• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan II Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan II Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan)"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Negara Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang dibatasi dengan luasnya lautan, sehingga didalam menjalankan sistem pemerintahannya tidak bisa dilakukan secara terpusat, karena banyaknya pulau yang ada. Maka Indonesia membaginya atas daerah-daerah Provinsi dan daerah Provinsi dibagi atas Kabupaten dan Kota, yang tiap-tiap Provinsi, Kabupaten dan Kota mempunyai pemerintahan daerah serta bentuk susunan pemerintahannya diatur dengan Undang-Undang.1

Negara Republik Indonesia memberikan hak, wewenang dan kewajiban kepada setiap pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan menurut asas otonomi daerah dan tugas pembantuan (medebewind), diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan keadilan, keistimewaan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.2

Dengan disahkanya UU No 23 tahun 2014 tentangPemerintah Daerah, menandai telah terjadi pergeseran pelaksanaanprinsip otonomi daerah di Indonesia. Berdasarkan UU tentangPemerintah Daerah, Prinsipotonomi daerah

1

Mahkamah Konstitusi RI.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Tahun 1945. (Jakarta:Sekretaris Jendral dan Kepanitreraan Mahkamah Konstitusi RI,2011). hal 13.

2

(2)

seluas-luasnya, nyata dan bertanggung jawabmemberikan otoritas yang lebih besar kepada Pemerintah Daerahdalam menyelenggarakan pemerintahan dan mengelola keuangandaerah. Prinsip otonomi daerah seluas-luasnya,nyata dan bertanggung jawab juga menyediakan ruang kepadamasyarakat untuk berpartisispasi dalam peroses pengambilankeputusan yang berkaitan dengan kebijakan startegis.

Di era reformasi dan otonomi daerah yang telah berjalan dinegara kita ini, diharapkan mampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat diberbagai sektor kehidupan. Dengan adanya ekonomi dan desentralisasi kekuasaan dari pusat kepada daerah untuk mengelola maupun mengatur pemerintahan didaerahnya masing-masing, masyarakat setempat juga diharapkan dapat berperan aktif dalam pengelolaan daerahnya sendiri.

Bila dikaitkan dengan kewenangan otonomi di daerah seperti yang sudah disebutkan diatas, dikatakan dalam undang-undang otonomi daerah bahwa lembaga legislatif atau biasa disebut DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sementara kewajiban anggota DPRD diantaranya yaitu menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

Salah satu wujud untuk mencapai tujuan daari prinsip otonomidaerah ialah dengan penguatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah(DPRD) dalam pembuatan kebijakan publik. 3

3

Syaukani dkk. 2004. Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(3)

memperjuangkankepentingan-kepentingan dari rakyat yang diwakilinya.4

Lembaga legislatif tidak semata diartikan sebagai badan yang bertugas untuk membuat undang (law-making body), tetapi sebagai perantara rakyat kepada pemerintah.

Tujuan utama dilantiknya seseorang menjadi anggotaDPRD ialah untuk memperjuangkan aspirasi rakyat di daerahnya.Hal ini terlihat dari sumpah yang diucapkan oleh setiap anggotaDPRD ketika akan mengemban amanah sebagai angota DPRDyangberbunyi "bahwa saya akan memperjuangkan aspirasi rakyat yangsaya wakili untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentinganbangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia".

Kewajiban ini secara spesifik juga diatur di dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, DPRD, bahwa anggota DPRD Kabupaten diantaranya mempunyai kewajiban menyerap dan menghimpun aspirasi konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala, menampung dan menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat, dan memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada konstituen di daerah pemilihannya.

5

4

Marijan, Kacung. 2011. Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru.

Jakarta. Kencana Prenada Media Group.hlm 42

5

Bambang Cipto.1995.Dewan Perwakilan Rakyat Dalam Era Pemerintahan Modern Industrial.Jakarta: Rajawali Pers.hlm 10

(4)

dengan sistem kerja-kerja DPRD dan pemerintah sebagai pembuat kebijakan publik. Dikaitkan dengan kerja-kerja DPRD, artikulasi sebaiknya lembaga untuk memelihara sistem demokrasi yang stabil, membangun proses legitimasi kebijakan yang sehat, mengembangkan potensi konstituen, serta membangun kepercayaan konstituen pada sistem politik di parlemen.6

Dengan kegiatan reses ini diharapkan DPRD mampu menyuarakan aspirasi masyarakat sebagai salah satu kinerja anggota DPRD untuk turun kelapangan dan menyerap aspirasi di Daerah pemilihannya dala hal kegiatan reses tersebut. Melalui reses, para wakil rakyat yang bersidang di gedung milik rakyat Untuk mengetahui apa yang menjadi kebutuhan maupun keinginan para konstituennya seorang wakil rakyat harus melalukan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan komunikasi antar keduanya, dengan ini diharapkan masyarakat mampu menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah daerah begitu juga dengan pemerintah daerah dapat mengetahui apa yang menjadi kebutuhan rakyat guna kesejahteraan masyarakatnya.

Salah satu bentuk komunikasi yang dapat dilakukan adalah reses DPRD. Masa reses merupakan bagian dari masa persidangan dan dilaksanakan paling lama enam hari kerja. Program masa reses ini dipergunakan oleh anggota DPRD secara perseorangan ataupun kelompok untuk mengunjungi daerah pemilihannya guna menyerap aspirasi masyarakat. Lalu setelah melakukannya, setiap anggota DPRD maupun secara kelompok wajib membuat laporan tertulis atau hasil pelaksanaan tugasnya pada masa reses tersebut, dan akan disampaikan kepada pimpinan DPRD dalam rapat paripurna.

