• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Tepung Ampas Kelapa Fermentasi terhadap Karkas dan Lemak Abdominal Kelinci Rex Jantan Lepas Sapih

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Tepung Ampas Kelapa Fermentasi terhadap Karkas dan Lemak Abdominal Kelinci Rex Jantan Lepas Sapih"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Potensi Ampas Kelapa sebagai Pakan Ternak

Kelapa (Cocos nucifera Lin) adalah komoditas sosial yang mudah tumbuh di daerah tropis dan merupakan tanaman yang penting dan melibatkan jutaan

masyarakat tani di negara - negara Asia Pasifik. Pertanaman kelapa di Indonesia

mencapai luas 3.759.397 ha. Sekitar 92,40% diantaranya berupa kelapa dalam

yang diusahakan sebagai perkebunan rakyat, sedangkan kelapa hibrida baru

sekitar 4%. Oleh karena itu Indonesia disebut sebagai negara produsen kelapa

kedua setelah Philipina, tentu dilihat dari segi total areal maupun potensi

produksinya (Putri, 2010).

Kelapa (Cocos nucifera L.) termasuk dalam genus Cocos dan dapat tumbuh dengan mudah di daerah tropis. Tanaman kelapa banyak ditemukan di

daerah pantai karena memerlukan kelembaban yang tinggi. Buah kelapa

berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar kepala manusia

(Tekpan, 2006). Komposisi buah kelapa terdiri dari sabut 30%, air 25%, daging

buah 30% dan tempurung 15% (Suhardiman, 1999).

Gambar 1. Komposisi buah kelapa

Ampas kelapa merupakan hasil samping pembuatan santan, daging buah

(2)

diperoleh hasil samping ampas kelapa (Putri, 2010). Dengan cara perasan,

diperoleh santan sedikit lebih daripada 50% berat daging buah kelapa parutan

mula-mula (Suhardikono, 1995).

Gambar 2. Alur perolehan ampas kelapa (Putri, 2010)

Gambar 3. Buah kelapa

Untuk pengolahan minyak kelapa cara basah, dari 100 butir kelapa

diperoleh ampas 19,50 kg. Ampas kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku

pembuatan tepung. Tepung ampas kelapa adalah tepung yang diperoleh dengan

cara menghaluskan daging ampas kelapa (Yulvianti et al., 2015). Parutan daging buah kelapa

Ditambah air

Diperas hingga keluar santan

(3)

Hasil analisa yang dilakukan oleh Miskiyah et al. (2006), menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar protein ampas kelapa setelah fermentasi dari

11,35% menjadi 26,09% atau sebesar 130% dan penurunan kadar lemak sebesar

11,39%. Kecernaan bahan kering dan bahan organik meningkat masing-masing

dari 78,99% dan 98,19% menjadi 95,1% dan 98,82%.

Ampas kelapa mempunyai kandungan protein kasar 4,89% dan serat kasar

28,72%, selulosa, hemiselulosa dan lignin yang merupakan fraksi utama dari

dinding sel tanaman dan tergolong ke dalam senyawa polisakarida

(Hidayati, 2011).

Karakteristik dan Potensi Ternak Kelinci

Kelinci mulai dikenal sebagai ternak alternatif penghasil daging karena

keunggulan reproduksi yang tinggi, pertumbuhan yang baik dan mampu

beradaptasi dengan pakan lokal. Selain itu, kualitas daging yang dicerminkan

dengan kandungan nutrisi seperti protein yang tinggi dengan kandungan lemak

dan kolesterol rendah menjadikan daging kelinci sebagai daging sehat. Hal ini

mendorong perkembangan ternak kelinci menjadi ternak penghasil daging di

beberapa daerah sentra kelinci seperti Berastagi Medan, Lembang Bandung dan

Batu Malang serta daerah lainnya (Brahmantyo et al., 2014).

Ada beberapa keuntungan bila kelinci digunakan sebagai penghasil

daging. Pertama kemampuan kelinci baik sekali dalam mengubah pakan menjadi

daging dan tiap kilogram berat hidup kelinci akan menghasilkan daging yang

lebih banyak dibandingkan dengan jenis hewan lainnya. Kedua, kelinci mudah

dipelihara tanpa modal atau peralatan yang besar nilainya

(4)

Daging kelinci memiliki kadar gizi yang tinggi yaitu protein sebesar

20,8% dan lemak yang rendah sebesar 10,2% dibandingkan dengan ternak lain

seperti yang tertera dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kadar gizi daging kelinci dibandingkan ternak lainnya

Jenis Ternak Protein (%) Lemak (%) Kadar Air (%) Kalori (%) anak betina dijadikan induk, maka dari 100 induk betina pada akhir tahun kedua,

dapat dihasilkan 90.000 ekor kelinci pada berbagai tingkat umur, dan lebih dari 60

persen berumur kurang dari 1 bulan (Yurmiaty, 2005).

Rex (ermine rex) merupakan jenis kelinci baru. Rex mulai dikenal di Amerika Serikat sejak tahun 1980-an, sebagai binatang kontes. Awalnya, kelinci

ini adalah jenis kelinci hias karena memiliki bulu yang sangat halus seperti

beludru, apalagi jika dipelihara di lingkungan yang bersuhu sekitar 5-15oC. Warna

(5)

pedaging karena rasa dagingnya sangat lezat. Kelinci ini mempunyai postur

tubuh yang bongsor. Bobot hidupnya rata-rata mencapai 5 kg

(Masanto dan Agus, 2010). Selain penghasil fur kelinci rex dapat juga

dimanfaatkan sebagai penghasil daging dengan berat potong 2,5 – 3 kg

(Yurmiaty, 2005).

Tabel 2. Produksi dan reproduksi kelinci Rex

Data Keterangan

Lama penyapihan 6-8 minggu

Umur dewasa kelamin 2 bulan

Umur dewasa tubuh 4 bulan

Lama bunting 29-32 hari

Lama produksi 1-3 tahun

Bobot dewasa 2,7-3,6 kg

Sumber : Kartadisastra (1997)

Gambar 4. Kelinci Rex Kebutuhan Pakan dan Nutrisi Ternak Kelinci

Semua makhluk hidup termasuk kelinci mengalami pertumbuhan fisik.

Untuk menunjang pertumbuhan tersebut, diperlukan asupan gizi yang seimbang.

Zat gizi yang diperlukan kelinci di antaranya protein, karbohidrat, lemak, vitamin,

serat kasar, mineral dan air. Zat-zat tersebut terdapat di dalam berbagai jenis

pakan kelinci seperti hijauan atau sayuran, rumput, konsentrat dan pelet

(6)

Pakan kelinci pada umumnya berupa umbi-umbian dan sayur-mayur serta

tumbuhan lain. Kelinci merupakan hewan herbivora yang rakus. Hewan yang satu

ini tidak mengenal kata kenyang. Pasalnya, setiap makanan yang diberikan seperti

sayuran, rumput, umbi, biji-bijian, dan pelet pasti segera dilahapnya. Meskipun

demikian, tetap harus memberi makanan kelinci secara teratur sesuai pola

pemberian pakan. Pakan yang diberikan pun harus dipilih dan diperhitungkan agar

kelinci tidak mengalami gangguan pencernaan (Priyatna, 2011).

Untuk mendukung kecukupan gizi yang seimbang pemberian hijauan

seimbang pemberian hijauan perlu diimbangi dengan konsentrat. Pada peternakan

kelinci intensif hijauan diberikan 60-80%, sisanya konsentrat. Ada juga yang

memberikan 60% konsentrat dan sisanya hijauan ( Sarwono, 2007).

Tabel 3. Kebutuhan zat gizi pakan pada kelinci

Status Kebutuhan gizi (%)

Jumlah pakan yang diberikan harus memenuhi jumlah yang dibutuhkan

oleh kelinci sesuai dengan tingkat umur/bobot badan kelinci. Pemberian pakan

ditentukan berdasarkan kebutuhan bahan kering. Jumlah pemberian pakan

bervariasi bergantung pada periode pemeliharaan dan dan bobot badan kelinci.

