BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa. Bangsa
yang cerdas dapat dibentuk melalui pendidikan. Menurut Undang-Undang RI
nomor 20 tahun 2003 pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Allah SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjad i
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Berdasarkan Undang-Undang tersebut, dapat terlihat bahwa salah satu tujuan
pendidikan adalah untuk mengembangkan peserta didik yang mandiri. Individu
diharapkan dapat mandiri dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pada
seorang remaja. Siswa-siswa yang sedang menempuh pendidikan di tingkat
Sekolah Menengah Atas (SMA) berusia sekitar 15-19 tahun dan berada pada masa
remaja (Monks, 1998). Remaja berada pada masa transisi perkembangan yang
dimulai dari usia 10 atau 11 tahun hingga awal usia dua puluhan. Dalam masa ini
remaja mengalami berbagai perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia,
Olds, dan Feldman, 2007). Salah satu tugas perkembangan remaja yang penting
yang dikemukakan oleh Havighurst (dalam Hurlock, 1980) yang menyatakan
bahwa karir atau pekerjaan seseorang sangat penting bagi kehidupannya.
Pada masa sekolah menengah, pemilihan karir merupakan salah satu hal yang
cukup membingungkan bagi para siswa. Winkel (2006) menyatakan bahwa
penggabungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan karir
dengan perubahan-perubahan dalam pemilihan karir menyebabkan perkembangan
karir merupakan suatu proses yang bersifat sangat kompleks. Keberhasilan
individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir disebut dengan
kematangan karir. Seperti yang dinyatakan oleh Super (dalam Winkel, 2006)
bahwa kematangan karir merupakan keberhasilan individu dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan karir yang khas bagi tahap perkembangan tertentu.
Menurut Super (dalam Brown, 2002) ada beberapa tahap dalam kematangan
karir berdasarkan usianya, yaitu tahap perkembangan (4-13 tahun), eksplorasi
(14-24 tahun), pembentukan (25-44 tahun), pemeliharaan (45-64 tahun) dan
penurunan (lebih dari 65 tahun). Berdasarkan tahapan-tahapan yang telah
dikemukakan oleh Super tersebut, remaja berada pada tahap eksplorasi.
Pada tahap eksplorasi ini remaja diharapkan dapat mengetahui dan mengenal
dirinya sendiri dan karir yang sesuai dengan dirinya (Brown, 2002). Remaja
cenderung membuat pilihan-pilihan karir dan mengetahui lebih banyak mengenai
karir dengan menggunakan kesempatan dan sumber daya dari lingkungan mereka
(Savickas, 2001). Santrock (2003) mengatakan bahwa faktor yang memiliki
Bimbingan karir di masa SMA adalah salah satu sarana untuk mengetahui
mengenai karir yang sesuai untuk seorang remaja.
Keterbatasan dan kurangnya informasi karir yang diberikan oleh BK dapat
berpengaruh terhadap pemahaman siswa tentang karirnya yang dapat
mengakibatkan perencanaan karir dan pemilihan karir yang kurang tepat
(Nursalim & Khoiriyah, 2013). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purwandari
(2009) yang melakukan penelitian mengenai kematangan karir di SMA Negeri I
Klaten, dimana hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
45,78% subjek memiliki kematangan karir yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan
guru BK memberikan layanan konsultasi bagi siswa terutama permasalahan dalam
pemilihan pendidikan lanjutan sebagai pengganti jam pelajaran BK yang
ditiadakan oleh pihak sekolah, setiap kelas diberikan satu orang guru
pembimbing. Dalam bimbingan karir, siswa SMA dibantu untuk mengenal dirinya
sendiri dan dunia kerja serta kaitan antara keduanya (Winkel, 2006).
Salah satu bentuk dari pencapaian tahap eksplorasi ini adalah sudah dapat
membuat keputusan sesuai dengan minat dan kemampuannya (Savickas, 2001).
Namun dalam kenyataannya banyak siswa yang belum dapat membuat keputusan
yang tepat. Mereka sering bingung karena belum mengenal kemampuan dan
kelemahan diri serta belum banyak mengetahui tentang informasi pekerjaan yang
akan mereka jalani. Pemilihan jurusan merupakan pemilihan pendahuluan bagi
siswa, namun pemilihan ini penting karena dapat mempengaruhi penyesuaian diri
kegagalan dan keberhasilan dalam jurusan yang dipilih juga dipengaruhi hal
tersebut (Sukadji, 2000)
Dari fenomena yang dikemukakan oleh Royhan (2013) mengenai masa
terakhir di tingkat SMA adalah masa yang cukup sulit bagi para siswa. Siswa
tingkat akhir harus memikirkan banyak hal, khususnya dalam menentukan jurusan
dan pemilihan kampus. Kondisi tersebut menyebabkan suatu fenomena “ilalang”,
yaitu mengikuti kemana angin berhembus. Ketika teman-temannya banyak yang
ingin masuk ke suatu jurusan tertentu, dia juga ingin masuk ke jurusan tersebut.
Ketidakmampuan siswa dalam menentukan pilihan secara bijak inilah yang
menjadikan suatu permasalahan.
Nasution, Amelia dan Agustyo (2013) juga mengemukakan bahwa banyak
pelajar yang masih bingung dalam menentukan jurusan apa yang akan diambilnya
setelah menyelesaikan pendidikan SMA. Masa depan seorang siswa dapat
ditentukan dari pilihan terhadap jurusan tersebut. Persoalan yang muncul
dikarenakan ketidaktahuan minat dan bakat serta pekerjaan yang akan digeluti
siswa tersebut di masa depan. Para lulusan SMA tersebut memiliki prinsip yang
penting adalah kuliah meskipun tidak mengetahui jurusan yang sesuai dengan
mereka. Pemilihan jurusan dapat dikarenakan ikut-ikutan teman, pengaruh
orangtua dan bahkan tanpa alasan yang jelas.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa siswa di SMA Negeri
I Lubuk Pakam diketahui bahwa masih banyak siswa yang masih bingung dan
belum mampu mengambil keputusan yang tepat dalam memilih jurusan studi
jurusan yang favorit, meskipun mereka belum mengetahui sesuai atau tidaknya
dengan kemampuan mereka.
