• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerjasama Kota Kembar Pemerintah Kota Medan Dengan Pemerintah Kota Penang Dalam Hubungan Diplomatik Menurut Perspektif Hukum Internasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kerjasama Kota Kembar Pemerintah Kota Medan Dengan Pemerintah Kota Penang Dalam Hubungan Diplomatik Menurut Perspektif Hukum Internasional"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERJASAMA KOTA KEMBAR ANTARA PEMERINTAH KOTA MEDAN DAN PEMERINTAH KOTA PENANG

A. Sejarah Pembentukan Kerjasama Kota Kembar

Lahirnya kebijakan kerjasama internasional antar kota diberbagai negara didunia

yang dalam hal ini salah satunya diistilahkan dengan istilah Sister City yang dilakukan

oleh kedua pemerintah kota tersebut. Aspek historis dari berlangsungnya hubungan

kerjasama luar negeri oleh Pemerintah Daerah adalah berawal dari lahirnya Municipal

International Cooperation (MIC). Menurut Asosiasi Pemerintah Daerah Belanda bahwa MIC

adalah suatu hubungan kerjasama antara dua atau lebih komunitas. Dimana setidak- tidaknya

satu dari pelaku utamanya adalah pemerintah kota, distrik, provinsi dan negara bagian.40

MIC mula-mula muncul sebagai suatu fenomena penting diakhir dasawarsa

1940-an y1940-ang terwujud dalam bentuk kota kembar di negara-negara Eropa Barat. Pasca per1940-ang

dunia kedua hubungan kerjasama yang menyangkut masalah rekonsiliasi, persahabatan, dan

perdamaian menjadi agenda penting. Untuk Eropa kota kembar tadi dikenal dengan sebutan

jumelages yang berarti penyatuan entitas- entitas yang terpisah yang masing-masing mencerminkan citra sama. Selanjutnya Jean Brata (salah seorang pendiri dewan

pemerintahan kota Eropa dan Kawasan) mengartikan jumelages sebagai pasangan permanen

antara dua atau lebih kota/daerah yang mempromosikan pertukaran ilmu pengetahuan

dan pengalaman serta melibatkan entitas masyarakat yang berbeda.41

Sejarah panjang perjalanan sister city berkembang atas dasar dari ide Presiden

Eisenhower pada tahun 1960-an yang terjadi pada saat itu di Amerika Serikat. Ide

40

Jemmy Rumengan, “Perspektif Hukum dan Ekonomi atas Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah”, Jurnal Hukum Internasional, Vol 6, No.2, 2009, Hal.241

41

(2)

tersebut bertujuan untuk meningkatkan diplomasi antara masyarakat atau people to people

diplomacy. Hal ini mengakibatkan terbukanya pintu bagi masyarakat internasional secara lebar untuk menjalin hubungan terhadap masyarakat dalam sebuah negara. Sehingga

mengakibatkan berinteraksinya entitas-entitas masyarakat yang berbeda-beda antara satu

sama lain.

Berubahnya sistim sentralisasi pemerintahan di Indonesia menuju desentralisasi

membawa harapan baru bagi pembangunan di negara ini. Ditandai dengan runtuhnya orde

baru dan derasnya gelombang reformasi sehingga menciptakan „kebebasan‟ yang disambut

baik oleh semua Pemerintah-Pemerintah Daerah di Indonesia yakni otonomi daerah.

Lahirnya otonomi daerah yang memberikan wewenang bagi Pemerintah Daerah untuk

mengelola dan membangun daerahnya dengan segala sumber daya yang dimiliki namun tetap

dalam pengawasan pemerintah pusat.

Melalui otonomi daerah, pemerintah-pemerintah daerah di Indonesia seakan

berlomba untuk mengejar ketertinggalan pembangunan didaerahnya tentu dengan

mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki masing-masing daerah. Daerah-daerah di

Indonesia seolah bersaing untuk membuktikan diri dan keberhasilan pembangunan dimata

pemerintah pusat. Penghargaan demi penghargaan42

Kemandirian Pemerintah Daerah yang ditanamkan dalam otonomi daerah serta

semangat mengejar ketertinggalan pembangunan dari daerah- daerah lain di Indonesia

mampu mengerahkan segala sumber daya yang ada. Tidak sedikit Pemerintah Daerah di

Indonesia yang melihat sebuah peluang dari iklim globalisasi yang begitu menggeliat saat diberikan oleh pemerintah pusat

sebagai bentuk reward dan apresiasi Pemerintah Pusat kepada daerah-daerah yang

membawa peningkatan dan kemajuan dalam pembangunannya.

