SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh
YUANDA NOVRITA SIREGAR
091301065
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Siswa-siswi SMA berada pada masa remaja, dimana salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah memilih atau mempersiapkan karir. Dalam memilih dan merencanakan karir yang tepat, dibutuhkan kematangan karir. Kematangan karir adalah sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan karirnya termasuk komponen pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan perkembangan karirnya. Individu yang matang karirnya adalah individu yang mandiri dalam membuat keputusan. Seorang remaja yang mandiri dapat membuat keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain, dapat mengandalkan diri dan lebih bertanggung jawab pada keputusan yang telah dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan metode kuantitatif. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa-siswi kelas XII yang berjumlah sebanyak 192 siswa. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kemandirian dan Inventori Kematangan Karir (Career Maturity Inventory) dari Crites dan Savickas yang telah diadaptasi sesuai budaya Indonesia oleh Taganing, Putri, Raharjo, Muluk, dan Rifameutia. Data penelitian ini diolah menggunakan Pearson Product Moment. Hasil analisa data menunjukkan adanya hubungan positif antara kemandirian dengan kematangan karir dengan r= 0.294 dan p=0.000
ABSTRACT
High school students are in adolescence period, where one of the development tasks in adolescence is selecting or preparing a career. Career maturity is required in choosing and planning the right career. Career maturity is how far a person understand the career developmental tasks including knowledge and attitudes components in accordance with the development of his career. Individuals who mature in his career was an independent in making decisions. Independent individual can make their own decisions without being influenced by others, can rely on themselves and more responsibility to his decisions. This study aimed to examine the relationship between autonomy with career maturity. This research is a field research using quantitative methods. The samples used were students of 12th grade, amounting to as many as 192 students. Measuring tool used in this study is the scale of independence and Career Maturity Inventory (CMI) from Crites and Savickas who have adapted to the culture of Indonesia by Taganing, Princess, Raharjo, Muluk, and Rifameutia. The data research was processed using Pearson Product Moment. Results of the data analysis showed a positive relationship between the independence of the career maturity with r = 0294 and p = 0.000.
atas kehendak-Nya penelitian ini dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada para pemberi bimbingan, semangat,
bantuan dan masukan terhadap penelitian ini. Adapun orang-orang yang berjasa
dalam penulisan penelitian ini adalah:
Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara.
Ibu Sri Supriyantini M.Si, psikolog selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang rela meluangkan waktu dan membimbing peneliti dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Kepala Sekolah SMA Negeri I Lubuk Pakam yang memberikan
kesempatan kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut.
Ibu Rr. Lita Hadiati Wulandari, M.Pd, psikolog dan bapak Ferry
Novliadi, M.Si selaku dosen penguji skripsi peneliti yang memberikan
bimbingan dalam penelitian ini.
Kak Rahma Yurliani M.Psi, psikolog selaku dosen pembimbing
akademik peneliti yang membimbing peneliti selama menuntut ilmu di
senantiasa memberikan doa, semangat dan kesabarannya agar
penelitian ini cepat diselesaikan.
Adik-adik yang membantu dan memberikan semangat untuk
mengerjakan dan menyelesaikan penelitian ini, Agung, Annisa dan
Wahyu, terima kasih atas doa dan semangatnya.
Teman-teman yang sangat peneliti sayangi, Lili dan Dila terima kasih
atas bantuan, waktu serta kesabarannya selama proses skripsi ini.
Hana,Wulan, Marini, Qisty, Pai yang tidak bosan-bosan bertanya dan
menyemangati untuk cepat sidang skripsi. Terima kasih untuk
semuanya.
Kakak-kakakku, mbak Ami dan kak Dila yang rela meluangkan
waktunya untuk menemani mengerjakan skripsi.
Keluarga H.M Turso dan Kota Siregar yang tak henti memberikan
semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan penelitian ini.
Teman-teman angkatan 2009 Ecy, Mimi, Aisyah, Runa yang membantu
peneliti dan selalu memberikan semangat serta motivasi untuk terus
maju dan berusaha dalam penyelesaian penelitian ini.
Siswa-siswi kelas XII SMA Negeri I Lubuk Pakam yang menyediakan
membantu selama proses penelitian berlangsung. Terima kasih atas
bantuannya hingga skripsi ini bisa selesai.
Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dalam penyelesaiannya.
Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran agar tulisan ini
menjadi lebih baik lagi dan dapat berguna bagi peneliti maupun pembaca.
Medan, April 2015
Halaman
KATA PENGANTAR ……… i
DAFTAR ISI ………. iv
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR LAMPIRAN ……… ix
BAB I PENDAHULUAN ………. 1
A. Latar Belakang ………. 1
B. Rumusan Masalah ……… 7
C. Tujuan Penelitian ………... 7
D. Manfaat Penelitian ………. 7
1. Manfaat Teoritis ……… 7
2. Manfaat Praktis ……….. 8
E. Sistematika Penulisan ………. 8
BAB II LANDASAN TEORI ……… 10
A. Kematangan Karir ……… 10
1. Pengertian Kematangan Karir ……… 10
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir ………. 11
3. Tahap Perkembangan Karir ……… 12
4. Dimensi Kematangan Karir ………. 14
B. Kemandirian ………. 17
1. Pengertian Remaja ………. 20
2. Tugas Perkembangan Remaja ……… 21
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Remaja Terhadap Pendidikan ……….. 22
D. Hubungan Kemandirian Dengan Kematangan Karir Pada Remaja ……. 22
E. Hipotesa ……… 25
BAB III METODE PENELITIAN ……….. 26
A. Identifikasi Variabel Penelitian ………... 26
B. Definisi Operasional ……… 26
1. Kematangan Karir ………. 26
2. Kemandiran ……… 27
C. Populasi Dan Subjek Penelitian ……… 27
D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ……… 28
1. Skala Kematangan Karir ……… 28
2. Skala Kemandirian ……… 29
E. Validitas, Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas ……….. 30
1. Validitas ……….. 30
2. Uji Daya Beda Aitem ……….……. 30
3. Reliabilitas ……….. 31
G. Metode Analisa Data ………. 37
1. Uji Normalitas ………. 38
2. Uji Linieritas ……… 38
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ……….. 39
A. Gambaran Subjek Penelitian ………. 39
B. Hasil Penelitian ………. 40
1. Hasil Uji Asumsi ………. 40
2. Hasil Analisa Data ……….. 42
a. Hasil Korelasi Data ……… 42
b. Kategorisasi ………... 43
C. Pembahasan ……….. 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 52
A. Kesimpulan ……….. 51
B. Saran ………. 51
1. Saran Metodologis ………. 51
2. Saran Praktis ………. 52
Tabel 2 Distribusi Aitem Skala Kemandirian Setelah Uji Coba ……… 36
Tabel 3 Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin……… 39
Tabel 4 Hasil Uji Normalitas ………. 40
Tabel 5 Hasil Uji Linieritas ………... 41
Tabel 6 Hasil Uji Korelasi ………. 42
Tabel 7 Nilai Empirik dan Hipotetik Kemandirian ……… 43
Tabel 8 Norma Kategorisasi ……….. 44
Tabel 9 Kategorisasi Subjek Variabel Kemandirian …………... 44
Tabel 10 Nilai Empirik dan Hipotetik Kematangan Karir ……... 45
Lampiran II Skala Kemandirian ………... 63
Lampiran III Hasil Uji Reliabilitas ……….. 73
Lampiran IV Uji Asumsi ………. 86
Lampiran V Uji Hipotesa ……….. 88
ABSTRAK
Siswa-siswi SMA berada pada masa remaja, dimana salah satu tugas perkembangan pada masa remaja adalah memilih atau mempersiapkan karir. Dalam memilih dan merencanakan karir yang tepat, dibutuhkan kematangan karir. Kematangan karir adalah sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan karirnya termasuk komponen pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan perkembangan karirnya. Individu yang matang karirnya adalah individu yang mandiri dalam membuat keputusan. Seorang remaja yang mandiri dapat membuat keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain, dapat mengandalkan diri dan lebih bertanggung jawab pada keputusan yang telah dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan menggunakan metode kuantitatif. Subjek penelitian yang digunakan adalah siswa-siswi kelas XII yang berjumlah sebanyak 192 siswa. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kemandirian dan Inventori Kematangan Karir (Career Maturity Inventory) dari Crites dan Savickas yang telah diadaptasi sesuai budaya Indonesia oleh Taganing, Putri, Raharjo, Muluk, dan Rifameutia. Data penelitian ini diolah menggunakan Pearson Product Moment. Hasil analisa data menunjukkan adanya hubungan positif antara kemandirian dengan kematangan karir dengan r= 0.294 dan p=0.000
ABSTRACT
High school students are in adolescence period, where one of the development tasks in adolescence is selecting or preparing a career. Career maturity is required in choosing and planning the right career. Career maturity is how far a person understand the career developmental tasks including knowledge and attitudes components in accordance with the development of his career. Individuals who mature in his career was an independent in making decisions. Independent individual can make their own decisions without being influenced by others, can rely on themselves and more responsibility to his decisions. This study aimed to examine the relationship between autonomy with career maturity. This research is a field research using quantitative methods. The samples used were students of 12th grade, amounting to as many as 192 students. Measuring tool used in this study is the scale of independence and Career Maturity Inventory (CMI) from Crites and Savickas who have adapted to the culture of Indonesia by Taganing, Princess, Raharjo, Muluk, and Rifameutia. The data research was processed using Pearson Product Moment. Results of the data analysis showed a positive relationship between the independence of the career maturity with r = 0294 and p = 0.000.
