tinggi , daun akan menguning (Pracaya, 2008).

b. Penyakit yang sering menyerang tanaman cabai (Pitojo, 2003) 1) Antraknosa

Disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeoporoides. Batang yang terserang akan terlihat diskolorisasi memanjang, berwarna abu-abu keputihan dengan binti-bintik hitam. Gejala yang dapat terlihat pada buah adalah terdapat cekung berwarna merah tua hingga coklat muda dan jaringan cendawan yang berwarna hitam. Serangan berat dapat menyebabakan buah cabai kering, dan keriput.

2) Penyakit layu disebabkan oleh jamur Fusarium sp. Pada pangkal batang yang menghambat membran plasma sel tanaman tidak permaebel sehingga air tidak dapat naik ke bagian atas.

3) Bercak Daun

(43)

4) Busuk Buah

Busuk buah disebabakan cendawan Phytophthora capsici, menyerang akar tanaman, dan menyebakan tanaman layu. Penyebaran serangan yang terjadi pada batang, dan cabang berwarna coklat tua. Serangan pada daun menyebakan timbulnya bercak berbentuk bulat atau tidak teratur.Buah yang terserang dapat busuk, dan daun akan mengering.

7. Pepaya (Carica papaya L.)

a. Klasifikasi Pepaya (Carica papaya L.)

Gambar 2.5 Daun Pepaya Kerajaan : Plantae

(44)

Bangsa : Cistales Suku : Caricacea Marga : Carica

Jenis : Carica Papaya L. (Yuniarti, 2008)

b. Morfologi Pepaya (Carica papaya L.)

Pepaya merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan. Tanaman ini menyebar ke Benua Afrika dan Asia serta India. Dari India, tanaman ini menyebar ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia di abad ke-17 (Setiaji, 2009).

(45)

c. Kandungan Kimia Daun Pepaya (Carica papaya L.)

Dari beberapa kandungan yang ada pada daun pepaya tersebut yang diduga memiliki potensi sebagai larvasida adalah enzim papain, saponin, flavonoid, dan tanin (Priyono, 2007).

i. Papain

Enzim Papain adalah enzim proteolitik yang berperan dalam pemecahan jaringan ikat. Senyawa papain juga bekerja sebagai racun perut yang akan masuk melalui alat mulut pada serangga. Kemudian cairan tersebut masuk lewat kerongkongan serangga dan selanjutnya masuk saluran pencernaan sehingga akan menyebabkan aktivitas makan serangga terganggu. Walaupun dalam dosis yang rendah apabila enzim papain masuk ke dalam tubuh larva akan menimbulkan reaksi kimia dalam proses metabolisme tubuh yang dapat menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan. Bahkan akibat dari ketidakmampuan larva untuk tumbuh akibatnya dapat menyebabkan kematian pada larva (Rabbani, 2015).

ii. Flavonoid

(46)

Rabbani,dkk (2015), mengatakan bahwa flavonoid merupakan senyawa yang dapat bersifat menghambat makan serangga. Flavonoid memiliki peran sebagai pengatur kerja antimikroba dan antivirus. Flavonoid berfungsi sebagai inhibitor pernapasan sehingga menghambat sistem pernapasan sehingga bisa mengakibatkan kematian.

iii. Saponin

Senyawa lain pada daun pepaya yang memiliki peran sebagai insektisida adalah saponin. Saponin merupakan senyawa terpenoid yang memiliki aktifitas mengikat sterol bebas dalam sistem pencernaan, sehingga dengan menurunnya jumlah sterol bebas akan mempengaruhi proses pergantian kulit pada serangga. Saponin terdapat pada seluruh bagian tanaman pepaya seperti akar, daun, batang, dan bunga. Senyawa aktif pada saponin mampu membentuk busa jika dikocok dengan air dan menghasilkan rasa pahit yang dapat menurunkan tegangan 14 permukaan sehingga dapat merusak membran sel serangga (Mulyana, 2002).

iv. Tanin

(47)

dihasilkan dari interaksi tanin dengan protein tersebut bersifat racun atau toksik yang dapat berperan dalam menghambat pertumbuhan dan mengurangi nafsu makan serangga melalui penghambatan aktivitas enzim pencernaan. Tanin mempunyai rasa yang pahit. Pada umumnya tumbuhan yang mengandung tanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang pahit. Salah satu fungsi tanin dalam tumbuhan adalah sebagai penolak hewan herbivor dan sebagai pertahanan diri bagi tumbuhan itu sendiri.

d. Sasaran Hama dan Penyakit

(48)

8. Mindi (Melia azedarach L.)

a. Klasifikasi Mindi Mindi (Melia azedarach L.)

