• Tidak ada hasil yang ditemukan

juknis penyaluran kur ekonomi kreatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "juknis penyaluran kur ekonomi kreatif"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii KATA PENGANTAR

Ekonomi kreatif Indonesia memiliki potensi besar untuk dapat menjadi salah satu sektor penggerak pertumbuhan ekonomi yang dapat mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil

dan makmur sesuai dengan visi pembangunan Indonesia hingga 2025 mendatang.

Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh kreativitas yang berasal dari pengetahuan dan ide yang dimiliki oleh manusia untuk mencari solusi kreatif dan inovatif terhadap permasalahan yang dihadapi. Dalam arti lain, kreativitas merupakan sumber daya terbarukan yang tidak akan habis. Jika SDM kreatif Indonesia yang jumlahnya besar dapat berkreasi dan menciptakan nilai tambah yang didukung oleh iklim yang kondusif maka akan tercipta kekuatan ekonomi yang mampu mendorong tercapainya visi pembangunan.

Iklim yang kondusif, salah satunya adalah melalui peran pemerintah untuk menyediakan kemudahan akses pembiayaan bagi pelaku ekonomi kreatif Indonesia, sehingga para pelaku ini dapat berkreasi dan berinovasi untuk menghasilkan karya untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan kesejahteraan lingkungannya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah No. 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat maka Badan Ekonomi Kreatif menyusun Petunjuk Teknis Fasilitasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ekonomi Kreatif. Petunjuk Teknis ini digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan penyaluran KUR yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan tentang ketersediaan akses pembiayaan khususnya pembiayaan perbankan bagi pelaku ekonomi kreatif.

Diharapkan kepada seluruh pemangku kepentingan sektor ekonomi kreatif di Pusat dan Daerah

dapat melaksanakan dan memanfaatkan Petunjuk Teknis ini untuk peningkatan dan perluasan pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

Jakarta, Februari 2018

(3)

iii

PERSYARATAN PENERIMA DAN ... 5

PROSEDUR DALAM MEMPEROLEH KUR ... 5

2.1 Persyaratan Penerima ... 5

2.2 Prosedur dalam memperoleh KUR ... 5

BAB III ... 7

GAMBARAN UMUM POTENSI PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) EKONOMI KREATIF ... 7

3.1 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Arsitektur ... 8

3.2 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Desain Interior ... 8

3.3 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Desain Komunikasi Visual ... 9

3.4 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Desain Produk ... 10

3.5 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Fotografi ... 10

3.6 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Penerbitan ... 11

BAB IV ... 13

PENYALUR KUR DAN BADAN EKONOMI KREATIF ... 13

4.1 Penyalur KUR ... 13

4.2 Badan Ekonomi Kreatif ... 14

BAB V ... 15

(4)

iv

PELAKSANAAN KUR EKONOMI KREATIF ... 15

5.1 Pemantauan ... 15

5.2 Pengendalian ... 15

5.3 Evaluasi ... 16

BAB VI ... 17

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan industri kreatif di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja, serta memiliki peranan penting dalam pemberdayaan sumber daya manusia. Berdasarkan survei Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) bekerjasama dengan BPS melakukan Survei Khusus Ekonomi Kreatif (SKEK) 2017, kontribusi PDB ekonomi kreatif pada tahun 2016 sebesar 922 trilyun rupiah. Nilai ini setara dengan 7,44% dari total perekonomian nasional. Potensi ekonomi kreatif yang besar ini juga terlihat dari nilai ekspor ekonomi kreatif sebesar US$ 19,9 M dengan jumlah tenaga kerja

yang terserap sebanyak 16,9 Juta yang setara dengan 14,3 % dari total penduduk bekerja yang ada di Indonesia.

