• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM PEMBELAJARAN SAINS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM PEMBELAJARAN SAINS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL

DALAM PEMBELAJARAN SAINS

Firdaus

Jl. Kalibeber KM 3 Wonosobo, Jawa Tengah firdaus.1024@yahoo.com

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual dengan media cetak. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang menggunakan rancangan pretest-posttest group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MAN Yogyakarta II. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Nonprobability Purposive Sampling. Teknik pengujian prasyarat analisis menggunakan uji normalitas dan homogenitas, sedangkan teknik pengujian hipotesis menggunakan uji Two Independent Sample Kolmogrov-smirnov Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual dengan media cetak, yaitu peningkatan hasil belajar fisika siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual lebih baik daripada media cetak.

Kata kunci: media audio-visual, media cetak, hasil belajar siswa

PENDAHULUAN

Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, karena di sanalah tenaga kerja dididik dan dilatih. Apabila ingin memperbaiki sumber daya manusia (SDM) maka harus dilakukan pengembangan dan perbaikan dalam pendidikan. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional seperti melalui ceramah dengan bantuan media buku pelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang umum digunakan oleh para guru. Media cetak seperti buku memberikan banyak informasi tentang materi pelajaran, tetapi media cetak dianggap kurang memberikan penjelasan yang konkret sehingga materi sulit untuk diterima dan kurang dapat menimbulkan ketertarikan dan rasa ingin tahu siswa.

Dale (Arsyad, 2009: 10-11) mengemukakan bahwa metode ceramah dikelompokkan sebagai pengalaman

belajar yang paling abstrak dibanding pengalaman belajar lainnya. Lebih lanjut lagi Dale mengklasifikasi pengalaman belajar dari bentuk paling abstrak hingga yang paling kongkret yang dikenal dengan Dale's cone of experience. Pengalaman yang paling abstrak ialah pengalaman yang didapat siswa melalui lambang kata (verbal), diikuti dengan pengalaman melalui simbol visual, pengalaman melalui radio, slide, gambar bergerak, pameran dan museum, karya wisata, demonstrasi, partisipasi drama, observasi, dan pengalaman langsung pada tingkat yang paling konkret.

Namun tidak selamanya dalam proses belajar mengajar memungkinkan untuk memberikan siswa pengalaman langsung. Kunjungan ke pameran atau karyawisata hanya dapat dilakukan beberapa kali. Oleh karena itu, guru dapat menggunakan media yang dapat menampilkan gambar bergerak untuk menyiasati agar proses pengalaman tidak berada pada tingkat yang paling abstrak yakni pengalaman melalui

(2)

---( 47 )--- simbol verbal. Hal ini memberikan

pengalaman yang lebih konkret daripada metode ceramah, gambar, dan menggunakan radio.

Salah satu media yang dapat menampilkan gambar bergerak adalah media video. Menurut Leshin, et al. (Arsyad, 2009: 24) video yang dapat menghasilkan tayangan gambar bergerak sekaligus menghasilkan suara, diklasifikasikan sebagai media audio-visual. Tayangan video dapat menampilkan format pembesaran gambar atau zoom, sehingga dapat mengendalikan penayangan seperti mempercepat, memperlambat, memperbesar, menghentikan tayangan, atau mengulang-ulang tayangan yang dianggap perlu. Hal ini menjadikan media video sebagai pilihan alat bantu dalam proses belajar mengajar yang dapat dipergunakan setiap hari. Dale (Arsyad, 2009: 24) mengemukakan bahwa penggunaan media audio-visual dapat meningkatkan hasil belajar karena melibatkan imajinasi dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Sejalan dengan itu Sudjana & Rivai (2010: 3) menyatakan bahwa pembelajaran dengan media dan tanpa media memberikan hasil yang berbeda dalam hal proses dan hasil belajar siswa. Penggunaan media dalam pembelajaran sangat dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.

Salah satu pelajaran yang dipelajari di Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah pelajaran fisika. Objek kajian fisika sangat luas, yakni segala hal yang berkaitan dengan gejala-gejala alam. Akan tetapi, secara umum proses pembelajaran fisika masih disampaikan dengan metode konvensional. Hal ini mempengaruhi prestasi siswa masih rendah dan sebagian siswa merasa kurang berminat mempelajarinya. Melalui penggunaan media pembelajaran audio-visual berupa video,

siswa dimungkinkan untuk melihat suatu objek dalam keadaan bergerak dan bersuara. Pengukuran yang merupakan salah satu materi pada kelas X SMA biasanya hanya disampaikan dengan ceramah. Apabila materi disajikan melalui tayangan video, siswa dapat melihat langsung alat-alat yang digunakan dan proses penggunaan alat. Video dapat menayangkan sebuah intisari objek dan memecahkan masalah dalam pengajaran sains yang dapat dihadirkan di kelas.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti di MAN Yogyakarta II. Sekolah ini telah memiliki LCD yang diletakkan di ruang laboratorium dan LCD cadangan yang dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran dengan menggunaakan media video. Akan tetapi pada kenyataannya, penggunaan media video tersebut belum optimal. Para guru tetap mengajar secara verbal tanpa menggunakan media pembelajaran tersebut. Menurut pengakuan salah seorang guru fisika, sejak disediakannya LCD di setiap laboratorium, beliau belum pernah mengajar dengan bantuan media video tersebut dan tetap mengajar dengan metode konvensional. Beliau menambahkan bahwa penggunaan media video menimbulkan masalah kerepotan.

Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Koesnandar (2006), beberapa alasan guru tidak menggunakan media adalah karena mereka beranggapan menggunakan media itu repot, canggih, dan mahal, serta memerlukan persiapan. Hal ini menjadi masalah bagi guru yang tidak bisa mengoperasikan dengan lancar atau “gagap teknologi” dan takut menggunakan peralatan elektronik. Oleh karena itu, guru ingin memilih beban seminimal mungkin. Hal ini diperkuat adanya kecenderungan bagi guru untuk melakukan hal yang sederhana dalam

(3)

pelaksanaan tugas mengajar. Pernyataan ini terbukti dengan penggunaan metode ceramah monoton yang paling populer di kalangan guru dan memilih menggunakan papan tulis daripada menggunakan media video. Berdasarkan alasan-alasan tersebut media audio-visual yang telah disediakan tidak dipergunakan.

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual dengan media cetak. Audio-visual adalah media yang “audible” artinya dapat didengar dan media yang ”visible” artinya dapat dilihat. Audio-visual digunakan untuk membuat cara berkomunikasi dalam pengajaran, penerangan atau penyuluhan menjadi efektif. Jenis dari media audio-visual antara lain: gambar, foto, slide, model, pita kaset, tape recorder, film bersuara, dan televisi (Suleiman, 1988: 11). Sedangkan menurut Rinanto (1982: 21) Media audio-visual merupakan perpaduan yang saling mendukung antara gambar dan suara, yang mampu menggugah perasaan dan pemikiran bagi yang menonton. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media audio-visual merupakan media yang didalamnya terdapat unsur visual dan audio yang efektif digunakan dalam pembelajaran.

Suleiman (1988: 17-18) menjelaskan manfaat media audio-visual sebagai berikut. (1) Media audio-visual mempermudah orang menyampaikan dan menerima pelajaran atau informasi serta dapat menghindarkan salah pengertian. Perhatian yang semakin meluas dalam penggunaan media audio-visual telah mendorong bagi diadakannya banyak penyelidikan ilmiah mengenai tempat dan nilai media audio-visual tersebut dalam pendidikan. Penyelidikan itu telah membuktikan

bahwa media audio-visual jelas mempunyai nilai yang berharga dalam bidang pendidikan. Kata yang diucapkan, ditulis atau dicetak penuh dengan bahasa verbalisme, sehingga jika terdapat kata yang tidak jelas akan menimbulkan keragu-raguan. Siswa yang menerima pelajaran dapat lebih mudah menerima dan lebih cepat mengerti tentang apa yang dimaksud dengan melihat dan sekaligus mendengar. Keragu-raguan akan dapat dihindari secara efektif. (2) Media audio-visual mendorong keinginan untuk mengetahui lebih banyak. Dorongan adalah dasar bagi pemindahan suatu ide dari pemikiran seorang kepada orang lain. Media audio-visual memberi dorongan dan motivasi serta membangkitkan keinginan untuk mengetahui dan menyelidiki, yang akhirnya menjurus kepada pengertian yang lebih baik. (3) Media audio-visual mengekalkan pengertian yang didapat. Media audio-visual tidak saja menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang lebih singkat, akan tetapi apa yang diterima melalui media audio-visual lebih lama dan lebih baik tinggal dalam ingatan.

Media audio-visual merupakan media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan. Sedangkan media yang hanya melibatkan indera penglihatan saja disebut media visual (salah satunya media cetak). Media cetak merupakan media visual yang pembuatannya melalui proses pencetakan, printing atau offset. Media bahan cetak ini menyajikan pesannya melalui huruf dan gambar-gambar yang diilustrasikan untuk lebih memperjelas pesan atau informasi yang disajikan. Susilana & Riyan (2008: 14) membagi jenis-jenis media cetak sebagai berikut. (1) Buku teks merupakan buku tentang bidang studi atau ilmu tertentu yang disusun

(4)

---( 49 )--- untuk memudahkan para guru dan siswa

dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. (2) Modul merupakan suatu paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu dan didisain sedemikian rupa guna kepentingan belajar siswa. (3) Bahan pengajaran terprogram merupakan paket pengajaran program individual, hampir sama dengan modul. Perbedaan bahan pengajaran terprogram dengan modul, bahan pengajaran terprogram ini disesuaikan dalam topik-topik kecil untuk setiap halamannya.

Kemp, et al. (1985: 3-4) mengemukakan beberapa hasil penelitiannya bahwa penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai bagian cara utama pembelajaran secara langsung menunjukkan dampak positif, antara lain: penyampaian pelajaran lebih baku, pembelajaran lebih menarik dan interaktif, mempersingkat waktu pembelajaran, peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, dan meningkatkan kualitas hasil belajar dan sikap positif siswa. Dari hasil penelitian tersebut, hasil belajar yang merupakan salah satu tujuan utama dalam pembelajaran dapat ditingkatkan dengan pembelajaran menggunakan media.

Syah (2010: 139-140) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan taraf keberhasilan proses belajar mengajar. Alat ukur yang digunakan untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar mengajar atau program pengajaran disebut tes hasil belajar. Lebih lanjut lagi, Syah (2010: 129-136) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa sebagai berikut. (1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis. Kondisi fisik siswa dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Aspek psikologis

yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa adalah: tingkat kecerdasan (intelegensi siswa), sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, dan motivasi siswa. (2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial. Lingkungan sosial seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekolah. Lingkungan non-sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. (3) Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

METODE PENELITIAN Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAN Yogyakarta II. Waktu pelaksanaan disesuaikan dengan penyampaian materi pengukuran besaran panjang kelas X pada semester I tahun pelajaran 2011/2012.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X MAN Yogyakarta II tahun pelajaran 2011/2012. Populasi terdiri dari 6 kelas, yaitu XA, XB, XC, XD, XE, dan XF dengan total 218 siswa. Penentuan sampel kelas dilakukan dengan teknik nonprobability purposive sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 32 siswa untuk masing-masing kelas eksperimen-1 dan kelas eksperimen-2.

Variabel Penelitian

Variabel bebas adalah penerapan media pembelajaran (media audio-visual dan media cetak). Variabel terikat adalah peningkatan hasil belajar.

(5)

Variabel kontrol adalah guru yang mengajar, pokok bahasan yang diajarkan, evaluasi yang digunakan, kemampuan awal siswa, dan lama waktu penyampaian pelajaran.

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian pretest-posttest group design, seperti disajikan dalam tabel 1 berikut. Tabel 1. Desain penelitian dengan

metode eksperimen Kelompok Pretest Perlakuan

(Treatment) Posttest Eksperimen-1 Eksperimen-2 O1 O1 X1 X2 O2 O2 Keterangan:

O1 = Tes kemampuan awal (pretest) siswa sebelum diberi perlakuan. O2 = Tes hasil belajar (posttest) siswa

sesudah diberi perlakuan.

X1 = Proses pembelajaran fisika dengan media audio-visual.

X2 = Proses pembelajaran fisika dengan media cetak.

Instrumen Penelitian

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perangkat ini terdiri atas dua macam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu RPP penerapan pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual yang digunakan pada kelas eksperimen-1 dan RPP penerapan pembelajaran dengan menggunakan media cetak yang digunakan pada kelas eksperimen-2.

Tes Hasil Belajar

Penyusunan soal tes hasil belajar siswa didahului dengan pembentukan kisi-kisi soal. Kisi-kisi soal tes hasil belajar dikembangkan berdasarkan Taksonomi Bloom ranah kognitif yang sudah mengalami perbaikan oleh Anderson yaitu C1

(mengingat), C2 (mengerti), C3 (menerapkan), C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (berkreasi). Jumlah soal masing-masing sebanyak 20 soal. Pretest dan posttest dalam penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda yang telah disusun dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas serta dikonsultasikan dengan ahli dan guru mata pelajaran fisika di sekolah.

Media Audio-visual dan Media Cetak

Media Audio-visual disusun menggunakan program Ulead 11 dan macromedia flash 8. Media cetak disusun menggunakan Microsoft office publisher 2007. Kedua media tersebut divalidasi oleh ahli materi dan ahli media.

Uji Instrumen

Kelas XI merupakan kelas yang dipilih untuk melakukan uji instrumen, dengan asumsi kelas XI sudah pernah memperoleh materi pengukuran besaran panjang. Analisis yang diakukan pada instrumen antara lain validitas, reliabilitas, indeks kesukaran soal, dan alternatif jawaban.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan beberapa tahapan, seperti digambarkan pada bagan 1 berikut.

Penentuan Sampel

Kelas eksperimen-1 Kelas eksperimen-2

Pretest Posttest Pembelajaran dengan menggunakan media cetak Pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual

(6)

---( 51 )---

Teknik Analisis Data Uji Prasyarat

Dalam uji prasyarat, terdapat uji normalitas dan homogenitas yang diterapkan terhadap nilai pretest, posttest, dan peningkatan hasil belajar (standard gain). Uji normalitas dan homogentias menggunakan bantuan program SPSS 17.0.

Uji Hipotesis

Uji Hipotesis dilakukan dengan cara uji two independent sample kolmogrov-smirnov test satu pihak melalui program SPSS 17.0. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis pada taraf signifikansi 5% berdasarkan uji two independent sample kolmogrov-smirnov test dilihat dari taraf signifikansi p (Sig). Jika p < 0,05 maka H0 ditolak, demikian sebaliknya jika p >

0,05 maka H0 diterima.

Ho : Kelas yang menggunakan media audio-visual memiliki peningkatan hasil belajar yang sama baik dengan kelas yang menggunakan media cetak pada pokok bahasan pengukuran besaran panjang. Hi : Kelas yang menggunakan media

audio-visual memiliki peningkatan hasil belajar yang lebih baik daripada kelas yang menggunakan media cetak pada pokok bahasan pengukuran besaran panjang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data kemampuan awal fisika siswa (pretest), data hasil belajar fisika siswa (posttest), dan data peningkatan hasil belajar fisika siswa. Hasil kemampuan awal kogitif siswa (pretest) disajikan pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Data kemampuan awal siswa

Kelas Rerata Simpangan Baku Nilai Terend ah Tertinggi Eksperimen-1 37,03 10,99 20 60 Eksperimen-2 37,19 10,77 20 55 Hasil kemampuan akhir kogitif siswa (posttest) disajikan pada tabel 3 berikut. Tabel 3. Data kemampuan akhir siswa

Kelas Rerata Simpangan Baku

Nilai Terendah Tertinggi Eksperimen-1 83,12 11,27 55 100 Eksperimen-2 74,69 10,16 60 95 Berdasarkan data kemampuan awal siswa dan data kemampuan akhir siswa diperoleh data peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan ini dinyatakan dengan standard gain yang disajikan pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Rata-rata peningkatan nilai hasil belajar siswa

Kelas Standard Gain

Eksperimen-1 0,738 Eksperimen-2 0,599

Perhitungan uji prasyarat analisis meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Jika semua uji persyaratan analisis tersebut terpenuhi, maka analisis untuk pengujian hipotesis penelitian dengan two independent sample kolmogrov-smirnov test dapat dilakukan. Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan pada nilai UAN, pretest, posttest, dan standard gain. Analisis yang digunakan untuk uji normalitas adalah uji Satu Sampel Kolmogorov Smirnov (One Sample Kolmogorov Smirnov) dengan menggunakan SPSS 17.0. Hasil uji normalitas disajikan pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Hasil perhitungan uji normalitas

No Uji Normalitas Asymp.

Sig. (p) Keterangan

1 Nilai UAN 0,732 Distribusi normal

(7)

2 Pretest 0,163 Distribusi normal 3 Postest 0,162 Distribusi

normal 4 Standard Gain 0,883 Distribusi

normal

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. untuk nilai UAN, pretest, posttest, dan standard gain masing-masing > 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa semua data berdistrbusi dengan normal.

Uji homogenitas dilakukan pada nilai UAN, pretest, posttest, dan standard gain. Analisis statistik yang digunakan adalah uji-F dengan menggunakan SPSS 17.0. Hasil uji homogenitas disajikan pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Hasil perhitungan uji homogenitas No Uji Homogenitas Asymp. Sig. (p) Keterangan 1

Nilai UAN 0.866 varian homogen 2 Pretest 0.925 varian

homogen 3 Postest 0.622 varian

homogen 4 Standard Gain 0.880 varian

homogen

Dari Tabel 6 di atas, nilai signifikansi atau probabilitas dari uji-F masing-masing data memiliki nilai > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data nilai UAN, pretest, posttest, dan standard gain yang diuji memiliki varian yang homogen.

Pengujian hipotesis dilakukan pada nilai standard Gain (peningkatan hasil belajar). Hasil perhitungan two independent sample kolmogrov-smirnov test untuk kedua kelompok secara ringkas disajikan pada tabel 7 berikut.

Tabel 7. Hasil uji hipotesis standard gain

Standard_ gain

Most Extreme Differences Absolute .406

Positive .031

Negative -.406

Kolmogorov-Smirnov Z 1.625

Asymp. Sig. .010

Berdasarkan hasil perhitungan two independent sample kolmogrov-smirnov test pada tabel 7 dapat dilihat harga Asymp. Sig. untuk varian yang sama adalah 0,01. Karena taraf signifikansi p < 0,05 (0,01 < 0,05) yang berarti Ho ditolak atau Ha diterima. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelas yang menggunakan media audio-visual memiliki peningkatan hasil belajar yang lebih baik daripada kelas yang menggunakan media cetak pada pokok bahasan pengukuran besaran panjang.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan media audio-visual dengan media cetak. Sesuai dengan tujuan tersebut, maka penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, dengan menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen-1 dan kelas eksperimen-2. Perbedaan antara dua kelas ini terletak pada media pembelajaran yang digunakan. Kelas eksperimen-1 dengan menggunakan media audio-visual, sedangkan kelas eksperimen-2 menggunakan media cetak. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan sama yaitu metode oral. Pembagian kelompok terdiri dari 4-5 siswa setiap kelompoknya.

Kegiatan pembelajaran untuk kelas eksperimen-1 adalah menyaksikan video dengan durasi 18 menit, kemudian bersama temen kelompoknya melakukan diskusi yaitu membuat pertanyaan

(8)

---( 53 )--- terkait materi yang mereka belum

pahami yang ditampilkan dalam video. Kelas eksperimen-2 adalah membaca handout selama 18 menit, kemudian bersama temen kelompoknya melakukan diskusi yaitu membuat pertanyaan terkait materi yang belum mereka pahami yang terdapat dalam handout tersebut. Dalam diskusi kelas, semua kelompok mencari solusi atau jawaban terhadap pertanyaan yang dilontarkan oleh setiap kelompok. Setiap kelompok saling bersaing menjawab pertanyaan yang ada, hal ini membuat siswa bertambah semangat dalam belajar. Setelah akhir pembelajaran, kedua kelas sama-sama diberi evaluasi untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang dipelajari.

Dari data hasil penelitian, rata-rata nilai standard gain untuk kelas eksperimen-1 0,738 dan kelas eksperimen-2 0,599. Sesuai dengan kriteria standard gain (g) menurut Hake (2002: 3), peningkatan hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen-1 termasuk kategori tinggi, karena g > 0,70, sedangkan untuk kelas eksperimen-2 termasuk dalam kategori sedang, karena g terletak pada rentang antara 0,30 dan 0,70. Berdasarkan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat bahwa kelas eksperimen-1 lebih baik dari pada kelas eksperimen-2. Untuk memastikan adanya perbedaan antara kedua kelas maka dilakukan uji perbedaan atau uji two independent sample kolmogrov-smirnov test.

Dari hasil uji two independent sample kolmogrov-smirnov test yang telah dilakukan tampak bahwa hipotesis alternatif diterima atau dengan kata lain terdapat perbedaaan antara kelas 1 dengan kelas eksperimen-2 pada peningkatan hasil belajar fisika siswa dalam ranah kognitif. Kelas yang

mengikuti pembelajaran dengan media audio-visual lebih baik secara signifikan daripada kelas yang menggunakan media cetak.

Penerapan media audio-visual dalam kelas eksperimen-1 menyebabkan penyampaian pelajaran lebih baku, setiap siswa dapat melihat langsung jenis-jenis alat ukur panjang dan mengetahui bagaimana cara menggunakan alat tersebut dengan visualisasi gerak. Beda halnya dengan media cetak dalam kelas eksperimen-2, siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami apa yang disampaikan, karena dalam media cetak sulit menampilkan gambar bergerak. Pada pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual, siswa dapat mengamati gambar-gambar bergerak dengan dilengkapi suara sebagai penjelas dan memberikan pengalaman lebih yang nyata serta lebih banyak panca indera yang bekerja dibanding dengan media cetak, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dale (Arsyad, 2009: 24), mengemukakan bahwa dampak positif dari penggunaan media ialah keberadaan media pembelajaran khususnya media audio-visual dalam proses belajar mengajar dianggap dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar.

KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelas yang menggunakan media audio-visual memiliki peningkatan hasil belajar yang lebih baik dari pada kelas yang menggunakan media cetak pokok bahasan pengukuran besaran panjang. Ini berarti, media audio-visual dapat

(9)

digunakan sebagai salah satu alternatif media pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan hal-hal sebagai berikut. (1) Berdasarkan keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual dapat dijadikan referensi Guru mata pelajaran fisika untuk memilih alat bantu mengajar dalam upaya peningkatan hasil belajar. (2) Media audio-visual dapat dijadikan alternatif alat bantu mengajar dan penerapannya perlu dikembanghkan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran fisika dan membuat pembelajaran lebih menyenangkan. (3) Program yang digunakan untuk membuat media audio-visual lebih bervariasi sehingga media lebih menarik dan dapat memvisualisasikan gejala alam yang terkait dengan materi yang diajarkan. DAFTAR PUSTAKA

Arsyad,

A.

(2009).

Media

Pembelajaran

.

Jakarta:

RajaGrafindo Persada.

Hake, R. R. (2002, Agustus). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanics with Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Makalah disajikan dalam Physics Education Research Conference, di Boise, Idaho.

Kemp, J. E.

et al

. (1985).

Planning

and

Producing

Instructional

Media 5

th

. New York: Harper

and Row.

Koesnandar, A. (2006).

Guru Dan

Media

Pembelajaran.http://abdullahalaussi e.multiply.com/journal/item/604. Diakses 16-04-2011 pukul 20

.00

WIB.

Rinanto, A. (1982).

Peranan Media

Audio Visual Dalam Pendidikan

.

Yogyakarta: Yayasan Kanisius.

Sudjana, N. & Rivai, A. (2010).

Media Pengajaran

. Bandung:

Sinar Baru Algensindo.

Suleiman, A. H. (1988).

Media

Audio-Visual

.

Jakarta:

PT.

Gramedia.

Susilana, R. & Riyana, C. (2008).

Media Pembelajaran

. Bandung:

PT. RajaGrafindo Persada.

Syah,

M.

(2010).

Psikologi

Pendidikan dengan Pendekatan

Baru

.

Jakarta:

Remaja

Gambar

Gambar 1.  Diagram alur pengumpulan data
Tabel  6.  Hasil  perhitungan  uji  homogenitas  No  Uji  Homogenitas  Asymp. Sig. (p)  Keterangan  1

Referensi

Dokumen terkait

Sosialisasi politik, khususnya tentang pemilukada sangat penting dilakukan agar penyelenggaraan pemilukada dari waktu ke waktu semakin berkualitas. Bagaimanapun juga pemilu

 Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.  Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan

Parrawana khatam quran, Acara pappatammaq quran (khatam mengaji) dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Quran sekaligus menuntaskan dan mengesahkan bahwa anak dari

Any Arisanti1 dan IBK Bayangkara, 2016, Analisis Perbandingan Antara Rasio Keuangan dan Metode Economic Value Added Sebagai Pengukur Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan antara Kepribadian Model Lima Faktor dan perilaku berolahraga pada tim basket di Universitas Kristen

Skripsi ini berjudul “Analisis Kritik Sosial Pada Film Warkop DKI Reborn (Menggunakan Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough)”.. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

Density value shows the density of the compacted mixture and results from the ratio of the weight of a mixture to the weight of a unit volume of a mixture. The

Tempurung kelapa merupakan hasil samping dari komoditas kelapa.Di Yogyakarta dan sekitarnya banyak sekali ditumbuhi tanaman kelapa.Sejauh ini, pemanfaatan tanaman kelapa