• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jepang Sebagai Pemimpin Negara Maju di K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jepang Sebagai Pemimpin Negara Maju di K"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...2

BAB I ...3

1.1. Latar Belakang Masalah ...3

1.2. Rumusan Masalah ...4

1.3. Tujuan Penulisan ...4

1.4. Manfaat Penulisan ...4

1.5. Sistematika Penulisan ...5

BAB II ...6

Kerangka Teori ...6

2.1 Developmental State ...6

BAB III ...8

3.1. Pembangunan Ekonomi Jepang Pasca Perang Dunia Ke 2 ..……...………...8

3.2. Jepang Sebagai Pemimpin Negara Maju di Asia Pasifik Dalam Konsep Angsa Terbang (Flying Geese Formation) .………..……10

3.3. Alasan Jepang Mampu Menjadi Pemimpin di Kawasan Asia Pasifik …….,.12

BAB IV ...14

Kesimpulan ...14

DAFTAR PUSTAKA ...15 !

(2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Jepang merupakan salah satu negara yang dianggap paling sukses dalam

membangun perekonomiannya. Hal ini terbukti dari perjalanan panjang sejarah

pembangunan ekonomi Jepang yang terbagi menjadi dua bagian yakni: pada abad

kesembilan-belas (zaman restorasi meiji sebagai industrialisasi awal Jepang) sampai awal

Perang Dunia kedua, serta dari masa ‘pertumbuhan cepat’ (pasca Perang Dunia Kedua,

pada tahun 1950-an) sampai saat ini. Itu semua tentunya dapat menjadi bukti untuk

memperkuat posisi Jepang sebagai negara yang mampu untuk memajukan

perekonomiannya, terutama untuk masa setelah Perang Dunia kedua, dimana keadaaan

ekonomi Jepang dapat berubah secara drastis, dari negara yang miskin menjadi salah satu

negara yang memiliki kekuatan ekonomi besar di dunia, khususnya di wilayah Asia.1

Pembangunan ekonomi lah yang telah mengubah Jepang menjadi sebuah negara

modern dan maju, kadang-kadang dipandang sebagai sebuah gejala dari masa setelah

Perang Dunia kedua. Permulaannya dimulai sudah sejak beberapa tahun yang silam.

Diawali dari tahun 1868, yakni masa dilakukan perubahan politik yang penting, yang

dikenal sebagai Restorasi Meiji. Kemajuan ekonomi Jepang dimulai pada saat pergantian

kabinet PM. Kishi Nobusuke (1957-1960) ke kabinet PM Ikeda Hayato (1960-1964). PM

Ikeda mengambil kebijaksanaan untuk membangun jepang di bidang ekonomi setelah

hancurnya Negara akibat pemboman Hiroshima dan Nagasaki. Setelah Perang Dunia

kedua, Jepang harus membayar ganti rugi perang dan harus mengubah Undang-undang

Dasar Meiji menjadi Undang-Undang dasar yang melambangkan kedemokrasian sesuai

dengan tuntutan Amerika. Rakyat Jepang juga pada saat itu mengalami depresi karena

perekonomian yang tidak stabil dan demokrasi yang harus di terapkan oleh masyarakat

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 1!

(3)

Jepang terutama di bidang politik dan kepemerintahan.2

Yang membuat seluruh dunia kagum adalah kehebatan Jepang dalam penanganan

setelah peristiwa bom atom yang mengakibatkan kekalahan bagi Jepang pada Perang

Dunia kedua. Jepang tidak butuh waktu lama untuk segera bangkit dan menguasai

keadaan. Hanya dalam kurun waktu 30 tahun, jepang segera menjadi salah satu

jantung perekonomian dunia.

1.2.Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah penulis paparkan pada latar belakang penulisan, adapun

rumusan masalah penulisan makalah ini adalah : Bagaimana Jepang bisa menjadi

pemimpin negara-negara maju di kawasan Asia Pasifik? Dan alasan apa yang

melatarbelakangi Jepang sehingga bisa memimpin negara-negara maju di kawasan Asia

Pasifik?

Dan Makalah ini akan membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut secara mendetail

dan lebih mendalam.