Kebutuhan bahan kering pakan berdasarkan periode pemeliharaan berturut-turut

muda bobot badan 1,8−3,2 kg (112−173 g/ekor/hari), dewasa bobot badan

2,3−6,8 kg (92−204 g/ekor/hari), induk bunting bobot badan 2,3−6,8 kg

(115−251 g/ekor/hari) dan induk menyusui dengan 7 anak bobot badan 4,5 kg

(7)

Sistem Pencernaan Kelinci

Sistem pencernaan kelinci dapat dibandingkan dengan kuda. Sistem itu

merupakan sistem pencernaan yang sederhana dengan caecum dan usus yang besar. Hal ini memungkinkan kelinci dapat makan dan memanfaatkan

bahan-bahan hijauan, rumput dan sejenisnya. Bahan-bahan-bahan itu dicerna oleh bakteri di

saluran cerna bagian bawah seperti yang terjadi pada saluran cerna kuda

(Blakely and Bade, 1998).

Kelinci termasuk jenis ternak pseudo-ruminant, yaitu herbivora yang tidak dapat mencerna serat-serat dengan baik. Binatang ini memfermentasi pakan di

usus belakangnya. Fermentasi hanya terjadi di caecum, yaitu bagian pertama dari usus besar. Kapasitas terbesar (50%) dari saluran pencernaan kelinci berada disini

(Masanto dan Agus, 2010).

Tidak seperti halnya hewan mamalia yang lain, kelinci mempunyai

kebiasaan memakan feses yang sudah dikeluarkan. Sifat ini disebut coprophagy. Keadaan ini sangat umum terjadi pada kelinci dan hal ini terjadi berdasar pada

konstruksi saluran pencernaannya. Sifat coprophagy biasanya terjadi pada malam atau pagi hari berikutnya. Feses yang berwarna hijau muda dan konsistensi

lembek itu dimakan lagi oleh kelinci. Feses yang dikeluarkan pada siang hari dan

telah berwarna coklat serta mengeras, tidak dimakan. Hal ini memungkinkan

kelinci itu memanfaatkan secara penuh pencernaan bakteri di saluran bagian

bawah, yaitu mengkonversi protein asal hijauan menjadi protein bakteri yang

berkualitas tinggi, mensintesis vitamin B dan memecahkan selulose atau serat

(8)

Gambar 5. Sistem pencernaan kelinci

Fermentasi

Fermentasi bahan pangan adalah sebagai hasil kegiatan beberapa jenis

mikroorganisme baik bakteri, khamir, dan kapang. Mikroorganisme yang

memfermentasi bahan pangan dapat menghasilkan perubahan yang

menguntungkan (produk-produk fermentasi yang diinginkan) dan perubahan yang

merugikan (kerusakan bahan pangan). Dari mikroorganisme yang memfermentasi

bahan pangan, yang paling penting adalah bakteri pembentuk asam laktat, asam

asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alkohol (Suprihatin, 2010). Selama

proses fermentasi mikroba akan mengeluarkan enzim dimana enzim tersebut

adalah protein dan mikroba itu sendiri juga merupakan sumber protein sel tunggal

(Howard et al., 2003).

Dalam industri fermentasi diperlukan substrat yang murah, mudah tersedia

(9)

substrat untuk fermentasi adalah tersedia dan mudah didapat, sifat fermentasi,

harga dan faktor harga (Suprihatin, 2010).

Enzim selulase termasuk sistem multienzim yang terdiri dari tiga

komponen yaitu endoglukanase, yang mengurai polimer selulosa secara random

untuk menghasilkan oligodekstrin dengan panjang rantai yang bervariasi,

eksoglukanase yang mengurai selulosa dari ujung pereduksi dan non-pereduksi

untuk menghasilkan selulosa ikatan pendek atau selobiosa, dan β-glukosidase

yang mengurai selobiosa untuk menghasilkan glukosa (Ikram et al., 2005).