Gambar 2.6 Daun dan pohon Mindi Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Bangsa : Sapindales Suku : Meliaceae Marga : Melia

Jenis : Melia azedarach L.

b. Morfologi Mindi (Melia azedarach L.)

(49)

nama gringging, mementin berbentuk pohon yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Batang mindi berkayu dan berbentuk bulat. Daun mindi tersusun sebagai daun majemuk, anak daun berbentuk elips, panjang 3-9 cm, lebar 15-30 mm, tepi daun bergerigi, ujung dan pangkal daunnya runcing serta berwarna hijau. Bunga tanaman ini adalah bunga majemuk berbentuk bulat telur yang terdapat di ketiak daun, benang sari bergigi sepuluh, kepala sari merunduk, mahkotanya berjumlah lima, panjang ± 1 cm dan berwarna coklat kekuningan. Biji mindi berbentuk bulat telur dan berrwarna putih. Daun mindi mengandung senyawa glokosida flavonoid dengan aglikon quersetin yang bersifat sebagai insektisida. Pada umumnya bahan aktif yang terkandung pada tumbuhan mindi berfungsi sebagai antifedant terhadap serangga dan menghambat perkembangan serangga. Daun mindi telah diketahui dapat digunakan sebagai pestisida alami. Ekstrak daun mindi dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mengendalikan hama (Kartasapoetra, 2000).

c. Sasaran Hama dan Penyakit

Tanaman ini dapat digunakan untuk mengendalikan / menekan OPT seperti , Hidari irava, Spodoptera litura, Spodoptera abyssina, Myzus persicae, Orsealia oryzae, Alternaria tenuis, Aphis citri,

(50)

Belalang, Heliothis virescens, H. Zea; Helminthosporium sp., Holocrichia ovata, Locusta migratoria, Meloidogyne javanica,

Nephotettox virescens, Nilaparvata lugens, Ostrina furnacalis,

Panochychus citri, Sagotella furcifera, Tribolium castaneum,

Tryporyza incertulas, Tylenchus filiformis. Jenis penyakit seperti

bercak daun kelapa kelabu,busuk pangkal batamg kelapa dan virus (Pracaya, 2008).

B. Hasil Penelitian Relevan

Berikut adalah beberapa penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini:

Tabel 2.1 Penelitian Relevan

Judul Hasil Referensi

Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera litura Pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L.)

Larutan daun mindi 200g/L air berpengaruh nyata terhadap intesintas serangan dan mortalitas Spodoptera litura pada tanaman tembakau.

Sinaga, 2016 kutu daun. Dosis 35 g/L daun pepaya memiliki tingkat

membunuh ulat grayak di hari kedua secara cepat pada tanaman cabai.

(51)

Tanaman Cabai

Hama yang sering menyerang tanaman khususnya tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) ialah jenis serangga, dimana jenis serangga ini biasanya akan sensitif dengan aroma dan rasa.

Bahan yang digunakan daun mindi dan daun pepaya memiliki rasa pahit yang tidak disukai serangga serta memiliki aroma yang sangat menyengat.

Dari jenis bahan tanaman tersebut kemungkinan bisa digunakan untuk mengendalikan hama jenis serangga dan penyakit pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.).

Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak dikonsumsi. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) sering dihadapkan pada berbagai masalah yaitu serangan hama dan penyakit.Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat kelancaran dalam budidaya cabai merah (Capsicum annuum L.).

(52)

C. Hipotesis

1. Pemberian pestisida dari larutan daun pepaya (Carica papaya L.) daun mindi (Melia azedarach L.) dan campuran daun Pepaya (Carica papaya L.) daun mindi (Melia azedarach L.) dapat mengurangi intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.).

2. Pestisida dari campuran daun pepaya (Carica papaya L.) daun mindi (Melia azedarach L.) paling baik dalam mengurangi intensitas serangan hama dan

(53)

32 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Variabel

Penelitian ini termasuk jenis penelitian semi eksperimen eksperimen semu) yaitu penelitian yang mendekati percobaan sungguhan di mana tidak mungkin mengadakan control/ memanipulasikan semua variabel yang relevan. Penelitian dilakukan dengan menguji dua jenis bahan pembuatan pestisida organik dari tanaman berbeda dengan konsentrasi yang sama yaitu 1:5. Penelitian ini bersifat kuantitatif deskriptif. Pengaruh pemberian pestisida organik ini akan dilihat berdasarkan jumlah tanaman yang terserang serta intensitas serangan hama dan penyakit. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel terikat, variabel bebas, variabel kontrol.