1.3. Tujuan Pembahasan

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengantarkan pemahaman lebih lanjut

mengenai Pembangunan ekonomi Jepang pasca Perang Dunia kedua, lalu dilanjutkan

dengan Jepang Sebagai Pemimpin Negara Maju di Asia Pasifik Dalam Konsep Angsa

Terbang (Flying Geese Formation). Dan diharapkan melalui makalah ini, pembaca dapat

mengetahui alasan mengapa Jepang mampu menjadi pemimpin di kawasan Asia Pasifik.

1.4. Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan referensi lebih lanjut

bagi rekan-rekan mahasiswa, para akademisi, dan, atau pembaca yang lain dengan

memberikan informasi mengenai perkembangan ekonomi Jepang pasca perang dunia

kedua dan Jepang sebagai pemimpin negara-negara maju di Asia Pasifik dalam konsep

Angsa Terbang (flying Geese Formation). Diharapkan pula makalah ini dapat menambah

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 2!

(4)

pengetahuan perkembangan Jepang.

1.5. Sistematika Penulisan

BAB I

Pada bab pertama makalah ini akan berisi pendahuluan yang akan membahas

tentang latar belakang masalah yang akan di bahas, masalah-masalah yang akan

dijawab dalam pembahasan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat dari penulisan,

serta sistematika penulisan makalah ini.

BAB II

Pada bab kedua makalah ini akan berisi tentang kerangka teori yang berhubungan

dengan apa yang ada dalam pembahasan makalah ini.

BAB III

Berisikan Isi / Pembahasan dari makalah ini yang membahas tentang

Pembangunan ekonomi Jepang pasca Perang Dunia kedua, Jepang sebagai pemimpin

negara-negara maju di Asia Pasifik dalam konsep Angsa Terbang (flying Geese

Formation), dan alasan mengapa Jepang mampu menjadi pemimpin di kawasan Asia

Pasifik.

BAB IV

Pada bab keempat makalah ini akan berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil

dari semua pembahasan yang sudah dituliskan dalam makalah. Serta adanya pendapat

(5)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Teori Developmental State

Secara sederhana Developmental State merupakan teori yang menjelaskan

mengenai keikut-sertaan negara dalam proses pembangunan negaranya, terutama

pembangunan ekonominya. Pada dasarnya penggunaan terminologi ini ditujukan untuk

menjelaskan mengenai industrialisasi yang terjadi di negara-negara Asia Timur. Chalmers

Johnson menggunakan teori ini untuk menjelaskan mengenai keajaiban pembangunan

ekonomi Jepang pasca Perang Dunia kedua.3 Teori ini seringkali diposisikan diantara teori

sistem ekonomi liberal dengan sistem ekonomi terpusat, sehingga seringkali disebut

plan-rational capitalist system (sistem perencanaan kapitalis), yang memadukan peran

kepemilikan pribadi atau swasta (sebagai ciri khas dari ekonomi liberal) dengan peran

pemerintah, yang biasanya dalam bentuk arahan (guidence), serta penyediaan insentif

yang kuat kepada swasta (sebelum mereka mandiri).4

Teori ini berbeda dengan pandangan

neo-liberal yang mencoba untuk menghilangkan peranan negara dari arena ekononomi,

dimana pandangan ini menginginkan di privatisasinya ekonomi, dibebaskannya pasar dari

segala aturan yang ada, serta adanya pembukaan ekonomi nasional kepada investasi asing

maupun perdagangan internasional, serta penghapusan subsidi pemerintah atas anggaran

sosial dan kesejahteraan masyarakat.5

Teori ini pada dasarnya ‘berakar’ dari teori merkantilisme yang menekankan

perlunya intervensi negara di dalam mengatur ekonomi yang ada. Prussia dan Jepang di

era resotrasi Meiji merupakan contoh dua negara yang menggunakan teori Developmental

State sebagai model pembangunan ekonominya. Hal ini terlihat dengan kuatnya peran

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 3!

