• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta BPJS di Rumah SakiT Umum Daerah Tarutung Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta BPJS di Rumah SakiT Umum Daerah Tarutung Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

42 Bab III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan

pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap Kepuasan Pasien peserta BPJS

PBI di Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung Tahun 2016.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung.

Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah terdapat permasalahan ketidakpuasan

pasien khususnya pasien peserta BPJS PBI rawat inap.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 sampai dengan selesai.

3.3. Populasi sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau obejk yang diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap peserta BPJS PBI pada

(2)

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristik kita ukur

dan nantinya kita pakai untuk menduga karakteristik dari populasi. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling

adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi

(Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono

(2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel

penelitian semuanya. Sampel yang diambil dari penelitian ini adaah 42 orang

peserta BPJS PBI rawat inap.

3.4. Jenis Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan

data primer dan sekunder yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung

pada lokasi peneitian. Pengumpulan data primer dapat dilakukan

dengan cara wawancara langsung dengan responden dengan

berpedoman dengan kuesioner penelitian yang telah disiapkan

sebelumnya. Kuesioner diperoleh dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Juliana Pasaribu dengan judul Pengaruh Mutu

Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD

(3)

50 2. Data sekunder

Data sekunder merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data

primer. Data sekunder dapat diperoleh dengan cara melihat arsip di

RSUD Tarutung

3.5. Defenisi Operasional

Dari kerangka konsep penelitian, maka defenisi operasional dari

variabel-variabel penelitian ini adalah :

1. Terwujudnya bukti fisik adalah persepsi atau ungkapan responden

terhadap sarana prasarana yang lengkap, kenyamanan ruangan dan

penampilan tenaga medis.

2. Kehandalan adalah persepsi atau ungkapan perasaan responden

terhadap kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan

segera dan tidak berbelit-belit, memberikan pelayanan yang akurat,

menerangkan terlebih dahulu kepada pasien sebelum pelayanan

diberikan dan memberikan pelayanan yang memuaskan.

3. Ketanggapan adalah persepsi atau ungkapan perasaan responden

terhadap ketepatan dalam melayani pasien, tanggap dalam menghadapi

keluhan pasien dan sikap dokter ataupun perawat kepada pasien.

4. Jaminan adalah persepsi atau ungkapan perasaan responden terhadap

(4)

pasien, biaya perawatan yang terjangkau, kelengkapan obat-obatan dan

alat medis dan jaminan keamanan selama pelayanan dilakukan.

5. Perhatian adalah persepsi atau ungkapan perasaan responden terhadap

,komunikasi yang baik antara dokter dan pasien , pendekatan secara

pribadi dan memenuhi kebutuhan pasien, adanya perhatian dan respon

dari setiap keluhan pasien.

6. Kepuasan, tingkat kepuasan didefenisikan kinerja dan pelayanan sesuai

dengan kebutuhan, harapan dan keinginan.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek pengukuran variabel independen

Aspek pengukuran variabel independen yaitu faktor provider (bukti fisik,

(5)

52

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen

(6)

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Dependen

Tabel 3.2 Aspek pengukuran Variabel Dependen

Variabel

3.7 Teknis Analisis Data

Analisis data penelitian ini yaitu menggunakan uji statistik ,maka tahapan

analisis data yang digunakan yaitu :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari

masing-masing variabel dalam penelitian ini ,baik variabel independen

maupun variabel dependen . Data-data disuguhkan dalam bentuk tabel

frekuensi dan proporsi untuk menjelaskan karakteristik masing-masing

(7)

54 2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dan dependen. Uji hubungan yang digunakan adalah Uji

Korelasi Pearson. Uji ini dilakukan dalam rangka menganalisis hubungan

dua variabel numerik.

3. Analisis multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk melihat pengaruh antara variabel

bebas dan variabel terikat yaitu faktor independen dan faktor dependen

.Untuk membuktikan itu digunakan uji statistik regresi linear

(8)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung adalah rumah sakit negeri kelas B.

Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialistik yaitu

dokter spesialis dasar, dokter spesialis penunjang dan spesialis lainnya, juga

dokter umum dan dokter gigi. Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung secara

geografis berada di pusat kota Tarutung pada jalan antar lintas Sumatera Utara

dengan luas tanah 55.000 m2. Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung merupakan

satu-satunya rumah sakit di Kabupaten Tapanuli Utara sehingga menjadi pusat

rujukan dari seluruh puskesmas yang ada di 15 kecamatan di Kabupaten Tapanuli

Utara dan salah satu rujukan rumah sakit dari beberapa kabupaten/kota

disekitarnya.

Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung memiliki visi dan misi.Visi Rumah

Sakit Umum Daerah Tarutung adalah “Mewujudkan Rumah Sakit Umum Daerah

Tarutung yang Profesional, Mandiri, Bersahabat dan Penuh Kasih”. Pengertian

dari beberapa makna yang terkandung dalam visi tersebut antara lain :

1. Profesional

a. Mengutamakan kepuasan pelanggan

b. Sesuai dengan standar pelayanan profesi

c. Pelayanan yang cepat dan tepat

d. Penempatan petugas sesuai bidang pendidikan

(9)
(10)

a. Mampu mengelola sendiri keuangan

b. Mampu mengelola sendiri SDM

c. Mampu mengelola sendiri sarana dan prasarana

3. Bersahabat

Sikap dan perilaku petugas yang mudah senyum, ramah, santun

dan komunikatif

4. Penuh kasih

a. Memberikan perhatian penuh kasih sayang kepada pasien dan

keluarganya

b. Mengedepankan empati dan perikemanusiaan dalam pemberian

pelayanan

Sedangkan Misi dari Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung adalah sebagai

berikut :

a. Memberikan pelayanan berkualitas dan profesional kepada

masyarakat dengan biaya terjangkau

b. Melaksanakan pekerjaan dalam tim yang profesional, dinamis,

inovatif, berdedikasi tinggi dan terpercaya

(11)

76 4.1.1. Tenaga

Jumlah tenaga yang bekerja di ruang Rumah Sakit Umum Daerah

Tarutung menurut profil Rumah Sakit Umum Daerah Tarutung tahun 2016 adalah

156 orang. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada

masyarakat yang paling banyak adalah tenaga medis perawatan sebesar 69 orang

(44,23%)

Tabel 4.1Distribusi Tenaga Kesehatan Pada RSUD Tarutung tahun 2016

NO Tenaga Jumlah(orang) %

1 Dokter spesialis 6 3,84

2 Dokter umum 15 9,61

3 Dokter umum PTT 3 1,92

4 Dokter gigi 3 1,92

5 Apoteker 3 1,92

6 Tenaga paramedis perawatan 69 44,23

7 Tenaga paramedis non perawatan 24 15,38

8 Tenaga non medis 33 21,15

Jumlah 156 100%

4.1.2. Pelayanan Rumah Sakit a. Pelayanan Rawat Jalan

1. Poliklinik penyakit dalam 2. Poliklinik anak

3. Poliklinik kebidanan 4. Poliklinik bedah 5. Poliklinik THT 6. Poliklinik mata

7. Poliklinik gigi dan mulut 8. Poliklinik kulit dan kelamin 9. Poliklinik neurologi

(12)