a. Variabel terikat : Hama dan penyakit tanaman cabai

b. Variabel bebas : Pestisida (larutandaun pepaya, daun mindi, dan daun campuran daun pepaya dan daun mindi)

(54)

B. Batasan Penelitian

1. Subjek dalam penelitian ini adalah tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.).

2. Jumlah tanaman yang digunakan sebanyak 40 tanaman yang ditanam pada polybag berukuran 25 cm x 25 cm.

3. Penelitian ini menggunakan pestisida dari tiga bahan tanaman antara lain daun pepaya (Carica papaya L.), daun mindi (Melia azedarach L.) serta campuran antara daun pepaya (Carica papaya L.) dan daun mindi (Melia azedarach L.).

4. Penelitian ini menggunakan larutan dari daun pepaya, daun mindi dan campuran daun mindi dan daun pepaya. Larutan yang dimaksud adalah dari ketiga bahan tersebut di haluskan dan saring lalu ditambahkan air, sehingga jadilah larutan.

5. Bagian tanaman yang digunakan adalah bagian daun.

C. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag yang berukuran 25 cm x 25 cm, cangkul, sprayer, blender, timbangan, saringan, ember, baskom, dan alat tulis.

(55)

D. Cara Kerja

 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan 17 Febuari- 30 April bertempat di Kebun Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang terletak di Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Pada bulan Febuari-April terjadi musim hujan yang ditandai dengan meningkatnya serangan hama dan penyakit tanaman sayuran termasuk cabai merah

 Pra penelitian

(56)

organik, dan ternyata didapatkan hama kutu putih pada tanaman cabai merah disetiap helain daun cabai merah tepatnya dibagian belakang daun. Kemudian dari situlah peneliti mengetahui bahwa hama yang terdapat dari cabai merah yaitu kutu putih, akhirnya peneliti melanjutkan penelitian yang sesungguhnya dengan cara sebagai berikut:

1. Penyemaian Benih

Penyemaian benih bertujuan untuk menghindari atau meminimalisir kematian bibit tanaman dan efektifitas penggunaan benih. Tempat persemaian dibuat kotak pembibitan yang berukuran 20 cm x 50 cm dengan jumlah lubang pembibitan 40 lubang. Lalu biji tanaman cabai ditabur di masing- masing lubang. Media tanah yang digunakan adalah campuran antara tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1, persemaian disiram setiap hari.

2. Persiapan Media Tanam

Persiapan media tanam bertujuan untuk menciptakan tempat dan media tanam yang gembur, subur dan bebas hama. Penelitian ini menggunakan polybag 25 cm x 25 cm. Media tanam yang digunakan adalah campuran pupuk kandang dan tanah, dengan perbandingan 2:1. 3. Penanaman

(57)

maupun penyakit. Sebelum ditanam pada media , tanah pada media tanam dilubangi 10 cm kemudian di tanami dengan bibit cabai yang telah disiapkan.

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman dilakukan sejak pertama kali bibit dipindahkan ke polybag yaitu penyiraman yang dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan seksama agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat terjadi dengan optimal.

5. Pembuatan Larutan Pestisida

Pembuatan pestisida dilakukan setiap kali melakukan penyemprotan sehingga pestisida yang akan digunakan selalu dalam keadaan yang fresh. Selain itu larutan pestisida yang digunakan diberi tambahan detergen untuk berfungsi sebagai pelekat. Adapun cara membuat larutan pestisida adalah sebagai berikut:

a. Larutan Mindi

(58)

digunakan penelitian yaitu 1:5 Penelitian ini menggunakan 60 ml larutan daun mindi (10 ml : 50 ml air).

b. Larutan Pepaya

Daun papaya dibersihkan dan diambil sebanyak 200 gram dan diblender sampai halus kemudian ditambahkan air 200 ml dan disaring. Hasil saringan daun pepaya dapat digunakan. Sebelum digunakan, hasil saringan daun pepaya diencerkan lagi dengan menambahkan air sesuai dengan perbandingan yang akan digunakan penelitian yaitu 1:5. Penelitian ini menggunakan 60 ml larutan daun pepaya (10 ml : 50 ml air).

c. Daun papaya dan daun mindi dibersihkan dan diambil sebanyak 200 gram dan diblender sampai halus kemudian ditambahkan air 200 ml dan disaring. Hasil saringan daun Papaya dan daun Mindi dapat digunakan. Sebelum digunakan, hasil saringan daun Mindi diencerkan lagi dengan menambahkan air sesuai dengan perbandingan yang akan digunakan penelitian yaitu 1:5. Penelitian ini menggunakan 60 ml larutan daun mindi dan daun pepaya (10 ml : 50 ml air).

