HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRAN
DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA
SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
YOGYAKARTA
Samuel Aditya Eko Putranto ABSTRAK
Penelitian ini membahas hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa-siswi kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kematangan karir, sedangkan variabel bebasnya adalah kemandirian. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir. Semakin tinggi kemandirian maka semakin tinggi pula kematangan karir. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 353 orang. Subjek dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu siswa-siswi SMK Negeri 2 Depok, Sleman. Metode pengumpulan data dengan penyebaran skala kemandirian yang dikembangkan oleh Yuanda dan skala kematangan karir yang dikembangkan oleh peneliti. Reliabilitas skala tersebut adalah 0,901 untuk skala kemandirian dan 0,930 untuk skala kematangan karir. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment. Hasil perhitungan menggunakan Product Moment menunjukkan terdapat hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa-siswi kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta dengan korelasi 0,659 pada taraf signifikansi 0,01. Koefisien determinasi yang dihasilakn adalah sebesar 0,434 (43,4%). Hasil tersebut menunjukkan sumbangan variabel kemandirian terhadap kematangan karir adalah sebesar 43,4%.
RELATIONSHIP BETWEEN AUTONOMY AND CAREER MATURITY AT STUDENTS OF SMK NEGERI 2 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA
Samuel Aditya Eko Putranto ABSTRACT
This research discussed about the correlation between autonomy and career maturity for the 3rd grade student of vocational high school 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Dependent variable in this research is career maturity and independent variable is autonomy. The proposed hypothesis are there is the correlation between autonomy and career maturity. If the autonomy got higher than the career maturity get higher too. Subject of this research were 353 students. Subjects were chose by purposive sampling method, which is the students of vocational high school 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Data were collected through spread the scale of autonomy which developed by Yuanda and career maturity scale developed by researchers.The reliability scale of autonomy as much as 0,901 and reliability of the scale of career maturity as much as 0,930. Data were analysed with correlation product moment technique. The result indicates that there’s a correlation between autonomy and career maturity for the 3rd grade student of 2 Depok, Sleman, Yogyakarta vocational school with the correlation is 0,659 at 0,01 level signification. Coefficient determination is 0,434 (43,4%). It’s indicated that the autonomy variabel contribution career maturity is 43,4%.
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRAN
DENGAN KEMATANGAN KARIR PADA
SISWA KELAS XII SMK NEGERI 2 DEPOK
SLEMAN YOGYAKARTA
S k r i p s i
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Samuel Aditya Eko Putranto 119114065
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
SKRIPSI
HUBUNGAI\ AI\ITARA KEMANDIRHN DENGAN KEMATAI\GAI{ KARIR PADA SISWA KELAS
)ilr
SMK NEGERT 2 DEPOK, SLEMAN,3
1
MAY 20i6Tanggal:... Dosen Pembimbing SkriPsi'
Mw
SKRIPSI
HUBT]NGAN ANTARA KEMANDIRIAI\ DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA SISWA KELAS
XII
SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAhI, YOGYAKARTADipersiapkan dan ditulis oleh:
Penguji
Nama
Penguji
l:
RatriPenguji 2:Dr. T. Pri
Penguji 3: Sylvia Carolina MYM., M.Si
fud,*&
AT
?f$
@,try
tl t .'nActbXSi
--{9
syrqKg{a
,
...
“
MOTTO
”
...
“
Diberkatilah orang yang mengandalkan
TUHAN, yang menaruh harapannya pada
TUHAN!
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yesus yang selalu ada dan
mendampingiku dalam setiap kehidupanku. Segala
sesuatu dicukupkan dan ditolong oleh Nya, karena
tidak ada yang tidak mungkin bagi Nya.
Bapak dan Ibuk yang sangat aku cintai, yang selalu kubanggakan, selalu memberikan yang terbaik
buat anaknya. Mereka selalu menjadi motivasi bagi
saya untuk melakukan yang terbaik dalam setiap
kehidupanku.
Keluarga besar Wonogiri dan Wonosobo yang
selalu mendukung dan memotivasi, terlebih ketika
saya sedang masa pemulihan dari operasi tangan yang
PERNYATAAI{ KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tutis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarla, April 2016
Penulis,
) t'/''' '/
//
,/./
,/
,/
///
--F:
,z I --'. /'//'//''
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRAN
DENGAN KEMATANGAN KARIR SISWA
SMK NEGERI 2 DEPOK SLEMAN
YOGYAKARTA
Samuel Aditya Eko Putranto ABSTRAK
Penelitian ini membahas hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa-siswi kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kematangan karir, sedangkan variabel bebasnya adalah kemandirian. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir. Semakin tinggi kemandirian maka semakin tinggi pula kematangan karir. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 353 orang. Subjek dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu siswa-siswi SMK Negeri 2 Depok, Sleman. Metode pengumpulan data dengan penyebaran skala kemandirian yang dikembangkan oleh Yuanda dan skala kematangan karir yang dikembangkan oleh peneliti. Reliabilitas skala tersebut adalah 0,901 untuk skala kemandirian dan 0,930 untuk skala kematangan karir. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi Product Moment. Hasil perhitungan menggunakan Product Moment menunjukkan terdapat hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa-siswi kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta dengan korelasi 0,659 pada taraf signifikansi 0,01. Koefisien determinasi yang dihasilakn adalah sebesar 0,434 (43,4%). Hasil tersebut menunjukkan sumbangan variabel kemandirian terhadap kematangan karir adalah sebesar 43,4%.
RELATIONSHIP BETWEEN AUTONOMY AND CAREER MATURITY AT STUDENTS OF SMK NEGERI 2 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTA
Samuel Aditya Eko Putranto ABSTRACT
This research discussed about the correlation between autonomy and career maturity for the 3rd grade student of vocational high school 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Dependent variable in this research is career maturity and independent variable is autonomy. The proposed hypothesis are there is the correlation between autonomy and career maturity. If the autonomy got higher than the career maturity get higher too. Subject of this research were 353 students. Subjects were chose by purposive sampling method, which is the students of vocational high school 2 Depok, Sleman, Yogyakarta. Data were collected through spread the scale of autonomy which developed by Yuanda and career maturity scale developed by researchers.The reliability scale of autonomy as much as 0,901 and reliability of the scale of career maturity as much as 0,930. Data were analysed with correlation product moment technique. The result indicates that there’s a correlation between autonomy and career maturity for the 3rd grade student of 2 Depok, Sleman, Yogyakarta vocational school with the correlation is 0,659 at 0,01 level signification. Coefficient determination is 0,434 (43,4%). It’s indicated that the autonomy variabel contribution career maturity is 43,4%.
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA
ILMIAH
UNTUK KEPE,NTINGAN AKADEMISYanq bertanda tasan di bawah ini. saya mahasiswa ljniversitas Sanata Dharma Nama : Samuel Aditva Eko Putranto
Nomor
Mahasiswa
: 1191 14065Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN AN'TARA KEMANDIRIAN DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA SISWA KELAS
XII
SMK NEGERI 2 DEPOK, SLEMAN, YOGYAKARTAberserta perangkat
yang
diperlukan(bila
ada). Dengan demikian, sayamemberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma
hak
untukmenyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta
tjin
dari sayamaupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Di buat di Yogyakarta
(Samuel Aditya Eko Putranto)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan kebaikan-Nya, sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan
baik. Skripsi ini tidak akan selesai tanpa dukungan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Kepala Program Studi Psikologi
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih karena ibu telah memberikan waktu serta kesempatan yang luar
biasa selama satu semester ini untuk bimbingan bersama ibu. Terima kasih
untuk selalu memberikan motivasi agar penulis dapat segera menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak C.Wijoyo Adinugroho, S. Psi, dan Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si.,
selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama
menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
5. Bapak dan Ibu Dosen, serta staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan ilmu dan wawasan yang sangat berguna
selama perkuliahan.
6. Bapak dan Ibuk, orang tua yang penulis cintai. Terimakasih karena telah
merawat dan memberikan kasih sayang tanpa batas kepada penulis. Terima
kasih akan motivasi yang diberikan dari seberang pulau di sana. Bapak dan
senyum bangga pada wajah Bapak dan Ibuk melalui setiap tanggung jawab
yang dipercayakan pada penulis.
7. Mas Agung, Mas Dwi, Mami Rossa, Budhe Erika, Bu Ismundari serta
teman-teman Tim Konseling Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gejayan, Yogyakarta
yang telah memberikan kesempatan untuk belajar mengenal diri sendiri,
penerimaan dan motivasi yang luar biasa. Kalian merupakan keluarga ku
yang mengenalkan penulis akan Tuhan Yesus lebih dalam melalui
pengalaman teman-teman.
8. Mas Ayodya, selaku direktur Biro Psikologi Coconut Manajemen Team yang
telah memberikan kesempatan luar biasa selama dua tahun kepada penulis
untuk bekerja part-time dan dapat mempraktekan ilmu psikologi yang sudah
didapat di kampus dengan berbagai kegiatan.
9. Teman-teman Divisi Peer-Counselor yang berjuang bersama sewaktu Diklat
Kebangsaan dan di masing-masing sekolah, berjuang agar adek-adek kita ag
layak dan berhak untuk meraih masa depan mereka dengan baik. Selain itu,
teman-teman Divisi Biro yang berjuang bersama selama setahun melayani
klien dan menjalankan proyek-proyek bersama. Namun sayang, aku jarang
mengambil proyek karena aku harus prioritas dengan kuliah yang dulu
sempat terlambat. Untuk teman-teman Divisi Biro 2016, kalian harus tetap
semangat!!
10.SMK Negeri 2 Depok, Sleman yang telah memberikan waktu dan
patner penelitian. Besar harapan agar penelitian ini dilanjutkan dengan
berbagai program-program bimbingan konseling.
11.Keluarga besar Siswosaputro dan Basirun yang selalu memotivasi penulis dan
selalu hadir dalam setiap waktu. Tuhan memberikan kasih yang melimpah
kepada kalian dan kalian memberikan aku kasih yang sangat besar juga.
Tuhan Yesus selalu menyertai kalian. Immanuel!
12.Keluarga FCBI Jogja, dan Fans Bayern Munchen Indonesia. Terimakasih
selama bertahun-tahun mendampingi dan memberikan semangat yang
membara,, terlebih ketika sedang berkumpul dan menikmati kemenangan.
Danke Bayern Munchen! Mia San Mia!
13.Teman-teman seperjuangan bimbingan Bunda Ratri yang saling memberikan
semangat dan motivasi dalam proses penyusunan skripsi. Semua akan selesai
pada waktuNya. Keep Fight!
14.Teman-teman seperjuangan Adi, Alek, Togi, Maya dan lainnya. Dari SMA
hingga sekarang kita harus tetap berjuang, hajar lei apapun yang didepan.
15.Teman-teman kost, Kunto, Gama, Joko, Gama, Pras, Bayu, dan lainnya.
Kalian harus tetap seterong... Yang terpenting adalah jangan lupa bayar
LISTRIK!!
16.Semua teman-teman seperjuangan di Fakultas Psikologi 2011, dan 2012 (Leo,
Rossa, Shela, Vita, Richard, dll) Universitas Sanata Dharma yang tidak dapat
17.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
bantuan, baik secara langsung maupun tidak, sehingga skripsi ini selesai
dengan baik. Kiranya Tuhan selalu memberkati kita semua.
Yogyakarta, April 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ...iii
MOTTO ...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi
ABSTRAK ...vii
ABSTRACT....viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH...ix
KATA PENGANTAR...x
DAFTAR ISI ...xiv
DAFTAR TABEL ...xvii
DAFTAR SKEMA ...xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...xix
BAB I. PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...1
C. Tujuan Penelitian ...10
D. Manfaat Penelitian ...10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...11
A. Kematangan Karir ...11
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kematangan Karir ...12
3. Tahap Perkembangan Karir ...15
4. Aspek Kematangan Karir ...16
B. Kemandirian ...19
1. Pengertian Kemandirian ...19
2. Aspek Kemandirian ...20
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kemandirian ...22
C. Remaja...23
1. Pengertian Remaja ...23
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja ...24
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja trhadap pendidikan.25 4. Kemandirian Remaja ...26
5. Kematangan karir pada Remaja ...26
D. Hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada remaja...28
E. Hipotesa ...33
BAB III. METODELOGI PENELITIAN...34
A. Jenis Penelitian ...34
B. Variabel Penelitian ...34
C. Definisi Operasional ...34
D. Subjek Penelitian ...37
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ...37
F. Validitas, Seleksi Aitem dan Reabilitas ...42
H. Analisis Data ...47
BAB IV. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...49
A. Pelaksanaan Penelitian ...49
B. Deskripsi Data Penelitian ...50
C. Analisis Data Penelitian ...53
1. Uji Normalitas ...54
2. Uji Linearitas ...54
3. Uji Hipotesis ...55
D. Pembahasan ...57
BAB V. PENUTUP ...63
A. Kesimpulan ...63
B. Keterbatasan Penelitian...63
C. Saran ...64
1. Bagi Siswa ...64
2. Bagi Sekolah ...64
3. Bagi Guru Bimbingan Konseling ...64
DAFTAR PUSTAKA...65
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Blue Print Skala Kemandirian ...38
Tabel 2. Blue Print Skala Kematangan Karir sebelum uji coba ...39
Tabel 3. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban ...41
Tabel 4. Blue Print Skala Kematangan Karir sebelum uji coba ...44
Tabel 5. Blue Print Skala Kematangan Karir setelah uji coba ...44
Tabel 6. Penyebaran subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ...50
Tabel 7. Deskripsi Statistik Data Penelitian ...51
Tabel 8. Norma Kategorisasi Skor ...52
Tabel 9. Kategorisasi Skor Kemandirian ...52
Tabel 10. Kategorisasi Skor Kematangan Karir ...53
Tabel 11. Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov- Smirnov ...54
Tabel 12. Hasil Pengujian Liniearitas ...55
DAFTAR SKEMA
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Penelitian Kemandirian
Lampiran 2. Skala Try-Out Kematangan Karir
Lampiran 3. Skala Penelitian Kematanagan Karir
Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 5. Analisis Uji Asumsi
Lampiran 6. Analisis Deskripsi Data Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan zaman sudah memasuki perdagangan bebas
yang memberi pengaruh cukup besar bagi pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi di Indonesia. Indonesia sendiri telah menyepakati perdagangan bebas
di kawasan ASEAN, yaitu MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Kehadiran
MEA membuat Indonesia harus menghadapi persaingan dalam berbagai
bidang. Persaingan tersebut berupa persaingan atas produk, jasa dan lapangan
pekerjaan. Keunggulan produk, jasa dan lapangan pekerjaan menjadi faktor
utama yang harus diperhatikan agar dapat membangun perekonomian negara.
Kualitas sumber daya manusia yang unggul sangat dibutuhkan untuk
memperoleh kualitas produk, jasa dan lapangan pekerjaan yang unggul
(www.crmsindonesia.org, 12 Oktober 2015).
Indonesia yang sedang membangun perekonomian tidak sanggup
menyediakan lapangan pekerjaan sehingga angka pengangguran di Indonesia
semakin meningkat. Lulusan perguruan tinggi belum tentu mendapat pekerjaan
yang sesuai dengan bidang keahliannya (Hatmadji, 2004).
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2015,
pengangguran terbuka paling banyak di Indonesia berasal dari lulusan SMK.
Pada Februari 2014, pengangguran yang terbuka paling banyak di Indonesia
berasal dari lulusan SMA sebesar 9,10%, diikuti lulusan SMP sebesar 7,44%,
terbuka paling banyak masih berasal dari lulusan SMK, yaitu sebesar 11,24%
diikuti lulusan SMA sebesar 9,55%. Pada Februari 2015 juga didapatkan
bahwa pengangguran terbuka paling banyak, yaitu sebesar 9,05% masih
berasal dari lulusan SMK, diikuti lulusan SMA sebesar 8,17%. Keseluruhan
jumlah pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2015 sebesar 5,81%
dan dari lulusan perguruan tinggi sebesar 5,34% (http://www.bps.go.id, 21
September 2015). Meskipun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diharapkan
bisa menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi pada kenyataannya pengangguran
terbuka paling banyak justru dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Namun, menuntut ilmu di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) bukan lagi
menjadi jaminan bahwa seseorang akan mudah memperoleh pekerjaan (Nurul,
2008).
Pekerjaan atau karir merupakan salah satu komponen penting dalam
kehidupan individu. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Atwater (1983)
yang menyatakan bahwa setiap individu ingin bekerja untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sukardi (1987) mengungkapkan bahwa setiap individu
memerlukan lapangan kerja untuk bekerja dan berhasil dengan pekerjaan yang
dijabatnya. Winkel (2006) menambahkan bahwa individu dapat merasa
frustrasi dan tegang apabila mereka tidak merasa puas dalam pekerjaannya.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa karir tidak hanya berkaitan dengan
fisik, tetapi juga aspek psiokologis individu, sehingga individu perlu
mendapatkan karir yang sesuai dengan bakat, minat, nilai dan kemampuan
yang dimiliki.
Masa remaja merupakan masa yang tepat untuk mempersiapkan karir,
karena remaja mulai memikirkan masa depan secara bersungguh-sungguh
(Hurlock, 2002). Lebih lanjut dijelaskan pula bahwa pada masa remaja, minat
yang dibawa dari masa kanak-kanak cenderung berkurang dan diganti oleh
minat yang lebih matang, antara lain minat pada karir. Pernyataan tersebut
senada dengan pendapat Santrock (2003) yang mengungkapkan bahwa minat
terhadap karir mulai terlihat lebih nyata pada remaja yang berusia antara 15-18
tahun. Havighurst (dalam Yusuf, 2011) menambahkan bahwa memilih dan
mempersiapkan karir merupakan salah satu tugas perkembangan yang penting
bagi remaja, sehingga tugas perkembangan ini perlu diselesaikan dengan baik,
karena dapat mempengaruhi masa depan individu dan sebagai persiapan untuk
menghadapi masa dewasa. Apabila remaja berhasil menyelesaikan tugas
perkembangannya, maka remaja akan merasa bahagia, dan apabila remaja
gagal menyelesaikan tugas perkembangannya, maka hal ini akan membuat
remaja merasa tidak bahagia serta kesulitan dalam menyelesaikan tugas
perkembangan selanjutnya.
Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai peer – counselor di salah satu
SMK, peneliti mendapati bahwa anak SMK ternyata tidak bermasalah dengan
kenakalan remaja melainkan mengalami kebingungan dengan masa depan
setelah mereka tamat dari sekolah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti
banyak diantara mereka yang masih bingung dan belum mampu mengambil
keputusan yang tepat dalam memilih jurusan studi selanjutnya atau berkeingan
bekerja. Banyak diantara mereka yang mengikuti teman – teman atau memilih jurusan yang sama sewaktu SMK dan sebagian juga ada yang memilih jurusan
yang berbeda sewaktu SMK.
“aku memilih kuliah mas, karena peluang bekerja untuk anak SMK
kayak aku masih kecil apalagi dibidang atau jurusan SMK ini. Aku di
jurusan Perminyakan. Kalaupun kuliah, aku mau jurusan yang berbeda.
Aku mau kuliah di Psikologi, karena peluang kerjanya lebih banyak.”
(siswa E, wawancara personal, 2 Oktober 2015)
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 62 siswa SMKN 2 Depok,
Sleman pada bulan Oktober 2015 menunjukkan bahwa terdapat 44 siswa atau
sebanyak 71% siswa SMKN 2 Depok, Sleman belum mempunyai perencanaan
karir dan belum mampu mengambil keputusan karir untuk masa depannya
setelah lulus SMK. Dari hasil angket tersebut juga didapatkan bahwa mereka
kurang mendapatkan informasi mengenai pilihan jurusan dan karir dari
sekolah. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan kepada salah
seorang guru Bimbingan dan Konseling :
“ di sekolah ini guru BK khususnya kelas 3 tidak mendapatkan waktu
khusus mas. Jadi guru BK harus meminta waktu kepada guru bidang
studi untuk menyampaikan beberapa informasi. Jadi siswa kurang
mendapatkan informasi tentang karir mereka.” (Pak B, wawancara
Selain guru Bimbingan dan Konseling, peneliti juga mewawancarai salah
seorang guru bidang studi :
“ kalau untuk kelas 3 memang guru BK jarang masuk kelas mas. Karena
bidang Kurikulum memfokuskan untuk pelajaran. Seharusnya tidak
begitu, karena kasihan anak – anak tidak mendapatkan informasi. Saya
juga prihatin mas, karena selama 2 tahun ini banyak anak – anak yang
sudah lulus tidak mengetahui mau kemana mereka setelah lulus.” (Pak
H, wawancara personal, 11 September 2015)
Berdasarkan inforamasi yang didapatkan peneliti, bahwa 25% dari seluruh
kelas XII di SMK tersebut belum memiliki kematangan karir yang baik. Fakta
yang terdapat di lapangan menunjukkan bahwa sebagian remaja tidak mampu
memilih dan mempersiapkan karir untuk masa depannya. Manrihu (1988)
mengungkapkan bahwa remaja mengalami kesulitan untuk merencanakan dan
memilih karir disebabkan oleh semakin meningkatnya kompleksitas dunia
kerja. Keadaan tersebut membuat remaja menunda untuk memutuskan karir
yang akan ditekuninya di masa depan.
Untuk memilih dan mempersiapkan karir ada tahapan yang harus dilalui
seorang remaja. Tahapan tersebut dimulai dengan mengumpulkan informasi
yang relevan tentang dirinya sendiri dan juga tentang dunia kerja. Lalu remaja
akan membuat gambaran mengenai bakat, hobi, nilai-nilai serta gaya hidup
yang mereka pilih yang sesuai dengan alternatif pekerjaan yang ada.
Berdasarkan hal tersebut remaja mulai membuat tujuan atau karir yang realistik
Kematangan karir penting dimiliki oleh remaja, karena remaja harus
memilih dan mempersiapkan karir dengan matang. Komandyahrini dan
Hawadi (2008) menyatakan bahwa kualitas pemilihan karir ditentukan oleh
kematangan karir. Kematangan karir yang dimiliki remaja akan membuat
remaja dapat menentukan bidang pekerjaan yang diinginkan. Kematangan karir
juga dapat digunakan sebagai prediktor untuk menentukan keberhasilan
individu dalam mengerjakan suatu pekerjaan (Syahrul dan Jamaluddin, 2007).
Pada masa sekolah menengah, pemilihan karir merupakan salah satu hal
yang cukup membingungkan untuk siswa. Winkel (2006) menyatakan bahwa
penggabungan antara faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan karir dengan perubahan – perubahan dalam pemilihan karir menyebabkan perkembangan karir merupakan suatu proses yang sangat kompleks.
Keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas – tugas perkembangan karir disebut kematangan karir. Seperti yang dinyatakan oleh Super (dalam Winkel,
2006) bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam
menyelesaikan tugas – tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Yost &
Corbishly (1987, dalam Safitri & Puji Lestrari, 2009) yang menyatakan bahwa
kematangan karir adalah kemampuan seseorang untuk berhasil menyelesaikan
tugas dalam proses pengembangan karir serta kesiapan seseorang untuk
membuat keputusan karir yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Menurut Super (dalam Brown, 2002) remaja berada pada tahap eksplorasi.
dirinya sendiri dan karir yang sesuai dengan dirinya (Brown, 2002). Santrock
(2003) menambahkan bahwa eksplorasi terhadap jalur karir merupakan suatu
hal yang penting dalam perkembangan karir remaja. Remaja cenderung
membuat pilihan – pilihan karir dan mengetahui lebih banyak mengenai karir dengan menggunakan kesempatan dan sumber daya dari lingkungan mereka
(Savickas, 2001).
Siswa yang sedang berproses untuk mencapai kematangan karir tidak lepas
dari berbagai kondisi yang memungkinkan berpengaruh dalam proses
mencapai kematangan karir. Hasan (2006) menyebutkan bahwa konsep diri,
vocational aspiration dan gender merupakan sejumlah variasi komponen pada
kematangan karir. Pernyataan ini sesuai dengan teori Holland (1985, dalam
Coertse & Schepers, 2004) yang menjelaskan bahwa faktor individu
(personal), dan lingkungan dimungkinkan berpengaruh terhadap kematangan
karir.
Kematangan karir juga dipengaruhi oleh kemandirian siswa. Menurut
Mappiare (1982) kemandirian adalah kemampuan dalam mempersiapkan diri
ke arah pekerjaan, berusaha untuk tidak selalu bergantung pada orangtua dan
orang lain serta mampu memilih. Remaja yang bergantung pada orang lain
menyebabkan remaja tidak percaya diri, mudah terpengaruh orang lain dan
selalu ragu – ragu dalam mengambil keputusan. Sesuai dengan yang dikemukakan Steinberg (2002) bahwa kemampuan individu untuk bertindak
dan memutuskan sesuatu sendiri disebut kemandirian. Kemandirian pada
mengambil keputusan sendiri dan mampu mempertanggungjawabkan tingkah
lakunya sendiri. Remaja yang memiliki kemandirian dapat membuat suatu
keputusan dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain.
Remaja yang berada pada tahap eksplorasi seharusnya sudah dapat membuat
suatu keputusan sesuai dengan minat dan kemampuan (Savickas, 2001).
Dengan demikian, kemandirian merupakan suatu hal yang penting dalam
membuat suatu keputusan mengenai karir di masa depan. Remaja yang mandiri
dapat membuat suatu keputusan tanpa mudah dipengaruhi oleh orang lain
(Steinberg, 2002). Remaja yang mandiri dapat membuat sebuah keputusan
akan menunjukkan kematangan karir remaja tersebut.
Sekolah merupakan wadah yang digunakan siswa berkenalan dengan dunia
kerja, sehingga sekolah digunakan sebagai penghubung yang menjembatani
remaja ke dunia pekerjaan. Salah satu institusi sekolah yang mempersiapkan
siswanya untuk mampu terjun langsung ke dunia kerja setelah lulus adalah
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Undang-Undang Republik Indonesia No
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi: Pendidikan
Kejuruan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk
dapat bekerja dalam bidang tertentu atau melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi sesuai dengan kompetensinya. Pernyataan di atas
mengandung makna bahwa SMK dituntut harus memiliki kemampuan dan
keterampilan yang sesuai dengan keahliannya sehingga setelah lulus
diharapkan mereka dapat memasuki dunia kerja sesuai dengan kompetensinya
Dengan demikian keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan di SMK
diukur dari seberapa besar lulusan SMK tersebut dapat terserap ke dunia kerja
sehingga pada akhirnya dapat mengurangi jumlah pengangguran.
Proses pembelajaran SMK menitikberatkan pada penerapan teori dan
keterampilan bersifat praktis sedangkan pembelajaran di SMA lebih
dititikberatkan pada fungsional yang berisi aspek teori. Keterampilan tersebut
mengarah pada bekal kecakapan atau ketrampilan khusus, mengutamakan
kemampuan yang mempersiapkan untuk langsung memasuki dunia kerja.
Sardiman (2007) mengemukakan bahwa tujuan instisional pendidikan di SMK
adalah mendidik siswa dengan pendidikan kejuruan yang dipilih. Manrihu
(1988) menambahkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan jembatan antara
manusia dengan pekerjaannya.
Berdasarkan beberapa data dan fakta yang didapat oleh peneliti pada siswa
SMK. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), mengarah pada profesi, artinya
setelah tamat, siswa diharapkan mampu menerapkan ilmunya didunia kerja,
tanpa membatasi kelebihannya yang juga bisa melanjutkan ke jenjang
Perguruan Tinggi (www.suarapembaharuan.com). Peneliti memilih SMK
Negeri 2 Depok sebagai tempat penelitian. Peneliti memilih sekolah tersebut
merupakan perintis Sekolah Tinggi Pembangunan dengan jurusan yang terbaik
seperti geologi pertambangan. Sekolah tersebut juga memiliki standar kualitas
yang baik sehingga calon siswa harus melalui beberapa tes psikotes,
wawancara dan kualifikasi NEM yang tinggi. Oleh karena itu, peneliti memilih
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, peneliti ingin
meneliti mengenai hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir
pada siswa SMK Negeri 2 Depok, Sleman.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka dalam penelitian
ini peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara kemandirian dengan
kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman.
C.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemandirian
dengan kematangan karir pada siswa kelas XII SMK Negeri 2 Depok, Sleman.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kemajuan atau pengembangan
ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan psikologi perkembangan.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris
mengenai kemandirian dan kematangan karir pada remaja.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada sekolah mengenai
tingkat kemandirian dan kematangan karir yang dimiliki siswa- siswa sekolah
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Kematangan Karir
1. Pengertian Kematangan Karir
Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan karirnya termasuk komponen pengetahuan dan sikap yang sesuai dengan perkembangan karirnya. Super (dalam Winkel, 2006) berpendapat bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu.
Yost dan Corbishly (dalam Seligman, 1994) mendefinisi kematangan karir sebagai kemampuan untuk melakukan keberhasilan negosisasi terhadap tugas
– tugas dan transisi dari perkembangan karirnya, serta kesiapan untuk
mengambil keputusan yang sesuai dengan usia (age-approriate) dan tahapan (stage – approriate). Super (dalam Savickas, 2001) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung informasi yang adekuat mengenai pekerjaan berdasarkan pencarian yang telah dilakukan.
tersebut. Savickas (dalam Patton, 2001) menyatakan bahwa kematangan karir adalah kesiapan individu untuk mengumpulkan informasi, membuat keputusan karir yang disesuaikan dengan usia dan menyesuaikannya dengan tugas-tugas perkembangan karir.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa kematangan karir adalah kemampuan remaja untuk merencanakan, mempersiapkan, dan mengambil keputusan karir berdasarkan pemahaman terhadap kemampuan diri dan informasi karir.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Kematangan Karir
Kematangan karir dipengaruhi oleh berbagai faktor dari individu maupun dari luar individu. Menurut Winkel dan Hastuti (2006), perkembangan karir dipengaruhi oleh:
a.Faktor internal
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kematangan karir, antara lain: i. Nilai-nilai kehidupan,yaitu nilai-nilai ideal yang dikejar oleh seseorang
di mana-mana dan kapanpun juga. Nilai- nilai ini menjadi pedoman dan pegangan dalam hidup sampai tua dan sangat menentukan gaya hidup seseorang.
iii. Bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang ketrampilan, atau bidang kesenian. Sekali terbentuk, suatu bakat khusus menjadi bekal yang memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang pekerjaan tertentu dan mencapai tingkatan yang lebih tinggi dalam suatu jabatan.
iv. Minat, yaitu kecenderungan yang agak menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan minatnya tersebut.
v. Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas pada seseorang, seperti riang gembira, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, lekas gugup, pesimis, dan ceroboh. Sifat-sifat tersebut akan mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja, apakah sifat-sifat tersebut akan mendukung atau menghambat seseorang dalam pekerjaannya.
vi. Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri. Informasi tentang dunia kerja yang dimiliki oleh remaja dapat akurat dan sesuai dengan kenyataan atau tidak akurat dan bercirikan idealisasi.
rendah, dan jenis kelamin. Untuk pekerjaan tertentu berlaku berbagai persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik.
b. Faktor Eksternal
Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kematangan karir antara lain: i. Masyarakat, yaitu lingkungan sosial budaya di masa remaja dibesarkan.
Lingkungan ini luas sekali dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga, yang pada gilirannya menanamkannya pada anak-anak. Pandangan ini mencakup gambaran luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, perasaan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat, dan cocok tidaknya jabatan tertentu untuk pria dan wanita.
ii. Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat dalam golongan sosial ekonomi tinggi, tengah dan rendah, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok-kelompok yang terbuka atau tertutup, bagi anggota dari kelompok lain.
iii. Status sosial ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah atau ayah dan ibu, daerah tempat tinggal, suku bangsa.
v. Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang akan dikomunikasikan kepada anak didik oleh guru maupun staf petugas bimbingan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam suatu pekerjaan, tinggi rendahnya status sosial jabatan dan kecocokan jabatan tertentu untuk anak laki-laki dan perempuan.
vi. Pergaulan dengan teman-teman sebaya, yaitu beraneka pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.
3. Tahap Perkembangan Karir
Sumbangan penting dari Super (dalam Brown, 2002) adalah pandangan tentang tahap – tahap perkembangan karir yang berlangsung secara kesinambungan selama rentang kehidupan individu. Pada setiap perkembangan karir terdapat tugas-tugas perkembangan karir atau perilaku karir yang seharusnya dilakukan dan diharapkan dari individu.
a.Tahap Eksplorasi (Exploration)
Tahap ini berlangsung pada usia 14-24 tahun. Pada tahap ini remaja mempelajari mengenai dirinya sendiri dan karirnya di masa depan. Remaja melakukan eksplorasi atas berbagai informasi mengenai dirinya sendiri dan pilihan-pilihan karir yang sesuai. Pada tahap ini terjadi penyempitan , tetapi belum merupakan pilihan karir final. Tahap ini memiliki tugas-tugas perkembangan, yaitu:
Remaja mengeksplorasi dirinya untuk mengetahui mengenai pilihan-pilihan karir yang sesuai untuk dirinya. Remaja mengembangkan ide atau gagasan yang berkaitan dengan peluang karir yang ada, minat, nilai-nilai hidup, dan perencanaan karir yang ingin direalisasikannya. Remaja dapat membuat sebuah keputusan dari pilihan-pilihan karir yang ada dengan mempertimbangkan ketertarikan, nilai dan kemampuan yang ada pada dirinya.
4. Aspek-aspek Kematangan Karir
Super (1974, dalam Alvarez, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir pada remaja terdiri atas empat aspek, yaitu:
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan kesadaran individu bahwa dirinya harus membuat pilihan pendidikan dan karir, serta mempersiapkan diri untuk memasuki karir tertentu. Perencanaan berfokus pada proses untuk merencanakan masa depan.
b. Eksplorasi
c. Informasi
Informasi menilai pengetahuan tentang pendidikan dan informasi pekerjaan atau karir. Individu membutuhkan informasi tentang lingkungan, pilihan pendidikan akademik yang berbeda, pilihan profesi atau karir, dan pilihan jabatan. Hal ini tidak hanya pada masalah pemberian informasi, tetapi lebih kepada pengetahuan remaja tentang bagaimana hal tersebut, kapan, dan di mana remaja dapat menemukan serta menggunakan informasi tersebut.
d. Pengambilan keputusan
Individu mengetahui segala sesuatu yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan pendidikan dan karir, kemudian membuat pilihan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Individu seharusnya mempersiapkan periode formatif untuk mencari keputusan yang efektif. Hal ini dibutuhkan individu untuk menggunakan pemikiran atau refleksi diri dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitar.
Crites (1971, dalam Coertse & Schepers, 2004) mengungkapkan bahwa kematangan karir pada remaja terdiri atas dua aspek, yaitu:
a. Sikap
karir yang dibuat oleh remaja dan keterlibatannya dalam proses pemilihan karir.
b. Kemampuan
Aspek kemampuan menunjukkan adanya kemampuan individu untuk memahami informasi tentang pekerjaan, mengetahui dan menyadari kemampuan diri sendiri, serta pandangan terhadap masa depan.
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli di atas, maka peneliti mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Super (1974, dalam Alvarez, 2008) dan Crities (1971). Peneliti menilai aspek kematangan karir tersebut mengungkap rangkaian kemampuan individu mengenai perilaku karir yang seharusnya dapat dilakukan atau diharapkan dalam mencapai pilihan karir yang di minati.
Aspek kematangan karir tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Aspek perencanaan karir (career planfulness) adalah sikap individu akan percanaan karir yang berfokus masa depan, dibuat secara sadar dan matang.
b. Eksplorasi karir (career exploration) adalah adanya sikap individu mencari informasi tentang dunia kerja dari berbagai sumber.
d. Pengambilan keputusan (decision making) adalah kemampuan individu dalam mengambil keputusan tentang karir yang sesuai dengan kemampuannya.
e. Kemampuan adalah kemampuan individu untuk memahami informasi mengenai pekerjaan, kemampuan diri sendiri dan pandangan terhadap masa depan.
B. Kemandirian
1. Pengertian Kemandirian
Setiap manusia dituntut untuk menjadi individu yang mandiri. Steinberg (2002) mendefinisikan kemandirian sebagai kemampuan individu untuk berperilaku sesuai dengan caranya sendiri. Perubahan kognitif dan sosial dapat mempengaruhi kemandirian pada masa remaja. Seorang remaja yang mandiri dapat membuat keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain, dapat mengandalkan diri dan lebih bertanggung jawab pada keputusan yang telah dibuat.
kepuasan dari usahanya. Menurut Widiana (Erina, 2013) kemandirian merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh seseorang dimana tidak bergantung pada orang tua maupun lingkungan luar dan lebih banyak mengandalkan potensi serta kemampuan yang dimiliki. Awal kemandirian individu dimulai pada masa remaja. Pada masa ini, ketergantungan seorang individu terhadap orang tuanya yang merupakan simbol dari masa kanak – kanak mulai terlepas (Erina, 2013).