11.Poliklinik paru 12.Poliklinik gizi

13.Poliklinik fisiotherapi

b. Pelayanan Rawat Inap

1. Ruang Rawat Inap Super VIP 2. Ruang Rawat Inap VIP A (Melati) 3. Ruang Rawat Inap Vip B (Dahlia) 4. Ruang Rawat Inap Vip C (Mawar) 5. Ruang Rawat Inap Vip Bedah (Anggrek) 6. Ruang Rawat Inap Kelas III Bedah 7. Ruang Rawat Inap Kebidanan 8. Ruang Rawat Inap Anak

9. Ruang Rawat Inap Bayi (Neonati) 10. Ruang IV/Cemara

11. Ruang V/Plamboyan 12. Ruang ICU

13. Ruang ICCU 14. Ruang RR

c. Instalasi

1. Instalasi Gawat Darurat 2. Instalasi Farmasi/ Apotek 3. Instalasi Laboratorium 4. Instalasi Bedah Sentral 5. Instalasi Anastesi 6. Instalasi Radiologi 7. Instalasi Gizi

8. Instalasi Haemodialisa

(13)

78

12.Unit Transfusi Darah Rumah Sakit (UTDRS) d. Administrasi

1. TPRJ/ Portir 2. Medical record

3. Kantor Administrasi dan Manajemen 4. Kantor Pengelola JKN

5. Kantor Bendahara Penerima 6. Kantor Bendahara Pengeluaran

7. Kantor Satuan Pengawasan Intern (SPI) 8. Kantor Humas

9. Kantor Logistik

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi

karakteristik pada responden yang menjadi kelompok pengamatan.

4.2.1. Karakteristik Responden

Dari tabel 4.2 dibwah dapat dilihat bahwa mayoritas responden berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 24 orang (57,1%), usia diatas 21 tahun yaitu

sebanyak 34 orang (81,1%), pendidikan terakhir SLTA yaitu sebanyak 24 orang

(14)

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan dan Pekerjaan.

(15)

80

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tarutung diperoleh

bahwa responden laki-laki yang merasakan tidak puas ada sebanyak 9 orang

(50,0%) dan responden perempuan yang menyatakan tidak puas ada 13 orang

(54,2%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3 Distribusi Kepuasan Responden Berdasarkan Jenis kelamin Jenis Kelamin Tidak Puas Puas

n % n %

Laki-laki 9 50,0 9 50,0

Perempuan 13 54,2 11 45,8

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tarutung diperoleh

bahwa responden dengan umur ≤ 10 tahun yang merasakan tidak puas sebanyak 1

orang (33,3%) dan yang merasakan puas ada sebanyak 2 orang (66,7%).

Responden dengan umur 11-20 tahun yang menyatakan tidak puas sebanyak 2

orang (40,0%) dan yang puas sebanyak 15 orang (44,1%). Responden dengan

umur ≥ 21 tahun yang menyatakan tidak puas sebanyak 19 orang (55,9%) dan

yang menyatakan puas sebanyak 15 orang (44,1%). Secara lebih rinci dapat

dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Kepuasan Responden Berdasarkan Umur

Umur Tidak Puas Puas

n % n %

≤10 1 33,3 2 66,7

11-20 2 40,0 3 60,0

(16)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tarutung diperoleh

bahwa responden dengan tingkat pendidikan Tidak sekolah yang merasakan tidak

puas sebanyak 0 orang dan yang puas sebanyak 2 orang (100%). Responden

dengan tingkat pendidikan SD yang tidak puas sebanyak 5 orang (55,6%) dan

yang puas sebanyak 4 orang (44,4%). Responden dengan tingkt pendidikan SLTA

yang tidak puas sebanyak 11 lorang (45,8%) dan yang puas sebanyak 13 orang

(54,2%). Responden dengan tingkat pendidikan Diploma yang tidak puas

sebanyak 1 orang (100,0%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.5 Distribusi Kepuasan Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Tidak Puas Puas

n % n %

Tidak Sekolah 0 0,00 2 100%

SD 5 55,6 4 44,4

SLTP 5 83,3 1 16,7

SLTA 11 45,8 13 54,2

Diploma 1 100,0 0 0,00

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tarutung diperoleh

bahwa responden yang tidak bekerja yang menyatakan tidak puas sebanyak 5

orang (45,5%) dan yang menyatakan puas sebanyak 6 orang (54,5%). Responden

dengan pekerjaan petani yang menyatakan tidak puas sebanyak 9 orang (52,9%)

dan yang puas sebanyak 8 orang (47,1%). Responden dengan pekerjaan

wiraswasta yang menyatakan tidak puas sebanyak 6 orang (60,0%) dan yang puas

sebanyak 4 orang (40,0%). Responden dengan pekerjaan IRT yang menyatakan

tidak puas sebanyak 2 orang (50,0%) dan yang puas sebanyak 2 orang (50,0%).

(17)

82

Tabel 4.6 Distribusi Kepuasan Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Tidak Puas Puas

n % n %

Tidak bekerja 5 45,5 6 54,5

Petani 9 52,9 8 47,1

Wiraswasta 6 60,0 4 90,0

IRT 2 50,0 2 50,0

4.2.2. Distribusi Responden Berdasarkan Bukti Fisik

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai bukti fisik dari 42

responden diperoleh pada pernyataan pertama, mayoritas responden menyatakan

setuju tentang kelengkapan, kesiapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai yaitu

sebanyak 40 orang (95,2%). Pada pernyataan kedua, mayoritas responden

menyatakan setuju tentang kebersihan, krapian, keamanan ruang rawat inap yaitu

sebanyak 41 orang (97,6). Pada pernyataan ketiga, mayoritas responden

menyatakan setuju tentang suasana ruang perawatan yang nyaman yaitu 18 orang

(42,9%). Pada pernyataan keempat, mayoritas responden menyatakan setuju

tentang dokter selalu rapi yaitu 42 orang ( 100%). Pada pernyataan kelima,

mayoritas responden menyatakan setuju tentang penampilan perawat selalu rapi

yaitu 42 orang (100%). Pada pernyataan keenam,mayoritas responden

menyatakan kurang setuju tentang penyediaan makanan yang tepat dengan jadwal

yaitu 18 orang (42,9%). Pada pernyataan ketujuh, mayoritas responden

menyatakan setuju tentang area parkir yang cukup luas yaitu 23 orang (54,8%).

(18)

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Bukti Fisik Peserta BPJS PBI Rawat Inap RSUD Tarutung.

No Pernyataan Tidak

Kelengkapan, kesiapan dan

kebersihan alat-alat yang dipakai

Kebersihan, kerapian dan

keamanan ruang rawat inap

Suasana ruang perawatan yang nyaman

Dokter selalu rapi

Penampilan perawat selalu rapi

Penyediaan makanan yang tepat dengan jadwal

Area parkir yang cukup luas

14

Berdasarkan Tabel distribusi kategori bukti fisik dibawah ini dapat

diketahui bahwa mayoritas responden di RSUD Tarutungmenyatakan baik

sebanyak 35 orang (83,33%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut

Tabel 4.8Distribusi Kategori Berdasarkan Bukti Fisik

Variabel Bukti Fisik Frekuensi (n) Persentase (%)

(19)

84

4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kehandalan (Reliability)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai kehandalan dari 42

responden diperoleh pada pernyataan pertama, mayoritas responden mengatakan

setuju tentang prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat yaitu sebanyak 22

orang (52,4%). Pada pernyataan kedua, mayoritas responden mengatakan tidak

setuju tentang pelayanan pemeriksaan yang cepat dan tepat yaitu sebanyak 22

orang (52,4%). Pada pernyataan ketiga, mayoritas responden menyatakan setuju

tentang pemberian pengobatan yang benar dan tepat yaitu sebanyak 33 orang

(78,6%).

Pada pernyataan keempat, mayoritas responden menyatakan tidak setuju

tentang pelayanan perawatan yang cepat dan tepat yaitu sebanyak 28 orang

(66,7%). Pada pernyataan kelima, mayoritas responden menyatakan tidak setuju

tentang jadwal pelayanan rumah sakit dijalankan dengan tepat seperti

visite/kunjungan dokter yaitu sebanyak 36 orang (85,7%). Pada pernyataan

keenam, mayoritas responden menyatakan tidak setuju tentang jadwal pelayanan

rumah sakit dijalankan dengan tepat seperti perawatan yaitu sebanyak 29 orang

(69,0%).

Pada pernyataan ketujuh,mayoritas responden menyatakan tidak setuju

tentang jadwal pelayanan rumah sakit dijalankan dengan tepat seperti waktu

istirahat yaitu sebanyak 29 orang (69,0%). Pada pernyataan kedelapan, mayoritas

responden menyatakan tidak setuju tentang prosedur pelayanan tidak berbelit-belit

yaitu sebanyak 12 orang (28,6%). Pada pernyataan kesembilan, mayoritas

(20)

bantuan,perawat selalu memberikan pelayanan sesuai prosedur yaitu sebanyak 22

orang (52,4%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan kehandalan (Reliability)

Peserta BPJS PBI Rawat Inap RSUD Tarutung

No Pernyataan Tidak

Prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat

Pelayanan pemeriksaan yang cepat dan tepat

Pemberian pengobatan yang benar dan tepat

Pelayanan perawatan yang cepat dan tepat

Jadwal pelayanan rumah sakit dijalankan dengan tepat seperti visite/kunjungan dokter

Jadwal pelayanan rumah sakit dijalankan dengan tepat seperti perawatan

Jadwal pelayanan rumah sakit dijalankan dengan tepat seperti waktu istirahat

Prosedur pelayanan tidak berbelit-belit

Pada saat membutuhkan bantuan

,perawat selalu memberikan

(21)

86

Berdasarkan Tabel distribusi kategori kehandalan dibawah ini dapat

diketahui bahwa mayoritas responden di RSUD Tarutung menyatakan kurang

baik sebanyak 22 orang (52,38%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.10

berikut

Tabel 4.10 Distribusi Kategori Berdasarkan Kehandalan (Reliability)

Variabel Kehandalan Frekuensi Persentase

Kurang baik 22 52,38

Baik 20 47,62

Total 42 100,0

4.2.4 Distribusi Responden Besrdasarkan Ketanggapan (Responsiveness)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai ketanggapan dari

42 responden diperoleh pada pernyataan pertama, mayoritas responden

menyatakan kurang setuju tentang kemampuasn dokter untuk cepat tanggap dalam

menyelesaikan keluhan pasien yaitu sebanyak 25 orang ( 59,5%). Pada pernyataan

kedua mayoritas responden menyatakan kurang setuju tentang kemampuan

perawat selalu cepat dalam menanggapi keluhan pasien yaitu sebanyak 21 orang (

50%). Pada pernyataan ketiga mayoritas responden menyatakan tidak setuju

tentang petugas memberikan informasi sebelum tindakan dan pelayanan dilakukan

yaitu sebanyak 36 orang ( 85,7%). Pada pernyataan keempat mayoritas responden

menyatakan tidak setuju tentang kesiapan perawat untuk merespon permintaan

pasien sudah tepat yaitu sebanyak 23 orang (54,8%). Pada pernyataan kelima,

mayoritas responden menyatakan kurang setuju tentang pasien dapat dengan

(22)

keenam, mayoritas responden menyatakan tidak setuju tentang pasien dapat

dengan mudah menghubungi dokter yaitu sebanyak 38 orang (90,5%).Dapat

dilihat pada tabel 4.11 berikut.

Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Ketanggapan (Responsiveness) Peserta BPJS PBI Rawat Inap RSUD Tarutung

No Pernyataan Tidak cepat dalam menanggapi keluhan pasien

20 47,6 21 50,0 1 2,4

3 Petugas memberikan

informasi sebelum tindakan dan pelayanan dilakukasn

Berdasarkan Tabel distribusi kategori ketanggapan dibawah ini dapat

diketahui bahwa mayoritas responden di RSUD Tarutung menyatakan kurang

baik sebanyak 27 orang (64,28%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.12

(23)

88

Tabel 4.12 Distribusi Kategori Berdasarkan Ketanggapan ( Responsiveness)

Variabel Frekuensi Persentase

Kurang baik 27 64,28

Baik 15 35,71

Total 42 100,0

4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jaminan (Assurance)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai jaminan dari 42

responden diperoleh pada pernyataan pertama mayoritas responden menyatakan

setuju tentang pengetahuan dan kemampuan dokter memberikan pelayanan

kesehatan dengan kepercayaan bebas resiko yaitu sebanyak 24 orang (57,1%).

Pada pernyataan kedua, mayoritas responden menyatakan tidak setuju tentang

perawat terampil dalam melaksanakan tugas yaitu sebanyak 19 orang (45,2%).

Pada pernyataan ketiga, mayoritas responden menyatakan setuju tentang dokter

terampil dalam memberikan pelayanan kepada pasien yaitu sebanyak 25 orang

(59,5). Pada pernyataan keempat, mayoritas responden menyatakan setuju tentang

pengobatan yang diberikan dokter mampu mengatasi penyakit yaitu sebanyak 22

orang (52,4%). Pada pernyataan kelima, mayoritas responden menyatakan kurang

setuju tentang penjelasan prosedur yang akan dilaksanakan sudah baik yaitu

sebanyak 21 orang (50,0%). Pada pernyataan keenam, mayoritas responden

menyatakan kurang setuju tentang memiliki jaminan keamanan pelayanan dan

kepercayaan terhadap pelayanan yaitu sebanyak 19 orang (45,2%).Dapat dilihat

(24)

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Jaminan (Assurance) Peserta BPJS PBI Rawat Inap RSUD Tarutung

No Pernyataan Tidak

1 pengetahuan dan kemampuan dokter memberikan pelayanan kesehatan dengan

kepercayaan bebas resiko

1 2,4 17 40,5 24 57,1 dokter mampu mengatasi penyakit

2 4,8 18 42,9 22 52,4

5 Penjelasan prosedur yang akan dilaksanakan sudah baik

15 35,7 21 50,0 6 14,3

6 Memiliki jaminan keamanan pelayanan dan kepercayaan terhadap pelayanan

15 35,7 19 45,2 8 19,0

Berdasarkan Tabel distribusi kategori Jaminan dibawah ini dapat diketahui

bahwa setengah dari responden di RSUD Tarutung menyatakan kurang baik yaitu

sebanyak 21 orang (50,0%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut

Tabel 4.14 Distribusi Kategori Jaminan (Assurance)

Variabel Frekuensi Persentase

Kurang baik 21 50.0 %

Baik 21 50,0 %

(25)

90

4.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Perhatian (Empaty)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai perhatian dari 42

responden diperolehPada pernyataan pertama mayoritas responden menyatakan

tidak setuju tentang dokter memberikan perhatian secara khusus kepada setiap

pasien yaitu sebanyak 39 (92,9%). Pada pernyataan kedua, mayoritas responden

menyatakan tida setuju tentang perawat memberikan perhatian secara khusus

kepada setiap pasien yaitu sebanyak 40 orang ( 95,2%). Pada pernyataan ketiga,

mayoritas responden menyatakankurang setuju tentang memberikan perhatian

terhadap keluhan pasien dan keluarga yaitu sebanyak 19 orang (45,6%). Pada

pernyataan keempat, mayoritas responden menyatakan setuju tentang dokter yang

selalu bersikap ramah yaitu sebanyak 29 orang (69,0%).

Pada pernyataan kelima, mayoritas responden menyatakan kurang setuju

tentang perawat yang selalu bersikap ramah dalam memberikan pelayanan yaitu

sebanyak 28 orang (66,7%). Pada pernyataan keenam, mayoritas responden

menyatakan setuju tentang pelayanan yang diberikan tanpa memandang status

social yaitu sebanyak 26 orang (61,9%). Pada pernyataan ketujuh, mayoritas

responden menyatakan tidak setuju tentang dokter dan perawat mengenal pasien

(26)

Tabel 4.15 DistribusiResponden Berdasarkan Perhatian (Empaty)Peserta BPJS PBI Rawat Inap RSUD Tarutung

No Pernyataan Tidak

1 Dokter memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien

39 92,9 3 7,1

2 Perawat memberikan

perhatian secara khusus kepada setiap pasien

40 95,2 2 4,8

3 Memberikan perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarga bersikap ramah dalam memberikan pelayanan

5 11,9 28 66,7 9 21,4

6 Pelayanan yang diberikan tanpa memandang status sosial

5 11,9 11 26,2 26 61,9

7 Dokter dan perawat

mengenal pasien

29 69,0 13 31,0

Berdasarkan Tabel distribusi kategori perhatian dibawah ini dapat

diketahui bahwa mayoritas responden di RSUD Tarutung menyatakan baik

sebanyak 24 orang (57,1%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.16 berikut

Tabel 4.16 Distribusi Kategori Berdasarkan Perhatian (Empaty)

Variabel Frekuensi Persentase

Kurang baik 18 42,9

Baik 24 57,1

(27)

92

4.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Pasien Pengguna BPJS PBI Rawat Inap

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai kepuasan dari 42

responden diperoleh Pada pernyataan pertama, mayoritas reponden menyatakan

kurang setuju tentang pasien merasa puas dengan diagnosis akurat yang diberikan

yaitu sebanyak 24 orang (57,1%). Pada pernyataan kedua, mayoritas responden

menyatakan tidak setuju tentang pasien merasa puas dengan pelayanan yang tepat

waktu yaitu sebanyak 24 orang (57,1%). Pada pernyataan ketiga, mayoritas

responden menyatakan tidak setuju tentang pasien merasa puas dengan pelayanan

tanggap dan segera yang diberikan dokter dan perawat yaitu sebanyak 30 orang

(71,4%). Pada pernyataan keempat, mayoritas responden menyatakan tidak setuju

tentang pasien merasa puas berinteraksi dengan perawat dan dokter dengan mudah

yaitu sebanyak 32 orang (76,2%). Pada pernyataan kelima, responden menyatakan

tidak setuju tentang pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dokter

dan perawat dengan kepercayaan bebas resiko yaitu 15 orang (35,7%) dan yang

menyatakan setuju juga sebanyak 15 oang (35,7%).

Pada pernyataan keenam, mayoritas responden menyatakan kurang setuju

tentang pasien merasa puas dengan pengobatan yang diberikan dokter dapat

menyembuhkan penyakit yaitu sebanyak 16 orang ( 38,1%). Pada pernyataan

ketujuh, mayoritas responden menyatakan tidak setuju tentang pasien merasa puas

dengan pelayanan yang sangat ramah yaitu sebanyak 18 orang (42,9%). Pada

pernyataan kedelapan, mayoritas responden menyatakan tidak puas tentang pasien

(28)

yaitu sebanyak 28 orang (66,7%). Pada pernyataan kesembilan, mayoritas

responden menyatakan setuju tentang pasien merasa puas dengan kebersihan dan

kerapian ruang rawat inap sebanyak 40 orang (95,2%). Pada pernyataan

kesepuluh, mayoritas responden menyatakan setuju tentang pasien merasa puas

terhadap kelengkapan dan kebersihan alat-ala yang dipakai yaitu sebanyak 40

orang (95,2%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut.

Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Pasien pengguna BPJS PBI Rawat Inap

No Pernyataan Tidak Puas Kurang

puas

Puas

n % n % n %

1 Pasien merasa puas dengan diagnosis akurat yang diberikan

5 11,9 24 57,1 13 31,0

2 Pasien merasa puas dengan pelayanan yang tepat waktu

24 57,1 14 33,3 4 9,5

3 Pasien merasa puas dengan pelayanan tanggap dan segera yang diberikan dokter dan perawat

30 71,4 10 23,8 2 4,8

4 Pasien merasa puas

berinteraksi dengan perawat dan dokter dengan mudah

32 76,2 10 23,8

5 Pasien merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dokter dan perawat dengan kepercayaan bebas risiko

15 35,7 12 28,6 15 35,7

6 Pasien merasa puas dengan pengobatan yang diberikan

dokter dapat perhatian pada setiap keluhan

28 66,7 13 31,0 1 2,4

(29)

94 kebersihan dan kerapian ruang rawat inap

10 Pasien merasa puas terhadap kelengkapan dan kebersihan alat-alat yang dipakai

1 2,4 1 2,4 40 95,2

Berdasarkan Tabel distribusi kepuasan pasien dibawah ini dapat diketahui

bahwa mayoritas responden di RSUD Tarutung menyatakan tidak puas sebanyak

23 orang (54,8%). Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.18 berikut

Tabel 4.18 Distribusi Kategori Responden Berdasarkan Kepuasan pasien

Variabel Frekuensi Persentase

Tidak puas 23 54,8%

Puas 19 45,2%

Total 42 100,0%

4.3 Analisis Bivariat

Variabel yang dapat masuk model multivariat adalah tabel yang pada

analisis bivariatnya mempunyai nilai p valuenya < 0,25, uji yang digunakan pada

analisis bivariat tergantung dari variabel yang digunakan, bila variabel

independennya numerik menggunakan korelasi,jika independennya kategorik

menggunakan uji t atau anova.

4.3.1 Uji Korelasi

Uji korelasi merupakan salah satu teknik analisis dalam statistik yang

digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel yang bersifat kuatitatif.

Kedua variabel yang dibandingkan satu sama lain dalam korelasi dapat dibedakan

(30)

Dari tabel 4.19dibawah dapat dilihat hasil dari analisis bivariat dengan

korelasi pearson, didapatkan nilai p value untuk semua variabel yaitu p value ‹

0,25 ( p = 0,000). Dari hasil ini semua variabel dapat lanjut masuk ke pemodelan

multivariat oleh karena itu semua variabel diikutkan dalam analisis multivariat .

pada tabel diatas terdapat hubungan yang signifikan antar variabel.

Tabel 4.19 Hasil uji korelasi pearson

Variabel Pearson

Correlation (r)

P

Bukti Fisik-Kehandalan 0,561 0,000

Bukti Fisik-Ketanggapan 0,651 0,000

Bukti Fisik-Jaminan 0,521 0,000

Bukti Fisik-Perhatian 0,475 0,000

Bukti Fisik-Kepuasan 0,443 0,003

4.4 Analisis Multivariat

Analisis statistik multivariat digunakan untuk mengetahui variabel yang

mana lebih mempengaruhi suatu variabel dependen. Analisis multivariat pada

penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model terbaik dalam menentukan

pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien peserta BPJS PBI Rawat

Inap di RSUD Tarutung tahun 2017.

4.4.1 Analisis Regresi Linear

Regresi linear adalah alat statistik yang dipergunakan untuk mengetahui

pengaruh antara satu atau beberapa variabel.

Tabel 4.20 Model summary

Model R Square SE ( Standart Error of

the estimate)

(31)

96

Dari tabel 4.20 di atas dapat dilihat nilai koefisien determinasi yaitu

sebesar 0,636 artinya persamaan garis regresi yang diperoleh dapat menerangkan

63,6% variasi dari kepuasan pasien atau persamaan garis yang diperoleh cukup

baik untuk menjelaskan kepuasan pasien

Tabel 4.21 Tabel Anova

Model Df F P

Regression Residual

5 36

15,299 0,000

Dari tabel 4.21 diatas hasil uji statistik menunjukkan p value = 0,000.

Berarti persamaan garis regresi secara keseluruhan sudah signifikan. Namum

demikian prinsip pemodelan harus yang sederhana variabelnya, sehingga

masing-masing variabel independen perlu di check p valuenya. Variabel yang p valuenya ›

0,05 dikeluarkan dari model. Pengeluaran dimulai dari pvalue yang terbesar.

Tabel 4.22 Hasil Analisis Regresi Linear

No Variabel Bebas Nilai p Exp (B)

1 Bukti fisik 0,384 -0,209

2 Kehandalan 0,001 0,496

3 Ketanggapan 0,223 0,353

4 Jaminan 0,553 0,140

5 Perhatian 0,258 0,365

Dari tabel 4.22 diatas dapat dilihat nilai p value dari masing-masing

variabel. Variabel kehandalan memiliki nilai p‹0,05. Artinya variabel kehandalan

secara signifikan mempengaruhi kepuasan pasien P = 0,001. Dengan demikian

(32)

4.4.2 Uji Asumsi

Agar persamaan garis yang digunakan untuk memprediksi, menghasilkan angka

yang valid, maka persamaan yang dihasilkan harus memenuhi asumsi sebagai

berikut

a. Asumsi Eksistensi

Cara mengetahui asumsi ini dengan cara melakukan analisis deskriptif

variable; residual dari model, bila residual menunjukkan adanya mean

mendekati 0 dan ada sebaran ( Varian data standart Deviasi ) maka asumsi

eksistensi terpenuhi.

Tabel 4.23 Analis Deskriptif Variabel Residual

Mean Standart Deviasi

Residual 0,000 2,365

Dari table 4.23 diatas menunjukkan angka residual dengan mean 0,000 dan

standart deviasi 2,365. Dengan demikian asumsi eksistensi terpenuhi

b. Asumsi Independensi

Untuk mengetahui asumsi ini dilihat dengan menggunakan nilai dari uji

Durbin Watson, bila nilai durbin -2 s/d positivif dua berarti asumsi

terp;enu;hi.

Tabel 4.24 Uji Durbin Watson.

R Square SE Durbin Watson

0,616 2,394 2,00

Dari table 4.24 diatas menunjukkan nilai uji Dorbin Watson sebesar 2,00

(33)

98 c. Asumsi Linearitas

Untuk mengetahui asumsi linearitas dapat diketahui dari uji anova. Bila hasilnya signifikan (pvalue › α) maka model berbentuk linear.

Dalam regresi linear tidak boleh terjadi sesama variabel independensi

berkorelasi secara kuat (multicollinearity) untuk mendeteksi collinearity

dapat diketahui dari nilai VIF (Variance Inflation Factor), bila nilai VIF

lebih dari 10 maka mengindikasi telah terjadi collinearity

Tabel 4.26 Hasil Analisis Regresi Linear Untuk Pemodelan Model Unstandardized

demikian tidak ada multicollinearity antara sesama variabel.

Dari hasil uji asumsi ternyata semua asumsi terpenuhi sehingga model dapat

digunakan untuk memprediksi kepuas pasien .

Setelah dilakukan analisis, variabel kehandalan masuk dalam model

(34)

menunjukkan nilai 0,616 artinya model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan

61.6% variasi variabel kepuasan pasien. Pada hasil uji F menunjukkan nilai p =

0,000 berarti pada α 5 % kita dapat menyatakan bahwa model regresi cocok

dengan data yang ada atau dapat diartikan secara signifikan dapat untuk

memprediksi kepuasan pasien. Dari hasil diatas, persamaan regresi yang diperoleh

adalah :

Kepuasan = 7,538 + 0,743 Kehandalan

Dengan model persamaan ini , kita dapat memperkirakan kepuasan pasien

(35)

100 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Kepuasan Pasien Peserta BPJS PBI di RSUD Tarutung

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSUD Tarutung

ditemukan bahwa masih banyak pasien peserta BPSJ PBI rawat inap yang tidak

puas dengan kualitas pelayanan rumah sakit. Sebanyak 23 orang menyatakan

bahwa mereka tidak puas dengan pelayanan yang diberikan. Berdasarkan jenis

kelamin, mayoritas yang merasakan tidak puas adalah perempuan. Berdasarkan

umur, mayoritas yang merasakan tidak puas adalah ≥21 tahun. Berdasarkan

pekerjaan, mayoritas yang merasakan tidak puas adalah responden yang bekerja

sebagai petani. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas yang merasakan tidak

puas adalah tingkat pendidikan SLTA. Pasien mengeluhkan lambatnya pelayanan,

kurang tanggapnya perawat terhadap pasien, kurangnya perhatian terhadap

keluhan pasien dan masih banyak perawat yang tidak ramah kepada pasien saat

bertugas. Pasien menilai bahwa untuk meningkatkan perhatian yang baik maka

tenaga kesehatan harus memberikan perhatian,keramahtamahan dan kesopanan,

sehingga pasien mendapatkan kesan yang baik. Pasien juga sulit berinteraksi

dengan dokter dikarenakan pada saat melakukan pemeriksaan dokter terkesan

terburu-buru sehingga pasien tidak bisa konsultasi dan berkomunikasi dengan

dokter. Disamping hal tersebut pasien juga menyatakan bahwa mereka kurang

puas dengan pengobatan yang diberikan dokter dapat menyembuhkan penyakit

(36)

5.2 Pengaruh Kehandalan Terhadap Kepuasan Pasien Peserta BPJS PBI Rawat Inap di RSUD Tarutung

Hasil analisis uji statistik dengan menggunakan uji regresi linear dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa p=0,001<0,05 dan nilai β = 0,496 yang artinya

variabel kehandalan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan peserta

BPJS PBI di RSUD Tarutung sedangkan variabel bukti fisik, ketanggapan,

jaminan, perhatian tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan

pasien pengguna BPJS PBI rawat inap. Kehandalan perawat dalam melaksanakan

pelayanan kesehatan juga menjadi salah satu yang memengaruhi kepuasan pasien

rawat inap, karena kehandalan dan keterampilan petugas kesehatan dalam

memberikan perawatan akan meningkatkan rasa nyaman pasien dalam menerima

pelayanan.

Menurut responden pada kehandalan tentang prosedur penerimaan pasien

yang cepat dan tepat, mayoritas menyatakan setuju sebanyak 22 orang ( 52,4%),

dalam hal ini pasien merasa puas karena pada saat datang pertama kali untuk

mendapatkan pelayanan di rumah sakit tersebut, pihak petugas langsung cepat

menangani pasien. Tanggapan responden tentang pelayanan pemeriksaan yang

cepat dan tepat, mayoritas menyatakan tidak setuju sebanyak 22 orang (52,4%).

Tanggapan responden tentang pemberian pengobatan yang benar dan tepat,

mayoritas responden menyatakan setuju sebanyak 33 orang (78,6%), hal ini

dikarenakan pengobatan yang diberikan oleh petugas memang meringankan

(37)

87

tepat, mayoritas menyatakan tidak setuju sebanyak 28 orang (66,7%), hal ini

dikarenakan perawat yang lama dalam menangani keluhan pasien.

Sebanyak 36 orang ( 85,7%) menyatakan tidak setuju tentang jadwal

pelayanan rumah sakit dijalankan dengan tepat seperti visite, hal ini dikarenakan

masih ada dokter yang tidak menjalankan jadwal visite yang seharusnya dia

lakukan. Tanggapan responden terhadap pada saat membutuhkan bantuan,

perawat selalu memberikan pelayanan sesuai prosedur, mayoritas menyatakan

kurang setuju sebanyak 22 orang (52,4%). Hal ini dikarenkan perawat dalam

menjalankan tugasnya menangani pasien tidak sesuai dengan prosedur dan pada

saat pasien membutuhkan bantuan perawat tidak segera datang.

Hasil penelitian menunjukkan, sebanyak 22 orang ( 52,38%) menyatakan

merasakan kehandalan yang kurang baik. Pelayanan pemeriksaan yang cepat dan

tepat belum dapat dirasakan pasien peserta BPJS PBI di RSUD Tarutung, hal ini

dapat mengakibatkan pasien terlambat mendapat penanganan yang berdampak

kepada keselamatan si pasien. Pelayanan yang diberikan perawat kepada pasien

juga belum maksimal. Masih ada perawat yang tidak memperhatikan atau

menjalankan tugasnya baik disaat jam bekerja atau pun waktu istirahat makan

siang seperti infus salah satu pasien sudah hampir habis tapi tidak diganti-ganti

dengan yang baru. Pasien juga mengeluhkan bahwa pada saat pasien

membutuhkan bantuan, perawat sangat sulit dipanggil dan tidak segera datang.

Pelayanan yang diberikan dokter pada pasien terkesan terburu-buru sehingga

pasien tidak dapat konsultasi kepada dokter. Pelayanan yang memberikan kesan

(38)

kehandalan yang baik akan mempengaruhi kepuasan pasien peserta BPJS PBI di

ruang rawat inap.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pasien tentang variabel

kehandalan , pasien mengharapkan untuk pelayanan dalam hal ketetapan waktu,

pelayanan perawat yang cepat dan prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit

sehingga membuat pasien puas dengan pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang

memberikan kesan baik tentunya akan meningkatkan kepuasan pasien. Hal ini

sejalan dengan pendapat Pohan (2007) bahwa pelayanan yang baik harus

dilaksanakan dalam waktu dan cara yang tepat oleh pemberi pelayanan. Hasil

penelitian sama dengan hasil penelitian yang dilakukan Liharris (2010) yang

menyatakan bahwa kehandalan merupakan variabel yang mempengaruhi terhadap

kepuasan pasien di Puskesmas Kabupaten Ngawi.

5.3 Pengaruh Bukti Fisik Terhadap Kepuasan Pasien Peserta BPJS PBI Rawat Inap di RSUD Tarutung

Hasil uji regresi linear variabel bukti fisik tidak mempunyai pengaruh

namun dari hasil uji korelasi menunjukkan bahwa varibael bukti fisik memiliki

hubungan dengan kepuasan peserta BPJS PBI di rawat inap dengan p=0,000<0,25

dan β = -0,209, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh bukti fisik yang

signifikan terhadap kepuasan pasien peserta BPJS PBI di RSUD Tarutung.

Tanggapan responden pada bukti fisik tentang kelengkapan, kesiapan dan

kebersihan alat-alat yang dipakai, mayoritas menyatakan setuju sebanyak 40

orang (95,2%) hal ini dikarenakan alat-alat yang dibutuhkan sudah memadai.

Tanggapan responden terhadap suasana ruang perawatan yang nyaman sebanyak

(39)

89

menyatakan kurang setuju hal ini dikarenakan kamar mandi yang tersedia hanya 1

kamar mandi saja sedangkan di dalam ruangan tersebut terdapat lebih dari 7

pasien, ruangan yang pengap. Penampilan dokter dinilai cukup rapi dengan

menggunakan jas dan stethoscope. Tanggapan responden tentang penampilan

perawat yang selalu rapi menyatakan bahwa perawat selalu rapi dalam

melaksanakan tugasnya. Tanggpan responden tentang penyediaan makanan yang

tepat dengan jadwal, mayoritas menyatakan kurang setuju sebanyak 18 orang

(42,9%) hal ini dikarenakan seringkali pasien terlambat makan dikarenakan

makanan tidak tepat waktu diberikan kepada pasien.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap bukti fisik masih ada responden

yang menyatakan kurang baik yaitu sebesar 16,67%. Berdasarkan hasil

wawancara dengan responden pada variabel bukti fisik menyatakan bahwa

kebersihan,kerapian dan keamanan ruangan rawat inap sudah baik. Pohan (2007)

menyatakan bila pasien merasa nyaman dengan layanan yang ada di rumah sakit

maka kenyamanan akan mempengaruhi kepuasan pasien, sehingga mendorong

pasien untuk datang berobat kembali .