6. Teknik Penyemprotan

(59)

digunakan adalah 1:5 (10 ml : 50 ml air). Penyemprotan dilakukan pada 3 hari sekali.

7. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan sebanyak lima belas kali selama delapan minggu. Data diambil sehari setelah penyemprotan dilakukan. Data diambil berdasarkan intensitas serangan hama dan penyakit pada setiap tanaman dan ditulis dalam bentuk persen.

Menurut Djafaruddin (2000) tingkat intensintas serangan hama dan penyakit setiap tanaman dapat dihitung sebagai berikut:

I

Ket: I = intesintas sampel yang terserang n = jumlah sampel yang terserang v = nilai skala sampel yang terserang N = jumlah sampel yang diamati

(60)

Tabel 3.1 Kategori Serangan Berdasarkan Tingkat Serangan (Leatimia dan Rumthe, 2011)

Nilai Intensitas Serangan (%) Kategori

0

Nilai 0, intensitas serangan normal tanaman tidak terkena hama dan penyakit.

Nilai 1, intensitas serangan ringan tanaman yang terkena hama dan penyakit kurang dari 25 %. Intensitas serangan pada setiap daun hanya sedikit.

Nilai 2, intensitas serangan sedang tanaman yang terkena hama dan penyakit kurang dari 50%. Intensitas serangan pada setiap daun hampir merata.

Nilai 3, intensitas serangan berat tanaman yang terkena hama dan penyakit kurang dari 75%. Intensitas serangan disetiap daun terserang hama dan penyakit.

(61)

E. Metode Analisis Data

Data mengenai intesintas serangan hama dan penyakit yang telah diperoleh selama masa pengamatan dilanjutkan dengan pengujian statistik menggunakan uji Anova one factor. Syarat untuk mengetahui Uji Anova adalah Uji Normalitas dan

Uji Homogenitas, jika dari hasil Uji Anova menunjukan bahwa data berbeda secara statistik maka dilanjutkan dengan Uji Post Hoc merupakan uji lanjutan dari data statistik jika sampel data dari uji anova menunjukan data berbeda secara statistik. Analisis data ini dilakukan menggunakan microsoft excel 2007 dan program SPSS versi 16.0.

F. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran

(62)

41 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Penelitian ini merupakan penelitian semi eksperimental yang menguji larutandaun mindi, daun pepaya, dan campuran daun pepaya dan daun mindi sebagai pestisida organik untuk mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai. Untuk mengetahui apakah pestisida organik dengan tiga bahan tanaman yang digunakan mencegah terjadinya serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai menggunakan uji anova one factor between design karena faktor yang akan diuji terdiri satu faktor yaitu kandungan bahan (daun papaya, daun mindi, dan campuran daun mindi dan daun pepaya), dengan pengenceran yang sama yaitu 1:5. Tujuan dari percobaan ini yakni ingin mengetahui pestisida organik pada jenis bahan apa yang paling baik dalam menekan intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai merah.

(63)

demikian tidak diasumsikan bahwa akibat yang ditimbulkan akan sama dikarenakan masih akan ada faktor yang akan berpengaruh terhadap intensitas serangan hama maupun penyakit antara lain kondisi lingkungan, kualitas tanaman itu sendiri, serta cara bertani. Hasil penelitian ini mengenai pengaruh pemberian pestisida organik dengan tiga bahan tanaman sebagai pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit pada tanaman tanaman cabai merah. Dalam penelitian ini memberikan hasil bahwa selama melakukan penelitian ditemukan satu jenis hama (kutu putih) dan beberapa penyakit yang disebabkan oleh virus Gemini.

1. Hama Kutu Putih

Data hasil penelitian mengenai intensitas hama kutu putih yang diperoleh sebagai berikut:

Tabel 4.1 Intensitas hama kutu putih pada tanaman cabai merah

No Pengamatan ke

Intensitas Hama Kutu Putih (%)

Campuran Daun Mindi Daun Pepaya Kontrol

(64)

No Pengamatan ke

Intensitas Hama Kutu Putih (%)

Campuran Daun Mindi Daun Pepaya Kontrol

13 13 22.5 25 12.5 55

14 14 17.5 20.25 12.5 50

15 15 25 15.75 22.5 50

Total 665 706 687.5 992.5

Rata-rata 44.3 47.0 45.8 66.1

Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh, intensitas serangan hama kutu putih mengalami penurunan pada setiap pengamatan yang dilakukan tiga hari sekali. Pada pengamatan pertama sebelum aplikasi pestisida organik, serangan hama kutu putih mencapai 100% pada setiap perlakuan Tabel 4.1 sedangkan pada pengamatan terakhir pemberian pestisida organik, serangan hama kutu putih menurun.