“aku mau kuliah di UNIMED kak, karena disuruh orang tua jadi
guru kayak mereka kak. Ya, aku ikutin ajalah kak, namanya
orangtua yang minta kak” (siswa S, wawancara personal, 20
Maret 2013)
“kak, aku belum tau mau masuk jurusan apa nanti kak. Liat nanti aja lah kak setelah aku tamat sekolah” (siswa G, wawancara personal, 20 Maret 2013)
Selain itu, berdasarkan angket yang dibagikan kepada 70 siswa terdapat 23
siswa yang masih belum mengetahui jurusan yang akan dipilih setelah mereka
menyelesaikan SMA. Dari hasil angket tersebut juga didapatkan mereka banyak
dari mereka yang belum menyadari minat dan kemampuan mereka. Selain itu,
informasi yang didapatkan dari sekolah mengenai berbagai pilihan jurusan juga
masih kurang. Hal ini sesuai dengan wawancara yang dilakukan kepada salah
seorang guru Bimbingan dan Konseling:
“kalo di sekolah ini guru BK tidak ada waktu yang khusus untuk masuk ke kelas-kelas memberikan informasi tentang jurusan. Karena pelajaran lebih penting daripada info-info tentang
jurusan” (ibu A, wawancara personal, 20 maret 2013)
Menurut Super (dalam Osipow, 1996) kematangan karir dipengaruhi oleh
faktor biososial, karakteristik kepribadian, vokasional, lingkungan dan prestasi
individu. Salah satu faktor kepribadian yang berhubungan dengan kematangan
karir adalah self-efficacy. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pinasti (2011)
yang melakukan penelitian mengenai self efficacy di UIN Hidayatullah dan
kematangan karir di Universitas Surabaya yang menyatakan bahwa self-efficacy
berhubungan secara positif dengan kematangan karir.
Kematangan karir juga dipengaruhi oleh kemandirian siswa. Seperti yang
diutarakan oleh Steinberg (2002) bahwa kemampuan individu untuk bertindak
dan memutuskan sesuatu sendiri disebut dengan kemandirian. Kemandirian pada
remaja dapat ditunjukkan dengan bertingkah laku sesuai keinginannya,
mengambil keputusan sendiri dan mampu mempertanggungjawabkan tingkah
lakunya sendiri (Steinberg, 2002). Remaja yang memiliki kemandirian dapat
membuat suatu keputusan yang tepat dan tidak mudah dipengaruhi oleh orang
lain.
Remaja yang tergantung dengan orang lain menyebabkan remaja tidak percaya
diri, mudah terpengaruh orang lain dan selalu ragu-ragu dalam mengambil
keputusan (Mappiare, 1982). Steinberg (2002) mengatakan bahwa remaja yang
memiliki kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa pengawasan dari orangtuanya merupakan remaja yang mandiri. Mappiare
(1982) menambahkan bahwa kemandirian adalah kemampuan dalam
mempersiapkan kan diri ke arah pekerjaan, berusaha untuk tidak selalu tergantung
pada orangtua dan orang lain serta mampu memilih.
Banyaknya siswa SMA yang mengalami kesulitan dalam menentukan jurusan
yang diinginkannya menggambarkan bahwa banyak yang tidak mengerti akan
dirinya sehingga tidak dapat membuat suatu keputusan yang tepat. Remaja yang
berada pada tahap eksplorasi seharusnya sudah dapat membuat sebuah keputusan
kemandirian merupakan hal yang penting dalam membuat suatu keputusan
mengenai karir di masa depan. Remaja yang mandiri dapat membuat suatu
keputusan tanpa mudah dipengaruhi oleh orang lain (Steinberg, 2002). Remaja
yang mandiri dapat membuat sebuah keputusan dan menunjukkan kematangan
karir remaja tersebut.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin meneliti
mengenai hubungan antara kemandirian dengan kematangan karir pada siswa
SMA Negeri 1 Lubuk Pakam.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian, maka dalam penelitian ini
peneliti ingin melihat apakah ada hubungan antara kemandirian dengan
kematangan karir pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Lubuk Pakam?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kemandirian dengan
kematangan karir pada siswa kelas XII SMA Negeri 1 Lubuk Pakam.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kemajuan atau pengembangan ilmu
diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai kemandirian dan
kematangan karir pada remaja.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada sekolah mengenai
tingkat kemandirian dan kematangan karir yang dimiliki siswa-siswa sekolah
tersebut, sehingga diharapkan dapat berguna dalam pembinaan siswa-siswa.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
BAB I. Pendahuluan.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II. Landasan Teori.
Pada bab ini akan diuraikan landasan teori tentang kematangan
karir, kemandirian dan remaja serta hipotesa.
BAB III. Metode Penelitian.
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang
penelitian, variabel penelitian, subjek penelitian, metode
pengumpulan data dan instrumen alat ukur yang digunakan.
BAB IV Analisa Data dan Pembahasan
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum subjek
penelitian, hasil penelitian dan pembahasan mengenai data-data
penelitian berdasarkan teori yang relevan.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari penelitian
dan saran-saran yang bersifat praktis maupun metodologis yang