(3)

ini, bagi jamur di musim hujan dengan menawarkan dan menjual potensi-potensi daerah

yang dimiliki ke dunia internasional. Hal ini berguna untuk mendapatkan dukungan dan

bantuan dari dunia internasional yang diyakini dapat memberikan sumbangsih yang

signifikan bagi pembangunan di daerahnya.

Kebutuhan akan investasi, pertukaran informasi dan komunikasi, ilmu pengetahuan,

teknologi, pengelolahan sumber daya alam, peningkatan perekonomian, peningkatan

kesejahteraan sosial, serta pemecahan masalah- masalah perkotaan lainnya dilihat sebagai

alasan Pemerintah Daerah untuk melakukan langkah-langkah kerjasama dan menjalin

hubungan dengan negara-negara didunia. Adanya kebutuhan dan ketergantungan dan saling

melengkapi kedua belah pihak antara kota-kota didunia yang saling melakukan

kerjasama sehingga melahirkan kerjasama dalam bentuk G to G (Government to

Government). Kerjasama G to G yang tercipta perlahan membuat hubungan kerjasama tersebut menjelma menjadi kerjasama sister city.

Sister city merupakan sebuah istilah yang akrab digunakan untuk menyebut kerjasama-kerjasama antar kota di Indonesia dengan kota-kota di negara lain, dimana istilah

ini sesungguhnya dalam bahasa Indonesia disebut kota kembar atau twining city, kerjasama

ini dilakukan baik itu berupa antar kota luar negeri maupun dalam negeri dimana

kerjasama tersebut bersifat luas, disepakati secara resmi dan bersifat jangka panjang.

Terdapat perbedaan-perbedaan dalam penyebutan dan pemaknaan istilah sister city

dibeberapa negara didunia, sebut saja Moskow (Russia) yang hanya menyandingkan

istilah sister city dengan kota-kota bekas negara- negara pecahan Uni Soviet. Hal ini menurut

negara-negara tersebut, Terminologi sister city hanya boleh dipergunakan untuk kerjasama

(4)

emosional yang kuat.43

B. Perkembangan Sister City di Indonesia

Sehingga istilah lain yang diberlakukan selain istilah sister city

adalah partnertship city, friendship city, twin cities, jumelage, partnertstald.

Terkhusus menyangkut penamaan dan penggunaan istilah sister city di Indonesia

oleh Pemerintah Pusat berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.

193/1652/PUOD resmi menggunakan istilah sister city dan sister province dalam menyebut

bentuk-bentuk kerjasama antar kota-kota di Indonesia baik itu dalam ranah lokal maupun

internasional. Istilah tersebut resmi dikeluarkan oleh kementrian terkait yakni Kementrian

Luar Negeri bekerjasama dengan Kementiran Dalam Negeri untuk mencegah terjadinya

kesalahpahaman dan kekeliruan kedepannya. Disisi lain, hal tersebut menjadi simbol,

kontrol dan pengawasan dibawah kendali Pemerintah Pusat yang memantau

kerjasama-kerjasama Internasional yang dilakukan daerah-daerah di Indonesia.