Jika dilihat berdasarkan Tabel 4.1 penurunan intensitas serangan hama pada pengamatan terakhir yaitu pestisida organik campuran 25%, daun mindi 15,75%, dan daun pepaya 22,5% sedangkan pada kontrol serangan hama mencapai 50%.

(65)

intensitas serangan menjadi 5 kategori. Maka intensitas serangan kutu putih yang diperoleh dapat digolongkan berdasarkan kategori intensitas serangan dengan gambaran sebagai berikut:

Tabel 4.2 Intensitas Serangan Hama Kutu Putih

Perlakuan Rata-rata Kategori

Campuran Daun Mindi+ Daun Pepaya Daun Pepaya

Tabel 4.2 menunjukkan tingkat intensitas serangan kutu putih pada kategori sedang dan kategori berat. Pada kategori sedang terdapat pada perlakuan pestisida yang berasal dari daun larutancampuran daun mindi dan daun pepaya, daun pepaya dan daun mindi sedangkan kategori berat pada kontrol.

(66)

2. Penyakit virus

Data hasil penelitian intensitas serangan virus pada tanaman cabai merah adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Intensitas Penyakit Virus pada Tanaman Cabai Merah

No

Pengamatan ke

Intensitas Penyakit (%)

Campuran Daun Pepaya Daun Mindi Kontrol

1 1 0 0 0 45

(67)

akibat serangan pada pengamatan ke-5. Jumlah tanaman disetiap larutanberbeda- beda di setiap tanaman. Pada setiap rata-rata jumlah tanaman yang terserang mengalami penurunan (Lampiran I B). Data diatas menunjukkan bahwa intensitas serangan virus pada setiap perlakuan juga mengalami penurunan.

Dilihat berdasarkan rata-rata intensitas serangan virus paling rendah yaitu pada campuran 4.7%, sedangkan intensitas paling tinggi terdapat dikontrol yaitu sebesar 52.3%. Hasil pengamatan yang diperoleh dapat di kategorikan berdasarkan intensitas serangan menurut Leatimia dan Rumathe (2011) yang menggolongkan tingkat intensitas serangan menjadi 5 katagori.

Tabel 4.4 Intesitas Serangan Penyakit Virus Perlakuan Rata- rata Kategori

Campuran 4.7 Ringan

Daun Pepaya 5.5 Ringan

Daun Mindi 6.0 Ringan

Kontrol 52.3 Berat

Berdasarkan tabel diatas tingkat serangan virus pada campuran daun pepaya, dan daun mindi < 25% sehingga bisa dikatakan bahwa intensitas serangan virus dikategori ringan, sedangkan kontrol ≥ 50 berada pada kategori berat.

(68)
(69)

B. PEMBAHASAN 1. Hama Kutu Putih

Berdasarkan Tabel 4.1 penurunan intensitas serangan hama dipengaruhi oleh pemberian pestisida organik dengan tiga bahan yang berbeda, selain itu umur tanaman cabai juga ikut mempengaruhi penurunan intensitas serangan hama. Menurut Heinz et al.1982 dalam Nasution (2010) mengatakan bahwa semakin tua umur tanaman semakin kurang disukai kutu putih. Pada daun yang lebih muda kandungan air dan protein tanaman lebih tinggi sehingga kutu putih menyukainya, sedangkan pada daun tua kandungan air berkurang. Populasi kutu putih akan melimpah pada fase vegetatif dan menurun pada fase generatif. Jika dilihat dari hasil pengujian uji Anova diperoleh hasil tidak signifikan Hal itu menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh pemberian pestisida dengan bahan yang berbeda jenis tanaman terhadap hama kutu putih (Lampiran II). Sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan jenis bahan dari pestisida organik yang digunakan tidak memiliki perbedaan pengaruh nyata terhadap intensitas serangan hama kutu putih pada tanaman cabai merah. Adapun beberapa hal yang menyebabkan tidak adanya pengaruh pemberian pestisida yang diberikan terhadap intensitas serangan hama kutu putih sebagai berikut:

(70)

cairan pestisida tidak mengenai bagian- bagian daun secara keseluruhan. Kutu putih sendiri biasanya sering hinggap di bagian bawah daun dan akan terbang bila ada getaran atau disentuh daunnya (Lampiran V). Apabila pestisida disemprotkan dipermukaan atas, maka di permukaan bawah tidak terkena, dengan demikian efek pestisida yang disemprotkan kurang berpengaruh.