Ide Developmental State sangat erat dengan pandangan Chalmers Johnson, lihat: Chalmers Johnson, MITI and the Japanese Miracle: The Growth of Industry Policy 1925-1975, Stanford: Stanford University Press, 1982, hlm 23. Dikutip oleh Mark Beeson, “The Rise and Fall (?) of The Developmental State: The Vicissitudes and Implications of East Asian Interventionism”, hlm 1.

4!Henry S. Rowen (Ed.), Behind East Asian Growth: The Political and Social Foundations of Prosperity (London: Routledge, 1998), hlm. 78.

5!

Ronald H. Chilcote, Theories of Comparative Political Economy (Oxford: Westview Press, 2000), hlm. 153.

(6)

negara dalam mendesain dan menentukan langkah-langkah kemajuan (modernisasi) yang

harus dicapai negara tersebut, yang salah satu prinsipnya sekarang dikenal sebagai

intervensi negara atas pasar bebas yang ada, dengan contoh Asia Timur atau yang lebih

dikenal sekarang dengan sebutan Asia Pasifik, atau negara-negara welfare-state yang

terdapat di wilayah Eropa. Sejarah pembangunan Jepang sendiri memberikan contoh

bagaimana sebuah negara dapat memperkuat daya saing internasionalnya melalui

usaha-usaha yang disengaja oleh negara. Usaha tersebut bukan hanya diwujudkan sebatas

memelihara infant industries untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik, tetapi juga

dengan mengiring sekumpulan industri kepada suatu pertumbuhan dan kemajuan

teknologi yang menghasilkan peningkatan daya saing dalam ekonomi dunia.6

!

(7)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pembangunan Ekonomi Jepang Pasca Perang Dunia II.

Jepang merupakan negara Asia pertama yang berhasil melakukan proses

pembangunan ekonomi dengan cepat pasca kehancurannya pada Perang Dunia II.

Kebangkitan Jepang ini merupakan bentuk dari besarnya dukungan pemerintah dalam

ekonomi dan industrialisasi, atau lebih dikenal dengan sebutan Developmental State.7

Seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya, Developmental State menjadi

model pembangunan ala Jepang yang banyak ditiru oleh negara-negara Asia Tenggara,

antara lain Singapura, Laos, dan Malaysia. Singapura mempunyai ambisi besar untuk

belajar dari Jepang dalam membangun negaranya, bahkan, Perdana Menteri Singapura Lee

Kuan Yew menempatkan Jepang sebagai salah satu ”guru” bagi Singapura. Senada

dengan Singapura, Laos pun memiliki slogan ”Learn from Japan”, dan yang paling nyata

dalam meniru pola pembangunan Jepang adalah Malaysia. Pada era kepemimpinan

Perdana Menteri Mahathir Muhammad, Malaysia mempunyai kebijakan ”Look East”

untuk memperlihatkan sikap yang sangat pro dengan kebijakan pembangunan ala Jepang

sebagai upaya memperkuat industri domestik dan percepatan pertumbuhan ekonominya.8

Keberhasilan Developmental State Jepang digambarkan dalam suatu formasi angsa

terbang (flying geese), dimana Jepang berada pada posisi terdepan yang memimpin

perekonomian Asia melalui pemberian modal, transfer pengetahuan teknologi dan

managerial. Hubungan Jepang dengan negara-negara Asia Tenggara berlangsung sejak

lama. Setidaknya hubungan ini dapat dibagi menjadi empat fase. Pertama, fase perbaikan

(reparations). Fase ini ditandai adanya upaya Jepang melakukan pendekatan diplomasi

ekonomi dengan cara membayar kompensasi ke beberapa negara bekas jajahannya pada

periode 1952 sampai 1964. Kedua, fase pembangunan regional (regional development)

yang berlangsung pada 1965-1975. Setelah melakukan normalisasi hubungan

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 7!

