• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mememngaruhi Terhadap Pemeriksaan Kehamilan Oleh Ibu Di Puskesmas Hutabalang Kecamatan Badiri Tapanuli Tengah Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mememngaruhi Terhadap Pemeriksaan Kehamilan Oleh Ibu Di Puskesmas Hutabalang Kecamatan Badiri Tapanuli Tengah Tahun 2013"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang diterapkan dalam standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal merupakan upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa kehamilan, sekaligus upaya menurunkan angka kesakitan dan angka kematian ibu. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium atas indikasi, serta intervensi dasar dan khusus (Depkes RI, 2009)

Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hassil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan menegakkan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pandidikan kesehatan (Depkes RI, 2009).

2.1.1 Tujuan Pelayanan Antenatal

Menurut Saifuddin, dkk (2002), tujuan pelayanan antenatal adalah :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk mamastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

(2)

3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Salah satu upaya pokok puskesmas adalah program kesehatan ibu dan anak, dimana pelayanan antenatal merupakan bagian yang tak terpisahkan dari program tersebut. Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat.

2.1.2 Standar Pelayanan Antenatal

Unsur penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi adalah memberikan pelayanan dan pemeliharaan kesehatan sewaktu hamil secara memadai dan sesuai standar pelayanan kebidanan. Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis, pemeriksanaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi (Depkes RI, 2009).

Secara operasional Depkes RI (2009) menentukan pelayanan antenatal dengan standar pelayanan, antara lain :

(3)

2. Ukur tekanan darah

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) 4. Ukur tinggi fundus uteri

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) 6. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

7. Pembrian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan 8. Test laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tatalaksana kasus

10. Temu wicara (konseling), termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi serta KB pasca persalinan.

Menurut Sulistyawati (2009), standar pelayanan antenatal dikenal dengan standar 7T, antara lain :

1. Timbang berat badan 2. Ukur tekanan darah 3. Ukur tinggi fudus uteri

4. Pemberian imunisasi TT lengkap

5. Pemberian tablet besi (Fe) minimal 90 tablet selama kehamilan dengan dosis satu tablet setip harinya

(4)

2.2 Pelayanan Antenatal di Puskesmas 2.2.1 Konsep Pemeriksaan Antenatal

Menurut Depkes RI (2004), puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas mempunyai tujuan mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang.

Pemerikasaan entenatal di tingkat puskesmas dilakukan sesuai dengan standar pelayanan antenatal dimulai dengan urutan sebagai berikut :

1. Anamneses, meliputi identifikasi ibu hamil, riwayat kontrasepsi/KB, kehamilan sebelumnya dan kehamilan sekarang.

2. Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus dan kebidanan.

3. Pemriiksanaan laboratorium dilakukan hanya atas indikasi.diagnosa. 4. Pemberian obat-obatan, imunisasi tetanus toxoid (TT) dan tablet besi (Fe). 5. Penyuluhan tentang gizi, kebersihan. Olahraga, pekerjaan dan perilaku

sehari-hari, peraatan payudara dan ASI, pentingnya pemerikasaaan kehamilan oleh tenaga kesehatan terlatih (Depkes RI, 2004).

Menurut Manuaba (1998), pemeriksaan antenatal dilakukan sesuai dengan standar dimulai urutan sebagai berikut :

1. Anamnesa, meliputi identitas, keluhan kehamilan, fisiologis dan patologis. 2. Pemeriksaan umum, meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus

(5)

3. Pemeriksaan psikologis.

4. Pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi.

5. Diagnose kehamilan, meliputi kehamilan normal dan kehamilan dengan resiko.

6. Piñata laksanaan lebih lanjut, meliputi pemberian obat-obatan dan imunisasi TT.

7. Memberikan penyuluhan tentang gizi dan pentingnya pemeriksaan kehamilan serta menjadwalkan pemeriksaan ulang.

Menurut Pinem (2009), alur pelayanan antenatal adalah sebagai berikut :

1. Anamnesis, meliputi identitas ibu, usia kehamilan, riwayat kehamilan dan persalinan serta status kesehatan.

2. Pemerikasaan fisik, meliputi mengukur tinggi badandan berat badan, mengukur vital sign dan pemeriksanaan kehamilan.

3. Penuluhan tentang perawatan diri selama hamil, gizi, perawatan payudara, senam hamil dan perlunya pemeriksanaan kehamilan.