Pengambilan bahan tanaman yang berbeda sebagai pestisida organik berpengaruh terhadap kandungan zat yang terdapat dalam bahan yang akan digunakan. Daun pepaya maupun daun mindi yang digunakan pada peneliti kali ini tidak diambil dari tanaman yang sama dan dari pohon yang sama. Hal itu tentu saja berpengaruh juga terhadap antara umur daun yang muda dan yang tua.

(71)

lebih efektif mengurangi intensitas serangan hama kutu putih, karena memberikan hasil yang paling baik dibandingkan larutanyang lain. Hal itu terjadi disebabkan oleh pengaruh senyawa aktif yang terkandung pada tumbuhan mindi yang berfungsi sebagai antifedant terhadap serangga dan menghambat perkembangan serangga dan mampu mengurangi daya makan pada pertumbuhan larva.

Menurut Endah dan Heri dalam Sinaga (2009) bahwa fungsi dari senyawa alkaloid, triterpenoid,saponin,dan glikosida flavonoid yang ada didalam daun mindi dapat menghambat daya makan larva. Adapun cara kerja ialah senyawa-senyawa tersebut adalah bertindak sebagai stomach poisoning atau racun perut. Karena itu, apabila senyawa-senyawa masuk di dalam tubuh larva, maka menggangu saluran percernaan sedangkan daun pepaya sendiri mengandung senyawa toksik seperti papain, saponin, tannin, flavonoid dimana kandungan senyawa papain merupakan racun kontak yang akan masuk ke dalam tubuh serangga melalui lubang-lubang alami dari tubuh serangga (Nechiyana,dkk 2013).

(72)

sehingga akan memberikan tekanan serta menurunkan proses metabolisme organ dalam dan menghambat aktivitas makan kutu. Selain itu juga di dalam daun Pepaya terdapat zat flaovonoid dimana bekerja sebagai racun saraf yang diduga bisa menyebabkan kutu daun mengalami penurunan aktivitas gerak. Rosidah dalam Setiawan (2015) menjelaskan bahwa senyawa flavonoid dapat menimbulkan kerusakan pada saraf serta kerusakan pada spirakel yang mengakibatkan serangga tidak bisa bernapas dan akhirnya mati. Dengan adanya pencampuran kedua bahan pestisida tersebut memperkaya kandungan zat racun yang ada di masing-masing bahan tersebut sehingga diduga lebih efektif mengurangi hama kutu putih, bisa terlihat dari Tabel 4.2 rata-rata intesitas serangan hama kutu putih terendah dan dengan katagori sedang, seperti yang dikemukakan di awal bahwa perlakuan pemberian pestisida menunjukkan intensitas serangan kutu putih paling rendah adalah perlakuan pemberian pestisida yang lebih efektif sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian pestisida dari larutan campuran daun mindi dan daun pepaya memberikan hasil yang baik.

2. Penyakit Virus

(73)

tanaman akan menjadi lebih kerdil. Hal ini dikarenakan nutrisi yang terdapat pada tanaman cabai dihisap oleh kutu putih untuk kelangsungan hidupnya.

(74)

Gambar 4.1 Daun cabai merah yang tampak keriting (a), daun mengalami klorosis (b), daun menguning (c).

Menurut Ariyanti (2007) mekanisme infeksi virus dalam tubuh tanaman sehingga akan memunculkan daun berwarna kuning, kerdil serta menggulung ke atas. Gejala menguning daun pada bagian atas pada daun muda mirip dengan gejala akibat kekurangan unsur mikro Fe. Gejala yang muncul ini disebabkan akibat dari terhambatnya aliran nutrisi karena virus yang ada di dalam tanaman menguasai floem. Penyebaran penyakit kuning pada tanaman cabai merah tidak terlepas dari adanya virus Gemini. Penyebaran virus ini berkaitan dengan jumlah populasi kutu putih yang merupakan serangga vektor dari virus Gemini. Peningkatan jumlah populasi pada kutu putih ini meningkatkan penyebaran virus Gemini yang diikuti oleh meningkatnya terjadi penyakit kuning.

Salah satu faktor yang sangat berperan sangat penting dalam penyakit kuning pada tanaman cabai adalah keberadaan serangga vektor yang menyebarkan virus tersebut yaitu kutu putih. Kutu putih termasuk kelompok serangga penusuk

(75)

penghisap. Kutu putih memperoleh virus ketika mengambil makanan dari tanaman yang telah terinfeksi. Virus yang diambil dari tanaman yang sakit beredar melalui saluran pencernaan, menembus dinding usus, bersirkulasi dalam cairan tubuh serangga dan selanjutnya ke kelenjar saliva. Pada saat kutu putih menghisap makanan dari tanaman yang sehat, virus ini ikut masuk ke dalam tubuh tanaman dengan cairan dari mulut serangga tersebut (Eastop, 1977). Serangga kutu putih setelah menginfeksi virus pada cabai merah menyebabkan penurunan pertumbuhan tanaman, berkurangnya hasil fotosintesis yang dapat dimanfaatkan tanaman, dan berkurangnya kemampuan tanaman dalam mengambil nutrisi (Akin, 2006).

Berdasarkan data yang diperoleh intensitas virus serangan virus pada tanaman cabai berada dikategori ringan di semua pemberian pestisida organik, rendahnya intensitas serangan virus ini dapat disebabkan adanya pengaruh kandungan tanaman yang digunakan sebagai pestisida organik. Dari ketiga pestisida organik yang digunakan memiliki kandungan metabolit sekunder yang berbeda-beda. Metabolisme sekunder ialah adalah senyawa-senyawa organik yang berasal dari tanaman dan secara umum memiliki kemampuan bioaktif.

(76)

azediractin, senyawa alkoid dan aglikon queresetin yang ada di daun mindi, sedangkan pada daun pepaya memiliki zat papain yang bekerja aktif sebagai racun perut sehingga menurunkan metabolisme organ dalam pada kutu dan menghambat aktivitas makan pada kutu. Kandungan dari larutan campuran daun mindi dan daun pepaya memiliki peran penting dalam mengendalikan kutu putih, dimana dari campuran kedua bahan tanaman tersebut memiliki kelebihan bau dan rasa yang lebih pahit, bau yang dihasilkan dari tanaman mindi dan pepaya sangat khas dan kuat. Purnomo dan Amelia (2007) menambahkan bau yang dihasilkan mampu menjauhkan serangga vektor dari tanaman inang virus sehingga serangga vektor tidak dapat menginfeksikan virus pada tanaman inang. Kandungan papain merupakan enzim katalis yaitu enzim proteolitik. Enzim proteolitik yang terdapat pada getah daun pepaya mampu memecahkan protein dari kapsid Begomovirus dan asam nukleat selanjutnya kapsid dan asam nukleat yang sudah dipecah akan hancur, sehingga struktur dari Begomovirus akan menjadi rusak serta kemampuan infeksinya sudah tidak ada lagi. Hal ini akan menyebabkan sistem proteksi pada cabai merah tetap stabil.

(77)

eksternal dan internal juga terpenuhi. Tanaman cabai diletakkan di tempat terbuka agar cahaya matahari bisa masuk sehingga kebutuhan cahaya bisa terpenuhi dengan baik, pemilihan bibit cabai yang diseleksi agar memiliki kualitas yang baik,sehingga memungkinkan agar tanaman tidak dengan mudah terserang hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari agar ketersediaan air terpenuhi.

C. Keterbatasan dalam Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan memiliki keterbatasan, yaitu kesulitan dalam menghitung populasi kutu putih. Kutu putih yang hinggap disetiap daun cabai merah jumlahnya berbeda-beda. Kutu putih (imago) sering terbang-terbang sehingga sulit dipastikan berapa jumlah kutu putih yang hinggap disetiap daun. Penelitian ini menggunakan pestisida organik yang hanya bersifat mengusir saja atau mengurangi intensitas serangan, sehingga perlu adanya pemeliharaan kutu putih disuatu tempat yang khusus agar bisa memastikan apakah pestisida organik yang digunakan benar-benar efektif mamatikan hama kutu putih.

D. Aplikasi Hasil Penelitian Terhadap Dunia Pendidikan

(78)

penelitian sederhana sehingga siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah, serta ketrampilan secara ilmiah menggunakan metode ilmiah. Selain itu siswa dapat menemukan permasalahan yang dihadapi terkait penggunaan pestisida kimia yang sering digunakan para petani pada umumnya untuk mengurangi hama pada tanaman. Dengan demikian untuk merancang dan melakukan sebuah percobaan penelitian sederhana digunakan bahan ajar untuk mendukung pembelajaran yaitu pada materi Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas X semester pertama mengenai Ruang Lingkup Biologi pada bagian sub bab metode ilmiah .

(79)

58 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan data, yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian pestisida dari larutan daun pepaya (Carica papaya L.), daun mindi (Melia azedarach L.), dan campuran daun pepaya (Carica papaya L.), daun mindi (Melia azedarach L.) dapat mengurangi intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.).