Gambar 6. Proses pemecahan selulosa

Lipase merupakan kelompok enzim yang secara umum berfungsi dalam

hidrolisis lemak, mono-, di-, dan trigliserida untuk menghasilkan asam lemak

bebas dan gliserol. Enzim lipase merupakan enzim yang dapat menghidrolisis

rantai panjang trigliserida. Enzim ini memiliki potensi untuk digunakan

(10)

Gambar 7. Pemecahan trigliserida oleh enzim lipase

Tabel 4. Kandungan kimiawi ampas kelapa tanpa fermentasi dan dengan fermentasi kapang Aspergillus niger dan ragi tape

Zat Nutrisi

Sumber : Laboratorium Pengujian Mutu Pakan Loka Penelitian Kambing Potong (2016)

Aspergillus niger

Aspergilus niger adalah kapang anggota genus Arpergillus, family

Eurotiaceae, ordo Eutiales, subclass Plectomycetetidae, kelas ascomycetes, subdivisi ascomycotina dan divisi amastigmycota. Aspergillus niger dalam pertumbuhannya berhubungan langsung dengan zat makanan yang terdapat dalam

medium. Aspergillus niger menghasilkan beberapa enzim ekstraseluler seperti

amylase, amiloglukosidase, pektinase, selulase, katalase dan glukosidase

(Hardjo, et al., 1998). Lehninger (1991) menambahkan Aspergillus niger

menghasilkan enzim urease yang memecahkan urea menjadi asam amino dan CO2

yang selanjutnya digunakan untuk pembentuk asam amino.

(11)

– 370C. Kisaran pH antara 2,0-8,5 dengan pH optimum antara 5,0-0,7 dan

membutuhkan kadar air media antara 65-70%. Aspergillus niger mempunyai cirri yaitu berupa benang tunggal yang disebut hifa berupa kumpulan

benang-benang padat menjadi suatu bahan yang disebut miselium, tidak mempunyai

klorofil dan hidupnya heterotrof serta berkembang biak secara vegetative dan

generative (Fardiaz, 1989).

Pada proses fermentasi terjadi reaksi dimana senyawa komplek diubah

menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim dari

mikroorganisme. Miskiyah et al. (2006) melakukan penelitian ampas kelapa dengan Aspergillus niger dapat meningkatkan protein sebanyak 130% lemak turun 11,39%.

Hasil penelitian Muhsafaat et al. (2015) menunjukkan bahwa ampas sagu yang difermentasi Aspergillus niger dengan penambahan urea dan zeolit mengalami peningkatan protein dari 1,39% menjadi 15,49% dengan penambahan

urea dan zeolit masing-masing 5% dari bahan kering ampas sagu.

Semakin tinggi populasi Aspergillus niger akan menghasilkan besaran enzim selulase yang semakin tinggi pula sehingga kuantitas serat kasar yang

dirombak oleh enzim selulase semakin tinggi (Laskin dan Hubert, 1973). Enzim

selulase yang akan mengubah serat kasar (selulosa) menjadi molekul yang lebih

sederhana sehingga tidak lagi sebagai polisakarida (Wardani, 2014).

Enzim lipase yang dihasilkan A.niger dapat memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol, kemudian asam lemak dan gliserol digunakan oleh A.niger

(12)

Ragi Tape

Ragi tape adalah produksi rumah tangga berbentuk bolus dengan diameter

1,5 sampai 2,5 cm. Penggunaan ragi tape menyebabkan bakteri dan

mikroorganisme yang bersifat toksik akan kalah dengan berkembangnya

mikroorganisme pada ragi tape (Dradjat et al., 2013).

Ragi tape adalah suatu bahan yang dapat berperan sebagai probiotik yang

terdiri dari inokulum padat yang mengandung berbagai jenis kapang, khamir dan

bakteri. Walaupun telah terisolasi berbagai mikroba di dalam ragi tape tetapi telah

diketahui jenis yang dominan adalah Aspergillus niger dari jenis kapang dan

Sacharomyces cereviceae dari jenis khamir. Dalam proses fermentasi Aspergillus niger dapat mensekresi enzim selulase yang berfungsi mencerna serat kasar, sedangkan Sacharomyces cereviceae berperan menfermentasi glukosa menjadi alkohol (Filawati, 2008).

Ragi tape terdiri dari kapang (Rhizopus oryzae, Mucor), khamir (Sacharomyces cerevisiae, Sacharomyces verdomanni, Candida utilis) dan bakteri (Pediococcus sp.dan Bacillus sp.) (Gandjar, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati et al. (2013), memperoleh bahwa kadar protein meningkat selama proses fermentasi oleh ragi tape yaitu dari 3,99%

menjadi 4,95% yang disebabkan adanya aktivitas mikroorganisme optimal

melakukan pemecahan karbohidrat pada kulit singkong.

Teknologi Pakan Berbentuk Pelet

Ransum bentuk pelet dapat meningkatkan konsumsi pakan ternak,

mengurangi jumlah pakan yang terbuang, membuat pakan lebih homogen, dapat

(13)

penyimpanan, mempermudah pengangkutan dan menjamin keseimbangan zat

nutrisi pakan yang terkandung dalam komposisi pakan (Suryanagara, 2006).

Proses pembuatan pelet dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: 1) pengolahan

pendahuluan meliputi pencacahan, pengeringan, dan penggilingan, 2) pembuatan

pelet meliputi pencetakan, pendinginan, dan pengeringan, dan 3) perlakuan akhir

meliputi sortasi, pengepakan dan penggudangan. Tujuan pembuatan pakan dalam

bentuk pelet adalah untuk meringkas volume bahan, sehingga mudah

dalam proses pemindahan, dan menurunkan biaya pengangkutan

(Tjokroadikoesoemo, 1986).

Semakin halus ukuran partikel bahan yang akan dicetak, semakin kuat

pelet yang akan dihasilkan. Semakin halus ukuran partikel tersebut, semakin luas

juga permukaan kontak antar partikel sehingga ikatan yang terbentuk semakin

kuat (Suryanagara, 2006).

Bobot Potong

Bobot potong merupakan bobot hidup akhir seekor ternak sebelum

dipotong/disembelih. Semakin tinggi bobot sapih pada seekor ternak maka

semakin tinggi pula bobot potong. Bobot potong yang tinggi akan menghasilkan

bobot karkas yang tinggi pula. Semakin tinggi bobot potong maka semakin tinggi

persentase bobot karkasnya. Hal ini disebabkan proporsi bagian-bagian tubuh

yang menghasilkan daging akan bertambah selaras dengan ukuran bobot tubuh

(Muryanto dan Prawirodigdo, 1993).

Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakan

(14)

semakin tinggi akan mengakibatkan kenaikan konsumsi protein sehingga

pertumbuhan ternak semakin baik dan akan meningkatkan bobot potong yang

dihasilkan. Pada peningkatan bobot berat terdapat indikasi kegemukan, persentase

lemak, lemak ginjal dan lemak pelvis meningkat (Subekti, 2007).

Sebelum penyembelihan dilakukan, sebaiknya dilakukan starving yaitu perlakuan terhadap kelinci, dimana kelinci tersebut tidak diberi pakan selama 6-10

jam. Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mengosongkan usus yang akan

menentukan besarnya persentase karkas. Perlu diperhatikan bahwa untuk

mencegah terjadinya dehidrasi dan penurunan berat badan khususnya pada daerah

tropis, maka selama perlakuan ini kelinci harus mendapatkan air minum yang

cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Penyembelihan pada kelinci prinsipnya

adalah sama dengan ternak lainnya yakni memutuskan saluran darah balik (Vena jugularis) pada bagian antara kepala dan leher untuk menghasilkan daging dan kulit yang berkualitas tinggi (Kartadisastra, 1997).