Chalmers Johnson, Op. Cit. hlm 23. 8!Hitoshi Tanaka dan Adam P. Liff,

(8)

diplomatiknya dengan Korea Selatan pada tahun 1965 dan China pada 1972, Jepang mulai

menjalin hubungan formalnya dengan organisasi negara-negara Asia Tenggara

Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) pada 1973.9

Sebagai era baru hubungan

Jepang dengan negara-negara tetangganya, Jepang kemudian menunjukkan partisipasinya

melalui pembangunan ekonomi regional dengan membentuk Asian Development Bank

(ADB), the Ministerial Conference for the Economic Development Southeast Asia, dan the

Asian and Pasific Council (ASPAC). Ketiga, merupakan fase Fukuda Doktrin

(1975-1989). Pada saat Takeo Fukuda menjadi Perdana Menteri Jepang, target utama kebijakan

luar negerinya adalah menjadikan ASEAN sebagai mitra utama Jepang. Ketika pertama

kali mengadakan kunjungan kenegaraan ke ASEAN pada tahun 1977, Fukuda

menyampaikan beberapa poin kebijakan luar negeri Jepang dalam pidatonya yang

kemudian dikenal dengan sebutan Doktrin Fukuda.

Adapun isi dari Doktrin Fukuda10 adalah: Pertama, Jepang menolak segala bentuk

peran militer. Kedua, Jepang akan melakukan hubungan saling percaya dan pendekatan

dari hati-ke-hati (heart-to-heart understanding). Ketiga, Jepang akan bekerjasama dengan

ASEAN menyelesaikan permasalahan di Indo-China dan memperkuat solidaritas regional.

Fase Keempat (1990-sekarang), disebut sebagai periode pasca Perang Dingin.

Berakhirnya perang dingin menciptakan suatu lingkungan baru hubungan Jepang dengan

negara-negara ASEAN. Partisipasi Jepang di ASEAN semakin besar dan Jepang semakin

meningkatkan integrasi regional. Hubungan keduanya juga mengalami perkembangan

signifikan dari bidang ekonomi dan politik. Di bidang ekonomi, hubungan keduanya

menjadi saling ketergantungan satu sama lain (economic interdependence). Sedangkan

dalam bidang politik, keduanya saling berkolaborasi untuk menjadi penyeimbang dari

ancaman kemunculan kekuatan ekonomi baru China.11

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 9!

ASEAN dibentuk pada Agustus 1967 yang awalnya hanya beranggotakan lima negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Singapura. Saat ini anggota ASEAN berjumlah sepuluh negara yang mencakup seluruh negara di Asia Tenggara. Lima negara lain yang bergabung ke ASEAN diantaranya Brunei Darrusalam (1984), Vietnam (1995), Myanmar (1997), Laos (1997), dan Kamboja (1999). 10!

Hitoshi Tanaka dan Adam P. Liff, Op. Cit., hlm 2. 11!Sueo Sudo, “

(9)

3.2. Jepang Sebagai Pemimpin Negara Maju di Asia Pasifik Dalam Konsep Angsa Terbang (Flying Geese Formation)

Pada dasarnya konsep ‘angsa-terbang’ (flying-geese) memiliki dua versi yakni,

konsep ‘angsa-terbang’ versi lama dan versi baru. Konsep ‘angsa terbang’ versi lama yang

dikemukakan oleh Akamatsu menggambarkan mengenai proses perkembangan sebuah

negara dengan mengacu kepada proses perkembangan dan tingkat industrialisasinya. Ia

menyatakan secara sederhana bahwa negara-negara di Asia akan melewati empat tahap

perkembangan ekonomi, yakni:12

Pertama, tahap dimana negara melakukan impor barang

konsumsi (dari negara yang lebih maju), yang sekaligus juga bertujuan untuk

memperkenalkan produk tersebut serta meningkatkan permintaan akan produk tersebut.