Terlepas dari kontribusinya yang signifikan terhadap perekonomian nasional, upaya pengembangan industri kreatif di Indonesia juga memiliki tantangan tersendiri. Bekraf telah mengidentifikasi sedikitnya terdapat tujuh isu strategis yang menjadi potensi sekaligus tantangan yang perlu mendapat perhatian para pemangku kepentingan dalam pengembangan industri kreatif mendatang. Tujuh isu strategis dalam pengembangan industri kreatif meliputi:

1. Ketersediaan sumber daya manusia yang kreatif, professional dan kompetitif;

2. Ketersediaan sumber daya alam yang berkualitas, beragam, dan kompetitif serta ketersediaan sumber daya budaya yang dapat diakses secara mudah;

3. Ketersediaan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses dan kompetitif;

4. Ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan akomodatif;

5. Perluasan pasar bagi karya kreatif;

6. Perlindungan terhadap kekayaan inteltektual yang belum terjamin dan belum dapat dijadikan sebagai jaminan memperoleh pembiayaan

(6)

2 Tantangan mengenai ketersediaan pembiayaan yang sesuai, mudah diakses dan kompetitif dapat diatasi, salah satunya dengan Penyaluran KUR Ekonomi Kreatif. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu skema kredit/pembiayaan yang diberikan oleh perbankan dengan pola penjaminan, yang dilaksanakan atas kerjasama Pemerintah, Lembaga penjamin dan Perbankan, dengan imbal jasa penjaminan disediakan oleh Pemerintah. KUR ini dapat dimanfaatkan untuk membiayai semua usaha produktif termasuk sektor ekonomi kreatif yang layak (feasible) tetapi belum bankable dari aspek jaminan maupun agunan tambahan.

Oleh karena itu agar pemanfaatan KUR oleh sektor ekonomi kreatif berhasil dan berjalan lancar maka diperlukan Petunjuk Teknis Fasilitasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat sektor ekonomi kreatif. Petunjuk ini sebagai pedoman atau acuan pemangku kepentingan dan petugas pusat, provinsi dan kabupaten/kota serta menjadi referensi perbankan dalam

menyalurkan KUR ke sektor ekonomi kreatif.

1.2 Landasan Hukum

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan.

b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro.

d. Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015.

e. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan

Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

f. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor KEP-22/M.Ekon/10/2009 tentang Komite Kebijakan Penjaminan Kredit/pembiayaan Kepada

Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM-K).

(7)

3 Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 tahun 2015 tentang Organsasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif.

h. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

1.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan

Dalam rangka memberikan acuan bagi pemangku kepentingan di pusat dan daerah dalam penyaluran KUR sektor ekonomi kreatif dalam bentuk pedoman/petunjuk pelaksanaan bagi masing-masing pihak yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, serta pengawasan program KUR Ekonomi Kreatif, yang bertujuan:

a. Meningkatkan penyaluran kredit/ pembiayaan KUR kepada pelaku ekonomi kreatif baik untuk individu/perseorangan baik sendiri-sendiri maupun dalam Kelompok Usaha atau badan usaha yang melakukan usaha yang produktif (sesuai ketentuan Pasal 1 Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.

b. Meningkatkan daya saing UKM kreatif, membantu penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja, serta peningkatan nilai tambah pelaku di sektor ekonomi

kreatif.

Sasaran

a. Terlaksananya penyaluran KUR kepada pelaku ekonomi kreatif dan meningkatnya pelaku ekonomi kreatif yang memanfaatkan KUR.

(8)

4 1.4 Pengertian Umum

a. Penerima KUR sektor ekonomi kreatif adalah pelaku industri kreatif baik secara individu dan atau melalui kelompok usaha yaitu kelompok usaha dan pelaku industri

kreatif lainnya yang berusaha di bidang ekonomi kreatif.

b. Usaha kreatif adalah usaha industri kreatif yang meliputi 16 (enam belas) sub-sektor, yaitu: (1) aplikasi dan game developer, (2) arsitektur, (3) desain interior, (4) desain komunikasi visual, (5) desain produk, (6) fesyen, (7) film, animasi dan video, (8) fotografi, (9) kriya, (10) kuliner, (11) musik, (12) penerbitan, (13) periklanan, (14) seni pertunjukan, (15) seni rupa, (16) televisi dan radio.

c. Petunjuk Teknis ini merupakan panduan tambahan bagi Penyalur KUR yang akan menyalurkan pembiayaan KUR ke 6 (enam) subsektor Ekonomi Kreatif yaitu Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Desain Produk, Fotografi dan Penerbitan. Adapun penyaluran KUR Ekonomi Kreatif tidak terbatas pada 6 (enam) sub sektor yang dijelaskan dalam Juknis ini namun meliputi 16 (enam belas) sub sektor ekonomi kreatif.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup Pedoman Teknis KUR Ekonomi Kreatif dengan sistematika sebagai berikut:

1. Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, landasan hukum, tujuan dan sasaran, pengertian umum dan ruang lingkup.