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa. Bangsa
yang cerdas dapat dibentuk melalui pendidikan. Menurut Undang-Undang RI
nomor 20 tahun 2003 pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjad i
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, dapat terlihat bahwa salah satu tujuan
pendidikan adalah untuk mengembangkan peserta didik yang mandiri. Individu
diharapkan dapat mandiri dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pada
seorang remaja. Siswa-siswa yang sedang menempuh pendidikan di tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) berusia sekitar 15-19 tahun dan berada pada masa
remaja (Monks, 1998). Remaja berada pada masa transisi perkembangan yang
dimulai dari usia 10 atau 11 tahun hingga awal usia dua puluhan. Dalam masa ini
remaja mengalami berbagai perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,
Olds, dan Feldman, 2007). Salah satu tugas perkembangan remaja yang penting
yang dikemukakan oleh Havighurst (dalam Hurlock, 1980) yang menyatakan
bahwa karir atau pekerjaan seseorang sangat penting bagi kehidupannya.
Pada masa sekolah menengah, pemilihan karir merupakan salah satu hal yang
cukup membingungkan bagi para siswa. Winkel (2006) menyatakan bahwa
penggabungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan karir
dengan perubahan-perubahan dalam pemilihan karir menyebabkan perkembangan
karir merupakan suatu proses yang bersifat sangat kompleks. Keberhasilan
individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir disebut dengan
kematangan karir. Seperti yang dinyatakan oleh Super (dalam Winkel, 2006)
bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu.
Menurut Super (dalam Brown, 2002) ada beberapa tahap dalam kematangan
karir berdasarkan usianya, yaitu tahap perkembangan (4-13 tahun), eksplorasi
(14-24 tahun), pembentukan (25-44 tahun), pemeliharaan (45-64 tahun) dan
penurunan (lebih dari 65 tahun). Berdasarkan tahapan-tahapan yang telah
dikemukakan oleh Super tersebut, remaja berada pada tahap eksplorasi.
Pada tahap eksplorasi ini remaja diharapkan dapat mengetahui dan mengenal
dirinya sendiri dan karir yang sesuai dengan dirinya (Brown, 2002). Remaja
cenderung membuat pilihan-pilihan karir dan mengetahui lebih banyak mengenai
karir dengan menggunakan kesempatan dan sumber daya dari lingkungan mereka
(Savickas, 2001). Santrock (2003) mengatakan bahwa faktor yang memiliki
Bimbingan karir di masa SMA adalah salah satu sarana untuk mengetahui
mengenai karir yang sesuai untuk seorang remaja.
Keterbatasan dan kurangnya informasi karir yang diberikan oleh BK dapat
berpengaruh terhadap pemahaman siswa tentang karirnya yang dapat
mengakibatkan perencanaan karir dan pemilihan karir yang kurang tepat
(Nursalim & Khoiriyah, 2013). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purwandari
(2009) yang melakukan penelitian mengenai kematangan karir di SMA Negeri I
Klaten, dimana hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
45,78% subjek memiliki kematangan karir yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan
guru BK memberikan layanan konsultasi bagi siswa terutama permasalahan dalam
pemilihan pendidikan lanjutan sebagai pengganti jam pelajaran BK yang
ditiadakan oleh pihak sekolah, setiap kelas diberikan satu orang guru
pembimbing. Dalam bimbingan karir, siswa SMA dibantu untuk mengenal dirinya
sendiri dan dunia kerja serta kaitan antara keduanya (Winkel, 2006).
Salah satu bentuk dari pencapaian tahap eksplorasi ini adalah sudah dapat
membuat keputusan sesuai dengan minat dan kemampuannya (Savickas, 2001).
Namun dalam kenyataannya banyak siswa yang belum dapat membuat keputusan
yang tepat. Mereka sering bingung karena belum mengenal kemampuan dan
kelemahan diri serta belum banyak mengetahui tentang informasi pekerjaan yang
akan mereka jalani. Pemilihan jurusan merupakan pemilihan pendahuluan bagi
siswa, namun pemilihan ini penting karena dapat mempengaruhi penyesuaian diri
kegagalan dan keberhasilan dalam jurusan yang dipilih juga dipengaruhi hal
tersebut (Sukadji, 2000)
Dari fenomena yang dikemukakan oleh Royhan (2013) mengenai masa
terakhir di tingkat SMA adalah masa yang cukup sulit bagi para siswa. Siswa
tingkat akhir harus memikirkan banyak hal, khususnya dalam menentukan jurusan
dan pemilihan kampus. Kondisi tersebut menyebabkan suatu fenomena “ilalang”,
yaitu mengikuti kemana angin berhembus. Ketika teman-temannya banyak yang
ingin masuk ke suatu jurusan tertentu, dia juga ingin masuk ke jurusan tersebut.
Ketidakmampuan siswa dalam menentukan pilihan secara bijak inilah yang
menjadikan suatu permasalahan.
Nasution, Amelia dan Agustyo (2013) juga mengemukakan bahwa banyak
pelajar yang masih bingung dalam menentukan jurusan apa yang akan diambilnya
setelah menyelesaikan pendidikan SMA. Masa depan seorang siswa dapat
ditentukan dari pilihan terhadap jurusan tersebut. Persoalan yang muncul
dikarenakan ketidaktahuan minat dan bakat serta pekerjaan yang akan digeluti
siswa tersebut di masa depan. Para lulusan SMA tersebut memiliki prinsip yang
penting adalah kuliah meskipun tidak mengetahui jurusan yang sesuai dengan
mereka. Pemilihan jurusan dapat dikarenakan ikut-ikutan teman, pengaruh
orangtua dan bahkan tanpa alasan yang jelas.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa di SMA Negeri
I Lubuk Pakam diketahui bahwa masih banyak siswa yang masih bingung dan
belum mampu mengambil keputusan yang tepat dalam memilih jurusan studi
jurusan yang favorit, meskipun mereka belum mengetahui sesuai atau tidaknya
dengan kemampuan mereka.