Kedua, tahap dimana industri lokal mulai untuk memproduksi barang konsumsi tersebut

(disinilah dimulai proses imitasi dan transfer teknologi), namun masih tetap untuk

mengimpor barang-barang yang dianggap penting bagi industri lokal (seperti mesin, bahan

mentah, dan modal). Tahap ini seringkali disebut sebagai tahap subtitusi impor. Ketiga,

tahap dimana tingkat produksi nasional tidak hanya mampu untuk memenuhi permintaan

domestik tetapi juga (self-sufficiency), tetapi juga dapat menjadi komoditas ekspor. Serta

Keempat, pada tahap yang terakhir ini, komoditas yang diproduksi oleh industri lokal telah

memiliki kualitas yang sama dengan barang yang diproduksi oleh negara maju lainnya

(tempat dimana barang tersebut awalnya diproduksi). Karena persamaan kualitas (dan juga

nilai produksinya) barang tersebut, menyebabkan terjadinya persaingan yang secara

otomatis mengurangi jumlah barang yang diekspor. Untuk dapat mempertahankan

keuntungan yang ada, maka negara melakukan ‘ekspor-modal’ ke negara-negara yang

kurang maju, untuk mendapatkan keuntungan komparatifnya, sehingga secara tidak

langsung ‘formasi angsa-terbang’ terulang kembali.

Sedangkan pada konsep ‘angsa-terbang’ yang baru, yang menjadi fokus

penjelasannya bukanlah perkembangan industri-industri (per sektor) pada suatu negara,

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 2, 2000.

12!

Kaname Akamatsu, “A Historical Pattern of Economic Growth in Developing Countries”, dalam Jurnal Developing Economies hlm. 12-15 diakses dari http://www3.interscience.wiley.com/

(10)

melainkan lebih kepada hal yang luas yakni perkembangan ekonomi dari berbagai negara,

yang biasanya terletak dalam satu kawasan yang sama. Tingkat perkembangan ekonomi

yang ada dilihat dari tingkatan industrialisasi masing-masing negara, yang tercermin

melalui kemampuan negara tersebut dalam memproduksi komoditas industri yang ada.

Semakin tinggi kemampuan negara dalam memproduksi barang industri yang ada, maka

semakin tinggi pula posisinya dalam model ‘angsa-terbang’. Negara yang memiliki

tingkatan industrialisasi paling tinggi diposisikan sebagai ‘pemimpin’ dalam kawanan

‘angsa-terbang’, dan diikuti oleh negara-negara lainnya yang memiliki kemampuan

dibawahnya. Negara yang paling rendah kemampuannya ditempatkan pada barisan

terbelakang dari kawanan tersebut. Konsep formasi ‘angsa-terbang’ baru ini pada dasarnya

dipelopori oleh pidato oleh seorang ekonom dan mantan Menteri Luar Negeri Jepang,

Saburo Okita.13

Pada pertengahan 1980-an Saburo Okita berpendapat bahwa Jepang seharusnya

menjadi pemimpin formasi ‘angsa-terbang' dalam perkembangan ekonomi di wilayah Asia

Pasifik (mengacu pada Asia Timur dan Tenggara), dengan cara menyediakan modal yang

cukup, teknologi, serta akses pasar bagi para ‘pengikutnya’.14 Ia juga menyebutkan dalam

pidatonya di Kuala Lumpur, bahwa peranan Jepang di kawasan Asia Pasifik bertujuan

untuk pembangunan ekonomi, dengan cara mengkombinasikan tiga elemen yakni ODA

(Official Development Assistance), investasi, dan perdagangan.15

Analisa konsep ‘angsa-terbang’ ini dalam mengelompokan negara-negara

berdasarkan tingkat industrialisasinya pada dasarnya serupa dengan apa yang dijelaskan

dalam teori sistem dunianya Wallerstain, yang membagi negara-negara yang ada dunia

menjadi tiga kategori: yakni negara sentral atau pusat, semi-periperal, dan negara periperal

(negara pinggiran). Dalam definisi awalnya, Wallerstein menyatakan bahwa sistem-dunia

adalah sebuah wilayah yang multikultural secara pembagian kerja (division of labor),

dimana produksi dan pertukaran barang pokok dan bahan mentah sebagai sebuah

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

13!Satoru Kumagai, “A Journey Through the Secret History of the Flying Geese Model”, hlm. 5 yang diakses dari www.imf.org/external/pubs/ft/seminar/2002/fdi/eng/pdf/urata.pdf, pada tanggal 7 Januari 2016. 14!

David Arase, Buying Power: The Political Economy of Japan’s Foreign Aid (London: Lynne Rienner Publisher, 1995), hlm. 252.