2. Persyaratan Penerima dan prosedur dalam memperoleh KUR

3. Gambaran Umum Potensi Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Ekonomi Kreatif

4. Penyalur KUR dan Badan Ekonomi Kreatif

5. Pemantauan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan penyaluran KUR

(9)

5 BAB II

PERSYARATAN PENERIMA DAN

PROSEDUR DALAM MEMPEROLEH KUR

2.1 Persyaratan Penerima

1) Individu: Pelaku ekonomi kreatif dengan syarat:

(1) Wajib memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang dibuktikan dengan kartu identitas berupa e-KTP;

(2) Memiliki usaha di bidang ekonomi kreatif;

(3) Usahanya produktif dan layak (feasible) namun belum bankable.

2) Kelompok usaha, badan usaha, pelaku usaha ekonomi kreatif yang memiliki usaha di bidang ekonomi kreatif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3) Memiliki Surat Izin Usaha yang diterbitkan pemerintah setempat.

4) Ketentuan lain yang ditetapkan oleh Penyalur KUR.

2.2 Prosedur Dalam Memperoleh KUR

1) Badan Ekonomi Kreatif berkoordinasi dengan asosiasi sub sektor ekonomi kreatif untuk mendata pelaku ekonomi kreatif yang menjadi anggotanya yang memiliki potensi untuk menjadi calon-calon penerima KUR. Asosiasi akan memverifikasi data pelaku ekonomi kreatif yang berminat menjadi Penerima KUR.

2) Badan Ekonomi Kreatif akan menggugah data calon-calon penerima KUR yang telah didapatkan dari Asosiasi ke dalam Sistem Informasi Kredit Program (SIKP). Badan Ekonomi Kreatif juga dapat bekerja sama dengan Penyalur KUR untuk mengirimkan data calon-calon penerima KUR ekonomi kreatif agar dapat ditindaklanjuti oleh Penyalur KUR untuk diunggah ke SIKP.

(10)

6 4) Penerima KUR akan langsung berhubungan dengan Penyalur KUR untuk melakukan

penilaian kelayakan pembiayaan usaha dari Penerima KUR.

(11)

7 BAB III

GAMBARAN UMUM POTENSI PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT

(KUR) EKONOMI KREATIF

KUR untuk sektor ekonomi kreatif dilaksanakan dalam rangka mendukung pencapaian

target-target utama program Badan Ekonomi Kreatif, dari aspek pemenuhan permodalan guna mendorong pengembangan Rantai Nilai Produk Kreatif sesuai dengan Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Rantai Nilai Produk Kreatif

Berdasarkan Rantai Nilai Produk Kreatif tersebut, peran Badan Ekonomi Kreatif adalah di

bidang Produksi yaitu Akses Permodalan. Sub sektor ekonomi kreatif yang diampuh oleh Badan Ekonomi Kreatif sesuai dengan Peraturan Presiden No. 6 Juncto No. 72 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif, meliputi subsektor (1) Kuliner, (2) Kerajinan, (3) Fesyen, (4) Aplikasi dan Game Developer, (5) Arsitektur, (6) Desain Interior, (7) Desain Komunikasi Visual, (8) Desain Produk, (9) Film, Animasi dan Video, (10) Fotografi, (11) Musik, (12) Penerbitan, (13) Periklanan, (14) Senin Pertunjukan (15) Seni Rupa, (16) Televisi dan Radio.

(12)

8 Pemilihan sub sektor ini dengan mempertimbangkan struktur biaya dan profitabilitas dari masing-masing yang masih relatif dapat di-cover oleh besarannya nominal pembiayaan kredit usaha rakyat. Bekraf akan berusaha menambah jumlah sub sektor ekonomi kreatif yang dapat difasilitasi untuk memperoleh KUR ekonomi kreatif dengan mempertimbangkan skala usaha yang bersangkutan dan telah dibuat struktur biayanya. Penyaluran KUR ekonomi kreatif diberikan untuk sub sektor diatas dapat dirinci seperti dibawah ini:

3.1 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Arsitektur

a. Arsitektur didefinisikan sebagai wujud hasil penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni secara utuh dalam mengubah ruang dan lingkungan binaan sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang memenuhi kaidah fungsi, kaidah konstruksi, dan kaidah estetika serta mencakup faktor keselamatan, keamanan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan. (UU No. 6 Tahun 2017 tentang Arsitek)

b. Pembiayaan difokuskan pada aktivitas arsitektur yaitu kelompok yang mencakup kegiatan penyediaan jasa konsultasi arsitek, seperti jasa arsitektur perancangan gedung dan drafting, jasa arsitektur perencanaan perkotaan dan arsitektur landscape, jasa arsitektur pemugaran bangunan bersejarah, termasuk jasa inspeksi gedung dan bangunan (KBLI 71101).

c. Kelompok ini mencakup usaha jasa konsultasi arsitek (seperti: design bangunan, pengawasan konstruksi, perencanaan kota dan sebagainya) (Kode LBU 742000).

d. Pelaku ekonomi kreatif yang terdaftar di Ikatan Arsitek Indonesia

e. Penyalur KUR melakukan identifikasi kepada pelaku ekonomi kreatif Sub Sektor Arsitektur.

3.2 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Desain Interior

a. Desain interior didefinisikan sebagai proses pemecahan masalah objektif manusia dan lingkungan yang didasari kolaborasi ilmu dan kreativitas dengan menambahkan nilai-nilai termasuk nilai-nilai identitas budaya dan nilai-nilai tambah (added valued) baik secara ekonomis, fungsional, sosial, dan estetika sehingga dapat memberikan solusi subjektif.

(13)

9 perhiasan, furnitur dan karasteristik manusia, keamanan, pengenalan pasar dan efisien dekorasi interior lain serta barang mode lainnya seperti halnya barang pribadi atau rumah tangga; perancang industrial, yaitu penciptaan dan pengembangan desain dan spesifikasi yang mengoptimalkan penggunaan, nilai dan tampilan produk, termasuk penentuan akhir permukaan produk, pendekatan kepada kebutuhan dan dalam produksi, distribusi, penggunaan dan produksi; kegiatan perancangan grafis, kegiatan desainer interior dan kegiatan dekorator interior (KBLI 74100).

c. Kelompok ini mencakup dekorasi interior untuk penyelesaian konstruksi gedung (Kode LBU 454000).

d. Pelaku ekonomi kreatif merupakan anggota komunitas/asosiasi desain interior di Indonesia.

e. Penyalur KUR melakukan identifikasi kepada pelaku ekonomi kreatif sub sektor desain interior.

3.3 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Desain Komunikasi Visual

a. Desain komunikasi visual didefinisikan sebagai proses desain yang tujuan utamanya adalah menyampaikan gagasan atau ide yang menggunakan bantuan visual.

b.Pembiayaan KUR difokuskan pada aktivitas perancangan khusus yaitu kegiatan yang mencakup penyediaan jasa perancangan khusus, seperti perancangan mode yang berhubungan dengan tekstil, pakaian jadi, sepatu, perhiasan, furnitur dan karasteristik manusia, keamanan, pengenalan pasar dan efisien dekorasi interior lain serta barang mode lainnya seperti halnya barang pribadi atau rumah tangga; perancang industrial, yaitu penciptaan dan pengembangan desain dan spesifikasi yang mengoptimalkan penggunaan, nilai dan tampilan produk, termasuk penentuan akhir permukaan produk, pendekatan kepada kebutuhan dan dalam produksi, distribusi, penggunaan dan

produksi; kegiatan perancangan grafis, kegiatan desainer interior dan kegiatan dekorator interior (KBLI 74100).

c. Kelompok ini mencakup kegiatan lainnya yang berkaitan dengan komputer. (Kode LBU 729000).

(14)

10 e.Penyalur KUR melakukan identifikasi kepada pelaku ekonomi kreatif sub sektor desain

komunikasi visual.

3.4 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Desain Produk

a. Desain produk merupakan suatu alat manajemen untuk menerjemahkan hasil kegiatan penelitian dan pengembangan suatu poduk yang dilakukan sebelum menjadi rancangan yang nyata yang akan diproduksi dan dijual.

b. Pembiayaan KUR difokuskan pada kelompok jasa pengepakan yang mencakup usaha jasa pengepakan atas dasar balas jasa (fee) atau kontrak, baik menggunakan atau tidak suatu proses otomatis. Termasuk pembotolan minuman dan makanan, pengemasan benda padat (blister packaging, pembungkusan dengan alumunium foil, dan lain-lain), pengemasan obat dan bahan obat-obatan, pelabelan, pembubuhan perangko dan pemberian cap, pengemasan parsel atau bingkisan dan pembungkusan hadiah. Termasuk pengalengan dan sejenisnya (KBLI 82920).

c. Kelompok ini mencakup usaha pembuatan segala macam kemasan dan kotak dari kertas/karton yang digunakan untuk pembungkus/pengepakan, termasuk juga pembuatan kotak untuk rokok dan barang-barang lainnya (Kode LBU 210200).

d. Pelaku ekonomi kreatif merupakan anggota komunitas/asosiasi desain produk di Indonesia.

e. Penyalur KUR melakukan identifikasi kepada pelaku ekonomi kreatif sektor desain komunikasi visual.

3.5 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Fotografi

a. Fotografi didefinisikan sebagai sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi citra dari suatu objek foto dengan menggunakan perangkat fotografi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja.

(15)

11 pernikahan, rapat dan lain-lain. Kegiatan lain adalah pemrosesan dan pencetakan hasil pemotretan tersebut, meliputi pencucian, pencetakan dan perbesaran dari negatif film atau cine-film yang diambil klien; laboratorium pencucian film dan pencetakan foto; photo shop (tempat cuci foto) satu jam (bukan bagian dari toko kamera); mounting slide dan penggandaan dan restoring atau pengubahan sedikit tranparasi dalam hubungannya dengan fotografi. Termasuk juga kegiatan jurnalis foto dan pembuatan mikrofilm dari dokumen (KBLI 74201).

c. Dalam 19 Sektor Ekonomi LBU, subsekstor fotografi ini termasuk dalam kategori sektor 11 (Jasa Perusahaan) yaitu jasa fotografi (Kode LBU 749000).

d. Pelaku ekonomi kreatif merupakan anggota komunitas/asosiasi fotografi di Indonesia. e. Penyalur KUR melakukan identifikasi kepada pelaku ekonomi kreatif sub sektor desain

komunikasi visual.

3.6 Sektor Ekonomi Kreatif Sub Sektor Penerbitan

a. Penerbitan didefinasikan sebagai suatu usaha/kegiatan mengelola informasi dan daya imajinasi untuk membuat konten kreatif yang memiliki keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, gambar dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi public, melalui media cetak, media elektronik ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, social ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi.

b. Pembiayaan KUR difokuskan pada kegiatan yang mencakup usaha penjilidan lembar cetakan, misalnya menjadi buku, brosur, majalah, katalog dan sebagainya, dengan melipat, memasang, menjahit, merekatkan, menyatukan, penjilidan dengan perekat, perapihan dan gold stamping; produksi composed type, plates atau cylinders, penjilidan

(16)

12 sebagainya; dan kegiatan grafis lainnya seperti die-sinking dan die-stamping, penggandaan huruf braille, pemukulan dan pengeboran, penyulaman timbul, pemvernisan dan pelapisan, penyisipan dan pelipatan (KBLI 18120).

c. Kelompok ini mencakup usaha penerbitan buku, brosur, buku musik, dan publikasi lainnya; penerbitan surat kabar, jurnal, tabloid dan majalah, penerbitan dalam media rekaman; industri penerbitan khusus dan industri penerbitan lainnya (Kode LBU 221000).

d. Pelaku ekonomi kreatif merupakan anggota komunitas/asosiasi penerbitan di Indonesia.

e. Penyalur KUR melakukan identifikasi dengan pelaku ekonomi kreatif sub sektor

(17)

13 BAB IV

PENYALUR KUR DAN BADAN EKONOMI KREATIF

4.1 Penyalur KUR

Penyalur KUR adalah lembaga keuangan atau koperasi yang ditunjuk untuk menyalurkan KUR. Lembaga Keuangan yang berhak menyalurkan KUR adalah lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip konvensional maupun syariah yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang otoritas jasa keuangan. Sedangkan koperasi adalah koperasi simpan pinjam (KSP) dan/atau koperasi simpan pinjam

pembiayaan syariah (KSPS) yang diawasi oleh Kementerian Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perkoperasian.

(18)

14 Penyalur KUR dapat berubah sewaktu-waktu menyesuaikan dengan Penetapan Penyalur Kredit Usaha Rakyat oleh Kementerian Koordinator Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menegah.

4.2 Badan Ekonomi Kreatif

Badan Ekonomi Kreatif dalam hal melaksanakan tugas dan fungsinya untuk meningkatkan akses pembiayaan KUR melalui perbankan kepada pelaku ekonomi kreatif mempunyai tugas :

1. Melakukan koordinasi dengan asosiasi dan pelaku ekonomi kreatif untuk mendata para pelaku ekonomi kreatif yang membutuhkan pembiayaan KUR untuk diunggah datanya ke dalam Sistem Informasi Kredit Program (SIKP).

2. Melakukan pembinaan dan pendampingan kepada pelaku ekonomi kreatif. Pembinaaan dan pendampingan ini ditunjukan untuk meningkatkan kapasitas pelaku agar layak mendapat pembiayaan KUR.

3. Berkoordinasi dengan perbankan Penyalur KUR untuk menetapkan target/sasaran penyalur KUR terhadap sub sektor ekonomi kreatif

4. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah yang membina pelaku ekonomi kreatif untuk 6 (enam) sub sektor diatas agar para pelaku ekonomi kreatif di deaerah mendapat kredit/pembiayaan KUR sesuai dengan ketentuan Penyalur KUR

5. Pembinaan dan pendampingan dalam pelaksanaan KUR dilakukan oleh Direktorat Akses Perbankan, Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif.

(19)

15 BAB V

PEMANTAUAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI

PELAKSANAAN KUR EKONOMI KREATIF

Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan KUR bagi pelaku ekonomi kreatif untuk 6 (enam) sub sektor diatas agar tepat sasaran maka diperlukan adanya pemantauan, pengendalian dan evaluasi secara periodik.

5.1 Pemantauan

Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan KUR ekonomi kreatif, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. Pemantauan pelaksanaan KUR ekonomi kreatif dilakukan terhadap perkembangan realisasi penyerapan dana KUR untuk

6 (enam) sub sektor yang meliputi Sub Sektor Arsitek, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Fotografi dan Penerbitan.

Realisasi penyerapan dana KUR ini diperoleh dari data perbankan khususnya Bank yang

sudah melaksanakan Nota Kesepahaman dengan Badan Ekonomi Kreatif. Dari data penyaluran KUR dapat dipantau perkembangan kredit/pembiayaan untuk ke enam sub sektor diatas. Pemantauan ini akan dilaporkan dalam waktu setiap 6 bulan.

5.2 Pengendalian

Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang

ditetapkan, untuk tercapainya tujuan dan sasaran KUR ekonomi kreatif yang tertuang dalam skema KUR dilakukan melalui kegiatan pengawasan. Pengawasan kegiatan KUR ekonomi kreatif akan dilakukan oleh Kedeputian Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif.

(20)

16 karakteristik dari masing-masing sub sektor ini sehingga Penyalur KUR dapat lebih memahami resiko dari masing-masing sub sektor tersebut diatas dan tidak enggan untuk menyalurkan KUR kepada para pelakunya.

5.3 Evaluasi

(21)

17 BAB VI

PENUTUP

Pedoman Teknis KUR sektor ekonomi kreatif di susun dalam rangka percepatan dan perluasan KUR Tahun 2018 yang menjadi salah satu tugas Badan Ekonomi Kreatif sesuai Surat Menko perekonomian Nomor 230/M.EKON/11/2015 tanggal 3 November 2015. Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi pemangku kepentingan baik di pusat dan daerah dalam pemanfaatan KUR untuk mendukung permodalan pelaku industri kreatif dalam melaksanakan usaha sektor ekonomi kreatif, dengan tujuan:

a. Meningkatkan penyaluran kredit/pembiayaan KUR kepada pelaku ekonomi kreatif baik untuk individu/perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha yang produktif

b. Membantu penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja, serta peningkatan nilai tambah pelaku di sektor ekonomi kreatif.

Adapun sasaran dari pedoman KUR Ekonomi Kreatif adalah:

a. Terlaksananya penyaluran KUR kepada pelaku ekonomi kreatif dan meningkatnya pelaku ekonomi kreatif yang memanfaatkan KUR.

b. Terpenuhinya modal bagi pelaku ekonomi kreatif dan peningkatan kapasitas pelaku ekonomi kreatif.

Agar pelaksanaan penyaluran KUR Ekonomi Kreatif sesuai dengan tujuan dan sasaran seperti yang direncanakan dengan “ciri khas” sentuhan ekonomi kreatif, maka Badan Ekonomi Kreatif melaksanakan kegiatan pembinaan dan pendampingan untuk peningkatan kompetensi baik teknis maupun administrasi bagi pelaku reatif yang menjadi Penerima KUR Ekonomi Kreatif.

(22)

18 LAMPIRAN STRUKTUR BIAYA DAN PROFITABILITAS

LAMPIRAN I : STRUKTUR BIAYA DAN PROFITABILITAS SUB SEKTOR BISNIS ARSITEKTUR

NO JENIS BIAYA KETERANGAN JUMLAH (Rp)

1 Belanja Modal

Awal 105,500,000

Total Belanja Modal 105,500,000

2 Biaya Operasional

1 Tahun 24,000,000

Total Biaya Operasional 1 Tahun 24,000,000

3 Target

Pendapatan 100,000,000

Total Target Pendapatan 100,000,000

4 Keuntungan(Laba) (Total Pendapatan –

Biaya Operasional) 76,000,000

Total Keuntungan 76,000,000 Marjin Keuntungan : 76%

5 BEP Target (Modal/Laba) 1.70 Tahun

6 ROA ((Laba/(Modal+Laba) 1

Total ROA 100%

7 ROE (Laba/Modal) 0.5868

(23)

19 LAMPIRAN II : STRUKTUR BIAYA DAN PROFITABILITAS BISNIS SUB SEKTOR DESAIN INTERIOR

Sub Sektor Desain Interior Murni

NO JENIS BIAYA KETERANGAN JUMLAH

1 Belanja Modal

Awal 77,500,000

Total Belanja Modal 77,500,000

2

Biaya Operasional 1

Tahun

80,600,000

Total Biaya Operasional 1 Tahun 80,600,000

3 Target

Pendapatan 240,000,000

Total Target Pendapatan 240,000,000

4 Keuntungan (Laba)

(Total Pendapatan – Biaya

Operasional) 159,400,000

Total Keuntungan 159,400,000 Marjin Keuntungan : 66.41%

5 BEP Target (Modal/Laba) 0.99 Tahun

6 ROA ((Laba/(Modal+Laba) 1

Total ROA 100%

7 ROE (Laba /Modal) 1.008

(24)

20 Sub Sektor Desain Interior Rancang Bangun

NO JENIS BIAYA KETERANGAN JUMLAH

1 Belanja Modal

Awal 107,500,000

Total Belanja Modal 107,500,000

2

Biaya Operasional 1

Tahun

121,560,000

Total Biaya Operasional 1 tahun 121,560,000

3 Target

Pendapatan 600,000,000

Total Target Pendapatan 600,000,000

4 Keuntungan (Laba)

(Target Pendapatan –

Biaya Operasional) 478,440,000

Total Keuntungan 478,440,000 Marjin Keuntungan : 79.74%

5 BEP Target (Modal/Laba) 0.48 Tahun

6 ROA ((Laba/(Modal+Laba) 1

Total ROA 100%

7 ROE (Laba /Modal) 2.088

(25)

21 LAMPIRAN III : STRUKTUR BIAYA DAN PROFITABILITAS SUB SEKTOR DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

NO JENIS BIAYA KETERANGAN JUMLAH (Rp)

1 Belanja Modal

Awal 164,500,000

Total Belanja Modal 164,500,000

2 Biaya Operasional

1 Tahun 350,000,000

Total Biaya Operasional 1 Tahun 350,000,000

3 Target

Pendapatan 600,000,000

Total Target Pendapatan 600,000,000

4 Keuntungan (Laba)

(Target Pendapatan –

Biaya Operasional) 250,000,000

Total Keuntungan 250,000,000 Marjin Keuntungan 41.6%

5 BEP Target (Modal/Laba) 2.058 Tahun

6 ROA ((Laba/Modal+Laba) 0.327

Total ROA 32.7%

7 ROE (Laba /Modal) 0.4912

(26)

22 LAMPIRAN IV : STRUKTUR BIAYA DAN PROFITABILITAS SUB SEKTOR DESAIN PRODUK

NO JENIS BIAYA KETERANGAN JUMLAH (Rp)