Berdasarkan data yang diperoleh, saat ini setidaknya 47 pemerintah kota dari 33

provinsi di Indonesia telah melakukan hubungan kemitraan Sister City. Berbagai kebijakan

dan program pun telah dilakukan oleh pemerintah pusat, agar pemerintah daerah mampu

memanfaatkan hubungan ini guna memacu pertumbuhan dan pembangunan daerah. Namun,

pada kenyataannya hubungan kemitraan kota kembar tersebut terlihat belum dikenal dan

dipahami secara luas, bahkan cenderung hanya dipahami terbatas pada sebagian jajaran

pemerintahan saja, khususnya hanya Kementerian Luar Ngeri, Kementerian Dalam Negeri dan

Pemerintah Daerah Kota/Provinsi. Padahal, dilihat dari sejarah terbentuknya konsep dan

skema Sister City tersebut di atas, sesungguhnya skema yang diinginkan adalah hubungan

(5)

kemitraan antar komunitas kota, sehingga idealnya dilaksanakan secara sinergi antar

stakeholders kota secara lengkap, yaitu pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

Sudah sejak lama kota atau propinsi di Indonesia terlibat dalam membuat Sister

City ini, sebagai bukti pada tanggal 24 Mei 1960 Kota Bandung menjalin hubungan kerja

sama dengan Braunschweig (RepubliK Federasi Jerman) dan pada waktu itu kerja sama seperti

ini dilakukan atas dasar praktik tanpa aturan main yang jelas. Sesuai dengan perkembangan

zaman pengaturan mengenai sister city juga dikonstruksikan karena dianggap penting

mengingat bahwa yang kerja sama tersebut dituangkan kedalam sebuah perjanjian dan para

pihak yang terikat di dalamnya merupakan bagian dari negara-negara yang berbeda.

Kerjasama sister city di Indonesia mulai dirintis pertama kalinya seiring

berkembangnya konsep sister city di Amerika Serikat pada decade 1960-an. Hal ini ditandai

dengan ditandatanganinya Piagam Persaudaraan pada tanggal 2 Juni 1960 antara Pemerintah

Kota Bandung dengan Pemerintah Kota Braunschwieg (Jerman). Dimana hal ini menjadi titik

tolak munculnya berbagai Perjanjian Kerjasama sister city diberbagai kota-kota di Indonesia

dengan kota-kota diberbagai negara didunia.

Munculnya Kota Bandung sebagai Kota perintis dimulainya kerjasama

internasional sister city di Indonesia, menjadikan kota-kota lain di Indonesia termotivasi

untuk ikut ambil bagian dalam menjalin kerjasama internasional dengan kota-kota lain di

dunia. Dengan keikutsertaan kota-kota lain ditiap-tiap provinsi menambah daftar panjang

kerjasama internasional yang dilakukan oleh tiap-tiap pemerintah kota/daerah serta mengisi

daftar perjanjian internasional dalam treaty room Departemen Luar Negeri.

Penyelenggaraan otonomi daerah di Indonesia memberikan angin segar kebebasan bagi

penyelenggaraan pemerintahan didaerah. Didukung oleh Pasal 195, UU No. 32 Tahun 2004

(6)

tersebut dilatar belakangi dengan melihat kondisi-kondisi riil yang terjadi dalam mengejar

ketertinggalan dalam pembangunan dimana diperlukan adanya kerjasama yang sinergis,

saling menguntungkan, efektif, efisien demi meningkatkan pelayanan publik dalam mencapai

cita-cita bersama. Sehingga kondisi tersebut membawa suatu kebutuhan diperlukan adanya

kerjasama pemerintah-pemerintah daerah ditengah otonomisasi dengan badan-badan

lain/pemerintah-pemerintah kota, negara diluar negeri.

Pada saat kajian ini, dalam penyelenggaraan otonomi daerah, terdapat 32 provinsi,

325 kabupaten, dan 91 kota, dimana masing-masing memiliki potensi yang dapat

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Pemerintah menyadari keadaan

tersebut sehingga memberikan kebebasan kepada setiap daerah untuk menjalin

kerjasama dengan kota-kota lain di luar negeri. Dalam rangka pengembangan daerah agar

lebih maju, maka kebijakan itu ditandai dengan keluarnya Peraturan Menteri Dalam

Negeri (PERMENDAGRI) No. 1 Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Hubungan dan

Kerjasama Luar Negeri di Jajaran Departemen Dalam Negeri.