(80)

B. Saran

1. Pengambilan bahan tanaman sebagai pestisida sebaiknya diambil dari daun yang sama, dan sebaiknya diambil daun yang muda karena daun yang muda diketahui memiliki kandungan metabolisme sekunder lebih banyak dibandingkan daun yang sudah tua. Metabolisme sekunder ialah adalah senyawa-senyawa organik yang berasal dari tanaman dan secara umum memiliki kemampuan bioaktif.

2. Peneliti bisa membandingkan waktu penyemprotan pestisida antara pagi dan sore hari untuk melakukan penyemprotan sehingga dapat mengetahui waktu mana yang paling efektif, karena apabila dilakukan penyemprotan di waktu yang tepat yaitu pada saat terbukanya mulut daun (stomata) pestisida yang disemprotkan dapat bisa memasuki jaringan daun.

(81)

60

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga dan T. A. Soetiarso, 1999, Strategi Petani dalam Pengelolaan Risiko pada Usahatani Cabai. Jurnal Hortikultura 8 (4): 1299-1311.

Akin, H. M., 2006, Virologi Tumbuhan. Yogyakarta. Kanisius. 187 hlm.

Ariyanti ,2007, Mekanisme Infeksi Virus Kuning Cabai (Pepper Yellow Leaf Curl Virus) Dari Pengaruhnya Terhadap Proses Fisiologi Tanaman Cabai. Artikel Penelitian, Dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/nur-aeni-ariyanti-sp-mp/seminar-uns-2012.pdf Diakses 10 Juli 2016.

Desi, 2006, Kajian Daya Insektisida Ekstrak Daun Mimba (Azadirachtaindica A. Juss) dan Ekstrak Daun Mindi(Melia azedarach L.)Terhadap PerkembanganSerangga Hama Gudang Sitophiluszeamais Motsch. Skripsi. Bogor,IPB.

Djafaruddin, 2000, Dasar – dasar Pengendalian Hama dan Penyakit, Bumi Aksara, Jakarta.

Djojosumarto, P., 2008, Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian, Kanisius, Yogyakarta.

Djunaedy A.,2009, Biopestisida sebagai Pengendali Organisme Penganggu Tanaman yang Ramah Lingkungan. Jurnal EMBRIYO 6 (1): 88-95.

Erfanto,2015, Ratusan Hektar Tanaman Cabai Terserang Hama. Artikel, Dalam

http://daerah.sindonews.com/read/1048018/189/ratusan-hektare-tanaman-cabai-diserang-hama-petani-meradang-1443174748 Diakses 12 April 2016.

Harborne, J. B., 1987, Metoda Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan. Terbitan ke-2. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang

Soediro, Penerbit ITB,Bandung.

Gambar

Tabel 3.1 Kategori Serangan Berdasarkan Tingkat Serangan  ........................... 39
Gambar 2.1 Cabai  Merah ( Capsicum annuum L.)  ...........................................
Gambar 2.1 Cabai  Merah (Capsicum annuum L.)
Gambar 2.4 Buah Capsicum annuum L.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Registry dalam platform sistem operasi Microsoft Windows 32-bit, merupakan sebuah basis data yang disusun secara hierarkis yang mengandung informasi mengenai konfigurasi

Bahwa peran pola orang tua sangat penting yang berpengaruh untuk perkembangan dan pembentukan karater bagi anak, karena sebagai orang dewasa/ orang tua harus bisa

Pengawasan Pendidikan Karakter di SMA berbasis boarding school Daarul Qur’an kota Bandung dikendalikan atau diawasi oleh Yayasan bersama-sama dengan kepala sekolah yang

rahmat serta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul &#34;Profil Pasien Usia Lanjut Dengan Delirium dan Penyakit yang Mendasarinya

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan awal sambung samping tanaman jambu kristal pada berbagai taraf konsentrasi IAA dan BAP yang berbeda, serta

Untuk mengakomodir rasa ingin tahu anak yang tinggi, e-book dilengkapi dengan fitur interaktif yang akan membawa anak memperoleh pemahaman atas konsep keselamatan

Metode ini menggunakan empat tahap penelitian yaitu, Heuristik (Pengumpulan sumber), Verifikasi (Kritik Sumber), Interpretasi (Penafsiran Sumber), dan Historiografi

Penelitian ini memiliki tujuan untuk 1) Mengungkap profil dan latar belakang sosial budaya desa Siremeng Kecamatan Pulosari. 2) Mengungkap biografi Warsito juru