1 Belanja Modal Awal 25,300,000

Total Belanja Modal 25,300,000

2 Biaya Operasional

1 Tahun 225,550,000

Total Biaya Operasional 1 Tahun 225,550,000

3 Target

Pendapatan 570,000,000

Total Target Pendapatan 570,000,000

4 Keuntungan (Laba)

(Target Pendapatan –

Biaya Operasional) 344,450,000

Total Keuntungan 344,450,000 Marjin Keuntungan : 60.42%

5 BEP Target (Modal/Laba) 0.728 Tahun

6 ROA ((Laba/(Modal+Laba) 0.5802

Total ROA 58.02%

7 ROE (Laba /Modal) 1.37

(27)

23 LAMPIRAN V : STRUKTUR BIAYA DAN PROFITABILITAS SUB SEKTOR FOTOGRAFI

NO JENIS BIAYA KETERANGAN JUMLAH (Rp)

1 Belanja Modal

Awal 493,000,000

Total Belanja Modal 493,000,000

2

Biaya Operasional 1

Tahun

Biaya Mainpower +

Tenaga Kerja Ahli 186,600,000

Biaya Overhead +

Utilitas 159,500,000

Biaya Lain-lain 50,000,000

Total Biaya Operasional 1 Tahun 396,100,000

3 Target

Pendapatan 660,000,000

Total Target Pendapatan 660,000,000

4 Keuntungan (Laba)

(Target Pendapatan –

Biaya Operasional) 263,900,000

Total Keuntungan 263,900,000 Marjin Keuntungan : 39.98%

5 BEP Target (Modal/Laba) 3.37 Tahun

6 ROA ((Laba/(Modal+Laba) 0.422

Total ROA 42%

7 ROE (Laba/Modal) 0.2968

(28)

24 LAMPIRAN VI : STRUKTUR BIAYA DAN PROFITABILITAS SUB SEKTOR PENERBITAN

NO JENIS BIAYA KETERANGAN JUMLAH

1 Belanja Modal Peralatan Kerja 49,000,000

Total Belanja Modal Awal 49,000,000

2 Biaya

Operasional 1 Tahun

Biaya Mainpower &

Tenaga Kerja Ahli 336,500,000

Biaya Overhead &

utilitas 75,000,000

Biaya Lain-lain 140,000,000

Total Biaya Operasional 1 tahun 551,500,000

3 Target

Pendapatan 700,000,000

Total Target Pendapatan 700,000,000

4 Keuntungan (Laba)

(Target Pendapatan –

Biaya Operasional) 148,500,000

Total Keuntungan 148,500,000 Marjin Keuntungan : 21.21%

5 BEP Target (Modal/Laba) 4 Tahun

6 ROA ((Laba/(Modal+Laba) 1

Total ROA 20%

7 ROE (Laba/Modal) 0.247293922

(29)

25 LAMPIRAN VII : FORMAT ISIAN SISTEM INFORMASI KREDIT PROGRAM

(SIKP)

1. Nama Lengkap Sesuai KTP : ………

2. No. KTP : ………

3. Jenis Kelamin (L/K) : ………

4. Alamat : ………

5. Nama Usaha : ………

6. Alamat Usaha : ………

7. Jenis Usaha : ………

8. Nomor Telepon : ………

9. Email : ………

Gambar

Gambar 3.1. Rantai Nilai Produk Kreatif

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Motivasi Orang Tua terhadap Minat Baca Siswa Sekolah Menegah Pertama Negeri 2 Barru”, penulis merumuskan tiga pokok masalah,

Kelas PBL lebih dominan mendapatkan sumber informasi tentang konsep-konsep virus (ciri-ciri, cara reproduksi, pencegahan serta penularan dan pengobatan) dari

meningkatkan konflik manusia dan satwa (Susanto, 2012). Tumbuhan genus ini memiliki berbagai khasiat yang telah dikenal secara luas, sehingga pemanfaatan tumbuhan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual dengan media cetak, yaitu

Aplikasi ini hanya memuat materi sederhana dari Kasus Coronary Artery Bypass yang dapat dipelajari untuk user yang tertarik pada.

Berdasarkan situasi tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran pola kuman dan kepekaannya terhadap antibiotik pada pasien sepsis di RSMH Palembang periode 2017

Materi yang dibahas dalam produk pengembangan bahan ajar matematika untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik ini adalah bangun ruang sisi datar pada materi

UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA ANGGARAN/ BARANG (UAKPA/B) WILAYAH DANA DEKONSENTRASI/TUGAS PEMBANTUAN.. 1