C.Tujuan dan Manfaat Kerjasama Kota Kembar antara Pemerintah Kota Medan dan Kota Penang

Penggunaan skema Sister City lebih sering untuk pembangunan ekonomi

antara dua kota yang bekerja sama. Walaupun harus dikompromikan lebih dahulu apa yang

di maksud dengan pembangunan ekonomi. Dalam banyak kasus, kompromi terjadi

antara pihak berkepentingan dengan pertukaran kegiatan bisnis dengan pihak yang

berkepentingan pertukaran pendidikan dan pertukaran kebudayaan.

Pada awalnya, program Sister City ini biasa dilakukan antar kota di negara maju di

(7)

yang bekerja sama. Meskipun akhirnya muncul Sister City antara kota negara maju dengan

kota negara berkembang, atau kota negara berkembang dengan negara berkembang.

1. Adapun keuntungan kerja sama Sister City antara lain:

2. Kesempatan untuk tukar menukar pengetahuan dan pengalaman pengelolaan

pembangunan bidang-bidang yang dikerjasamakan.

3. Mendorong tumbuhnya prakarsa dan peran aktif pemerintah daerah kota, masyarakat dan

swasta.

4. Mempererat persahabatan pemerintah dan masyarakat kedua belah pihak.

5. Kesempatan untuk tukar menukar kebudayaan dalam rangka memperkaya

kebudayaan daerah.

Tujuan utama kerja sama antar kota dari negara yang berbeda (sister city) adalah

menjembatani hubungan antara masyarakat kota di satu negara dengan masyarakat kota di

negara lain sebagai “people to people diplomacy”. Kemudian kerja sama ini berkembang

tidak hanya antar kota, tetapi juga antar propinsi/negara bagian dari dua negara yang

berlainan (sister state-province).44

Tujuan lain program Sister City negara maju dengan kota di Indonesia

misalnya guna mempercepat pembangunan ekonomi antara dua kota yang bekerja sama, tetapi

seringkali malah tidak menjadi prioritas. Memang tidak ada kesalahan menetapkan Sister City ini

berbasis pada kerja sama kebudayaan dan pendidikan, tetapi seharusnya dikemas dalam jangka

panjang untuk pengembangan kapasitas SDM pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat

kota yang bersangkutan, sehingga dapat meningkatkan fundamental ekonomi untuk

pengembangan ekonomi daerah. Kerja sama sister city dapat dijadikan terobosan dalam

(8)

mencari pasar dan promosi investasi. Selain itu, kerja sama ini juga dapat dijadikan sarana

untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki ada.45

Sebagaimana tercantum dalam diktum konsiderannya, salah satu pertimbangan

diadakannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 adalah dalam rangka menghadapi

perkembangan keadaan baik di dalam maupun di luar negeri serta tantangan persaingan

global. Oleh karena itu dipandang perlu menyelenggarakan otonomi daerah dengan

memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara

proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber

daya nasional, serta perimbangan keuangan Pusat dan Daerah, sesuai dengan prinsipprinsip

demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta potensi dan

keanekaragaman daerah, yang dilaksanakan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik

Indonesia.46

1. Burgas, Bulgaria

Prinsip dasar Kota Bersaudara antara lain menumbuhkembangkan hubungan

persahabatan dan saling pengertian antar bangsa. Mengutamakan prinsip kesetaraan yang

saling menguntungkan dalam bentuk kemitraan dan kerjasama antara masyarakat dua kota

bersaudara. Saling menghormati kedaulatan kedua negara serta tidak saling mengganggu

stabilitas politik dan keamanan perkekonomian dalam negeri masing-masing. Mematuhi

peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Adapun kerjasama Sister City di Kota Medan adalah sebagai berikut:

2. Ichikawa, Chiba, Japan

3. George Town, Penang, Malaysia

45

Agustinus Supriyanto dan Andi Sandi ATT, Pengembangan Potensi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Melalui Kerjasama Sister Province, Mimbar Hukum Universitas Gajah Mada (Mei 2001) hlm 128.

