• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosedur Pemberian Izin Usaha Industri Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Oleh Pemerintah Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prosedur Pemberian Izin Usaha Industri Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Oleh Pemerintah Kota Medan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Pembangunan adalah rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan nasional ini mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa, seperti aspek politik, ekonomi, sosial, pertahanan, keamanan dan budaya, serta terkhusus di bidang administrasi negara.1

Upaya pembangunan nasional sebenarnya merupakan salah satu bentuk tugas dari pemerintah, dan juga merupakan tanggung jawab dari pemerintah. Pembangunan nasional pada dasarnya menjadi sebuah aktivitas untuk memberikan kemakmuran terhadap seluruh bangsa Indonesia. Upaya pembangunan ini juga tidak terlepas dari peranan pemerintah sebagai perpanjangan tangan rakyat, sehingga pemerintah melakukan upaya pembangunan dengan tujuan untuk menciptakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Untuk melakukan suatu pembangunan, pemerintah tentu saja memerlukan dana untuk mempermudah kinerja pembangunan tersebut. Sehingga, pemerintah harus memutar otak dengan membuat berbagai kebijakan dengan tujuan untuk mendapatkan dana demi kepentingan pembangunan nasional. Anggaran Pembelanjaan Nasional ataupun Anggaran Pembelanjaan Daerah, menjadi sumber dana bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan nasional.

1

(2)

Dana yang berada di Anggaran Pembelanjaan Negara maupun Daerah, merupakan dana yang dihimpun dari penerimaan pajak, baik pajak penghasilan, retribusi, dan jenis pajak lainnya. Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang sangat potensial untuk pembiayaan penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan, pertahanan dan kebudayaan.

Pembangunan nasional memiliki tujuan akhir untuk memberikan kesejahteraan dan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada rakyat. Maka dari itu, sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan kesejahteraan bangsa.2 Pajak merupakan sumber utama pemasukan negara, sesuai fungsi pajak sebagai penerimaan (budgeteir).3

Selain pajak, sumber pemasukan negara maupun daerah yang digunakan untuk melakukan pembangunan nasional maupun daerah adalah retribusi. Retribusi dalam perspektif ekonomi menurut Munawir adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan mendapatkan jasa balik secara langsung yang dapat ditunjukan.4 Paksaan yang dimaksud oleh Munawir ini adalah paksaan yang bersifat ekonomis, karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, tidak akan dikenakan iuran.

Pengertian retribusi dalam perspektif ekonomi dan perspektif hukum memiliki perbedaan yang mendasar. Pandangan hukum mengenai retribusi bahwa retribusi merupakan pungutan oleh pejabat retribusi kepada wajib retribusi yang bersifat memaksa dengan tegenprerstasi secara langsung dan dapat dipaksakan

2

Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, Hukum Pajak, Salemba Empat : Jakarta. hal 11

3

Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia (Konsep, Aplikasi dan Kasus Bedasarkan Undang-undang Terbaru), Esia Media : Bogor, 2009. hal 4.

4

(3)

penagihannya.5 Sarana hukum yang dipergunakan untuk memaksakan penagihan retribusi tidak berbeda dengan pajak. Dalam retribusi juga memiliki sanksi baik berupa sanksi pidana berupa hukuman penjara minimal dua tahun serta denda, maupun sanksi lainnya yang telah diatur dalam peraturan menteri keuangan republik Indonesia nomor 11/PMK/07/2010 pada Bab VI yaitu berupa penundaan DAU atau DBH pajak penghasilan bagi daerah yang tidak memperoleh DAU serta berupa pemotongan DAU dan/atau DBH pajak penghasilan.

Dalam defenisi retribusi pada perspektif hukum, dapat dilihat bahwa sama halnya dengan pajak yang mengandung unsur wajib pajak, dan juga mengandung unsur fiskus yang berfungsi untuk melakukan pemungutan pajak, dalam retribusi juga mengandung unsur wajib retribusi yang berkewajiban untuk membayarkan iuran kepada negara atau daerah, dan juga terdapat juga unsur pemerintah, yang bertugas untuk menagih iuran kepada wajib retribusi.

Wajib pajak yang memiliki peranan penting dalam pemasukan negara adalah perusahaan-perusahaan, baik perusahaan asing maupun perusahaan dalam negeri. Kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, sedikit banyaknya akan memberikan pemasukan kepada negara ataupun daerah.

Perusahaan dalam melakukan aktivitas di Indonesia, baik perusahaan dalam negeri maupun perusahaan asing, terlebih dahulu harus mendapatkan izin dari pemerintah, berupa izin usaha, maupun bentuk izin lainnya. Bentuk perizinan ini merupakan salah satu dasar yang kuat bagi pelaku usaha untuk menjalankan kegiatan usahanya di suatu negara.