“aku mau kuliah di UNIMED kak, karena disuruh orang tua jadi guru kayak mereka kak. Ya, aku ikutin ajalah kak, namanya orangtua yang minta kak” (siswa S, wawancara personal, 20 Maret 2013)
“kak, aku belum tau mau masuk jurusan apa nanti kak. Liat nanti aja lah kak setelah aku tamat sekolah” (siswa G, wawancara personal, 20 Maret 2013)
Selain itu, berdasarkan angket yang dibagikan kepada 70 siswa terdapat 23
siswa yang masih belum mengetahui jurusan yang akan dipilih setelah mereka
menyelesaikan SMA. Dari hasil angket tersebut juga didapatkan mereka banyak
dari mereka yang belum menyadari minat dan kemampuan mereka. Selain itu,
informasi yang didapatkan dari sekolah mengenai berbagai pilihan jurusan juga
masih kurang. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan kepada salah
seorang guru Bimbingan dan Konseling:
“kalo di sekolah ini guru BK tidak ada waktu yang khusus untuk masuk ke kelas-kelas memberikan informasi tentang jurusan. Karena pelajaran lebih penting daripada info-info tentang jurusan” (ibu A, wawancara personal, 20 maret 2013)
Menurut Super (dalam Osipow, 1996) kematangan karir dipengaruhi oleh
faktor biososial, karakteristik kepribadian, vokasional, lingkungan dan prestasi
individu. Salah satu faktor kepribadian yang berhubungan dengan kematangan
kematangan karir di Universitas Surabaya yang menyatakan bahwa self-efficacy
berhubungan secara positif dengan kematangan karir.
Kematangan karir juga dipengaruhi oleh kemandirian siswa. Seperti yang
diutarakan oleh Steinberg (2002) bahwa kemampuan individu untuk bertindak
dan memutuskan sesuatu sendiri disebut dengan kemandirian. Kemandirian pada
remaja dapat ditunjukkan dengan bertingkah laku sesuai keinginannya,
mengambil keputusan sendiri dan mampu mempertanggungjawabkan tingkah
lakunya sendiri (Steinberg, 2002). Remaja yang memiliki kemandirian dapat
membuat suatu keputusan yang tepat dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang
lain.
Remaja yang tergantung dengan orang lain menyebabkan remaja tidak percaya
diri, mudah terpengaruh orang lain dan selalu ragu-ragu dalam mengambil
keputusan (Mappiare, 1982). Steinberg (2002) mengatakan bahwa remaja yang
memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa pengawasan dari orangtuanya merupakan remaja yang mandiri. Mappiare
(1982) menambahkan bahwa kemandirian adalah kemampuan dalam
mempersiapkan kan diri ke arah pekerjaan, berusaha untuk tidak selalu tergantung
pada orangtua dan orang lain serta mampu memilih.
Banyaknya siswa SMA yang mengalami kesulitan dalam menentukan jurusan
yang diinginkannya menggambarkan bahwa banyak yang tidak mengerti akan
dirinya sehingga tidak dapat membuat suatu keputusan yang tepat. Remaja yang
berada pada tahap eksplorasi seharusnya sudah dapat membuat sebuah keputusan
kemandirian merupakan hal yang penting dalam membuat suatu keputusan
mengenai karir di masa depan. Remaja yang mandiri dapat membuat suatu
keputusan tanpa mudah dipengaruhi oleh orang lain (Steinberg, 2002). Remaja
yang mandiri dapat membuat sebuah keputusan dan menunjukkan kematangan
karir remaja tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin meneliti
mengenai hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa
SMA Negeri 1 Lubuk Pakam.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka dalam penelitian ini
peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara kemandirian dengan
kematangan karir pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Lubuk Pakam?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kemandirian dengan
kematangan karir pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Lubuk Pakam.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kemajuan atau pengembangan ilmu
diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai kemandirian dan
kematangan karir pada remaja.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada sekolah mengenai
tingkat kemandirian dan kematangan karir yang dimiliki siswa-siswa sekolah
tersebut, sehingga diharapkan dapat berguna dalam pembinaan siswa-siswa.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I. Pendahuluan.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II. Landasan Teori.
Pada bab ini akan diuraikan landasan teori tentang kematangan
karir, kemandirian dan remaja serta hipotesa.
BAB III. Metode Penelitian.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang
penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, metode
pengumpulan data dan instrumen alat ukur yang digunakan.
BAB IV Analisa Data dan Pembahasan
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum subjek
penelitian, hasil penelitian dan pembahasan mengenai data-data
penelitian berdasarkan teori yang relevan.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian
dan saran-saran yang bersifat praktis maupun metodologis yang
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir
Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai
sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan karirnya
termasuk komponen pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan perkembangan
karirnya. Super (dalam Winkel, 2006) berpendapat bahwa kematangan karir
merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu.
Levinson, Ohler, Caswell dan Kiewra (2001) mendefinisikan kematangan
karir sebagai kemampuan individu untuk membuat pilihan karir yang tepat, sejauh
mana pilihan-pilihan tersebut realistis dan konsisten dari waktu ke waktu serta
kesadaran yang dibutuhkan untuk membuat keputusan karir tersebut. Savickas
(dalam Patton, 2001) menyatakan bahwa kematangan karir adalah kesiapan
individu untuk mengumpulkan informasi, membuat keputusan karir yang
disesuaikan dengan usia dan menyesuaikannya dengan tugas-tugas perkembangan
karir.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kematangan karir adalah kemampuan individu untuk
membuat pilihan karir yang tepat, realistis dan konsisten yang disertai dengan
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kematangan Karir
Super (dalam Osipow, 1996) mengklasifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kematangan karir dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Faktor biososial
Kematangan karir terdiri dari faktor-faktor yang sesuai dengan pilihan,
informasi dan perencanan yang spesifik, penerimaan tanggung jawab terhadap
pilihan dan perencanaan tersebut. Pilihan-pilihan tersebut berhubungan
dengan usia dan inteligensi.
b. Faktor lingkungan
Kematangan karir berkorelasi dengan jenis pekerjaan orang tua, kurikulum
sekolah, stimulasi budaya, dan kohesivitas keluarga.
c. Faktor Vokasional
Kematangan karir berkorelasi dengan aspirasi karir dan tingkat kesesuaian
antara aspirasi dan harapan.
d. Karakteristik Kepribadian
Hal ini meliputi konsep diri, bakat khusus, nilai/norma dan tujuan hidup.
e. Prestasi Individu
Prestasi seseorang dihubungkan dengan kematangan karir, seperti tingkat
3. Tahap Perkembangan Karir
Super (dalam Brown, 2002) menyatakan bahwa setiap tahap dalam
perkembangan karir ini memiliki tujuan dan tugas yang berbeda-beda.
Tahap-tahap dalam perkembangan karir yaitu:
a. Growth
Tahap ini berlangsung pada usia 4-13 tahun. Hingga anak berusia 11 tahun
tahap ini masih didominasi fantasi, mulai mengembangkan berbagai potensi
dan minat yang ada pada dirinya.
b. Exploration
Tahap ini berlangsung pada usia 14-24 tahun. Pada tahap ini remaja
mempelajari mengenai dirinya sendiri dan karirnya di masa depan. Remaja
juga mendapatkan informasi mengenai dirinya sendiri dan pilihan-pilihan karir
yang sesuai. Tahap ini terbagi atas 3 sub tahap, yaitu:
1). Crystallization (14-18 tahun)
Remaja mengeksplorasi dirinya untuk mengetahui mengenai
pilihan-pilihan karir yang sesuai untuk dirinya. Remaja dapat membuat sebuah
keputusan dari pilihan-pilihan karir yang ada dengan mempertimbangkan
ketertarikan, nilai dan kemampuan yang ada pada dirinya.
2). Specification (18-21 tahun)
Remaja lebih mengeksplorasi secara lebih mendalam mengenai
pilihan-pilihan karir yang ada namun sudah mulai mengarah diri pada suatu
3). Actualization (21-25 tahun)
Ketika remaja telah membuat keputusan akan pilihan-pilihan karir yang
ada, lalu pilihan tersebut dilaksanakan dengan mencoba pekerjaan pada
bidang tertentu.
c. Establishment
Tahap ini berlangsung pada usia 25-44 tahun. Pada tahap ini individu
memasuki dunia kerja yang sesuai dengan dirinya dan berusaha meningkatkan
posisi yang telah dimilikinya. Tahap ini memiliki beberapa sub tahap, yaitu:
1). Stabilization
Individu sudah mendapatkan posisi dan nyaman akan pekerjaannya
berdasarkan kepuasan kerja yang ditampilkanya.
2). Consolidation
Individu berusaha untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi dengan
menunjukkan perilaku yang positif dan produktif.
d. Maintanance
Tahap ini berlangsung pada usia 45-64 tahun. Pada tahap ini individu fokus
untuk mempertahankan karir yang telah mereka dapatkan. Tugas
perkembangan pada tahap ini yaitu:
1). Holding
Individu menemukan tantangan dalam perkerjaan mereka, seperti
kompetisi antar pekerja, teknologi, kebutuhan keluarga yang semakin
2). Updating
Individu berusaha untuk melakukan tugas lebih baik dengan
memperbaharui kemampuan serta pengetahuan yang dimilikinya.
3). Innovating
Tugas-tugas yang dimiliki individu mulai berbeda atau menemukan
tantangan yang baru.
e. Decline
Tahap ini dimulai pada usia 65 tahun. Pada tahap ini tugas-tugas
perkembangan karir individu mulai menurun hal ini ditandai dengan energi
yang semakin menurun dan kehilangan ketertarikan pada pekerjaan mereka.
Individu mulai merencanakan pensiun dan kehidupan setelah mereka pensiun.
4. Dimensi Kematangan Karir
Super (dalam Osipow, 1996) mengidentifikaiskan dimensi-dimensi
kematangan karir, yakni:
a. Dimensi 1 (Orientasi terhadap pilihan karir)
Individu menyadari kebutuhan untuk memilih suatu pekerjaan dan individu
menggunakan sumber daya secara efektif untuk membuat suatu keputusan.
b. Dimensi 2 ( Perencanaan)
Informasi yang digunakan untuk memilih karir dan perencanaan dalam
c. Dimensi 3 (Konsistensi minat pekerjaan)
Kekonsistenan minat remaja terkait dengan berbagai pekerjaan dari waktu ke
waktu.
d. Dimensi 4 (Kristalisasi sifat)
Kristalisasi sifat, yakni atribut psikologis yang relevan dalam pembuatan
keputusan.
e. Dimensi 5 (Kebijaksanaan)
Hal ini berkaitan dengan pekerjaan seperti kesesuaian antara minat dengan
kemampuan.
Berdasarkan teori kematangan karir yang dikemukakan oleh Crites (dalam
Alvarez, 2008) kematangan karir terdiri dari dua dimensi. Dimensi sikap yang
mengungkap perasaan, reaksi subjektif dan kecenderungan seseorang terhadap
pembuatan keputusan karir. Sedangkan dimensi kompetensi merupakan daya
paham dan kemampuan memecahkan masalah yang berhubungan dengan
pengambilan keputusan karir. Masing-masing dimensi ini memiliki sub dimensi,
yaitu:
a. Dimensi Sikap
1). Involvement in the choice process
Keterlibatan individu secara aktif dalam proses pemilihan karir.
2). Orientation toward work
Orientasi seorang individu terhadap tugas atau kesenangan pada
3). Independence in decision making
Tingkat kemandirian individu dalam membuat suatu keputusan karir.
4). Preference for career choice factors
Sejauh mana Individu menentukan pilihannya berdasarkan faktor tertentu
dalam dirinya.
5). Conceptions of the choice process
Kesesuaian konsep atau trait seseorangdalam proses pemilihan karir. b. Dimensi Kompetensi
1). Self Appraisal
Kemampuan seseorang dalam menilai kekuatan dan kelemahan diri
mereka sendiri.
2). Occupational Information
Pengetahuan individu mengenai dunia kerja
3). Goal Selection
Kemampuan individu dalam membuat pilihan karir yang sesuai dengan
dirinya.
4). Planning
Dapat mengetahui dan merencanakan tahap-tahap untuk mendapatkan
karir yang tepat.
5). Problem Solving
Kemampuan individu untuk dapat menyelesaikan masalah dalam membuat
B. KEMANDIRIAN
1. Pengertian Kemandirian
Setiap manusia dituntut untuk menjadi individu yang mandiri. Steinberg
(2002) mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan individu untuk
berperilaku sesuai dengan caranya sendiri. Perubahan kognitif dan sosial dapat
mempengaruhi kemandirian pada masa remaja. Seorang remaja yang mandiri
dapat membuat keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain, dapat
mengandalkan diri dan lebih bertanggung jawab pada keputusan yang telah
dibuat.
Ryan dan Lynch (dalam Newman & Newman, 1991) mendefinisikan
kemandirian sebagai suatu kemampuan untuk mengatur perilaku, memilih dan
memandu tindakan dan keputusan, tidak tergantung pada orang tua. Menurut
Masrun,dkk (1986) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan
seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan diri sendiri
untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan
untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu berpikir dan bertindak
original, kreatif dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungannya,
mempunyai rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri, menghargai
keadaan diri sendiri, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan
bahwa kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertindak dengan caranya
sendiri, dapat membuat keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain dan mampu
2. Aspek-aspek Kemandirian
Steinberg (2002) mengemukakan aspek-aspek kemandirian sebagai berikut:
a. Kemandirian Emosional
Aspek ini berhubungan dengan perubahan hubungan kedekatan individu,
khususnya pada orang tua. Hubungan antara orang tua dan anaknya berubah
sepanjang kehidupan. Pada masa remaja, individu tidak terlalu tergantung secara
emosional pada orangtuanya dibandingkan ketika mereka masih kanak-kanak. Hal
ini dikarenakan mereka tidak selalu datang kepada orang tuanya ketika sedang
memiliki masalah, tidak selalu menganggap orang tua mereka mengetahui
segalanya dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman mereka.
Perubahan-perubahan hubungan antara orangtua dan anak inilah yang
menggambarkan perkembangan kemandirian emosional.
b. Kemandirian Perilaku
Pada aspek ini terdapat kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan
selanjutnya melaksanakan keputusan tersebut. Remaja yang mandiri secara
perilaku dapat meminta pendapat orang lain ketika hal itu sesuai namun tetap
membuat keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Selama masa
remaja kemampuan untuk membuat keputusan meningkat. Perkembangan
kemandirian perilaku ini mengakibatkan remaja mampu untuk melihat ke depan,
hasil yang akan di dapat dari pilihan-pilihan yang tersedia serta mengetahui
resikonya; remaja juga dapat menyadari bahwa ketertarikan pada suatu hal dapat
dipengaruhi nasehat dari orang lain serta menyadari nilai-nilai untuk menjadi
c. Kemandirian Nilai
Pada aspek ini remaja dapat mengetahui mengenai hal yang benar atau salah,
mengenai hal yang penting atau tidak. Remaja juga memiliki prinsip dalam
melakukan berbagai hal. Perubahan konsep moral, politik, ideologi, dan agama
pada masa remaja merupakan bentuk perkembangan dari kemandirian nilai.
Perkembangan kemandirian nilai didukung dengan perkembangan emosional dan
perilaku.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Ali dan Asrori (2004) menyatakan ada sejumlah faktor yang sering
dihubungkan dengan kemandirian, yaitu sebagai berikut:
a. Gen atau Keturunan Orang Tua
Orang tua yang memiliki sifat mandiri yang tinggi akan menurunkan sifat
kemandirian tersebut kepada anaknya. Namun hal ini masih menjadi perdebatan,
karena sesungguhnya bukan sifat mandiri yang diturunkan oleh orang tua kepada
anaknya melainkan sifat mandiri tersebut muncul karena cara mendidik yang
dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.
b. Pola Asuh Orang Tua
Cara orang tua mengasuh anaknya akan mempengaruhi perkembangan
kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak melarang anaknya tanpa disertai
dengan penjelasan akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Suasana
Ketika orang tua sering membandingkan anaknya yang satu dengan yang lainnya
akan berpengaruh kurang baik terhadap kemandirian anak.
c. Sistem Pendidikan di Sekolah
Perkembangan kemandirian remaja akan terhambat jika proses pendidikan di
sekolah tidak mengembangkan proses demokrasi, artinya sekolah cenderung tidak
memberikan kesempatan kepada remaja untuk berargumentasi. Proses pendidikan
yang lebih menekankan pemberian hukuman juga akan menghambat
perkembangan kemandirian remaja. Proses pendidikan yang memberikan
penghargaan dan suasana kompetisi yang aktif akan memberikan pengaruh positif
terhadap perkembangan kemandirian anak.
d. Sistem Kehidupan di Masyarakat
Lingkungan masyarakat yang aman, tidak menekankan pentingnya hirarki
sosial, dan menghargai potensi remaja dalam berbagai bentuk kegiatan akan lebih
mendorong perkembangan kemandirian remaja. Namun sistem kehidupan
masyarakat yang menekankan pentingnya hirarki sosial, lingkungan masyarakat
yang tidak aman dan tidak menghargai potensi remaja dapat menghambat
perkembangan kemandirian remaja.
C. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Siswa Sekolah Menengah Atas yang berusia di antara 15-18 tahun berada pada
masa remaja. Remaja adalah masa transisi perkembangan yang dimulai dari usia
perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia, Olds, dan Feldman, 2007).
Santrock (2003) mendefinisikan masa remaja sebagai masa perkembangan transisi
antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,
dan sosio-emosional.
Monks (1998) menyatakan bahwa remaja berada diantara anak-anak dan
dewasa, belum mampu menguasai fungsi-fungsi fisik dan psikis. Remaja pada
umumnya masih duduk di bangku sekolah menengah atau perguruan tinggi.
Hurlock (1980) menyatakan bahwa istilah “adolescence” mencakup kematangan mental, fisik, emosional dan sosial.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa
transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya masih duduk
di bangku sekolah menengah atau perguruan tinggi yang mencakup perubahan
fisik, kognitif dan psikososial.
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) ada beberapa tugas perkembangan
pada masa remaja, yaitu:
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
laki-laki maupun perempuan.
b. Mencapai peran sosial laki-laki dan perempuan.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang-orang dewasa
lainnya.
f. Mempersiapkan karier ekonomi.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan
Monks (1998) mengemukakakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
remaja terhadap pendidikan:
a. Sikap terhadap teman sebaya: orientasi sekolah atau kerja
b. Sikap orang tua: pendidikan sebagai batu loncatan kearah mobilitas sosial atau
suatu kewajiban karena hukum.
c. Nilai-nilai yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akademis.
d. Sikap terhadap guru-guru, disiplin serta kebijakan akademis.
e. Keberhasilan dalam berbagai ekstrakurikuler.
f. Dukungan sosial dari teman-teman sekelas.
D. HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA REMAJA
Remaja berada pada masa transisi perkembangan yang dimulai dari usia 10
atau 11 tahun hingga awal usia dua puluhan. Terdapat berbagai perubahan pada
(Papalia, Olds, dan Feldman, 2007). Demikian pula siswa-siswi yang sedang
menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berusia antara
15-18 tahun, dapat digolongkan pada masa remaja. Setelah siswa-siswi menamatkan
pendidikannya di SMA, sebagian siswa akan melanjutkan pendidikannya ke
Perguruan Tinggi, namun ada pula yang mungkin ingin bekerja (Monks, 1998).
Menurut Rowland (2004) yang melakukan penelitian di Bahama, remaja akan
membuat suatu keputusan mengenai karir di masa depan dan oleh sebab itu harus
dipersiapkan dengan baik.
Savickas (2001) menyatakan bahwa salah satu hal yang sulit dilakukan pada
masa remaja adalah membuat suatu keputusan terhadap beberapa pilihan karir
yang tersedia. Menurut Dhillon dan Kaur (2005) yang melakukan penelitian di
Amritsar, banyaknya pilihan karir yang tersedia membuat remaja mengalami
kesulitan untuk membuat keputusan yang tepat. Taganing,dkk (2007) menyatakan
bahwa untuk dapat memilih dan merencanakan karir secara tepat, dibutuhkan
kematangan karir. Menurut Super (dalam Winkel, 2006) kematangan karir
merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu.
Super (dalam Savickas, 2001) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang
atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya
untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang adekuat mengenai
pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Oleh sebab itu, untuk
membuat suatu keputusan yang tepat dibutuhkan informasi mengenai minat
Super (dalam Syahrul, 2011) mengemukakan bahwa terdapat ciri-ciri individu
dengan kematangan karir yang tinggi, yaitu memiliki pilihan karir yang relatif
konsisten dan realistik, mandiri dalam melakukan pilihan karir dan memiliki sikap
memilih karir yang positif. Sedangkan, ciri-ciri individu dengan kematangan karir
yang rendah adalah pemikiran tentang karir yang relatif berubah dan tidak
realistik, belum mandiri dalam mengambil keputusan karir, dan ragu dalam
mengambil keputusan karir.
Ciri-ciri individu yang memiliki kematangan karir yang tinggi adalah individu
yang mandiri dalam membuat suatu keputusan. Menurut Steinberg (2002)
kemandirian sebagai kemampuan individu untuk berperilaku sesuai dengan
caranya sendiri. Perubahan kognitif dan sosial dapat mempengaruhi kemandirian
pada masa remaja. Seorang remaja yang mandiri dapat membuat keputusan
sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain, dapat mengandalkan diri dan lebih
bertanggung jawab pada keputusan yang telah dibuat.
Remaja yang mandiri tidak tergantung secara emosional dengan orang tua
lagi. Hill dan Holmbeck (dalam Steinberg, 2002) menyatakan bahwa remaja yang
mandiri secara perilaku dapat meminta pendapat orang lain pada waktu yang
tepat, mempertimbangkan pilihan-pilihan alternatif berdasarkan penilaiannya
sendiri ataupun saran dari orang lain, lalu membuat keputusan yang tepat. Selama
masa remaja kemampuan untuk membuat keputusan meningkat. Dengan demikian
remaja diharapkan dapat lebih bertanggung jawab akan masa depannya dan
mengetahui resiko-resiko yang ada ketika membuat suatu keputusan (Steinberg,
Dengan kemandirian yang dimiliki banyak hal positif yang didapatkan oleh
remaja, yaitu rasa percaya diri, tidak tergantung orang lain, tidak mudah
dipengaruhi dan dapat berfikir secara lebih objektif (Mu’tadin, 2002).
E. HIPOTESA
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesa
penelitian ini:
“Ada hubungan positif antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa
SMA, dimana semakin tinggi tingkat kemandirian maka semakin tinggi pula
BAB III
METODE PENELITIAN
A. IDENTIFIKASI VARIABEL
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Variabel bebas : Kemandirian
Variabel tergantung : Kematangan Karir
B. DEFINISI OPERASIONAL
1. Kematangan Karir
Kematangan karir adalah kesiapan individu dalam menghadapi tugas
perkembangan karir khususnya pada remaja yang berada di tahap eksplorasi di
mana individu mulai mengumpulkan informasi mengenai pilihan-pilihan karir
yang disesuaikan dengan minat dan kemampuannya serta dapat membuat
keputusan terhadap pilihan-pilihan karir tersebut. Kematangan karir ini di ukur
dengan menggunakan Inventori Kematangan Karir (Career Maturity Inventory) dari Crites dan Savickas (1995) yang telah diadaptasi sesuai budaya Indonesia
oleh Taganing, Putri, Raharjo, Muluk, dan Rifameutia (2006).
Alat ukur ini terdiri dari 2 bagian, yaitu skala sikap kematangan karir yang
terdiri dari 30 aitem berbentuk aitem favourable dan unfavourable dengan menggunakan dua pilihan jawaban yaitu Setuju (S) dan Tidak Setuju (TS), dan tes
kompetensi kematangan karir yang terdiri dari 50 aitem dengan menggunakan tiga
jawaban yaitu Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Tidak Tahu (TT). Skor total
yang diperoleh merupakan indikasi seberapa tinggi kematangan karir yang
dimiliki subjek. Semakin tinggi skor total maka semakin tinggi pula kematangan
karirnya, sebaliknya semakin rendah skor total maka semakin rendah pula
kematangan karirnya.
2. Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan individu untuk tidak tergantung secara
emosional dengan orangtuanya, dapat membuat keputusan sendiri serta individu
memiliki prinsip yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.
Kemandirian diukur dengan menggunakan skala kemandirian yang disusun oleh
peneliti berdasarkan aspek-aspek kemandirian yang dikemukakan oleh Steinberg
(2002) yaitu kemandirian emosional, kemandirian perilaku dan kemandirian nilai.
Pada skala ini terdiri dari aitem favourable dan unfavourable, dengan menggunakan lima pilihan jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral
(N), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor total yang diperoleh
merupakan indikasi seberapa tinggi kemandirian yang dimiliki subjek. Semakin
tinggi skor total maka semakin tinggi pula kemandiriannya, sebaliknya semakin
rendah skor total maka semakin rendah pula kemandiriannya.
C. POPULASI DAN SUBJEK PENELITIAN
Menurut Hadi (2000) populasi adalah keseluruhan dari individu yang akan
digeneralisasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas XII
SMA Negeri 1 Lubuk Pakam yang berjumlah 233 siswa/siswi yang terdiri dari
153 siswa/siswi jurusan IPA dan 80 siswa/siswi jurusan IPS dengan asumsi para
siswa-siswi kelas XII akan dihadapkan pada pilihan untuk menentukan rencana
berikutnya setelah tamat dari SMA, seperti melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi. Pada penelitian ini subjek penelitian yang digunakan adalah
seluruh populasi, namun hanya 192 siswa /siswi yang hadir ketika pengambilan
data penelitian dilakukan.
D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA 1. Skala Kematangan Karir
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan skala untuk mengukur kematangan
karir yang diberikan pada siswa. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data
yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau
konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar,
2010).
Kematangan karir ini di ukur dengan menggunakan Inventori Kematangan
Karir (Career Maturity Inventory) dari Crites dan Savickas (1995) yang telah diadaptasi sesuai budaya Indonesia oleh Taganing, Putri, Raharjo, Muluk, dan
koefisien sebesar 0.702. Hal ini menunjukkan bahwa Career Maturity Inventory
yang diadaptasi ke dalam budaya Indonesia memadai untuk digunakan dalam riset
sebagai alat ukur kematangan karir.
Alat ukur ini terdiri dari 2 bagian, yaitu skala sikap kematangan karir yang
terdiri dari 30 aitem berbentuk aitem favourable dan unfavourable dengan menggunakan dua pilihan jawaban yaitu Setuju (S) dan Tidak Setuju (TS), dan tes
kompetensi kematangan karir yang terdiri dari 50 aitem dengan menggunakan tiga
pilihan jawaban yaitu Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Tidak Tahu (TT). Setiap
pertanyaan memiliki kunci jawaban yang telah ditetapkan. Jika jawabannya benar
akan diberikan nilai 1, sedangkan salah dan tidak menjawab akan diberikan nilai
0. Pada tes kompetensi akan diberikan waktu selama 2,5 menit per bagian untuk
membaca dan menjawab pertanyaan yang telah disusun.
2. Skala Kemandirian
Kemandirian diukur dengan menggunakan skala kemandirian yang disusun
oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kemandirian yang dikemukakan oleh
Steinberg (2002), yaitu kemandirian emosional, kemandirian perilaku dan
kemandirian nilai. Pada skala ini terdiri dari aitem favourable dan unfavourable
dengan menggunakan lima pilihan jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),
Netral (N), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Setiap aitem yang diberikan dalam skala memiliki lima alternatif pilihan
jawaban, di mana subjek diminta untuk memilih “STS” (sangat tidak sesuai),
aitem favourable akan diberikan skor 1 = “STS”, 2 = “TS”, 3 = “N”, 4 = “S” hingga 5 = “SS”. Sedangkan untuk aitem unfavourable akan diskor sebaliknya.
E. VALIDITAS, UJI DAYA BEDA AITEM DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
Baik tidaknya suatu penelitian ditentukan oleh suatu alat ukur. Oleh karena itu
suatu alat ukur sebelum digunakan dalam suatu penelitian harus memiliki syarat
validitas dan reliabilitas sehingga alat tersebut tidak menyesatkan hasil
pengukuran dari kesimpulan yang akan didapat.
1. Validitas
Azwar (2012) menyatakan untuk mengetahui skala psikologi mampu
menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan ukurnya diperlukan uji
validitas. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur, dalam hal ini
angket diuji validitasnya dengan menggunakan professional judgement. Pada penelitian ini yang bertindak menjadi professional judgement adalah dosen pembimbing.
2. Uji Daya Beda Aitem
Uji daya beda item dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu
membedakan suatu individu atau kelompok individu yang memiliki atribut
dengan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip dasar melakukan seleksi
fungsi skala. Dengan kata lain, dasarnya adalah memilih aitem yang mengukur hal
yang sama dengan yang diukur oleh skala sebagai keseluruhan (Azwar, 2010).
Untuk menguji daya beda aitem-aitem, peneliti menggunakan formula koefisien
korelasi Pearson Product Moment.
Menurut Azwar (2010) nilai diskriminasi aitem yang dianggap sudah
memuaskan adalah 0,3. Penghitungan daya diskriminasi aitem dalam uji coba ini
dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 17.0 for windows.
3. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur yang
mengandung arti kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel tidak
akan konsisten dari waktu ke waktu (Azwar, 2012). Pengujian reliabilitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.
F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Tahap Persiapan Penelitian
Dalam tahap persiapan ini ada beberapa hal yang dilakukan oleh peneliti,
yaitu:
a. Pembuatan alat ukur
budaya Indonesia oleh Taganing, Putri, Raharjo, Muluk, dan Rifameutia (2006).
Alat ukur ini terdiri dari 2 bagian, yaitu skala sikap dan skala kompetensi. Skala
sikap kematangan karir yang terdiri dari 30 aitem berbentuk aitem favourable dan
unfavourable dengan menggunakan dua pilihan jawaban yaitu Setuju (S) dan Tidak Setuju (TS), dan tes kompetensi kematangan karir yang terdiri dari 50 aitem
dengan menggunakan tiga pilihan jawaban yaitu Setuju (S), Tidak Setuju (TS),
dan Tidak Tahu (TT). Setiap pertanyaan memiliki kunci jawaban yang telah
ditetapkan. Jika jawabannya benar akan diberikan nilai 1, sedangkan salah dan
tidak menjawab akan diberikan nilai 0.
Kemandirian diukur dengan menggunakan skala kemandirian yang disusun
oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kemandirian yang dikemukakan oleh
Steinberg (2002), yaitu kemandirian emosional, kemandirian perilaku dan
kemandirian nilai. Pada skala ini terdiri dari aitem favourable dan unfavourable
dengan menggunakan lima pilihan jawaban yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S),
Netral (N), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Setiap aitem yang
diberikan dalam skala memiliki lima alternatif pilihan jawaban, di mana subjek
diminta untuk memilih “STS” (sangat tidak sesuai), “TS” (tidak sesuai), “N”
(netral), “S” (sesuai), atau “SS” (sangat sesuai). Setiap aitem favourable akan
diberikan skor 1 = “STS”, 2 = “TS”, 3 = “N”, 4 = “S” hingga 5 = “SS”.
Tabel 1. Blue Print Skala Kemandirian Sebelum Uji Coba
Aspek Indikator Perilaku Nomor Aitem Jum
lah
Favourable Unfavourable
Kemandirian
Emosional
Bertanggung jawab 7,9,14,20 1,4,17 7
Tidak tergantung secara
emosional dengan orang
tua.
2,12,15,21 5,11,19 7
Tidak menganggap
orang tua adalah yang
mengetahui segalanya
3,6,16 8,10,13,18 7
Kemandirian
Perilaku
Dapat membuat
keputusan sendiri
23,28,35,37 25,32,38 7
Tidak mudah
dipengaruhi orang lain
29,31,34 24,27,39,41 7
Percaya pada diri sendiri 30,36,40 22,26,33,42 7
Kemandirian
Nilai
Dapat membedakan hal
yang benar dan salah
sesuai dengan
keyakinannya
44,50,54 46,49,57 6
Memiliki prinsip yang
kuat
47,51,58 43,53,55 6
Keyakinan akan
nilai-nilai dalam diri sendiri
semakin terbentuk
52,59,60 45,48,56 6
b. Mencari Informasi
Sebelum peneliti melakukan pengambilan data, terlebih dahulu diawali dengan
mencari informasi tentang sekolah yang dapat dijadikan subjek penelitian yang
sesuai dengan kriteria subjek penelitian yang akan digunakan. Setelah ditemukan,
peneliti mencari informasi-informasi yang diperlukan serta jumlah siswa di
sekolah tersebut. Peneliti juga melakukan wawancara kepada beberapa siswa
kelas XII dan guru Bimbingan Konseling di SMA N 1 Lubuk Pakam. Peneliti juga
memberikan angket kepada 70 siswa sebagai data awal untuk penelitian.
c. Uji coba alat ukur
Sebelum skala digunakan untuk pengambilan data, peneliti melakukan uji
coba (try-out) skala kemandirian pada tanggal 4 dan 5 Februari 2014 terhadap 100 siswa. Namun dari hasil try out tersebut, banyak aitem-aitem yang gugur dan tidak memenuhi standar untuk dijadikan alat ukur sehingga peneliti merevisi ulang alat
ukur tersebut. Setelah merevisi ulang alat ukur tersebut, peneliti melakukan uji
coba sekaligus melakukan pengambilan data penelitian terhadap 192 siswa/siswi
kelas XII SMA Negeri I Lubuk Pakam.
Uji coba kedua ini dilakukan bersama dengan pengambilan data penelitian,
dengan alasan para siswa akan segera menghadapi Ujian Nasional. Oleh karena
itu waktunya tidak memungkinkan untuk melakukan try out secara terpisah dengan pengambilan data. Jumlah sampel dalam penelitian ini ada 192 siswa dari
jumlah keseluruhan siswa sebanyak 233 siswa. Namun terdapat 41 siswa yang
tidak hadir ketika penelitian dilaksanakan sehingga sampel yang digunakan
d. Revisi Alat Ukur
Uji coba alat ukur yang telah dilakukan oleh peneliti menghasilkan nilai daya
beda aitem serta reliabilitas skala kemandirian yang diuji dengan menggunakan
SPSS for windows 17.0 version. Pada penelitian ini, indeks daya beda aitem yang digunakan minimal 0,20. Menurut Azwar (2010) indeks daya beda aitem dapat
diturunkan hingga 0.20 jika aitem-aitem yang diinginkan tidak mencukupi.
Jumlah aitem yang diujicobakan pada skala kemandirian adalah 60 aitem. Dari
60 aitem yang telah diujicobakan, didapatkan 46 aitem yang diterima dan 14 aitem
yang gugur. Aitem-aitem yang gugur terdiri dari 6 aitem yang mengukur aspek
kemandirian emosional, 2 aitem kemandirian perilaku dan 6 aitem kemandirian
Tabel 2. Distribusi AitemSkala Kemandirian Setelah Uji Coba
Aspek Indikator Perilaku Nomor Aitem Jumlah
Favourable Unfavourable
Kemandirian
Emosional
Bertanggung jawab 7,9,14 1,4,17 6
Tidak tergantung
secara emosional
dengan orang tua.
12,15 5,11,19 5
Tidak menganggap
orang tua adalah
yang mengetahui
segalanya
3 8,13,18 4
Kemandirian
Perilaku
Dapat membuat
keputusan sendiri
35,37 25,32,38 5
Tidak mudah
dipengaruhi orang
lain
29,31,34 24,27,39,41 7
Percaya pada diri
sendiri
30,36,40 22,26,33,42 7
Kemandirian
Nilai
Dapat membedakan
hal yang benar dan
salah sesuai dengan
keyakinannya
44,54 46,49,57 5
Memiliki prinsip yang kuat
47 43,53,55 4
Keyakinan akan
nilai-nilai dalam diri
sendiri semakin
terbentuk
60 45,56 3
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai dengan memasukkan surat izin mengambil data
penelitian dari universitas yang diserahkan kepada Kepala Sekolah SMA N 1
Lubuk Pakam. Setelah mendapatkan izin dari sekolah, lalu peneliti menuju
kelas-kelas yang telah dipilih oleh guru yang mendampingi peneliti. Setelah
mendapatkan izin dari guru yang sedang mengajar, peneliti mulai membagikan
skala penelitian kepada para subjek di kelas tersebut. Pelaksanaan pengambilan
data untuk skala kematangan karir dilakukan pada tanggal 6 dan 7 Maret 2014.
Pengambilan data untuk skala kemandirian dilakukan pada tanggal 17 dan 18
Maret 2014.
3. Pengolahan Data Penelitian
Peneliti mengumpulkan skala-skala dari subjek untuk untuk mendapatkan nilai
dari masing-masing skala. Setelah didapatkan nilai kemandirian dengan
kematangan karir, peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan
bantuan aplikasi komputer SPSS for Windows17.0 version.
G. METODE ANALISA DATA
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Alasan digunakannya teknik korelasi ini disebabkan karena pada penelitian ini memiliki tujuan ingin melihat hubungan
antara satu variabel bebas (kemandirian) dengan satu variabel tergantung
dilakukan uji asumsi terhadap hasil penelitian yang meliputi uji normalitas dan
linearitas.
1. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi dari penelitian
masing-masing variabel yaitu variabel bebas dan terikat telah menyebar secara
normal. Uji normalitas sebaran dianalisis dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan bantuan SPSS 17.0 for Windows. Data dikatakan normal jika didapatkan nilai p > 0,05 dan sebaliknya jika p < 0.05 maka data dinyatakan tidak
normal (Hadi, 2000).
2. Uji linieritas
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian,
yaitu variabel bebas (kemandirian) dan variabel terikat (kematangan karir)
memiliki hubungan linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan test for linearity dengan bantuan SPSS 17.0 for Windows. Data dapat dikatakan linier jika nilai p < 0.05, sebaliknya jika p > 0.05 berarti data dinyatakan tidak linier (Hadi,
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian.
Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek
penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.
A. GAMBARAN SUBJEK PENELITIAN
Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 192 orang dengan 46
orang laki-laki dan 146 orang perempuan. Gambaran yang diperoleh dari setiap
subjek penelitiandibagi jenis kelamin.
Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat terlihat pada
[image:52.595.117.504.500.614.2]tabel di bawah ini.
Tabel 3. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-Laki 46 24 %
Perempuan 146 76%
Jumlah 192 100 %
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa jumlah subjek paling banyak adalah yang
berjenis kelamin perempuan yaitu 146 orang (76%) sementara subjek yang
B. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi
Jumlah skala yang disebarkan kepada subjek penelitian sebanyak 192. Setelah
dilakukan pemeriksaan terhadap skala tersebut maka keseluruhan skala tersebut
telah memenuhi syarat untuk dilakukan analisis.
Sebelum analisis data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus dilakukan
terlebih dahulu yaitu berupa uji normalitas dan uji linearitas. Pengujian asumsi
dan analisa data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 17.0 for Windows.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian telah
menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
Kolmogorrov-Smirnov. Data dikatakan terdistribusi normal jika harga p > 0.05 dan jika p < 0.05 maka data tidak terdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat
[image:53.595.147.478.572.678.2]terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Kemandirian dan Kematangan Karir
Berdasarkan tabel 4 terlihat hasil uji normalitas variabel kematangan karir
diperoleh nilai p= 0.20 dan variabel kemandirian dengan nilai p=0.065. Hal ini Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
KK .050 192 .200*
KEMANDIRIAN .063 192 .065
a. Lilliefors Significance Correction
menunjukkan bahwa masing-masing variabel memiliki nilai p > 0.05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa data dari variabel kemandirian dengan kematangan karir
terdistribusi secara normal.
b. Uji Linieritas Hubungan
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel kematangan karir
dan kemandirian memiliki hubungan yang linier. Uji linieritas dilakukan dengan
menggunakan teknik Analisa Varians. Kedua variabel dikatakan memiliki
hubungan yang linier jika nilai p < 0.05 dan tidak linier jika nilai p > 0.05. Hasil
[image:54.595.113.511.431.666.2]uji linieritas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Hasil Uji Linearitas Variabel Kemandirian dengan Kematangan Karir
Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
KK * KE MA NDI RIA N
Between Groups
(Combined) 3258.646 61 53.420 1.276 .125
Linearity 750.372 1 750.372 17.92 1
.000
Deviation from Linearity
2508.275 60 41.805 .998 .492
Within Groups 5443.270 130 41.871
Total 8701.917 191
Dari hasil uji linieritas variabel kemandirian dengan kematangan karir,
diperoleh nilai p=0.000. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p (0.000) < 0.05,
2. Hasil Analisa Data a. Hasil Korelasi Data
Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan antara
kemandirian dengan kematangan karir, maka digunakan uji statistik Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS 17.0 for windows. Jika nilai p<0.05 maka Ho akan ditolak sementara Ha akan diterima. Jika p>0.05 maka Ha ditolak dan Ho
[image:55.595.135.489.347.481.2]diterima. Hasil korelasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 6. Korelasi antara Kemandirian dengan Kematangan Karir
KK KEMANDIRIAN
KK Pearson Correlation 1 .294**
Sig. (1-tailed) .000
N 192 192
KEMANDIRIAN Pearson Correlation .294** 1 Sig. (1-tailed) .000
N 192 192
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkaan uji statistik diperoleh koefisien korelasi (r) 0.294 dan p= 0.000,
sehingga dapat dikatakan bahwa Ha diterima, yang berarti terdapat hubungan
antara kemandirian dengan kematangan karir, dimana semakin tinggi
kemandiriannya, maka semakin tinggi pula kematangan karirnya, dan sebaliknya.
b. Kategorisasi
Interpretasi terhadap skor suatu skala merupakan suatu proses pengukuran
atribut psikologis. Dalam menginterpretasikannya dapat dihasilkan
Skala kemandirian berjumlah 40 aitem yang bergerak dari nilai 1 hingga 5.
Dari skala tersebut diperoleh nilai minimum sebesar 40 dan nilai maksimum
sebesar 200. Data penelitian tentang kemandirian dapat dilihat pada tabel 7
[image:56.595.139.514.273.362.2]berikut:
Tabel 7. Nilai Empirik dan Hipotetik Variabel Kemandirian
Variabel
Skor Empirik Skor Hipotetik
Min Max Mean SD Min Max Mean SD
Kemandirian 123 212 165 16 46 230 138 31
Berdasarkan tabel 7 diperoleh mean empirik untuk kemandirian sebesar 165
dengan SD empirik sebesar 16, sedangkan untuk mean hipotetiknya sebesar 138
dengan SD hipotetik sebesar 31. Hasil tersebut menunjukkan bahwa meanempirik
lebih besar daripada mean hipotetik. Hal ini menunjukkan bahwa subjek
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kemandirian yang lebih
tinggi daripada kemandirian yang diharapkan dalam skala kemandirian.
Mean empirik dan standar deviasi yang telah diperoleh dapat digunakan untuk
mengkategorisasikan kemandirian menurut norma tertentu, oleh karena itu
kemandirian dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: rendah, sedang dan tinggi.
Tabel 8. Norma Kategorisasi
Rentang Nilai Kategori
X < (µ - 1.0 SD) Rendah
(µ - 1.0 SD) ≤ X < (µ + 1.0 SD) Sedang
X ≥ (µ + 1.0 SD) Tinggi
Tabel 9. Kategorisasi Subjek Variabel Kemandirian
Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase
X<107 Rendah 0 0%
107≤ X <169 Sedang 120 62.5%
X≥169 Tinggi 72 37.5%
Jumlah 100%
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa tidak ada subjek yang memiliki
kemandirian dalam kategori rendah sebesar (0%), kategori sedang sebesar 120