46

(9)

4. Gwangju, South Korea

5. Chengdu, China

Ada beberapa bidang hubungan kerjasama Sister City antara pemerintah Kota

Medan dan Kota Penang adalah sebagai berikut :47

1. Bidang Ekonomi dan Perdagangan

Bidang ini, kata Rivai sebagai Kepala Bagian Hubungan Kerjasama Setda Kota Medan

adalah merupakan salah satu upaya bagian hubungan kerjasama dan pengurus Asosiasi Kota

Bersaudara, dalam mendukung program Pemerintah Kota Medan untuk promosi Kota Medan

sebagai salah satu tujuan perdagangan dan investasi mitra kerjasama Kota Bersaudara. Upaya

tersebut diwujudkan dalam bentuk kesepakatan untuk mempromosikan produk hasil produksi

masyarakat (kerajinan rakyat) dan membuka askes pasar bagi produk unggulan dari kedua

kota.

Kota Medan diberikan fasilitas arena promosi secara permanen oleh Majlis

Perbandaran Pulau Pinang, berupa bangunan rumah di daerah Pulau Tikus. Bangunan yang

dinamakan ‘Wisma Kota Kembar’ hingga sekarang masih diberikan hak penggunaannya

kepada kota Medan dan sampai saat ini dikelola Pemprovsu untuk promosi produk-produk

kerajinan dengan biaya sewa yang sangat relatif kecil. Masyarakat dapat memanfaatkan

fasilitas ini dengan berkoordinasi dengan pengelola dan Bagian Hubungan Kerjasama Setda

Kota Medan Kota Medan.

2. Bidang Kebudayaan

Sebagai kota dengan 8 etnis dan beragam budaya, kota Medan memilki potensi

untuk memperkenalkan kekayaan budaya pada Kota Penang. Seperti kerajinan tangan, tarian

daerah, alat musik daerah.

(10)

3. Bidang Pendidikan

Di bidang pendidikan yang secara berkesinambungan dilaksanakan kota Medan

Program Pertukaran Pelajar (Student Exchange Program). Lebih dari 300 orang pelajar telah

dikirim kota Medan untuk mengikuti program ini di Pulau Pinang, Malaysia.

Program ini sangat memberi manfaat bagi pelajar dan generasi muda kota Medan

untuk mendapatkan pengalaman, pengembangan wawasan dan membina pershabatan dengan

generasi muda di negara tujuan. Diharapkan persahabatan yang telah terjalin antar pemuda

ini akan menghasilkan kedekatan dan dalam tahun mendatang, ketika tongkat estafet

pembangunan bangsa bearada di tangan generasi yang akan datang.

Program pertukaran guru pendidikan dasar (Teacher Exchange Program) antara kota

Medan dengan Bandaraya Ipoh, Malaysia yang dilaksanakan 6 Desember ~ 10 Desember

2010, sebagai program perdana bidang pendidikan dengan Bandaraya Ipoh. Program ini akan

terus diupayakan secara berkesinambungan untuk memberikan kesempatan kepada guru

pendidikan dasar lainnya, untuk menambah dan mengembangkan wawasan dan pengalaman.

4. Bidang Olah Raga

Rivai menjelaskan, di bidang pemuda dan olahraga bekerjasama dengan KONI kota

Medan, Kota Medan berpartisipasi dalam ‘Mountain Bike Challenge 2002’ yang diadakan

oleh Persatuan Bersepeda Pulau Pinang.

Kota Medan juga mengirimkan 12 orang pelajar Sekolah Menengah Atas untuk mengikuti

Program Cabaran Mutiara (Pearl Challenge Program 2007) di Pulau Pinang, Malaysia. Selain

delegasi kota Medan, kegiatan perkemahan remaja ini juga diikuti oleh delegasi remaja dari

Brunei Darussalam, Thailand, Singapura dan Malaysia sebagai tuan rumah.

(11)

Kota Medan merupakan kota dengan keberagaman etnis tertinggi di seluruh

Indonesia. Keberagaman ini menghasilkan ragam jenis kuliner yang menjadikan Medan

sebagai syurga bagi penikmat makanan. Potensi ini dipromosikan dengan menggelar Festival

Makanan kota Medan di Pulau Pinang, Malaysia (2003). Salah satu sasaran dari pergelaran

festival ini untuk menarik minta negeri jiran, Malaysia untuk datang ke Medan agar secara

langsung dapat menikmati ragam kuliner kota Medan. Pada tahun yang sama, kota Medan

juga menggelar Festival Makanan Pulau Pinang di Medan. Festival ini diselenggarakan

secara bersama dengan Konsulat Malaysia di Medan.