5

(4)

Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia, selain berkewajiban untuk membayar pajak, juga memiliki kewajiban untuk membayar retribusi kepada pemerintah, yang akan dimasukan kedalam keuangan negara. Apabila ditinjau dari perspektif ekonomi yang menyatakan wajib retribusi baru memiliki kewajiban untuk membayar retribusi pada saat wajib retribusi tersebut mendapatkan keuntungan secara langsung dari pemerintah, dapat diambil sebuah konklusi bahwa perusahaan yang berinvestasi berkewajiban untuk membayar iuran ataupun retribusi ketika perusahaan tersebut telah menerima keuntungan secara langsung dari pemerintah. Bentuk keuntungan yang diterima oleh perusahaan yang membayar retribusi tersebut adalah perusahaan yang melakukan aktivitas di suatu negara mendapatkan izin untuk menjalankan usahanya tersebut.

Dalam pemberian izin usaha dan penagihan biaya retribusi tersebut, pemerintah telah menunjuk pejabat yang berwenang untuk melakukan pemberian izin usaha dan penagihan biaya retribusi. Permasalahanya adalah, terjadi kesimpang siuran yang berwenang untuk memberikan izin usaha tersebut, apakah pejabat dari pemerintah pusat, atau pejabat dari pemerintah daerah di tempat perusahaan tersebut melakukan aktivitas.

(5)

daerahnya sendiri, dan juga pemerintah daerah lebih mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk menyelesaikan suatu permasalahan pada suatu daerah itu sendiri. Dengan adanya asas-asas tersebut baik asas dekonsentrasi, desentralisasi, maupun asas tugas pembantuan yang diatur dalam Undang-undang Pemerintahan Daerah, memberikan suatu pedoman kepada pemerintah daerah untuk mengurus daerahnya sendiri.

Dalam hirarki peraturan perundang-undangan yang disebutkan dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Peraturan Perundang-undangan, menyebutkan salah satu bentuk peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah Peraturan Daerah. Peraturan Daerah merupakan peraturan yang dibentuk oleh Kepala Daerah bersama dengan Badan Legislatif Daerah, yang hanya berlaku pada suatu daerah tertentu. Hal ini membuktikan adanya peranan pemerintah daerah untuk mengurusi daerahnya sendiri dengan Peraturan Daerah.

(6)

Berdasarkan permasalahan yang muncul dari latar belakang di atas, maka penulis akan membahas secara cermat dan lengkap permasalahan tersebut

dalam sebuah skripsi yang berjudul “Prosedur Pemberian Izin Usaha Industri

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan NOMOR 10 Tahun 2002 oleh Pemerintah Kota Medan”

B.Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran pemerintahan daerah dalam upaya pembangunan daerah? 2. Bagaimana pengaturan mengenai pemberian izin dalam peraturan

perundang-undangan terkait pemberian izin usaha industri?

3. Prosedur pemberian izin usaha industri dalam peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Ruangan/Gudang, dan Tanda Daftar Perusahaan Oleh Pemerintah Kota Medan?

C.Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan pada permasalahan tersebut, maka yang dijadikan tujuan dan manfaat penulisan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah dalam pembangunan daerah

2. Untuk mengetahui substansi yang diatur dalam peraturan perundang-undanga mengenai pemberian izin usaha industri.

(7)

D.Keaslian Penulisan

Setelah dilakukan penelitian di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ada terdapat tulisan yang mengangkat tentang “Prosedur

Pemberian Izin Usaha Industri Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Ruangan/Gudang, dan Tanda Daftar Perusahaan Oleh Pemerintah Kota Medan”. Oleh karena itu penulisan skripsi ini dapat dikatakan masih original, sehingga keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademis.

E.Tinjauan Kepustakaan

Izin usaha industri merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan industri jenis tertentu. Pengertian perusahaan industri disini adalah badan usaha yang ruang lingkup kegiatan usahanyaa di bidang industri, yaitu kegiatan mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi dalam penggunaannya.

Selain izin untuk melakukan kegiatan industri, izin usaha industri juga berlaku sebagai izin gudang bagi gudang atau tempat penyimpanan yang berada di kompleks usaha industri. izin gudang merupakan izin untuk menyimpan peralatan dan perlengkapan, termasuk baham baku dan bahan penolong atau barang jadi untuk keperluan industrinya. Jangka waktu berlaku usaha industri ini adalah selama perusahaan industri yang bersangkutan beroperasi.

(8)

1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 jo Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 Tentang Izin Usaha Industri

3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 41/M-IND/PER/6/2008 jo Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 81/M-IND/PER/10/2014 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin Perluasan, dan Tanda Daftar Industri

4. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 05/M-IND/PER/2/2014 Tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Kawasan Industri dan Izin Perluasan Kawasan Industri.

F.Metode Penulisan

Dalam sistematika penulisan yang baik dan benar, haruslah menggunakan metode penelitian yang benar. Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Jenis dan Tipologi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Untuk mendapatkan data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti, maka dalam hal ini penulis menggunakan metode penelitian yang bila dilihat dari tipologinya merupakan penelitian hukum normatif (yuridis normative). Penelitian ini dilakukan dengan cara menelaah berbagai peraturan perundang-undangan tertulis dan berbagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan. Penelitian yuridis normative ini juga disebut dengan penelitian hukum doctrinal.6

6

(9)

2. Data dan Sumber Data

Data dan sumber data yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah data sekunder. Adapun data sekunder tersebut diperoleh dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari semua dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak berwenang, yaitu peraturan perundang-undangan. Baik di bidang hukum perizinan, hukum yang mengatur mengenai pemerintahan daerah, dan peraturan perundang-undangan lainnya, yang berkaitan dengan perizinan.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum pimer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku dan pendapat-pendapat para sarjana. Dan juga termasuk dokumen yang merupakan informasi atau bahan kajian perpajakan, seperti modul, majalah hukum, dan karya tulis ilmiah. c. Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang

memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum, ensiklopedia dan lain sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

(10)

4. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif yang diuraikan secara deskriptif,

rangkaian kegiatan analisis data dimulai setelah terkumpulnya data sekunder,

kemudian disusun menjadi sebuah pola dan dikelompokan secara sistematis.

Lalu dilanjutkan dengan membandingkan data sekunder terhadap untuk mendapat

penyelesaian permasalahan yang diangkat.

G.Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus

diuraikan secara sistematis. Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa

tahapan yang disebut dengan bab. Dimana masing-masing bab dibagi dalam

beberapa sub bab yang masing-masing bab diuraikan masalahnya secara

tersendiri, namun masih dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan

yang lainnya. Secara sistematis penulis menempatkan materi pembahasan

keseluruhan kedalam 5 (lima) bab terperinci. Adapun sistematika penulisan

skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang

segala hal yang bersifat umum dalam latar belakang,

kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,

metode penelitian, dan ditutup dengan memberikan

(11)

BAB II : Dalam bab ini akan diuraikan tentang Pelimpahan

Kewenangan Dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah,

Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Otonomi Daerah,

dan Peranan Pemerintah Daerah Dalam Upaya Pembangunan

Daerah.

BAB III : Dalam bab ini akan diuraikan tentang pengertian dan

azas-azas perizinan, unsur-unsur perizinan, serta mengatur

mengenai peraturan tentang perizinan, diantaranya

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-Undang-undang Nomor 9

Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang

Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian, Peraturan

Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 Tentang Izin Usaha

Industri, dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor

41/M-IND/PER/6/2008 jo Peraturan Menteri Perindustrian

Nomor 81/M-IND/PER/10/2014 Tentang Ketentuan dan Tata

Cara Pemberian Izin Usaha Industri,, Izin Perluasan dan

Tanda Daftar Industri

BAB IV : Dalam bab ini akan diuraikan tentang Jenis-jenis Izin Yang

Diberikan Oleh Pemerintah Daerah, Kewenangan Pemerintah

Daerah Dalam Penerbitan Izin Usaha Industri, dan Prosedur

Pemberian Izin Usaha Industri Dalam Peraturan Daerah

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa alternatif reko- mendasi yang dirumuskan untuk dimensi lingkung- an dan ekonomi dapat memberikan dampak yang jauh lebih baik,

[r]

Dari hasil wawancara dan kuesioner didaptkan hal hal yang menjadi hambatan dalam memuaskan pasien antara lain dari segi administrasi yaitu pendaftaran yang masih

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Jetis yang berjumlah 34 siswa dan objek dalam penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar

Eduardo Somarriba Chavez ∙ Carlos Astorga Domián ∙ Nelly Vasquez Morera ∙ Rolando Cerda Bustillos Luis Orozco Aguilar ∙ Francisco Quesada Chaverri ∙ Marilyn Villalobos

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini akan dikembangkan model matematis untuk menentukan jumlah kapal dan komposisinya dengan menggunakan jumlah

Skripsi ini membahas tentang Pengaruh Stereotip Dang Jolma oleh masyarakat terhadap Efektivitas Komunikasi Antarbudaya dengan etnis Nias di Kelurahan Pasir Bidang.. Tujuan

Budaya adhokrasi identik dengan tempat kerja yang dinamis dan bersifat entrepreneurial yang membuat setiap indi- vidu di dalam organisasi bertanggung jawab dan