15

(11)

kebutuhan bagi orang-orang di dalamnya.16

Persamaan dari kedua model ini terletak pada

penggunaan istilah pembagian kerja yang disebabkan karena tingkatan industrialisasi yang

berbeda sebagai alat dalam mengelompokan negara-negara yang ada. Yang dimaksud

dengan pembagian kerja (division of labor) disini merujuk pada kekuatan dan hubungan

(relasi) produksi dari ekonomi dunia secara kesuluruhan dan mengarah kepada adanya

wilayah-wilayah yang saling bergantung satu dengan lainnya, yakni wilayah pusat (core),

semi-pinggiran (semi-peripheral), dan pinggiran (periphery). Dimana Jepang menjadi

negara sentral (ataupun ‘terdepan’ jika memakai analisa formasi ‘angsa-terbang’) di

kawasan Asia Pasifik, dan negara-negara lainnya sebagai wilayah semi ataupun

periperalnya.17

3.3. Alasan Jepang Menjadi Pemimpin Negara Maju di Kawasan Asia Pasifik

Berbicara mengenai kemajuan Jepang dalam bidang ekonomi yang sangat

kompetitif secara global, saat ini Jepang mampu mengimbanginya dengan berperan aktif

dalam pergaulan internasional dengan bergabung dalam keanggotaan sejumlah organisasi

dunia, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, G8, OECD, dan APEC. Hal ini mengingat

bahwa salah satu faktor pemicu masuknya Jepang ke organisasi-organisasi tersebut,

dengan G8 sebagai salah satunya, disebabkan peranan Jepang dalam perdagangan luar

negeri yang meduduki peringkat ke-4 sebagai negara pengekspor terbesar dan peringkat

ke-6 sebagai negara pengimpor terbesar di dunia. Karena posisinya saat ini sebagai salah

satu negara maju di dunia, Jepang pun sekarang memiliki standar hidup yang tinggi

dengan menduduki peringkat ke-8 dalam Indeks Pembangunan Manusia dan memiliki

angka harapan hidup tertinggi di dunia menurut prediksi yang dikeluarkan oleh PBB.

Selain kemajuan yang diperoleh pada sektor ekonomi, Jepang pun pada dasarnya maju di

bidang teknologi, khususnya untuk aspek telekomunikasi, permesinan, dan robotika.

Lalu berbicara tentang sektor perekonomian di Jepang, disebutkan bahwa Jepang

mulai menganut sistem ekonomi pasar bebas (free trade) dan mengadopsi kapitalisme dari

model yang diterapkan oleh Inggris dan Amerika Serikat sejak periode Meiji (1868-1912).

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 16!

Carlos A. Martinez-Vela, “World-System Theory”, hlm. 4 yang diakes dari web.mit.edu/esd.83/ www/notebook/WorldSystem.pdf , pada tanggal 7 Januari 2016.

17!

(12)

Dinamika ekonomi di Jepang tidak terlepas dari strategi-strategi ekonomi yang di

implementasikan oleh pemerintah Jepang selama bertahun-tahun. Tidak dapat dipungkiri

bahwa strategi Jepang di bidang ekonomi telah mampu membawa Jepang menjadi negara

dengan perekonomian terbesar nomor dua di dunia setelah Amerika Serikat dengan PDB

nominal sekitar AS$4,5 triliun dan negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia

setelah Amerika Serikat dan China dalam hal keseimbangan kemampuan berbelanja.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi di Jepang pun berpengaruh terhadap kesejahteraan

rakyat Jepang karena hingga tahun 2001, tercatat bahwa jumlah angkatan kerja Jepang

mencapai 67 juta orang sedangkan tingkat pengangguran di Jepang sendiri hanya sekitar

4%. Kondisi besarnya penyerapan tenaga kerja ini, membuat Jepang dapat menempati

posisi ke-19 dalam hal produktivitas tenaga kerja pada tahun 2007. Sementara untuk