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertindak dengan caranya sendiri, dapat membuat keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain dan mampu bertanggung jawab atas keputusan yang telah dibuat.
2. Aspek – aspek Kemandirian
Steinberg (2002) mengemukakan aspek-aspek kemandirian sebagai berikut: a. Kemandirian Emosional
dan anak inilah yang menggambarkan perkembangan kemandirian emosional.
b. Kemandirian Perilaku
Pada aspek ini terdapat kemampuan untuk membuat keputusan sendiri dan selanjutnya melaksanakan keputusan tersebut. Remaja yang mandiri secara perilaku dapat meminta pendapat orang lain ketika hal itu sesuai namun tetap membuat keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Selama masa remaja kemampuan untuk membuat keputusan meningkat. Perkembangan kemandirian perilaku ini mengakibatkan remaja mampu untuk melihat ke depan, hasil yang akan di dapat dari pilihan-pilihan yang tersedia serta mengetahui resikonya; remaja juga dapat menyadari bahwa ketertarikan pada suatu hal dapat dipengaruhi nasehat dari orang lain serta menyadari nilai-nilai untuk menjadi mandiri.
c. Kemandirian Nilai
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian
Ali dan Asrori (2004) menyatakan ada sejumlah faktor yang sering dihubungkan dengan kemandirian, yaitu sebagai berikut:
a. Gen atau Keturunan Orang Tua
Orang tua yang memiliki sifat mandiri yang tinggi akan menurunkan sifat kemandirian tersebut kepada anaknya. Namun hal ini masih menjadi perdebatan, karena sesungguhnya bukan sifat mandiri yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya melainkan sifat mandiri tersebut muncul karena cara mendidik yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.
b. Pola Asuh Orang Tua
Cara orang tua mengasuh anaknya akan mempengaruhi perkembangan kemandirian anak. Orang tua yang terlalu banyak melarang anaknya tanpa disertai dengan penjelasan akan menghambat perkembangan kemandirian anak. Suasana yang aman dan interaksi keluarga yang baik akan mendorong perkembangan anak.Ketika orang tua sering membandingkan anaknya yang satu dengan yang lainnya akan berpengaruh kurang baik terhadap kemandirian anak.
c. Sistem Pendidikan di Sekolah
menekankan pemberian hukuman juga akan menghambat perkembangan kemandirian remaja. Proses pendidikan yang memberikan penghargaan dan suasana kompetisi yang aktif akan memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan kemandirian anak.
d. Sistem Kehidupan di Masyarakat
Lingkungan masyarakat yang aman, tidak menekankan pentingnya hirarki sosial, dan menghargai potensi remaja dalam berbagai bentuk kegiatan akan lebih mendorong perkembangan kemandirian remaja. Namun sistem kehidupan masyarakat yang menekankan pentingnya hirarki sosial, lingkungan masyarakat yang tidak aman dan tidak menghargai potensi remaja dapat menghambat perkembangan kemandirian remaja.
C. REMAJA
1. Pengertian Remaja
Monks (1998) menyatakan bahwa remaja berada diantara anak – anak dan dewasa, belum mampu menguasai fungsi – fungsi fisik dan psikis. Remaja pada umumnya masih duduk dibangku sekolah menengah atau perguruan tinggi. Hurlock (2002) menyatakan bahwa istilah “adolescene” mencakup kematangan mental, fisik, emosional dan sosial.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya masih duduk di bangku sekolah menengah atau perguruan tinggi yang mencakup perubahan fisik, kognitif dan psikososial.
2. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Pada masa ini, remaja di tuntut untuk mencari identitas dirinya dengan melakukan tugas-tugas perkembangannya. Tugas tersebut akan mengembangkan fisik, sosial, kognitif, seksual dan lainnya sehingga remaja siap untuk memasuki masa dewasa. Dengan demikian, tugas perkembangan sangat penting bagi remaja. Menurut Havighurst (dalam Desmita, 2012) ada beberapa tugas perkembangan pada masa remaja, yaitu:
a. Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan.
b. Dapat menerima dan belajar peran sosial sebagai pria atau wanita dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.
e. Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.
f. Mengembangkan sikap postif terhadap pernikahan, hidup berkeluarga dan memiliki anak.
g. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara.
h. Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.
i. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
j. Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan religiusitas.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi sikap remaja dalam proses pembelajaran diantaranya adalah teman sebaya, orang tua, guru-guru dan sekolah. Hal tersebut mempengaruhi remaja dalam memandang baik atau buruk proses pembelajaran yang sedang dijalani sehingga remaja harus dapat bersikap dengan tepat. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan (Monks, 1998) :
a. Sikap terhadap teman sebaya: orientasi sekolah atau kerja.
c. Nilai-nilai yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akademis.
d. Sikap terhadap guru-guru, disiplin serta kebijakan akademis. e. Keberhasilan dalam berbagai ekstrakurikuler.
f. Dukungan sosial dari teman-teman sekelas.
4. Kemandirian Remaja
Remaja dalam proses perkembangannya mengalami proses belajar bagaimana menyelaraskan keinginan dan kemampuannya secara mandiri sesuai dengan kebutuhan dalam hubungannya dengan harapan-harapan serta kesempatan yang tersedia di dalam masyarakat. Kemandirian remaja tercermin di dalam kemantapan diri, keyakinan diri dan jenis pencapaian yang direalisasikan. Kemandirian ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam hubungan antara remaja dengan teman-temannya dan orang tuanya, perubahan dalam konformitasnya dengan kelompok sebaya dan perubahan menurunnya kepatuhan kepada norma-norma orang tua, yang dimulai sekitar umur 15 tahun. Kemandirian yang diwujudkan dalam perilaku dan khususnya kemandirian dalam berpikir akan tampak dalam masa remaja dan masa-masa selanjutnya setelah orang dihadapkan pada tanggung jawab keluarga dan pekerjaan (Monks, 2006).
5. Kematangan karir pada remaja
siswa melakukan eksplorasi untuk menentukan karir yang kelak akan dipilihnya. Pada subtahap ini seorang siswa juga mampu mengembangkan berbagai ide atau gagasan yang berkaitan dengan peluang / kesempatan karir yang ada, minat,nilai-nilai hidup dan perencanaan karir yang ingin direalisasikannya. Biasanya, perwujudan atau kristalisasi berbagai ide atau gagasan orang muda yang dihubungkan dengan tokoh idolanya sehingga pilihan karir yang dibuat sering bersifat sementara dan tidak realistik. Tugas-tugas perkembangan karir seorang siswa pada subtahap ini adalah:
a) Memiliki kesadaran atau kebutuhan yang ingin direalisasikan. b) Memanfaatkan berbagai sumber yang mengarah pada pilihan karir. c) Memiliki kesadaran akan adanya banyak faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan karir.
d) Memiliki kesadaran akan adanya berbagai kemungkinan yang mempengaruhi pemilihan karir.
e) Mampu mengidentifikasi minat dan nilai-nilai kehidupan.
f) Memiliki kesadaran akan adanya hubungan antara hari ini dan masa depan.
g) Mampu merumuskan pilihan karir yang bersifat umum. h) Mengembangkan minat yang relatif menetap.
i) Memiliki informasi mengenai pilihan karir yang diminati.
D. HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN KEMATANGAN
KARIR PADA REMAJA
Remaja berada pada masa transisi perkembangan yang dimulai dari usia 10 atau 11 tahun hingga awal usia dua puluhan. Terdapat berbagai perubahan pada remaja yang berhubungan dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia, Olds, dan Feldman, 2007). Demikian pula siswa-siswi yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berusia antara 15-18 tahun, dapat digolongkan pada masa remaja. Sebagai siswa SMK seseorang dituntut untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki ke jenjang karir dalam mempersiapkan masa depan. Remaja dituntut untuk mampu membuat suatu keputusan akan karir dan masa depannya.
diharapkan dapat lebih bertanggung jawab akan masa depannya dan mengetahui resiko-resiko yang ada ketika membuat suatu keputusan (Steinberg, 2002). Dengan kemandirian yang dimiliki, maka banyak hal positif yang didapatkan oleh remaja, yaitu rasa percaya diri, tidak tergantung orang lain, tidak mudah dipengaruhi dan dapat berfikir secara lebih objektif
(Mu’tadin, 2002).
Remaja yang mandiri kemungkinan besar akan mampu membuat suatu keputusan dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan yang ada dengan baik. Semakin mandiri maka remaja akan semakin mampu untuk tidak bergantung secara emosional dengan orang tua, mampu meminta pendapat orang lain dan mempertimbangkan pilihan-pilihan dengan berdasarkan penilaian diri sendiri, dan pemikiran objektif lalu membuat keputusan yang tepat. Hal ini menyebabkan, remaja memiliki kemandirian yang tinggi, maka ia akan merasa mampu untuk mengambil sebuah keputusan sendiri dengan pemikirannya yang objektif dan tanpa tergantung orang tua.
untuk memilih jenjang karier, maka ia akan merasa sulit untuk memutuskan karena tidak ada orang yang mendukung ataupun membantunya. Ketika tidak ada yang membantunya, maka individu tersebut merasa enggan untuk memutuskan pilihannya.
Savickas (2001) menyatakan bahwa salah satu hal yang sulit dilakukan pada masa remaja adalah membuat suatu keputusan terhadap beberapa pilihan karir yang tersedia. Menurut Super (dalam Winkel, 2006) kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu. Super (dalam Savickas, 2001) menjelaskan bahwa individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karir jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karir didukung oleh informasi yang adekuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan. Oleh sebab itu, untuk membuat suatu keputusan yang tepat dibutuhkan informasi mengenai minat remaja tersebut serta pekerjaan yang ingin dicapainya di masa depan.
Skema 1 : Hubungan antar variabel
Tuntutan untuk mempersiapkan diri sebelum memasuki ke
jenjang karir dan mempersiapkan masa depan
Kemandirian yang tinggi :
Tidak bergantung secara emosional pada orang tua dan
tidak menganggap orang tua sebagai sumber informasi
Remaja
Mampu membuat keputusan sendiri, tidak terpengaruhi orang lain dan percaya pada diri sendiri.
Mampu berpikir objektif, memiliki prinsip dan keyakinan akan
nilai-nilai yang kuat.
Kematangan Karier Tinggi Kemandirian yang rendah :
Bergantung secara emosional pada orang tua dan menganggap orang
tua sebagai sumber informasi
Sulit membuat keputusan sendiri, mudah terpengaruhi orang lain dan
tidak percaya pada diri sendiri.
Kurang mampu berpikir objektif, tidak memiliki prinsip dan keyakinan
akan nilai-nilai yang kuat.
E. HIPOTESA
34
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A.
Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
korelasional (Correlations Research). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menguji hubungan antara 2 variabel, yaitu kemandirian berhubungan dengan
kematangan karir pada siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Selain itu
dengan pendekatan secara kuantitatif, penelitian ini menekankan analisisnya
pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika.
B.Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang termasuk dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas : Kemandirian
2. Variabel Tergantung : Kematangan Karir
C.Definisi Operasional
1. Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan individu untuk tidak tergantung secara
emosional dengan orang tuanya, dapat membuat keputusan sendiri serta
individu memiliki prinsip yang kuat dan tidak mudah terpengaruh oleh orang
lain.
Kemandirian diukur dengan menggunakan skala kemandirian yang
kemandirian emosional, kemandirian perilaku, dan kemandirian nilai. Peneliti
menggunakan skala kemandirian yang telah diadaptasi sesuai dengan budaya
Indonesia oleh Yuanda (2014). Adaptasi skala ini sudah memenuhi validitas isi
dan konstruk. Dengan demikian, skala tersebut mencerminkan konsep yang
sedang diteliti sehingga aitem skala juga mencerminkan domain konsep yang
sedang diukur. Skor total yang diperoleh merupakan merupakan indikasi
seberapa tinggi kemandirian yang dimiliki subjek. Semakin tinggi skor total
maka semakin tinggi pula kemandiriannya, sebaliknya semakin rendah skor
total maka semakin rendah pula kemandiriannya.
Skala kemandirian berdasarkan pada tiga aspek yang dikemukakan oleh
Steinberg (2002) yaitu :
a. Kemandirian Emosional
Adanya sikap bertanggung jawab pada diri sendiri, tidak bergantung secara
emosional dengan orang tua dan tidak menganggap orang tua adalah yang
mengetahui segalanya.
b. Kemandirian Perilaku
Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri, tidak terpengaruhi orang
lain dan percaya pada diri sendiri.
c. Kemandirian Nilai
Kemampuan untuk mengetahui hal yang benar dan salah sesuai dengan
keyakinannya. Memiliki prinsip yang kuat dan terbentuknya keyakinan akan
2. Kematangan karir
Kematangan karir pada remaja merupakan kemampuan remaja untuk
merencanakan, mempersiapkan, dan mengambil keputusan karir berdasarkan
pemahaman terhadap kemampuan diri dan informasi karir.
Kematangan karir pada remaja dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan skala kematangan karir pada remaja berdasarkan aspek-aspek
yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan
oleh Super (1974, dalam Alvarez, 2008) dan Crites (1971) yang terdiri atas
perencanaan, eksplorasi, informasi, pengambilan keputusan, dan kemampuan.
Semakin tinggi skor yang diperoleh responden berarti semakin tinggi
kematangan karir, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek
berarti semakin rendah kematangan karir yang dimiliki subjek.
Skala kematangan karir akan dibagi menjadi lima kategori yang
dikemukakan oleh Super (1974, dalam Alvarez, 2008)dan Crites (1971), yaitu
a. Perencanaan
Sikap individu akan perencanaan karir yang berfokus masa depan, dibuat
secara sadar dan matang
b. Eksplorasi
Adanya sikap individu mencari informasi tentang dunia kerja dari berbagai
sumber
c. Informasi
Adanya sikap individu mencari informasi dan pengetahuan mengenai
d. Kemampuan
Kemampuan individu untuk memahami informasi mengenai pekerjaan,
kemampuan diri sendiri dan pandangan terhadap masa depan.
e. Pengambilan Keputusan
Kemampuan individu dalam mengambil keputusan tentang karir yang
sesuai dengan kemampuannya.
D.Subjek Penelitian
Adapun pengambilan subjek penelitian berdasarkan teknik Purposive
Sampling yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan
ciri-ciri atau sifat-sifat dari populasi itu sendiri (Hadi,2000). Dalam penelitian
ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa sebanyak 353 subjek kelas XII
SMK Negeri 2 Depok, Sleman, Yogyakarta.
Kriteria atau ciri-ciri subjek dalam penelitian ini adalah :
1. Subjek penelitian ini tergolong remaja usia 15 – 18 tahun.
2. Subjek terdiri dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan
3. Subjek kelas XII SMK karena para siswa kelas XII akan dihadapkan
pada pilihan untuk menentukan rencana berikutnya setelah tamat dari
SMK.