Karkas dan Persentase Bobot Karkas

Karkas pada ternak kelinci adalah bagian tubuh yang sudah disembelih

dipisahkan kepala, jari sampai pergelangan kaki, kulit, ekor, jeroan (usus, jantung,

hati dan ginjal) (Kartadisastra, 1998). Karkas terdiri atas tiga jaringan utama yaitu

tulang, daging, dan lemak (Soeparno, 1994). Distribusi lemak sangat

mempengaruhi proporsi jaringan otot karkas sebab proporsi daging dan tulang

akan berkurang sedangkan komponen lemak bertambah dengan meningkatnya

bobot karkas (Seebeck dan Tulloh, 1968). Ransum yang dikonsumsi oleh ternak

diasimilasikan untuk perbaikan dan sintesa jaringan baru atau produksi daging

(15)

Persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dan bobot

hidup yang mempunyai faktor penting dalam produksi ternak potong sebenarnya,

karena dalam bobot hidup masih terdapat saluran pencernaan dan organ dalam

yang beratnya untuk masing-masing ternak berbeda. Persentase karkas

dipengaruhi oleh bertambahnya umur serta bobot hidup dan akan diikuti dengan

peningkatan bobot karkas yang dihasilkan, selain itu persentase karkas juga

dipengaruhi oleh umur potong dan jenis kelamin (Soeparno, 1994).

Faktor yang mempengaruhi persentase karkas adalah umur potong dan

jenis kelamin. Kelinci jantan umur 5 bulan menghasilkan karkas sebesar 46% dan

betina 44%. Kelinci jantan umur 8 bulan menghasilkan karkas sebesar 50% dan

betina 55%. Seekor kelinci jantan dapat menghasilkan karkas sebanyak 43-52%

dan betina 50-59% dari berat hidupnya (Farel dan Raharjo, 1984).

Lemak Abdominal

Komposisi pakan merupakan faktor yang mempengaruhi kandungan lemak

tubuh. Pembentukan lemak abdominal terjadi karena adanya kelebihan energi

yang dikonsumsi. Energi yang digunakan tubuh umumnya berasal dari

karbohidrat dalam tubuh mampu memproduksi lemak tubuh yang disimpan di

sekeliling organ dalam dan di bawah kulit (Setiawan dan Sujana, 2009). Lemak

abdominal merupakan kombinasi lemak abdomen dan lemak yang melekat pada

ampela. Lemak abdomen ini merupakan indikasi tidak efisien dalam pemanfaatan

ransum (Soeparno, 1994).

Pengukuran bobot lemak abdomen dilakukan dengan cara menimbang

(16)

Persentase lemak abdomen diperoleh dengan membandingkan bobot lemak

abdomen dengan bobot hidup dikalikan 100 (Witantra, 2011). Perlemakan

subkutan dan abdomen kelinci akan tinggi dengan bobot potong yang tinggi

(Brahmantiyo dan Raharjo (2009).

Lemak abdominal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan,

perkembangan dan kelebihan lemak akan menyebabkan kelebihan energi di dalam

tubuh yang tidak bisa dimanfaatkan dengan sempurna. Kelebihan lemak ini bisa

disebabkan beberapa faktor diantaranya pemberian pakan yang mengandung

Gambar

Gambar 1. Komposisi buah kelapa
Gambar 3. Buah kelapa
Tabel 1. Kadar gizi daging kelinci dibandingkan ternak lainnya
Gambar 4. Kelinci Rex
+5

Referensi

Dokumen terkait

dengan kelinci yang diberi pakan berupa butiran atau mash, hal ini dikarenakan ternak tidak mempunyai kemampuan untuk menyortir pakan sehingga. meningkatkan retensi makanan

dimana bobot potong dan bobot karkas kelinci yang diberi pakan bentuk pellet.. memiliki bobot yang lebih besar dibandingkan kelinci yang diberi

Tata Lakasana Pemberian Pakan untuk Menunjang Agribisnis Ternak Kelinci, Lokakarya Nasional Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Kelinci.. Balai Penelitian

Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan tepung ampas kelapa fermentas idengan ragi tape dapat meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan menurunkan

Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan ternak merupakan salah satu.. cara pemecahan masalah biaya tinggi pada

Performa Kelinci Potong Jantan Lokal Peranakan New Zeland WhiteYang Diberi Pakan Silase Atau Pelet Ransum Komplit.. Institut

dapat digunakan sebagai pakan alternatif dalam ransum kelinci rex karena akan meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan menurunkan.

Ditambahkan air kedalam molasses dengan perbandingan air dengan molases 1 : 5 kemudian aduk hingga merata.. Histogram konsumsi ransum kelinci (g/ekor/hari)