4. Kunjungan ulang, pada dasarnya sama dengan kunjungan pertama dan member konseling ssuai dengan usia kehamilan dan keperluan ibu.

2.2.2 Kunjungan Ibu Hamil

(6)

pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi dalam beberapa tahap, seperti :

1. Kunjungan baru ibu hamil (K1)

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan pada trimester I, dimana usia kehamilan sampai 12 minggu.

2. Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

Konjungan K4 adalah kontak hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai dengan standar pada trimester III, di mana usia kehamilan > 24 minggu.

Selamjutnya menurut Depkes RI (2009), kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan dengan distribusi kontak sebagai berikut :

1. Minimal 1 kali pada trimester pertama (K1), usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.

2. Minimal 1 kali trimester kedua, usia kehamilan 13 sampai 24 minggu. 3. Menimal 2 kali pada trimester ketiga, usia kehamilan > 24 minggu.

Menurut Manuaba (1998), jadwal pemeriksaan antenatal adalah sebagai berikut :

(7)

2. Pemeriksaan ulang : 1). Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan, 2). Setiap 2 minggu samapai kehamilan berumur 8 bulan, 3). Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan.

3. Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu. 2.2.3 Pelaksanaan Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan di pukesmas, bidan di desa dan bidan praktek swasa), pembantu bidan dan perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan. Pelayanan antenatal di desa dapat dilakukan di polindes, posyandu atau kunjungan rumah (Depkes RI, 2005).

2.2.4 Cakupan Pelayanan Antenatal

Menurut Depkes RI (2009), cakupan pelayanan antenatal adalah persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja. Cakupan pelayanan antenatal (K1) adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu wilayahn kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. Angka cakupan K1 dapat diperoleh dari jumlah K1 dalam 1 tahun dibagi jumlah ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun kali 100%.

(8)

K4 dalam 1 tahun dibagi jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1 tahun kali 100% (Depkes RI, 2009).

Menurut Depkes RI (2005), Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA) adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di Suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tetap terhadap wilayah kerja cakupan pelayanan KIA masih rendah.

2.3 Kebijakan

Menurut Saifuddin, dkk (2002), kebijakan pelayanan antenatal terdiri atas 2, yaitu :

2.3.1 Kebijakan Program

1. Menyediakan sarana pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

2. Setiap ibu hamil dibuatkan kartu ibu atau buku KIA untuk mencatat hasil pemeriksaan kehamilan.

3. Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehammilan.

a. Satu kali kunjungan pada triwulan pertama b. Satu kali pada triwulan kedua

(9)

2.3.2 Kebijakan Teknis

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat, itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi kompenen-komponen sebagai berikut :

1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.

2. Melakukan deteksi dini kompolikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan.

3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

4. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi (Saifuddin,dkk, 2002).

2.4 Konsep Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Bebagai penelitian telah dilakukan untuk mencari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatn dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Cukup banyak model-model penggunaan pelayanan kesehatan yang dikembangkan, seperti model kependudukan, model sumber daya masyarakat, model organisasi dan lain-lain sesuai dengan variable-variabel yang digunakan dalam masing-masing model.

(10)

1. Karakteristik predisposisi (predisposing characteristic), mengegambarkan kecendrungan individu yang berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Komponen predisposisi terdiri dari :

a. Faktor-faktor demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga dan lain-lain).

b. Faktor struktur sosial (suku bangsa, pendidikan, pekerjaan). c. Faktor keyakinan (pengetahuan, sikap dan persepsi).

2. Karakteristik pemungkin (enabling characteristic), menunjukan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Dalam komponen ini termasuk faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencarian :

a. Sumber keluarga (pendapatan/penghasilan, kemampuan membayar pelayanan, keikutsertaan dalam asuransi, informasi pelayanan yang dibutuhkan).

b. Sumber daya masyarakat 9suatu pelayanan, lokasi/jarak, transportasi dan sebagainya).

3. Karakteristik kebutuhan (need characteristic), faktor predisposisi dan factor yang memungkinkan untuk mencara pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan itu dirasakan sebagai kebutuhan.

Menurut Dever yang dikutip Ulina (2004) dalam “Determinant of Health

(11)

1. Faktor Sosio Kultural

a. Norma dan nilai yang ada di masyarakat adalah norma, nilai social dan keyakinan yang ada di masyarakat akan mempengaruhi seseorang dalam bertindak, termasuk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.

b. Teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan, dalam hal ini kemajuan di bidang teknologi di satu sisi dapat meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, seperti : transplantasi organ dan kemajuan di bidang radiologi. Disisi lain teknologi dapat menurunkan pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagai contoh dengan ditemukan berbagai macam vaksin pencegahan penyakit manular dapat mengurangi angka kesakitan.

2. Faktor Organisasional

a. Ketersediaan sumber daya yang mencukupi dari segi kualitas maupun kuantitas sangat mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan hanya bisa digunakan apabila jasa tersebut tersedia.

b. Keterjangkauan lokasi, peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh dan biaya tempuh mengakibatkan peningkatan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

c. Keterjangkauan sosial, konsumen memperhitungkan sikap dan karakteristik provider terhadap konsumen, seperti etnis, jenis kelamin, ras dan hubungan

(12)

d. Karakteristik dari struktur organisasi pelayanan dan proses, berbagaimacam bentuk praktek pelayanan kesehatan dan cara memberikan pelayanan kesehatn mengakibatkan pola pemanfaatan yang berbeda-beda.

3. Faktor Interaksi Konsumen dan Provider (penyedia pelayanan)

a. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, dipengaruhi oleh : (1) faktor sosio demografi meliputi umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah anggota keluarga, status social ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan), (2) faktor psikologis meiputi persepsi sakit, gejala sakit dan keyakinan terhadap perawatan medis/dokter, (3) faktor epidemiologis meliputi mortalitas, morbiditas, disability dan faktor resiko.

b. Faktor yang berhubungan dengan provider, dipengaruhi oleh : (1) faktor ekonomi yaitu barang subsidi, adanya keterbatasan pengetahuan konsumen tentang penyakit yang diderita, (2) faktor karakteristik provider meliputi tipe pelayanan, sikap petugas, keahlian petugas dan fasilitas yang dimiliki oleh pelayanan kesehatan tersebut (Ulina, 2004).

Menurut Kalangie dalam Departement of Health Education and Welfare, USA yang dikutip Hotma (2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan, yaitu :

1. Faktor regional dan residence yaitu : regional misalnya Jakarta, Jawa Tengah dan lain-lain, dan residence misalnya : rural (desa) dan urban (kota).

(13)

teraterunya pelayanan, hubungan antara dokter/tenaga kesehatan lainnya dengan masyarakat dan adanya asuransi kesehatan.

3. Faktor adanya fasilitas kesehatan lainnya.

4. Faktor-faktor dari konsumen yang menggunakan pelayanan kesehatan yaitu : factor sosio psikologi yang meliputi sikap/persepsi terhadap pelayanan kesehatan secara umum, pengetahuan dan sumber informasi dari pelayanan kesehatan dan tabiat terhadap pelaksanaan kesehatan sebelumnya, faktor ekonomis meliputi status sosio ekonomi (pendidikan, pekerjaan dan penghasilan), dan digunakan pelayanan kesehatan yang meliputi jarak antara rumah penderita dengan tempat pelayanan kesehatan (Hotma, 2007).

2.5 Faktor yang Berpengaruh terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal 2.5.1 Faktor Predisposisi

Pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu hamil pada dasarnya merupakan menifestasi dari bentuk perilaku di bidang kesehatan dalam upaya mencegah dan menanggulangi adanya penyakit atau gangguan yang dapat membehayakan kesehatan, baik ibu maupun bayi yang dikandung selama kehamilan dan pada persalinan.

2.5.1.1Pendidikan

(14)

sudah ditetapkan. Tujuan pendidikan diharapkan agar individu mempunyai kemampuan dan keterampilan secara mandiriuntuk meningkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan perannya secara pribadi.

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengeruhi orang lain baij individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan nini tersirat unsur-unsur pendidikan yakni : a) “input” adalah sasaran pendidikan, b) proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), c) “output” (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku) (Notoatmodjo, 2003).

Selanjutnya Widyastuti,dkk (2010) mengatakan pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena dengan tingkat pendidikan yang tinggi mereka dapat meningkatkan taraf hidup, mampu membuat keputusan menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita, maka semakin mampu mandiri dalam mengambil keputusan manyangkut diri mereka sendiri.

2.5.1.2Paritas

(15)

meningkatkan setelah 4 kali kehamilan dan setelah usia ibu 35 tahun (Soetjiningsih, 1995).

2.5.1.3Jarak Kelahiran

Untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak sebaiknya jarak antara kehamilan tidak kurang dari 2 tahun, karena kalu jaraknya terlalu dekat dapat menggangu tumbuh kembang anak baik fisik maupun mentalnya. Hal ini disebabkan ASI terpaksa dihentikan, ibu tidak punya banyak waktu untuk menyiapkan makanan untuk anak, juga berkurangnya perhatian dan kasih sayang. Ibu memerlukan waktu sekitar 2 tahun untuk memulihkan kesehatan sebelum hamil lagi. Kalau ibu hamil terlalu cepat, maka sering melahirkan BBLR (Soetjiningsih, 1995).

Kematian janin dan kematian neonatal terendah apabila jarak kelahiran adalah lebih dari 2 tahun. Suatu penelitian epidemiologis di Punjab membuktikan bahwa kematian bayi terutama kematian neonatal paling tinggi apabila jarak kelahiran kurang dari 24 bulan (Moersintowarti, 2008).

2.5.1.4Pengetahuan

(16)

Selanjutnya menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai meningkat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi (sebenarnya). Dalam situasi yang lain misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

(17)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari faromasi-formasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluationi)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.5.1.5Sikap

Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Newcomb, salah satu ahli psikologis dalam Notoadmodjo (2005) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka), tetapi merupakan predisposisi perilaku (reaksi tertutup).

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2005) sikap terdiri dari 3 komponen, yaitu :

1. Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek.

3. Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).

(18)

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat berdasarkan indentitasnya, sebagai berikut :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan. Misal sikap seseorang terhadap pemeriksaan antenatal dapat diketahui dari kehadiran si biu untuk mendengarkan penykuhan tentang antenatal di lingkungannya.

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan memberikan nilay yang positif terhadap objek, dalam arti mendiskusikannya dengan prang lain bahkan mempenngaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggunga jawab terhadap apa yang diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain mencemoohkan atau adanya resiko lain (Notoatmodjo, 2005).

2.5.2 Faktor Pemungkin/Pendorong 2.5.2.1Pekerjaan Suami

(19)

pelakunya. Seseorang bekerja karena ada yang hendak dicapainya dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih baik dan memuaskan dari pada keadaan sebelumnya.

Pekerjaan adalah sumber penghasilan, sebab itu setiap orang yang ingin memperoleh penghasilan yang lebih besar dan tingkat kehidupan yang lebih baik haruslah siap dan bersedia bekerja keras. Melalui pekerjaan kita berbuat sesuatu yang bernilai, yang bermanfaat bagi kita, bagi anggota keluarga dan anak istri yang menjadi tanggung jawab suami (Anoraga, 2006).

2.5.2.2Pendapatan Keluarga

Pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Pendapatan juga mempunyai kontribusi besar dalampemanfaatan pelayanan kesehatan. Bagi ibu-ibu yang mempunyai biaya akan lebih leluasa untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan, sebaliknya ibu-ibu yang kurang mempunyai biaya akan kurang leluasa untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan (Ulina, 2004). 2.5.3 Faktor Kebutuhan

2.5.3.1Kondisi Ibu

(20)

seperti pendarahan baik sedikit atau banyak, pembengkakan pada kaki yang tidak hilang setelah istirahat rebahan yang disertai nyeri kepala, mual dan nyeri ulu hati keluar cairan ketuban sebelum kehamilan cukup umur, janin tidak bergerak atau jarang dalam sehari semalam dan berat badan tidak bertambah bahkan turun.

2.6 Perilaku

Dari aspek biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organism atau makhluk hidup yang bersangkutan. Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2005) membagi perilaku manusia kedalam 3 domain (ranah/kawasan) yakni kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Kemudian oleh ahli pendidikan di Indonesia, ketiga domain ini diterjemahkan ke dalam cipta (kognitif), rasa (afektif) dan karsa (psikomotor).

Menurut Siner dalam Notoatmodjo (2005), merumuskan bahwa perilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1. Perilaku Tertutup (Covert behavior)

(21)

2. Perilaku Terbuka (Overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau unobservable behavior.

2.6.1 Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organism) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.

1. Perilaku Pemeliharaan kesehatan (Health Maintenance) adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memlihara atau mejaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :

a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku kesehatan lingkungan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

(22)

bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal nini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (selftreatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun social, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatan sendiri, keluarga atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana menngelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Bekker dalam Notoatmodjo (2007) mengajukan klasifikasi lain yang berhubungan dengan kesehatn, sebagai berikut :

a. Perilaku hidup sehat (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

(23)

c. Perilaku peran sakit yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan.

2.6.2 Tindakan Ibu Hamil

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoatmodjo (2005), mengatakan bahwa sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab terwujudnya tindakan factor lain, yaitu factor pendukung antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Seorang ibu hamil sudah tahu bahwa periksa hamil itu untuk kesehatannya dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk periksa hamil. Agar sikap ini meningkat menjadi tindakan, maka diperlukan bidan, posyandu atau puskesmas yang dekat dengan rumahnya. Apabila tidak, kemungkinan ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya. Di samping faktor fasilitas, juga diberikan faktor dukungan dari pihak lain, missal suami, orang tua atau mertua dan lain-lain.

Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tindakan menurut kualitasnya, yaitu :

1. Praktik terpimpin (Guided respons)

(24)

2. Praktik secara mekanisme (Mechanism)

Seseorang telah melakukan sesuatu secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. Misalnya, seorang ibu secara otoatis memeriksakan kehamilannya tanpa menunggu diingatkan bidan atau tetangganya.

3. Adopsi (Adoption)

(25)

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian digambarkan sebagai berikut : Variabel Independen

Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep, dapat dirumuskan definisi konsep variable penelitian sebagai berikut :

1. Faktor predisposisi adalah ciri yang menggambarkan kecendrungan individu yang berbeda-beda dalam menggunakan pelayanan kesehatan, dalam hal ini diukur dari pendidikan, paritas, jarak kelahiran, pengetahuan dan sikap.

2. Faktor pemungkin adalah menunjukan kemampuan individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ada tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar, dalam hal ini diukur dari pekerjaan suami dan pendapatan keluarga. 3. Pemeriksaan kehamilan (K4) adalah penggunaan pelayanan kesehatan untuk

memeriksa kehamilannya, diukur dari kelengkapan kunjungan pelayanan antenatal yang diterima ibu selama hamil (minimal 4 kali kunjungan).

(26)

2.8 Hipotesis Penelitian

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Merupakan training program efikasi diri yang dibuat secara terstruktur pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialsis untuk meningkatkan

pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan badan yang disampaikan oleh Menteri Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana dimaksud

Membaca Akta Permohonan Banding Nomor 58/Pdt.G/2015/PA.Mks tanggal 24 Juli 2015 yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Makassar yang menyatakan bahwa pada tanggal 24

Aplikasi Perhitungan luas, keliling dan volume pada bangun datar dan bangun ruang menggunakan Visual Basic berisi tentang penjelasan mengenai penerapan suatu program aplikasi

Rencana Kerja (RENJA) Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan Tahun 2016 10 (1) Pembangunan Jalan Usaha Tani (JUT) Kelompok Tani

Aljabar Boolean juga memiliki beberapa operator atau gerbang logika dasar seperti AND, OR dan NOT serta tentunya harus memiliki operand, dan apabila kita ingin mendapatkan output

Dimana kesehatan dan kenyamanan dalam pemakaian kacamata sangat diutamakan, selain itu estetika yang didapat dari pemakaian kacamata juga diperhatikan berdasarkan model dan

INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2015.. SATUAN KERJA