E.Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Skala
kematangan karir. Skala kemandirian telah diadaptasi oleh Yuanda (2014)
berdasarkan pada tiga aspek yang dikemukakan oleh Steinberg (2002) yaitu :
a. Kemandirian Emosional
b. Kemandirian Perilaku
c. Kemandirian Nilai
Secara keseluruhan skala kemandirian terdiri dari 46 aitem yang terbagi
menjadi tiga aspek. Berdasarkan ranah isinya aspek Kemandirian Emosional
sebanyak 15 aitem ( 6 aitem favourable dan 9 aitem unfavourable), aspek
Kemandirian Perilaku sebanyak 19 aitem ( 8 aitem favourable dan 11 aitem
unfavourable), dan aspek Kemandirian Nilai sebanyak 12 aitem ( 4 aitem
favourable dan 8 aitem unfavourable). Nilai reliabilitas yang diperoleh dari skala tersebut adalah sebesar 0,887.
[image:59.595.85.564.168.650.2]Tabel 1.
Blue print skala kemandirian
Aspek No. Aitem Jumlah
Aitem
Favourable Unfavourable
Kemandirian Emosional 2,5,7,9,11,12 1,3,4,8,10,13,14,15 15
Kemandirian Perilaku 21,22,23,26,27,28,29,
32
16,17,18,19,20,24,25,30,
31,33,34
19
Kemandirian Nilai 36,39,42,46 35,37,38,40,41,43,44,45 12
Jumlah 46
Skala kematangan karir akan dibagi menjadi lima kategori yang
dikemukakan oleh Super (1974, dalam Alvarez, 2008) dan Crites (1971),
a. Perencanaan
b. Eksplorasi
c. Informasi
d. Pengambilan Keputusan
e. Kemampuan
Secara keseluruhan skala kematangan karir terdiri dari 60 aitem yang
terbagi dalam lima aspek. Berdasarkan ranah isinya aspek Perencanaan
sebanyak 12 aitem (6 aitem favourable dan 6 aitem unfavourable), aspek
Eksplorasi sebanyak 12 aitem (6 aitem favourable dan 6 aitem unfavourable),
aspek Informasi sebanyak 12 aitem (6 aitem favourable dan 6 aitem
unfavourable), aspek Pengambilan Keputusan sebanyak 12 aitem (6 aitem
favourable dan 6 aitem unfavourable), aspek Kemampuan sebanyak 12 aitem
(6 aitem favourable dan 6 aitem unfavourable).
[image:60.595.84.566.97.691.2]Tabel 2.
Blue print skala kematangan karir sebelum uji coba
Aspek No. Aitem Jumlah
Aitem
Favourable Unfavourable
Perencanaan 15,22,29,35,42,44 10,16,27,38,43,52 12
Eksplorasi 9,14,26,32,34,59 1,6,11,23,24,39 12
Informasi 3,17,30,33,36,48 4,13,20,40,49,56 12
Pengambilan Keputusan 8,12,25,37,50,60 2,7,21,51,53,54 12
Kemampuan 5,18,41,46,47,55 19,28,31,45,57,58 12
Alat pengumpul data yang digunakan adalah skala yang terdiri dari dua
skala. Kedua skala tersebut adalah skala kemandirian dan skala kematangan
karir. Menurut (Azwar, 2001), manfaat yang diperoleh dari penggunaan
metode skala adalah dalam waktu yang relatif singkat dapat memperoleh data
atau informasi yang berkaitan dengan penelitian dalam jumlah besar.
Skala yang disusun dalam penelitian ini menggunakan metode rating yang
dijumlahkan (method of summated rating), atau penskalaan model Likert.
Summated Rating merupakan salah satu metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai sikapnya
(Gable dalam Azwar, 2007). Dalam skala yang menggunakan metode
summated rating ini, subjek diminta untuk merespon pernyataan-pernyataan
yang dirumuskan secara favourable dan unfavourable tentang sebuah obyek
yakni kemandirian dan kematangan karir.
Pernyataan favourable adalah pernyataan yang memihak pada obyek ukur
atau yang mengindikasikan tingginya atribut yang diukur, sedangkan
pernyataan unfavourable adalah pernyataan yang tidak memihak pada obyek
ukur atau yang mengindikasikan rendahnya atribut yang diukur. Setiap butir
pernyataan memuat empat kategori pilihan jawaban, yaitu, (SS) = Sangat
Setuju, (S) = Setuju, (TS) = Tidak Setuju, (STS) = Sangat Tidak Setuju.
Kategori jawaban akan diskor 1 – 4 menurut tingkat dukungan dan penolakan
isi pernyataan.
a. Pernyataan positif (favourable)
Sangat Setuju (SS) : memperoleh skor 4
Setuju (S) : memperoleh skor 3
Tidak Setuju (TS) : memperoleh skor 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : memperoleh skor 1
b. Pernyataan negatif (unfavourable)
Perolehan skor untuk pilihan jawaban adalah:
Sangat Setuju (SS) : memperoleh skor 1
Setuju (S) : memperoleh skor 2
Tidak Setuju (TS) : memperoleh skor 3
[image:62.595.85.517.88.627.2]Sangat Tidak Setuju (STS) : memperoleh skor 4
Tabel 3.
Skor Berdasarkan Kategori Jawaban
Jawaban Skor
Favourable Unfavourable
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Dalam penelitian ini, skala yang digunakan tidak menyediakan jawaban
tengah atau netral. Hal ini menurut Hadi (2001), didasarkan pada tiga alasan,
yaitu:
a. Kategori undecided itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum
tidak, tidak setujupun tidak atau bahkan ragu-ragu. Kategori jawaban yang
mempunyai arti ganda ini tentu saja tidak diharapkan dalam suatu
instrumen.
b. Tersediannya jawaban tengah menimbulkan kecenderungan menjawab
tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas
arah kecenderungan jawabannya.
c. Jika disediakan kategori jawaban tengah, akan banyak menghilangkan data
penelitian, karena tidak jelas kecenderungan pendapat subjek, sehingga
mengurangi banyaknya informasi yang dapat disaring dari subjek.
F. Validitas, Seleksi Aitem dan Realibilitas
1) Validitas
Dalam pengertian umum, validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala
dalam menjalankan fungsi ukurnya, artinya sejauh mana skala itu dapat
mengukur atribut yang akan diukurnya. Azwar (2012) menyatakan untuk
mengetahui skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat sesuai
dengan tujuan ukurnya diperlukan uji validitas. Skala yang memiliki validitas
tinggi merupakan skala yang mampu mengungkapkan seluruh aspek yang
seharusnya diukur.
Teknik yang digunakan untuk menguji validitas alat ukur, dalam hal ini
skala diuji validitasnya dengan menggunakan professional judgement. Pada
penelitian ini yang bertindak menjadi professional judgement adalah dosen
Untuk mendukung validitas skala pengukuran, perlu dilakukan prosedur
seleksi aitem dengan cara menguji karakteristik masing-masing aitem yang
menjadi bagian dari skala pengukuran
2) Seleksi Aitem
Seleksi aitem dilakukan untuk mendapatkan aitem yang valid sehingga
layak digunakan untuk penelitian. Seleksi aitem ini dilakukan dengan melihat
koefisien korelasi aitem total (rix) tiap aitem. Perhitungan koefisien aitem total
akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.00.
Biasanya, kriteria yang digunakan sebagai batasan aitem adalah rix ≥ 0,30
(Azwar, 2009). Maka dari itu, pada penelitian ini a