6

(5)

dapat mengetahui secara lebih detail kondisi masyarakat di daerahnya serta apa yang menjadi aspirasi rakyat, sehingga pelaksanaan program serta evaluasi pembangunan dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, reses juga dilakukan untuk memaksimalkan kinerja anggota dewan

Untuk itulah pentingnya pelaksanaan salah satu program kerja anggota DPRD, yaitu masa reses. Reses merupakan kewajiban bagi pimpinan dan anggota DPRD dalam rangka menjaring aspirasi masyarakat secara berkala untuk bertemu konstituen pada daerah pemilihan masing-masing guna meningkatkan kualitas, produktivitas, dan kinerja DPRD dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat, serta guna mewujudkan peran DPRD dalam mengembangkan check and balances antara DPRD dan pemerintah daerah.

Dalam hal ini juga diharapkan peran masyarakat setempat juga sangat berdampak terhadap laju perkembangan daerah dan juga berjalanya pemerintahan tersebut bahkan juga untuk proses kegiatan reses. Dengan demikian keterlibatan masyarakat dalam menyuarakan aspirasinya sangat diharapkan sehingga pada akhirnya DPRD pun mengetahui langsung kebutuhan masyarakat, terkhusus daerah pemilihannya.

(6)

17 tahun 2014 pasal 300,7

Adapun waktu pelaksanaan reses anggota DPRD Kabupaten Simalungun selama lima hari terhitung mulai tanggal 26 sampai dengan 30 Juli di tiap Daerah Pemilihan Anggota DPRD Kabupaten Simalungun. Dengan agenda yang

Pertanggung jawaban secara moral dan politis seorang anggota dewan disampaikan pada setiap masa reses kepada pemilih di daerah pemilihannya.

Di DPRD Kabupaten Simalungun, Reses diatur di dalam peraturan DPRD Kabupaten Simalungun Nomor 25 Tahun 2015 tentang Tata Tertib DPRD Kabupaten Simalungun Pasal 80 ayat 2 dimana dijelaskan masa reses dipergunakan oleh anggota DPRD secara perseorangan atau kelompok untuk mengunjungi daerah pemilihannya guna menyerap apirasi masyarakat. Dan dalam pelaksanaannya mengacu pada ayat 1 dan 3 peraturan tata tertib DPRD Kabupaten Simalungun reses dilaksanakan tiga kali dalam satu tahun dan paling lama enam hari kerja dalam satu kali reses, yang pelaksanaan kegiatan dan jadwal acara reses ditetapkan dalam keputusan pimpinan DPRD setelah mendengar pertimbangan Badan Musyawarah.

DPRD Kabupaten Simalungun telah melaksanakan reses persidangan II tahun sidang 2016, dengan mengacu pada Surat Keputusan Pimpinan DPRD Kabupaten Simalungun Nomor 4/Pimp.DPRD/2016 tanggal 21 Juli 2016 dan mengacu pada Surat Perintah Tugas Ketua DPRD Nomor : 800/779 S.DPRD/2016 tanggal 22 Juli 2016, tentang Jadwal Pelaksanaan Reses Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simalungun Masa Persidangan Kedua Tahun Sidang 2016.

7

(7)

pertama, melakukan survei lapangan/lokasi secara langsung atas aspirasi, usul/saran dan keluhan yang telah disampaikan oleh masyarakat di msing-masing daerah pemilihan. Kedua, mengundang secara resmi perangkat nagori, pihak kecamatan, tokoh masyarakat, kelompok tani, kelompok ternak, kelompok pemuda untuk menyampaikan aspirasi pada forum tatap muka secara resmi. Ketiga, mendengar dan menghimpun keluhan masyarakat tentang bidang pemerintahan, ekonomi, keuangan, pembangunan, pendidikan, kesehatan, olahraga dan tenaga kerja.

(8)

Permasalahan yang disampaikan masyarakat pada saat anggota DPRD Kabupaten Simalungun di Serbelawan pada saat melakukan reses yaitu mengenai pembangunan fasilitas umum. 8

1. Pengaspalan jalan dari Kantor Camat Serbelawan sampai ke Pabrik PKS Dolok Hilir

Adapun yang menjadi aspirasi masyarakat terhadap hal ini adalah:

2. Membangut parit dari kota Serbelawan sampai ke Kantor Pos Serbelawan 3. Melakukan pengerasan jalan sepanjang 1200 x 5 m di Kampung Lalang

Kelurahan Serbelawan

4. Perbaikan jalan Lingkungan sepanjang 300 x 4 m di Masteng Kelurahan Serbelawan

5. Mohon dilakukan Hotmix sepanjang 400 m x 4,5 m Jl.Kihajar Dewantara SMU Negeri Serbelawan

6. Mohon dilakukan Hotmix di Jl. HM Salim sepanjang 800m x 4,5m Kelurahan Serbelawan

7. Mohon dilakukan hotmix Jl Karya Bhakti sepanjang 800 m x 4,5m Kelurahan Serbelawan

8. Diharapkan pemasangan parit di samping Puskesmas Kelurahan Serbelawan sepajang 900m x 1,5m

9. Mohon melakukan rehap pintu gerbang pajak Inpres Serbelawan sebanyak 4 pintu

8

(9)

10.Peningkatan jalan lintas antara Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Serdang Bedagai sepanjang 5000m x 5,5 m dari Kelurahan Amansari sampai kepadang Maimun

11.Disarankan mendirikan bangunan Kantor dan Ruang pertemuan Kelurahan 12.Pengaspalan jalan lingkungan di Parluasan Barat sepanjang 400m x 4,5m

Kelurahan Serbelawan

13.Pembangunan parit 2.000m x 4,5 m dan 1 buah gorong0gorong di Jalan Sangnawaluh Kelurahan Serbelawan

14.Pengaspalan jalan lingkungan Kmapung baru Kelurahan Serbelawan sepanjang 600m x 4,5m

15.Pengerasan jalan 600m x 4,5m lorong buntu Kelurahan Aman Sari

16.Masyarakat meminta pembangunan yang sudah direncanakan benar-benar direalisasikan terkhusus pembangunan jalan

Beberapa aspirasi masyarakat di atas sangat disayangkan bila tidak terealisasi dengan baik, bahkan pelaksanaan reses yang sudah dikerjakan pun hanya akan formalitas saja. Dan setiap aspirasi yang sudah disalurkan dengan baik bukan hanya untuk didengar tetapi juga untuk direalisasikan. Sehingga pelaksanaan reses benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan juga para wakil rakyat. Sehingga dapat dilihat kefektifan pelaksanaan reses bagi kedua pihak tersebut.

(10)

reses, sehingga masyarakat merasa hanya dijanji-janjikan saja tanpa ada aksi atau tindakan dalam menyelesaikan masalah tersebut.

Penelitian ini akan lebih mengarah pada permasalahan terkait fungsi DPRD sebagai wakil rakyat. Masa reses yang tidak asing lagi ditelinga para anggota legislatif dan program ini sangat menarik untuk diteliti, karena banyaknya permasalahan terkait efisiensi maupun efektivitas dari program tersebut. Dari masa reses ini juga diperhatikan dalam penyerapan aspirasi konstituen oleh wakilnya (anggota DPRD), mekanisme atau tahapan reses yang dilakukan, dan yang sangat ditunggu masyarakat ialah bagaiman penrealisasiannya.

Oleh karena itu banyak peneliti yang ingin melihat fenomena reses ini sebagai suatu bahan kajian penelitianBerdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membahas tentang bagaimana sebenarnya penilaian masyarakat terhadap reses yang mereka ikuti serta bagi anggota DPRD itu sendiri mengenai reses. Sehingga peneliti mengangkat judul Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan

II, Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan)

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang iatas, penulis merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimana Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 (Studi Kasus : Daerah Pemilihan II Kelurahan Serbelawan, Kecamatan Dolok Batunanggar, )?”

I.3 Batasan Masalah

(11)

ilmiah yang dapat memberikan informasi terhadap pembaca. Adapun batasan masalah yang digunakan adalah : Penelitian ini fokus untuk melihat dan menganalisis bagaimana keefektifan pelaksanaan reses anggota DPRD Kabupaten Simalungun periode 2014-2019 Dapil II di Kecamatan Dolog Batunanggar, Kelurahan Serbelawan.

I.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan reses di DPRD Kabupaten Simalungun Dapil II di Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan.

2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelaksanaan reses di DPRD Kabupaten Simalungun Dapil II di Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan baik bagi masyarakat maupun anggota DPRD. I.5 Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang jelas dan kontribusi kajian teoritik dalam hal efektivitas pelaksanaan reses di DPRD Kabupaten Simalungun Dapil II diKelurahan Serbelawan, Kecamatan Dolok Batunanggar

2. Secara akademik penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan referensi penelitian sosial bagi Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara

(12)

Simalungun Dapil II di Kecamatan Dolok Batunanggar, Kelurahan Serbelawan.

I.6 Kerangka Teori dan Konsep

I.6.1 Teori Perwakilan Politik

Konsep perwakilan merujuk kepada seseorang atau suatu kelompok tertentu yang mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk berbicara, bertindak dan memperjuangkan hak politik atas nama suatu kelompok yang lebih besar.

Alfred de Gracia mendefiniskanperwakilan politik sebagai hubungan diantara dua pihak, yaitu wakil dengan terwakili yang mana wakil memegang kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan yang berkenaan dengan kesepakatan yang dibuatnya dengan terwakil.9

masyarakat.

Marijan mendefinisikan perwakilan politik ialah adanya relasi antara wakil dan terwakili, yang terbalut oleh kepentingankepentingan, baik kepentingan terwakil maupun wakil didalam konteks politik tertentu yang bisa mencakup desain kelembagaan politik maupun budaya politik yang berkembang di dalam

10

Teori perwakilan memiliki 4 macam tipe perwakilan.

Dari definisi perwakilan diatas dapat disimpulkan perwakilan politik ialah hubungan proses antara wakil dan yang diwakili dalam rangka memperjuangkan kepentingan pihak yang terwakili sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dengan wakil.

11

9

Efriza. 2014. StudiParlemen, Sejarah, KonsepdanLanskapPolitik Indonesia. Malang:Setara Press. Hlm 18

10

Marijan, Kacung. 2011.Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca Orde Baru. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.hlm 41

(13)

a. Si wakil bertindak sebagai ‘wali’ (trustee), diartikan bahwa si wakl bebas bertindak atau mengambil keputusan menurut pertimbangannya sendriri tanpa perlu berkonsultasi dengan yang diwakilinya.

b. Si wakil bertindak sebagai ‘utusan’ (delegate). Dalam sistuasi ini siwakil sebagai utusan atau duta dari yang diwakilinya. Si wakil dalam melakukan tugasnya selalu mengikuti instruksi dan petunjuk dari yang diwakilinya. c. Si wakil bertindak sebagai ‘politico’, menurut tipe ini si wakil

kadang-kadang bertindak sebagai wali (trustee) dan ada kalanya bertindak sebagai utusan (delegate). Tindakannya tergantung pada issue (materi) yang dibahas.

d. Si wakil bertindak sebagai ‘partisan’. Dalam tipe ini si wakil bertindak sesuai dengan keinginan atau program partai (organisasi) si wakil stelah si wakil dipilih oleh pemilihnya (yang diwakilinya), maka lepaslah hubungan dengan pemilih dan mulailah hubungannya dengan partai (organisasi) yang mencalonkannya dalam pemilu.

Konsep perwakilan pun dapat dilihat dari sudut pandang hubungan antara wakil dan yang diwakili. Berdasarkan sudut pandang ini, dikenal empat teori perwakilan yaitu teori mandat, teori organ, teori sosiologi, teori hukum obyektif.12

a. Teori Mandat

Teori mandat sering disebut dnegan Functional representation, pertama kali dikenalkan oleh J.J.Rousseau. wakil dilihat sebagai penerima mandat dimana ia harus merealisasikan kekuasaan pihak yang diwakilinya dalam proses kehidupan politik. Atau dengan kata lain, teori ini pada dasarnya berasumsi bahwa

11

Abcarian, Gilbert.1970.”Contemporary Political System”, Jakta:Erlangga,hlm 44 12

(14)

substansi yang diwakili oleh seorang wakil terbatas pada mandat yang disampaikan oleh orang-orang yang memberikan mandat. Sesuai dengan perkembangan dari teori mandat ini, berkembang atas dasar asumsi tentang kualitas mandat yang menjadi dasar hubungan antara seorang wakil dengan orang-orang yang diwakilinya. Bila terjadi perbedaan pandangan, sikap dan tindakan antara wakil dengan pihak yang diwakili, dapat berakibat turunnya reputasi para wakil.

Menurut Bintan Saragih ada beberapa variasi di dalam teori mandat,13

1. Mandat imperatif, berarti bahwa hubungan antara wakil dengan orang yang diwakili itu terbatas pada instruksi yang disampaikan oleh orang-orang yang mewakilinya itu.

yaitu:

2. Mandat Bebas, yang menyatakan bahwa didalam kedudukannya sebagai seorang wakil maka semua tindakan yang dilakukan dipandang berada pada bingkai mandat yang diberikan.

3. Mandat Representatif, merupakan perkembangan kualitas mandat yang bersifat umum. Dalam hal ini duduknya seseorang di dalam lembaga perwakilan dipandang mewakili keseluruhan kehendan atau aspirasi orang yang memberikan mandat.

b. Teori Organ

Teori ini diungkapkan oleh Von Gierke, bahwa negara merupakan suatu organisme yang mempunyai alat-alat perlengkapan seperti: eksekutif, parlemen dan rakyat, yang semuanya itu mempunyai fungsinya sendiri-sendiri namun

13

(15)

antara satu dengan yang lainnya saling berkepentingan. Dengan demikian setelah rakyat memilih lembaga perwakilan mereka tidak perlu lagi mencampuri lembaga perwakilan tersebut dan lembaga ini bebas menjalankan fungsinya sesuai dengan kewenangan yang diberikan Undang-Undang Dasar.14

c. Teori Sosiologi

Ajaran ini menganggap bahwa lembaga perwakilan bukan merupakan bangunan politis, akan tetpi merupakan bangunan masyarakat (sosial). Para pemilih akan memilih wakil-wakilnya yang dianggap benar-benar ahli dalam bidang kenegaraan yang akan bersungguh-sungguh membela kepentingan para pemilih. Sehingga lembaga perwakilan yang terbentuk itu terdiri dari golongan-golongan dan kepentingan yang ada dalam masyarakat.

d. Teori Hukum Obyektif

Leon Duguit mengatakan bahwa hubungan antara rakyat dan parlemen dasarnya adalah solidaritas. Wakil-wakil rakyat dapat melaksanakan dan menjalankan tugas kenegarannya tanpa memberikan dukungan kepada wakil-wakilnya dalam menetukan wewenang pemerintah. Dengan demikian ada pembagian kerja antara rakyat dan parlemen (Bdan Perwakilan Rakyat). Keinginan untuk berkelompok yang disebut solidaritas adalah merupakan dasar dari hukum dan bukan hak-hak yang diberikan kepada mandataris yang membentuk lembaga perwakilan tersebut.15

Seiring dengan perjalanan transisi demokrasi yang dianggap banyak negara sebagai model pemerintah dan ideologi yang lebih baik, maka muncul juga konsep perwakilan sebagai jawaban atas persoalan masyarakat yang

14

Ibid.hlm 54 15

(16)

terjadi.konsep ini merupakan solusi terhadap kondisi pertumbuhan dan perkembangan penduduk baik secara kualitas maupun kuantitas, serta kenyataan atas kebutuhan negaramoder yang memiliki wilayah yang sangat besar, sehingga sangat mustahil untuk tetap menerapkan mekanisme dan sistem demokrasi langsung. Implikasinya dibutuhkan lembaga-lembaga yang menjadi media anatara pemerintah dengan masyarakat. lembaga-lembaga inilah yang aakan mewakili kepentingan-kepentingan politik masyarakat ditingkat pemerintahan (suprastruktur politik). Lembaga perwakilan ini sering dikenal dengan lembaga legislatif.

Fungsi lembaga legislatif terdiri atas fungsi perwakilan politik, fungsi perundang-undangan dan fungsi pengawasan.16

1. Melalui fungsi perwakilan politik, lembaga legislatif/lembaga perwakilan membuat kebijakan atas nama anggota masyarakat yang secara keseluruhan terwakili didalam lembaga tersebut. Dalam hal ini, lembaga legislatif/lembaga perwakilan rakyat bertindak sebagai pelimdung kepentingan adan penyalur aspirasi masyarakat yang diwakilinya.

Berikut akan dijelaskan fungsi-fungsi tersebut:

2. Melalui fungsi perundang-undangan, lembaga legislatif/lembaga perwakilan rakyat memuasakan kepentingan dan aspirasi anggota masyarakat kedalam kebijaksanaan formal dalam bentuk undang-undang. Dalam fungsi ini tergolong pula kewenangan untuk menghasilkan anggaran pendapatan dan belanja negara, mengusulkan suatu rencana undang-undang dan mengubah suatu undang-undang (amandemen).

16

(17)

3. Melalui fungsi pengawasan, lembaga ini melindungi kepentingan rakyat, sebab melalui penggunaan kekuasaan yang dilandasi oleh fungsi ini, lembaga legislatif/lembaga perwakilan rakyat dapat mengoreksi semua kegiatan lembaga kenegaraan lainnya melalui pelaksanaan berbagai haknya. Dengan demikian, tindakan-tindakan yang dapat mengabaikan kepentingan anggota masyarakat dapat diperbaiki.

Lembaga perwakilan yang disebut parlemen umumnya mempunyai lima fungsi, yaitu:

1. Fungsi perundang-undangan (legislasi), yang dimaksud dengan fungsi perundang-undangan alaha membentuk undang-undang biasa, sperti:

a. Undang-undang biasa seperti undang-undang pajak dan peraturan-peraturan daerah

b. Undang-undang tentang anggaran pendapatan belanja negara/daerah (APBN/D)

2. Fungsi pengawasan (oversight) adalah fungsi yang dijalankan oleh parlemen untuk mengawasi eksekutif, agar berfungsi menurut undanag-undang yang dibentuk oleh parlemen. Dalam hal ini badan legislatif melakukan fungsi pegawasan atas pelaksanaan undang-undang, pelaksanaan anggaran pendapatan belanja daerah dan kebijakan pemerintah.

Untuk melaksanakan fungsi ini parlemen diberi beberapa hal antara lain: a. Hak bertanya, anggota legislatif berhak mengajukan pertanyaan tertulis

(18)

b. Hak interpelasi, hak meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan disuatu bidang.

c. Hak angket, hak anggota badan legislatif untuk mengadakan penyelidikan sendiri. Untuk keperluan ini dapat dibentuk suatu panitia angket yang melaporkan hasil penyelidikannya kepada anggota badan legislatif lainnya, yang selanjutnya merumuskan pendapatnya mengenai soal ini, dengan harapan agar diperhatikan oleh pemerintah. d. Hak mengajukan memorandum, fungsi badan ini memeberikan

persetujuan hubungan diplomasi, selain itu bentuk komunikasi yan berisi saran, arahan dan penerangan kepada badan eksekutif.

e. Hak inisiatif, hak untuk mengajukan rancangan undang-undang f. Hak amandemen, hak untuk mengadakan perubahan undang-undang g. Hak soepena, mengajukan jabatan publik

h. Hak protokoler, hak untuk mendapatkan mobil dinas dan fasilitas lainnya

i. Hak resolusi, hak menyatakan pendapat

j. Hak impeachment, hk untuk menuntut pertanggujawaban k. Hak imunitas, hak atas kekebalan hukum

l. Hak mosi, umumnya dipergunakan dalam sistem parlementer, biasanya pernyataan mosi tidak percaya legislatif kepada pemerintah m. Hak mosi dukungan, fungsi pemeberian dukungan

(19)

4. Hak representative (sarana pendidikan politik), rakyat dididik untuk mengetahui persoalan yang menyangkut kepentingan umum melalui pembahasan dan pembicaraan tentang kebijakan yang dilakukan oleh lembaga perwakilan yang dimuat baik dan diulas oleh media massa, rakyat mengikuti persoalan yang menyangkut kepentingan umum dan menilai menurut kemampuan masing-masing sehingga secara tidak langsung mereka dididik menjadi warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya.

5. Hak intitusional, hak untuk mendemgarkan pengaduan-pengaduan masyarakat terhadap parlemen, seperti para demonstran yang ingin menemui anggota dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD).

Adanya lembaga perwakilan rakyat adalah sebagai ciri dari pemerintahan yang dikendalaikan oleh rakyat sebagaimana yang diajarkan dalam teori demokrasi. Proses pemerintahan yang berjalan secara demokratis dan diproses oleh wakil-wakil rakyat dalam suatu lembaga perwakil-wakilan rakyat merupakan esensi dari konsepsi demokrasi perwakilan lembaga legislatif.

Keterlibatan rakyat dalam pembuatan keputusan yang mengikat, terefleksi dengan adanya lembaga perwakilan rakyat. Partisispasi rakyat yang efektif dalam proses pembuatan keputusan adalah ketika sepanjang proses pembuatan keputusan yang mengikat, warga negara harus memiliki kesepamtan yang cukup dan kesmpatan yang sama untuk mengemukakan pilihan mereka mengenai hasil akhir.17

17

(20)

Sedangkan menurut Undang-undang No 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah DPRD kabupaten/kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Mengenai tugas dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyar Daerah juga disebutkan dalam pasal diantaranya adalah:

DPRD kabupaten/kota mempunyai fungsi: a. Legislasi

b. Anggaran c. Pengawasan

Ketiga fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijalankan dalam kerangka representasi rakyat di kabupaten/kota.18

a. membentuk peraturan daerah kabupaten/kota bersama bupati/walikota;

DPRD kabupaten/kota mempunyai wewenang dan tugas:

b. membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah mengenai anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota yang diajukan oleh bupati/walikota;

c. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah dan anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota;

d. mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian bupati/walikota dan/atau wakil bupati/wakil walikota kepada Menteri Dalam

18

(21)

Negeri melalui gubernur untuk mendapatkan pengesahan pengangkatan dan/atau pemberhentian;

e. memilih wakil bupati/wakil walikota dalam hal terjadi kekosongan jabatan wakil bupati/wakil walikota;

f. memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota terhadap rencana perjanjian internasional di daerah; g. memberikan persetujuan terhadap rencana kerja sama internasional

yang dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota;

h. meminta laporan keterangan pertanggungjawaban bupati/walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota; i. memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan

daerah lain atau dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah;

j. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;dan

k. melaksanakan wewenang dan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangan

I.6.2.RESES

Reses DPRD pada dasarnya berkaitan dengan kegiatan memberi peluang bagi masyarakat tanpa perbedaan rasial untuk partisipasi atau keterlibatan, keterbukaan informasi, akuntabilitas bagi masyarakat, terbangunnya suatu konsensus dalam proses pengambilan keputusan di DPRD.19

19

Beriansyah, Alfa. 2015. Analisis Hasil Reses DPRD dalam Penyusunan Dan Penetapan APBD

Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Tahun Anggaran 2014.Lampung : Universitas

(22)

Zuhri menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Reses merupakan komunikasi dua arah antara legislatif dengan konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala merupakan kewajiban anggota DPRD untuk bertemu dengan konstituennya secara rutin pada setiap masa reses.20Efriza berpendapat bahwa, reses DPRD merupakan hubungan antara anggota DPRD dengan konstituennya dan sebagai bentuk konsultasi di daerah pemilihanya guna untuk untuk menyerap, menghimpun serta menindaklanjuti aspirasi konstituen atau masyarakat.21

Tujuan reses anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah menyerap dan menindaklanjuti aspirasi konstituen dan pengaduan masyarakat guna memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada kontituen didaerah pemilihan sebagai perwujudan perwakilan rakyat dalam pemerintahan.

Sedangkan masa reses adalah masa kegiatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) diluar kegiatan masa sidang dan diluar gedung. Masa reses mengikuti masa persidangan yaitu dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dalam setahun atau 14 kali reses dalam periode 5 tahun masa jabatan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

22

• Tata Cara Pelaksanaan Reses

a. Kegiatan reses sekurangnya ada 4 (empat) tahapan berikut :

1. Rapat Pimpinan dan atau Badan Musyawarah penyusunan jadwal pelaksanaan dan tempat tujuan reses.

20

Zuhri. Buku Panduan Reses. Pangkal Pinang. 2012.hlm 3

21

Efriza. 2014. Studi Parlemen, Sejarah, Konsep dan Lanskap Politik Indonesia. Malang:Setara

Press. hlm 258

(23)

2. Penjelasan pelaksanaan reses oleh Pimpinan dan Sekretariat DPRD.

3. Pelaksanaan Reses

4. Rapat Paripurna pelaporan hasil reses. b. Pelaksanaan reses dapat dilakukan dengan :

1. Kelompok Dapil yang terdiri dari beberapa partai politik yang ada Anggota DPRD pada dapil tersebut.

2. Individu secara mandiri dan dilakukan secara impersonal kepada kontituen pada dapilnya.23

c. Hasil Pelaksanaan

Anggota DPRD secara perseorangan atau kelompok wajib membuat laporan tertulis atas hasil pelaksanaan tugasnya pada masa reses sebagaimana ketentuan pasal 64 ayat (6) Peraturan Pemerintah nomor 16 Tahun 2010, kemudian disampaikan kepada pimpinan DPRD dalam rapat paripurna. (format laporan terlampir).

Tata cara pelaporan dalam Rapat paripurna adalah sebagaiberikut :

a) Laporan perseorangan dan atau kelompok, dihimpun dan di Rekapitulasi menjadi laporan perKecamatan

b) Laporan disampaikan oleh perwakilan Kecamatan I.6.3. Efektevitas

A. Pengertian Efektivitas

Secara sederhana efektivitas dapat diartikan sebagai tepat sasaran yang juga lebih diarahkan pada aspek kebijakan. Artinya, program pembangunan yang akan

23

(24)

dan sedang dijalankan ditujukan untuk memperbaiki kualitas hidup rakyat. Efektivitas fokus pada tingkat pencapaian terhadap tujuan dari organisasi publik. Tingkat pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat adalah salah satu ukuran dari efektivitas.

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program. Disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.

Unsur yang penting dalam konsep ekfektivitas adalah; yang pertama pencapaian tujuan yang sesuai dengan apa yang telah disepakati secara maksimal, tujuan merupakan harapan yang dicita-citakan atau suatau kondisi tertentu yang ingin dicapai oleh serangkaian proses. Diketahui bahwa efektivitas merupakan suatau konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya atau dapat dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari aktivitas yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.pada beberapa literatur ilmiah mengemukakan bahwa efektivitas merupakan pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-yjuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menetukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektivitas juga bisa diartikan sebagai pengukuran keberhasialan dalam pencapaian tujuan-tujuan.

(25)

apakah perlu dilakukan perubahan secara signifikan terhadap bentuk dan manajemen suatu program kegiatan atau tidak.. Dalam hal ini yang dimaksud sumber daya meliputi ketersediaan personil, sarana dan prasarana serta metode dan model yang digunakan. Suatu programkegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuaidengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebutdilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

Mengukur efektivitas suatu program kegiatan bukanlah suatu hal yang sangat sederhana, karena efektivitas dapat dikaji dari berbagai sudut pandang dan tergantung pada siapa yang menilai serta menginterpretasikannya. Bila dipandang dari sudut produktivitas, maka seorang manajer produksi memberikan pemahaman bahwa efektivitas berarti kualitas dan kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas juga dapat diukur dengan membandingkan antara rencana yang telah ditentukan dengan hasil nyata yang telah diwujudkan.

Efektivitas juga diartikan sebagai suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka untuk mencari tingkat efektivitas dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Efektivitas = Output Aktual/Output Target >=1

a.Jika output aktual berbanding output yang ditergetkan lebih besar atau sama dengan 1 (satu), maka akan tercapai efektivitas

(26)

Beberapa pendapat yag dikemukakan dapat diambil kesimpulan bahwasanya efektivitas merupakan alat ukur untuk menentukan keberhasilan suatu program sesuai dengan tujuan pelaksanaannya. Beberapa teori efektivitas yang telah diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa 24

a. Pendekatan Sasaran

dalam mengukur efektivitas suatu kegiatan atau aktivitas perlu diperhatikan beberapa indikator, yaitu pemahaman program, tepat sasaran, tepat waktu, tercapainya tujuan, dan perubahan nyata. B. Pendekatan Terhadap Efektivitas

Pendekatan efektivitas digunakan untuk mengukur sejauh mana aktivitas itu efektif. Ada beberapa pendekatan yang digunakan terhadap efektivitas yaitu:

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.

Selain tercapainya tujuan, efektivitas juga selalu memperhatikan faktor waktu pelaksanaan. Sasaran yang penting dalam pengukuran efektivitas dengan pendekatan ini adalah sasaran resmi dengan memperhatikan permasalahn yang ditimbulkanya, dengan memusatkan perhatian terhadap aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai tingkat output yang direncanakan. Oleh karena itu, dalam efektivitas selalu terkandung unsur waktu pelaksanaan. Tujuan tercapai dengan waktu yang tepat maka program tersebut efektif.

24

(27)

b. Pendekatan Sumber

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suau lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sumber-sumber yang ada pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi. Mendapatkan berbagai jenis sumber untuk memelihara sistem dari suatu lembaga merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas.

c. Pendekatan Proses

Pendekatan proses menganggap sebagai efisiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan lembaga.

(28)

masyarakat yang sudah ditampung dikegiatan reses dibandingkan dengan target yang ditetapkan.

1.6.4 Efektivitas Reses

Berdasarkan pandangan tentang pengertian efektivitas, dapat dikatakan efektif merupakan suatu ukuran yang melihat seberapa jauh suatu aktivitas kegiatan atau program mencapai target ataupun tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Adanya ketentuan waktu dalam memberikan pelayanan dalam hal ini kegiatan reses dan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat. apabila tujuan dan target dapat dicapai sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka kegiatan tersebut dikatakan efektif. Sebaliknya ,apabila tujuan dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka pelaksanaan kegiatan ataupun program dikatakan tidak efektif.

Reses DPRD sebagai bentuk komunikasi dua arah antara legislatif dengan konstituen melalui kunjungan kerja secara berkala merupakan kewajiban anggota DPRD untuk bertemu dengan konstituennya secara rutin pada setiap masa reses. Reses DPRD juga merupakan hubungan antara anggota DPRD dengan konstituennya dan sebagai bentuk konsultasi di daerah pemilihanya guna untuk untuk menyerap, menghimpun serta menindaklanjuti aspirasi konstituen atau masyarakat.

(29)

Dan masyarakat pun dapat memahami bagaimana reses dan juga pengetahuan politik lainnya.

Yang menjadi saasaran dari pelaksanaan kegiatan reses adalah menyerap aspirasi selain dari bersilaturahmi dengan daerah pemilihannya. Dalam hal ini besar harapan masyarakat dengan dilaksanakannya kegiatan reses tersebut dapat memberikan perubahan yang baik bagi kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan reses DPRD kebanyakan masyarakat akhirnya mengharapkan perubahan infrastruktur yang ada didesanya dan hal ini sebagai wakil rakyat seorang DPRD harus bijak dalam menanggapinya.

Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan sebelumnya, ada empat hal yang merupakan unsur-unsur dari efektivitas pelaksanaan suatu program/kegiatan yaitu :

a.Pencapaian tujuan, yaitu suatu program dikatakan efektif apabila dapat mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya

b.Ketepatan waktu, yaitu suatu program yang dikatakan efektif apabila penyelesaian atau tercapainya tujuan sesuai atau bertepatan waktu dengan yang telah ditentukan

c.Manfaat, suatu program dikatakan efektif apabila tujuan itu memberiakn manfaat bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhannya

d.Hasil, suatu program dikatakan efektif, apabila kegiatan itu memberiakn sebuah hasil

(30)

pemahaman terhadap reses dan juga sejauh mana pihak DPRD dalam merealisasikan aspirasi tersebut.

Beberapa pendapat dan teori efektivitas yang tealh diuraikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dapat mengukur efektivitas suatu kegiatan atau aktivitas perlu diperhatikan beberapa indikator yaitu

1. Pemahaman progam 2. Tepat sasaran 3. Tepat waktu 4. Tercapainya tujuan 5. Perubahan nyata

I.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional

I.7.1 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau dfenisi yang diguanakn untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.

(31)

Memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Yang dimaksud dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah badan legislatif tempat wakil rakyat membuat undang-undang di tingkat provinsi, kota atau Kabupaten.

2. Yang dimaksud dengan Reses adalah komunikasi dua arah antara legislatif dengan konstituen melalui kunjungan kerja secara .

3. Yang dimaksud dengan efektivitas adalah ukuran pencapaian tujuan pada hasil akhir, apakah berhasil guna atau tidak.

4. Yang dimaksud dengan masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama.

I.7.2 Defenisi Operasional

(32)

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam reses DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 Kecamatan Dolok Batunanggar di Kelurahan Serbelawan diukur melalui indikator sebagai berikut:

a. Pemahaman program, meliputi:

1. Informasi pertama responden mengenai pelaksanaan reses 2. Materi yang disampaikan oleh Anggota DPRD

3. Pemahaman akan peran DPRD

4. Pemahaman sebelumnya mengenai reses DPRD 5. Pengetahuan tentang tujuan pelaksanaan reses

6. Pemahaman akan reses sesudah pelaksanaan kegiatan reses b. Ketepatan sasaran meliputi

1. Kesesuaian dengan yang diharapkan masyarakat 2. Tersampainya aspirasi masyarakat

3. Respon masyarakat

4. Respon dari Anggota DPRD terhadap masyarakat 5. Kehadiran masyarakat

6. Fasilitas yang digunakan c. Ketepatan waktu, meliputi :

1. Waktu pemberian informasi pelaksanaan kegiatan reses 2. Waktu kegiatan reses dimulai

3. Waktu yang diberikan kepada masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya

(33)

5. Durasi waktu d. Tercapainya tujuan

1. Kesesuian pelaksanaan reses dengan tujuan reses 2. Manfaat yang diperoleh

3. Tindakan dari DPRD e. Perubahan nyata, meliputi

1. Perubahan dalam infrastruktur

2. Perubahan dalam pembangunan ekonomi 3. Perubahan dalam pembangunan pendidikan I.8 Metodologi Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang ingin diteliti. Termasuk didalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung.25

Penelitian deskriptif menggunakan kata-kata dan gambar bukan angka ketika data dikumpulkan. Berdasarkan hal tersebut maka jelas bahwa penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan sesuatu hal berupa gambar atau foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata-kata. Melalui penelitian deskriptif kantitatif, penulis ingin membuat gambaran menyeluruh tentang Efektivitas Reses Anggota DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 di Daerah Pemilihan II Kecamatan Batunanggar, Kelurahan Serbelawan.

25

(34)

I.9 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lembaga DPRD Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, untuk mengakuratkan analisis data dilakukan juga penelitian di Kelurahan Serbelawan, Kecamatan Dolok Batunanggar.

I.10 Peopulasi dan Sampel

I.10.1 Populasi

Secara sederhana populasi dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, benda, peristiwa ataupun individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. 26

Sampel dapat didefinisikan sebagai sebagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan bisa mewakili populasi.

Adapun yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat Kecamatan Batunanggar, Desa Serbelawan berjumlah 250 orang yang mengikuti reses.

I.10.2 Sampel

27

Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Berdasarkan data yang diperoleh, maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, 28

n=

N d2 + 1

yakni sebagai berikut : N

26

Ibid hlm 155

27

Nanang Martono.2010.Metode Penelitian Kuantitatif,Analisis Data Sekunder.Jakarta:Rajawali Press. Hlm 66

28

(35)

Dimana n= jumlah sampel N= jumlah populasi

d= nilai presisi/tingkat kesalahan diterapkan sebesar 10% atau 0,1 Jumlah keseluruhan masyarakat yang mengikuti reses adalah 250 orang. Maka dari jumlah populasi tersebut maka akan diperoleh sampel sebanyak:

250 n =

250 (0,1)2 + 1 = 71,42 orang

Jadi sampelnya adalah sebanyak 71 orang. I.10.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan sampling sistematis yaitu menggunakan nomor urut dimana sampel yang akan diambi adalah nomor genap disesuaikan dengan daftar hadir reses.

I.11 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data sehingga dapat menghasilkan data yang valid. Adapud teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer

Penyebaran Kuesioner

Penyebaran Kuesioner yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan untuk dijawab atau diisi oleh responden sehingga memperoleh data informasi yang diperlukan dalam penelitian.29

29

Matias Siagian, Op.Cit, hlm 206

(36)

kuesioner ini akan diberikan kepada masyarakat yang akan ditetapkan menjadi sampel.

b. Data Sekunder

Disamping data primer, penulis juga akan melakukan studi pustaka. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan laporan-laporan yang dikeluarkan oleh DPRD Kabupaten Simalungun. Selain itu informasi dan data sekunder juga diperoleh dari studi pustaka berupa perundang-undangan, artikel dan jurnal politik. Nantinya informasi yang di dapat dari berbagai sumber tadi dapat dijadikan panduan dalam melakukan penelitian.

I.12 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasekan.30 Teknis analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kuantitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian. Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian melalui keterangan responden dituangkan dalam bentuk tabel tunggal dengan menggunakan skala likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur persepsi, sikap atau pendapat seseorang atau kelompok mengenai sebuah peristiwa atau fenomena sosial, berdasarkan definisi operasional yang telah ditetapkan oleh peneliti.31Bentuk kuesioner ini adalah semi tertutup yaitu sebagian berupa pertanyaan tertutup yang jawabannya harus dipilih responden berdasarkan pilihan yang disediakan.

30

Masri Singarimbun.2006.Metode Penelitian Survei.Jakarta:LP3ES. Hlm 263

(37)

Untuk mengetahui apakah reses DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 Kecamatan Dolok Batunanggar di Kelurahan Serbelawan, efektif atau tidak efektif ditetapkan pengukuran dalam bentuk tiga kelas dimana interval antar kelas ditentukan sebagai berikut:

i= Nilai atas – Nilai bawah Variabel

i= 1-(-1)

3

i= 2

3 = 0,66

Dengan demikian indikator efektif atau tidak efektif pelaksanaan reses DPRD Kabupaten Simalungun Periode 2014-2019 Kecamatan Dolok Batunanggar di Kelurahan Serbelawan ditetapkan sebagai berikut:

1. Nilai 1 sampai dengan 0,33 = positif, yang artinya reses tersebut efektif. 2. Nilai 0,33 sampai dengan -0,33 = netral, yang artinya reses tersebut netral. 3. Nilai -0,36 samapai dengan -1 = negatif, yang artinya program tersebut

(38)

I.13 Sistematika Penulisan

Guna mendapat gambaran yang jelas mengenai isi pokok dari penelitian ini, maka penulisan dialkukan secara terperinci dan sistematis sebagai slah satu syarat penelitian ilmiah. Peneliti akan membagi tulisan kedalam empat bagian sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, konsep dan kerangka teori, metodologi penelitian, teknik analisis data dan sistematika penulisan.

BAB II: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu profil tentang, profil DPRD Kabupaten Simalungun periode 2014-2019 Dan Kelurahan Serbelawan BAB III: PENYAJIAN DATA Dan ANALISIS

Bab ini berisikan penyajian data dan analisis data-data yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian

BAB IV: PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan ruang bawah tanah pada bangunan gedung dalam hukum nasional tidak mengatur secara jelas pemanfaatannya, beberapa pasal dalam undang-undang maupun

Salah satu pekerjaan yang diperlukan untuk dapat mengendalikan banjir adalah catatan kejadian sedimentasi yang menyangkut sifat dan karakteristik dari Kali Surabaya, di

Hasil uji t berpasangan diperoleh nilai t sebesar ±9,03 dengan nilai significancy p 0,000 ( p < 0,05), sehingga bermakna secara siginfikan terhadap skor

Hasil kerja memenuhi ketentuan teknis, namun laporan belum terpenuhi masih ada kekurang lengkapan dalam menelusuri rekam jejak lembaga kearsipan dan data pendukung kurang lengkap

Pada saat membangun sebuah applikasi yang menggunakan web service, kita akan dihadapkan pada pemilihan format data yang akan kita gunakan pada proses transfer file dari server

Pihak implementator meyakinkan bahwa bekerja menggunakan sistem ERP membuat pengguna bekerja lebih efisien, walaupun pekerjaan terlihat lebih banyak tapi penginputan

14 Jenis penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan tesis ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka

Knowledge of meaningful body motion is also useful when interpreting the speaker’s kinesics and other extra-linguistic elements, especially if the target language