Hal ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariaty (2008),

menyatakan bahwa variabel bukti fisik berpengaruh terhadap kepuasan pasien .

hasil ini juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosita (2010)

yang dilakukan di Rumah Sakit Herna Medan, bahwa bukti fisik merupakan hal

(40)

5.4 Pengaruh Ketanggapan Terhadap Kepuasan Pasien Peserta BPJS PBI Rawat Inap di RSUD Tarutung

Hasil uji regresi linear variabel ketanggapan menunjukkan p=0,000<0,25

dan nilai β=0,353 yang artinya ketanggapan tidak mempunyai pengaruh terhadap

kepuasan pasien namun dari hasil uji korelasi menunjukkan bahwa varibael

ketanggapan memiliki hubungan dengan kepuasan peserta BPJS PBI di rawat

inap. Hasil analisis ketanggapan berdasarkan jawaban responden tentang

kemampuan dokter utuk cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pasien

sebanyak 25 orang (59,5 %) menyatakan kurang setuju, hal ini dikarenkan dokter

yang tidak dapat tanggap dalam menangani keluhan pasien dan dikarenakan tidak

adanya solusi yang diberikan dokter terhadap keluhan pasien. Tanggapan

responden tentang kemampuan perawat selalu cepat dalam menanggapi keluhan

pasien, mayoritas menyatakan kurang setuju sebanyak 21 orang (50,0%) hal ini

dikarenakan perawat yang dipanggil saat dibutuhkan tidak langsung datang, dan

perawat yang dipanggil untuk mengganti infus tidak langsung menggantinya.

Tanggapan responden terhadap petugas memberikan informasi sebelum

tindakan dan pelayanan dilakukan,mayoritas menyatakan tidak setuju sebanyak

36 orang (85,7%) hal ini dikarenakan pada saat melakukan pelayanan, petugas

tidak memberikan informasi terlebih dahulu kepada pasien, sepeti misalnya

perawat dalam mensuntik pasien dia tidak menjelaskan guna daripada suntiknta

itu untuk apa, dan pada saat memberikan obat beberapa perawat tidak

memberikan penjelasan tentang obat yang diminum pasien. Tanggapan responden

tentang kesiapan perawat untuk merespon permintaan pasien sudah tepat ,

(41)

91

dikarenakan perawat kurang memperhatikan keluhan pasien. Tanggapan

responden tentang pasien dapat dengan mudah menghubungi perawat mayoritas

menyatakan kurang setuju sebanyak 21 orang ( 50,0%), hal ini dikarenakan

perawat yang bersikap tidak ramah dan terkesan tidak peduli kepada pasien.

Tanggapan responden tentang pasien dapat dengan mudah menghubungi dokter,

mayoritas menyatakan tidak setuju sebanyak 38 orang (90,5%) hal ini

dikarenakan pasien berkomunikasi dengan dokter sangat sulit, pada saat dokter

memeriksa pasien terkesan terburu-buru sehingga pasien tidak dapat berkonsultasi

dan berkomunikasi dengan dokter.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden menyatakan

kurang baik sebanyak 27 orang (64,28%). Menurut Purwanto (2007), kepuasan

pasien ditentukan oleh beberapa faktor antara lain service ability yaitu meliputi

kecepatan, kompetensi serta penanganan keluhan yang memuasakan untuk

pasien. Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan ketanggapan yang baik

akan memberikan penanganan yang cepat pula terhadap keluhan pasien

sewaktu-waktu. Hasil ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Anjaryani

(2009) menyatakan bahwa ketanggapan mempunyai pengaruh yang signifikan

(42)

5.5 Pengaruh Jaminan Terhadap Kepuasan Pasien Peserta BPJS PBI Rawat Inap di RSUD Tarutung

Hasil uji regresi linear variabel jaminan dengan p=0,000<0,25 dan nilai

β=0,140 menunjukkan tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pasien

namun dari hasil uji korelasi mennjukkan bahwa varibael jaminan memiliki

hubungan dengan kepuasan peserta BPJS PBI rawat inap .

Hasil penelitian responden menunjukkan tanggapan mengenai

pengetahuan dan kemampuan dokter memberikan pelayanan kesehatan dengan

kepercayaan bebas resiko mayoritas menjawab kurang setuju sebanyak 17 orang (

40,5 %) hal ini dikarenakan masih adanya keraguan pasien terhadap pengobatan

yang diberikan dokter. Tanggapan responden tentang perawat yang terampil

dalam melaksanakan tugas mayoritas responden menyatakan tidak setuju

sebanyak 19 orang ( 45,2%), hal ini dikarenakan dalam memberikan pelayanan

perawat kurang terampil dalam melaksanakan tugasnya misalnya masih terdapat

kesalahan dalam memeriksa tensi pasien. Dokter terampil dalam memberikan

pelayanan kepada pasien, dalam hal ini masih ada pasien yang menyatakan kurang

setuju sebanyak 15 orang (35,7%) hal ini dikarenakan pelayanan yang diberikan

dokter terkesan terburu-buru sehingga pasien tidak dapat merasakan secara

maksimal pelayanan yang diberikan dokter.

Tanggapan mengenai pengobatan yang diberikan dokter mampu mengatasi

penyakit, mayoritas responden menyatakan setuju sebanyak 22 orang (52,4%),

karena pengobatan yang diberikan memang sudah baik dan mampu mengatasi

(43)

93

walaupun tidak semua mengatakan setuju tentang hal ini dikarenakan masih ada

pasien yang tidak setuju dikarenakan dia sudah lama dirawat inap tetapi tidak

sembuh-sembuh juga padahal dokter mengatakan diawal kalau dia paling lama

dirawat inap selama 4 hari saja. Tanggapan responden tentang penjelasan prosedur

yang akan dilaksanakan sudah baik, mayoritas responden menyatakan kurang

setuju sebanyak 21 orang ( 50,0%) hal ini dikarenakan pasien tidak menerima

penjelasan setiap kali perawat melakukan tindakan atau pelayanan seperti pada

saat perawat akan melakukan suntik kepada pasien, perawat tidak menjelaskan itu

suntik guna nya untuk apa. Tanggapan tentang memiliki jaminan keamanan

pelayanan dan kepercayaan terhadap pelayanan mayoritas responden menyatakan

kurang setuju sebanyak 19 orang ( 45,2%). Hal ini dikarenakan masih banyak

perawat dan dokter dalam menjalankan tugasnya mereka masih kurang maksimal

seperti kepedulian mereka terhadap pasien khususnya pasien peseta BPJS PBI dan

ketanggapan yang mereka berikan kepada pasien masih kurang sehingga pasien

masih banyak yang tidak percaya terhadap pelayanan di rumah sakit tersebut.

Mereka berobat ke RSUD Tarutung dikarenakan tidak ada lagi rumah sakit yang

lain yang bisa mereka datangin dikarenakan mereka adalah pengguna BPJS PBI

yang di rujuk puskesmas ke RS tersebut

. Berdasarkan hasil penelitian variabel jaminan terhadap kepuasan pasien

pengguna BPJS PBI ruang rawat inap di RSUD Tarutung sebanyak 21 orang

(50,0%) menyatakan kurang baik terhadap pelayanan yang diberikan. Menurut

Pohan (2007), pelayanan kesehatan itu harus aman baik pasien, bagi pemberi

(44)

harus aman dari resiko cedera, infeksi, efek samping, atau bahaya lainnya yang

ditimbulkan oleh pelayanan kesehatan itu sendiri, oleh karena itu harus disusun

suatu prosedur yang akan menjamin keamanan kedua belah pihak.

Hal ini tidak sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Deviyanti

(2015) di RS Islam Malahayati yang menyatakan bahwa variabel jaminan

berpengaruh terhadap kepuasan pasien pengguna BPJS PBI di ruang rawat inap..

5.6 Pengaruh Perhatian Terhadap Kepuasan Pasien Peserta BPJS PBI Rawat Inap di RSUD Tarutung

Hasil uji regresi linear variabel perhatian dengan p=0,000<0,25 dan nilai

β=0,365 tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan pasien namun dari hasil

uji korelasi menunjukkan bahwa varibael perhatian memiliki hubungan dengan

kepuasan peserta BPJS PBI di rawat inap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggapan responden terhadap

dokter memberikan perhatian secara khusus kepada setiap pasien mayoritas

menyatakan tidak setuju sebesar 39 orang ( 92,9%) hal ini dikarenakan pasien

tidak pernah merasakan perhatian khusus dari dokter. Pasien juga mengatakan

bahwa jangankan memberikan perhatian khusus, memberikan perhatian sedikit

saja sudah syukur. Dokter juga jarang sekali menanyakan keadaan pasien apakah

semakin membaik atau sebaliknya. Sama halnya dengan perawat, mayoritas

responden menyatakan tidak setuju sebesar 40 orang (95,2%) tentang perawat

memberikan perhatian khusus. Hal ini dikarenkan pada saat pasien membutuhkan

(45)

95

Tanggapan responden tentang dokter yang selalu bersikap ramah,

mayoritas menyatakan setuju sebesar 29 orang (69,0%) karena memang benar

dokter ramah pada saat menyapa pasien. Perawat yang selalu bersikap ramah

dalam memberikan pelayanan, mayoritas responden menyatakan kurang setuju

sebesar 28 orang (66,7%). Hal ini dikarenakan dalam memberikan pelayanan

kepada pasien perawat bersikap cuek kepada pasien. Tanggapan responden

terhadap pelayanan yang diberikan tanpa memandang status sosial, mayoritas

responden menyatakan setuju sebesar 26 orang (61,9%) tapi masih banyak juga

yang menyatakan tidak setuju yaitu sebesar 26,2%. Hal ini dikarenakan masih ada

pasien peserta PBI yang diberlakukan tidak sama dengan pasien lainnya,

misalnya pasien yang PBI lebih lama ditangani.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebanyak 18 orang (42,9%)

menyatakan kurang baik terhadap kualitas pelayanan berdasarkan perhatian.

Parasuraman et al (2006) menyatakan bahwa perhatian merupakan bagian

dari dimensi kualitas pelayanan yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan

jasa. Hasil penelitian diatas tentang perhatian tidak sama dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Deviyanti (2015) yang menyatakan bahwa ada pengaruh

(46)

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien peserta

BPJS PBI Rawat Inap di RSUD Tarutung.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel kehandalan terhadap

kepuasan pasien Peserta BPJS PBI Rawat Inap.

3. Variabel bukti fisik (Tangibles). Pada variabel ini, kelengkapan, kesiapan

dan kebersihan alat-alat yang dipakai sudah baik. Penampilan dokter dan

perawat juga sudah dinilai rapi.

4. Variabel kehandalan (Reliability). Pada variabel ini prosedur penerimaan

pasien, pelayanan pemeriksaan masih belum dilakukan dengan cepat dan

tepat. Perawat juga dalam memberikan pelayanan kepada pasien belum

maksimal.

5. Variabel ketanggapan (Responsiveness). Pada variabel ini kemampuan

dokter untuk cepat tanggap dalam menyelesaikan keluhan pasien masih

dinilai kurang baik oleh pasien. Pasien juga menilai bahwa berkomunikasi

dengan perawat ataupun dokter sangat sulit.

6. Variabel jaminan (Assurance). Pada variabel ini pelayanan dinilai kurang

(47)

97

7. Variabel perhatian (empathy). Pada variabel ini perhatian dilihat dari

kemudahan pasien dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan perawat

dan dokter dinilai belum cukup baik dan masih ada nya perawat yang tidak

ramah kepada pasien.

8. Dari hasil analisis regresi linear menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

variabel bukti fisik, ketanggapan, jaminan dan perhatian terhadap kepuasan

(48)

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah dibuat,

maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi pihak RSUD Tarutung untuk lebih memperbaiki kualitas layanan dalam

memberikan pelayanan yang lebih cepat, tepat, dan tidak berbelit-belit dan lebih

memperhatikan ketepatan jadwal penyediaan makanan.

2. Dalam hal kehandalan, disarankan kepada perawat agar dalam proses pelayanan

pemeriksaan lebih cepat dan tepat, untuk lebih terampil dalam melaksanakan tugas,

cepat dan tepat dalam hal memberikan pelayanan kepada pasien, menanggapi keluhan

Gambar

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Independen
Tabel 3.2 Aspek pengukuran Variabel Dependen
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan dan Pekerjaan
Tabel 4.5 Distribusi Kepuasan Responden Berdasarkan Pendidikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas fisik dengan rutin sangat memengaruhi IMT dan PEF dikarenakan hasil kapasitas vital orang obesitas yang rutin melakukan aktivitas fisik akan lebih baik

Sehingga diperlukan suatu cara atau metode yang mendorong ketrampilan berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika.. Salah satu metode yang mungkin adalah

(2) Proteksi beban lebih bagi motor yang bekerja pada sistem tegangan di ats 1000 V harus berupa suatu pemutus daya yang dilengkapi dengan pengindera beban lebih,

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di muara sungai Ilu, Kaeli, Bayor dan Beji, Delta Mahakam, Kalimantan Timur ditemukan sebanyak 8 famili krustasea yang terdiri dari

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DALAM PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA PENGASAH BATU AKIK TERHADAP

Kemampuan tumbuh kembali hutan mangrove Cikiperan Cilacap sangat baik, meskipun ada beberapa jenis dalam kondisi kritis.. Dengan melihat kondisi hutan mangrove

[r]

Sedangkan untuk pedagang kelontongan lantai 2 lantai sebesar 0,08 kg/ m 2 / hari, pedagang daging 0,20 kg/ m 2 / hari dan pedagang kue sebesar 0,10 kg/ m 2 / hari mempunnyai data