Indeks Kemudahan Berbisnis, Jepang berada di urutan ke-12 dan merupakan salah satu

negara maju dengan birokrasi yang paling sederhana. Prestasi Jepang di bidang ekonomi

pun ditunjukkan dari total ekspor Jepang pada tahun 2005 yang sebesar 4.210 dolar AS

per kapita serta merupakan negara pengimpor hasil laut terbesar di dunia dengan nilai

keuntungan sebesar AS$14 miliar dan oleh karenanya menempatkan Jepang pada

peringkat ke-6 dunia setelah China, Peru, Amerika Serikat, Indonesia, dan Chili.18

Jepang juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang ditujukan untuk mencapai

perdamaian, kemakmuran, dan stabilitas di dunia. Jepang memberikan kontribusi bagi

penyelesaian isu-isu global, misalnya memerangi terorisme, membantu menjamin

pertumbuhan ekonomi dunia, dan melindungi lingkungan. Jepang juga memainkan

peranan aktif dalam membina stabilitas regional dengan memperkokoh hubungan dan

kerjasama dengan negara-negara adikuasa dunia.19

!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! 18!!

Strategi dan Dinamika Ekonomi serta Politik Internal dari Jepang. Yang diakses dari Digital Library

http://vinandhika-p--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-47062-MBP%20Asia%20Timur-Strategi%20dan%20Dinamika%20Ekonomi%20serta%20Politik%20Internal%20dari %20Jepang.html. pada tanggal 7 Januari 2016.

! 19!

(13)

BAB IV

KESIMPULAN

Jepang merupakan salah satu negara yang dianggap paling sukses dalam

membangun perekonomiannya. Hal ini terbukti dari perjalanan panjang sejarah

pembangunan ekonomi Jepang yang terbagi menjadi dua bagian yakni: pada abad

kesembilan-belas (zaman restorasi meiji sebagai industrialisasi awal Jepang) sampai awal

Perang Dunia kedua.

Yang membuat seluruh dunia kagum adalah kehebatan Jepang dalam penanganan

setelah peristiwa bom atom yang mengakibatkan kekalahan bagi Jepang pada Perang

Dunia kedua. Jepang tidak butuh waktu lama untuk segera bangkit dan menguasai

keadaan. Hanya dalam kurun waktu 30 tahun, jepang segera menjadi salah satu

jantung perekonomian dunia. Ada alasan utama mengapa jepang bisa menjadi negara

maju di kawasan Asia Pasifik. Jepang bisa menjadi negara maju sampai saat ini berkat

adanya Developmental State. Developmental State yang dilakukan Jepang menjadi model

pembangunan yang banyak ditiru oleh negara-negara Asia Tenggara, antara lain

Singapura, Laos, dan Malaysia. Singapura mempunyai ambisi besar untuk belajar dari

Jepang dalam membangun negaranya, bahkan, Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew

menempatkan Jepang sebagai salah satu ”guru” bagi Singapura.

Keberhasilan Developmental State Jepang digambarkan dalam suatu formasi angsa

terbang (flying geese), dimana Jepang berada pada posisi terdepan yang memimpin

perekonomian Asia melalui pemberian modal, transfer pengetahuan teknologi dan

managerial.

Kemudian Jepang juga aktif terlibat dalam berbagai kegiatan yang ditujukan untuk

mencapai perdamaian, kemakmuran, dan stabilitas di dunia. Jepang memberikan

kontribusi bagi penyelesaian isu-isu global, misalnya memerangi terorisme, membantu

menjamin pertumbuhan ekonomi dunia, dan melindungi lingkungan. Jepang juga

memainkan peranan aktif dalam membina stabilitas regional dengan memperkokoh

hubungan dan kerjasama dengan negara-negara adikuasa dunia. Dan menurut pendapat

penulis pribadi, dengan alasan-alasan yang sudah sebutkan diatas, bisa dikatakan Jepang

(14)

DAFTAR PUSTAKA !

BUKU :

Arase, David, Buying Power: The Political Economy of Japan’s Foreign Aid, London: Lynne Rienner Publisher, 1995.

Chilcote, Ronald H., Theories of Comparative Political Economy, Oxford: Westview Press, 2000.

Huges, Helen Keberhasilan Industrialisasi di Asia Timur (terj.), Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992.