Selain itu menurut Rivai, sejak dicanangkannya kerjasama Kota Bersaudara kota

Medan dengan beberapa mitra Kota Bersaudara, telah banyak program yang langsung

menyentuh masyarakat seperti 3 unit mobil pemadam kebakaran yang dihibahkan Pemerintah

Kota Ichikawa, Jepang yang hingga saat ini masih berfungsi dengan baik. Masyarakat kota

Ichikawa juga menyumbangkan 40 set alat bantu dengar (hearing aid) untuk panti asuhan di

kota Medan serta mesin jahit bagi korban tsunami di Aceh. Bantuan tersebut disampaikan

secara langsung oleh Pemerintah Kota Medan melalui Asosiasi Kota Bersaudara Kota

Medan.

Program yang langsung menyentuh kepentingan masyarakat akan terus diupayakan

pada masa mendatang. Hal ini terungkap pada kunjungan kehormatan Konsul Jenderal

Jepang di Medan yang baru Tuan Yuji Hamada kepada Walikota Medan pada tanggal 21

Februari 2011 yang lalu. Kerjasama ini mencakup bidang pertanian dan kelautan. Tuan Yuji

Hamada menawarkan teknologi dan tenaga ahli bagi kota Medan untuk meningkatkan

produktifitas masyarakat petani dan nelayan pada masa mendatang. Seperti diketahui, Jepang

(12)

namun juga berhasil dibidang pertanian. Diharapkan program yang sangat menguntungkan

masyarakat secara langsung ini, dapat direlaisasikan oleh kedua belah pihak.

Selain itu, peranan kerjasama Kota Bersaudara (sister city) semakin signifikan,

mengingat pentingnya referensi dan pertukaran pengalaman dan informasi diberbagai bidang

yang dapat dikerjasamakan dengan kota mitra kerjasama. Bidang-bidang kerjasama seperti

penanganan banjir (rioling), lingkungan (environtment), kampanye kota hijau dan bersih

(green and clean city campaign), pengembangan pembangunan kawasan pelabuhan (sister

port), teknologi informasi (information technology), investasi, sumber energi dari bahan

limbah (waste based management), pendidikan dan manajemen kesehatan (medical education

and management) serta bidang-bidang lainnya terkait dengan kesejahteraan masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Jadi Kerjasama Sister Province Pemerintah Propinsi Jabar dengan Pemerintahan Negara Bagian Australia Selatan terhadap Prasarana Air di Kota Bandung tidak berjalan dengan baik,

Perjanjian Kota Bersaudara (sister-city) antara Pemerintah Kota Surakarta dan Pemerintah Kota Montana termasuk perjanjian bilateral, perjanjian internasional khusus

Peringatan sepuluh tahun sister city Surabaya-Kochi yang telah dibangun pada April 1997, sejak dibukannya hubungan kerjasama diantara kedua kota tersebut, banyak

Dimana menjelaskan proses terjadinya kerjasama sister city antara Kota Surabaya dan Kota Liverpool dalam rangka ingin mewujudkan sekolah inklusi yang berkualitas untuk

Kerjasama Sister Province NTB Dengan Zhejiang 2014-2015 Dalam setiap kerjasama yang di lakukan antar pemerintah negara maupun pemerintah provinsi, kabupaten dan kota

ramah lingkungan nyaman dan layak huni. Konsep sister city atau yang biasa disebut sebagai kota kembar adalah kerjasama yang disetujui oleh dua kota di

Sister City merupakan hubungan kerjasama internasional yang dilakukan oleh dua kota dari dua negara, dengan adanya persetujuan bersama untuk menjalin hubungan bilateral antara dua kota

“Kalau kita lihat, dengan program Little Bandung yang sudah dijalankan dibeberapa negara salah satunya di Petaling Jaya karena adanya sebuah kerjasama Sister City artinya bahwa