Johnson, Chalmers, MITI and the Japanese Miracle: The Growth of Industry Policy 1925-1975, Stanford: Stanford University Press, 1982, Dikutip oleh Mark Beeson, “The Rise and Fall (?) of The Developmental State: The Vicissitudes and Implications of East Asian Interventionism”.

Rowen, Henry S, (Ed.), Behind East Asian Growth: The Political and Social Foundations of Prosperity, London: Routledge, 1998.

Wade, Robert, Governing the Market: Economic Theory and the Role of Government in East Asian Industrialization, New Jersey: Princeton University Press, 1990.

Yoshihara Kunio, Yoshihara, Perkembangan Ekonomi Jepang, Yayasan Obor Indonesia: PT. Gramedia Jakarta, 1983.

ARTIKEL DAN JURNAL :

Tanaka, Hitosi dan Liff, Adam P., ”Japan’s Foreign Policy and East Asian

Regionalism”,International Institutions and Global Governance Program Japan Studies Program, New York: Council on Foreign Relations, 2009.

Sudo, Sueo, “Japan-ASEAN Relations: New Dimensions in Japanese Foreign Policy”, dalam Asian Survey, vol. 28, No. 5, 1988, dan Hughes, Christoper W., “Japanese Policy and the East Asian Currency Crisis: Abject Defeat or Quite Victory?”, Review of

International Political Economy, Vol. 7, No. 2, 2000.

WEBSITE :

Akamatsu, Kaname, “A Historical Pattern of Economic Growth in Developing Countries”, dalam Jurnal Developing Economies hlm. 12-15 diakses dari

http://www3.interscience.wiley.com/ cgi-bin/fulltext/119744745/PDFSTART, pada tanggal 7 Januari 2016.

(15)

Hubungan Internasional Jepang. Yang diakses dari website resmi yaitu Embassy of Japan in Indonesia, di http://www.id.emb-japan.go.jp/expljp_14. html diakses pada tanggal 7 Januari 2016.

Kumagai, Satoru, “A Journey Through the Secret History of the Flying Geese Model”, hlm. 5 yang diakses dari

www.imf.org/external/pubs/ft/seminar/2002/fdi/eng/pdf/urata.pdf, pada tanggal 7 Januari 2016.

Strategi dan Dinamika Ekonomi serta Politik Internal dari Jepang. Yang diakses dari

Digital Library http://vinandhika-p--fisip10.web.unair.ac.id/artikel_detail-47062-

MBP%20Asia%20Timur-Strategi%20dan%20Dinamika%20Ekonomi%20serta%20Politik%20Internal%20dari %20Jepang.html. pada tanggal 7 Januari 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan alterasi dengan mineralisasi pada daerah penelitian berdasarkan model endapan Lowell-Guilbert (1995, Dalam Pirajno, 2009), seperti pada Gambar 2, daerah

Hasil analisis diagram stiff menunjukkan bahwa keseluruhan sampel airtanah memiliki tipe fasies hidrokimia airtanah di Pulau Koral Panggang adalah MgCl

Melalui pengujian secara serempak /simultan (Uji F) dapat disimpulkan bahwa citra merek ( brand image) dengan indikator keunggulan asosiasi merek ( favorability of

Katalis kulit telur dapat mengurangi biaya proses pembuatan biodiesel sehingga proses pembuatan biodiesel tidak membutuhkan biaya yang mahal dalam penyediaan katalis.

PENGARUH PARAMETER TIME REPETITION (TR) PADA KUALITAS CITRA LUMBAL DENGAN MENGGUNAKAN

Salah satu faktor yang berhubungan dengan pasien yaitu banyaknya kunjungan pasien Tujuan Penelitian Mengetahui Hubungan Antara Kondisi Overcrowded Dan

dikembangkan menjadi pemetaan secara digital. Pemetaan jenis ini dapat digabung dengan pemetaan lain yang dilakukan pada tingkat kabupaten/ kota dan dibandingkan

Munculnya kode etik profesi IT memberikan adanya tanggung jawab yang tinggi bagi para pengemban profesi bidang komputer untuk menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai