• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH INFLASI PERTUMBUHAN UANG TINGKAT (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH INFLASI PERTUMBUHAN UANG TINGKAT (1)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

INFLASI, PERTUMBUHAN UANG, TINGKAT SUKU

BUNGA DAN PENGANGGURAN

Oleh Kelompok: 6

Mulkan Abdullah

20141221042

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat-Nya, sehingga penulis beserta teman-teman kelompok 6 dapat menyelesaikan makalah tentang “Inflasi, Pertumbuhan Uang, Tingkat

Suku Bunga Dan Pengangguran”.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Ekonomi Moneter yaitu Dr. Siti Maro’ah, M.Pd.

Penulis mengharapkan makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal menambah pengetahuan dan wawasan kita tentang Bank Indonesia

Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kelompok yang telah mendukung dan menjalin kerjasama yang baik sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari makalah ini terdapat banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik. Kami mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surabaya, 23 November 2015

(3)

Daftar Isi

Kata Pengantar... i

Daftar Isi... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Inflasi... 3

2.2.1 Pengelompokan Inflasi... 4

2.2 Jenis-Jenis Inflasi... 4

2.3 Metode Penghitungan Inflasi... 5

2.4 Hubungan Pertumbuhan Uang Dengan Inflasi... 6

2.5 Hubungan Inflasi Dengan Tingkat Suku Bunga... 8

2.6 Hubungan Antara Suku Bunga dan GDP... 9

2.7 Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran...13

2.8 Dampak Inflasi...14

2.9 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Inflasi di Indonesia...15

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...18

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Inflasi dan pengangguran adalah dua masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap negara. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan beberapa pengaruh buruk yang bersifat ekonomi, politik, dan sosial. Untuk menghindari berbagai pengaruh buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan

ekonomi perlu dijalankan.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi Inflasi ?

2. Apa Saja jenis-jenis inflasi ?

3. Bagaimana Metode Penghitungan Inflasi ?

4. Apa Hubungan Pertumbuhan Uang dengan Inflasi ? 5. Apa Hubungan Inflasi dengan Tingkat Suku Bunga ? 6. Apa Hubungan Antara Suku Bunga dan GDP ? 7. Apa Hubungan Inflasi Dengan Pengangguran ? 8. Apa Saja Dampak Inflasi ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi Inflasi

2. Untuk mengetahui Apa Saja jenis-jenis inflasi

3. Untuk mengetahui Bagaimana Metode Penghitungan Inflasi 4. Untuk mengetahui Pertumbuhan Uang dengan Inflasi

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Inflasi

Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Dalam pengertian yang lain, inflasi merupakan presentase kenaikan harga sejumlah barang dan jasa yang secara umum dikonsumsi rumah tangga.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:

1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat Statistik www.bps.go.id

(7)

2.1.1 Pengelompokan Inflasi

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :

1. Kelompok Bahan Makanan

2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau 3. Kelompok Perumahan

Karakteristik inflasi dapat digambarkan melalui penjelasan mengenai faktor-faktor utama yang menyebabkan inflasi, inflasi dapat disebabkan dari sisi permintaan, sisi penawaran maupun espektasi. Factor-faktor tersebut berpengaruh terhadap inflasi baik secara parsial maupun secara bersama-sama atau gabungan atau gabungan dari ketiga factor tersebut.

1. Demand Pull Inflation

Pengertian Demand pull inflation adalah inflasi yang terjadi akibat pengaruh permintaan (demand) yang tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah penawaran produksi. Hal ini mengakibatkan kenaikan harga barang sesuai dengan hukum permintaan yaitu apabila permintaan tinggi sedangkan penawaran tetap maka harga akan naik.Apabila hal tersebut berlangsung terus menerus, akan terjadi inflasi berkepanjangan.

2. Cost Push Inflation

Pengertian cost inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi yang disebabkan oleh kenaikan biaya input atau biaya faktor produksi.

3. Bottle neck inflasi atau inflasi leher botol

(8)

2.3 Metode Menghitung Inflasi

Hitungan perubahan harga tercakup dalam suatu indeks harga yang dikenal dengan istilah Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). Persentase kenaikan IHK dinamakan dengan inflasi, sedangkan penurunannya dinamakan deflasi.

Indeks harga konsumen adalah nomor indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (household). IHK sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara dan juga sebagai pertimbangan untuk penyesuaian gaji, upah, uang pensiun, dan kontrak lainnya. Untuk memperkirakan nilai IHK pada masa depan, ekonom menggunakan indeks harga produsen, yaitu harga rata-rata bahan mentah yang dibutuhkan produsen untuk membuat produknya. Untuk mengukur tingkat harga secara makro, biasanya menggunakan pengukuran Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Indeks (CPI). Indeks Harga Konsumen (IHK) dapat diartikan sebagai indeks harga dari biaya sekumpulan barang konsumsi yang masing-masing diberi bobot menurut proporsi belanja masyarakat untuk komoditi yang bersangkutan. IHK mengukur harga sekumpulan barang tertentu (sepertti bahan makanan pokok, sandang, perumahan, dan aneka barang dan jasa) yang dibeli konsumen.

Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.

Di Indonesia badan yang bertugas untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Penghitungan IHK dimulai dengan mengumpulkan harga dari ribuan barang dan jasa. Jika PDB mengubah jumlah berbagai barang dan jasa menjadi sebuah angka tunggal yang mengukur nilai produksi, IHK mengubah berbagai harga barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur sseluruh tingkat harga.

(9)

IHK adalah indeks yang sering dipakai namun bukanlah satu-satunya indeks yang dipakai untuk mengukur laju inflasi. Masih ada indeks yang dapat digunakan yakni indeks Harga Produsen (IHP), yang mengukur harga sekelompok barang yang dibeli perusahaan (produsen bukannya konsumen)

Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :

8. Kelompok Bahan Makanan

9. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau 10. Kelompok Perumahan

Hubungan defisit anggaran, pertumbuhan uang dan inflasi menjadi salah satu isu penting dalam literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia. Secara teori, paling tidak ada empat pandangan yang berbeda untuk melihat hubungan ketiga variabel tersebut. Pandangan tersebut antara lain, yaitu kaum Monetaris Ortodoks, The Fiscal Theory of Price Level (FTPL), Keynesian, dan Ricardian Equivalence (RE). Terdapat sebuah persepsi yang menyatakan bahwa kebijakan anggaran yang terlalu besar dan dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi variabel moneter yang kemudian menjadi akar permasalahan dari ketidakstabilan makroekonomi seperti inflasi yang tinggi, defisit current account yang besar, kewajiban utang yang besar, dan pertumbuhan ekonomi yang rendah. Berdasarkan pengalaman interaksi kebijakan fiskal dan moneter di Indonesia, dimana sebelum diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999, Indonesia telah mengalami hyperinflation yang disebabkan oleh pencetakan uang (money creation) secara berlebihan oleh Bank Indonesia untuk membiayai defisit anggaran pemerintah akibat kebijakan fiskal yang terlalu ekspansif.

(10)

mengindikasikan bahwa era fiscal dominance tidak boleh terjadi lagi di Indonesia. Namun perubahan institusional tersebut secara empiris tidak menghalangi kemungkinan adanya pengaruh defisit anggaran (kebijakan fiskal ekspansif) terhadap jumlah uang beredar maupun variabel moneter (inflasi).

Pengaruh tersebut dimungkinkan antara lain karena adanya jangka waktu antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah, sumber pendanaan (utang domestik maupun luar negeri), dan perubahan permintaan agregat. Penelitian ini membahas hubungan jangka panjang antara inflasi, pertumbuhan uang, dan defisit anggaran. Penelitian ini juga akan menganalisis apakah di Indonesia defisit anggaran (kebijakan fiskal ekspansif) mempengaruhi pertumbuhan uang dan inflasi. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari Kementrian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Statistik Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (SEKI-BI) dari berbagai edisi, International Financial Statistic (IFS) of International Monetary Fund (IMF) serta sumber lain yang relevan.

Data yang digunakan, diantaranya yaitu defisit anggaran pemerintah, pertumbuhan uang (base money (M0), narrow money (M1), dan broad money (M2)) serta IHK (Indeks Harga Konsumen) sebagai pencerminan tingkat inflasi dengan periode waktu data antara bulan Januari 2002 hingga Desember 2009. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan, yaitu uji lag exclusion dan weak exogeneity. Hasil penelitian menunjukkan bahwa defisit anggaran pemerintah tidak mempengaruhi pertumbuhan uang (M0, M1, dan M2) dalam jangka panjang. Teori FTPL (the fiscal theory of the price level) juga tidak berlaku di Indonesia, hal ini dikarenakan dalam jangka panjang, laju inflasi tidak dipengaruhi oleh defisit anggaran. Pertumbuhan M1 dan M2 (money supply) juga tidak mempengaruhi laju inflasi dalam jangka panjang. Hal tersebut menunjukkan bahwa teori Monetaris dan Keynesian juga tidak berlaku di Indonesia.

(11)

Indonesia) dalam menentukan instrumen dan sasaran kebijakan yang menjadi target bersama tetap diperlukan agar pencapaian target tersebut dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

Walaupun defisit anggaran tidak memiliki dampak terhadap pertumbuhan uang dan laju inflasi di Indonesia namun defisit anggaran yang terlalu besar dan dalam jangka waktu yang lama, bukan tidak mungkin akan menjadi akar permasalahan makroekonomi seperti hyperinflation, current account deficits, overindebtness dan rendahnya pertumbuhan ekonomi. Apabila dalam jangka panjang kebijakan defisit anggaran terus dipertahankan oleh pemerintah, maka pembiayaan melalui money creation (pencipataan uang) lebih baik untuk dihindari karena telah terbukti menyebabkan hyperinflation di Indonesia pada periode 1965 hingga 1970. Disatu sisi, sesuai dengan UU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dimana Bank Indonesia yang telah memiliki kebijakan moneter Inflation Targetting Framework (ITF) akan berhasil dalam menetapkan inflasi yang ditargetkan jika salah satu persyaratan dapat dipenuhi yaitu tidak adanya dominasi sektor fiskal terhadap kebijakan moneter. Hal tersebut dikarenakan kebijakan defisit anggaran masih efektif, tetapi efisiensinya harus diperhitungkan secara cermat.

2.5 Hubungan Inflasi Dengan Tingkat Suku Bunga

Berdasarkan data empiris, tingkat inflasi selalu lebih tinggi dari suku bunga, akibatnya daya beli dari uang penabung atau deposan mengalami penurunan meskipun secara absolut jumlah uangnya sudah bertambah dengan adanya tambahan dari bunga yang diterimanya. Berdasarkan fakta ini, maka jelas bunga tidak membuat orang lebih kaya jika uangnya ditabungkan atau didepositokan, tetapi malah sebaliknya.

(12)

3). Biaya ketidak nyamanan hidup dengan selalu berubahnya harga,

4). Pajak yang dibebankan pada keuntungan (sebab pajak selalu menenetukan besarnya pajak dari keuntungan nominal bukan dari keuntungan riil, padahal dengan adanya inflasi, maka keuntungang riil lebih kecil sedangkan pajak yang dibayarkan lebih besar).

Dalam teori klasik, bahwa “bunga” merupakan harga kapital (price of capital), dimana apabila permintaan modal (uang) naik maka bunga akan naik pula, tetapi orang meminta uang atau meminjam uang bukan semata-mata untuk investasi tetapi juga untuk transaksi (konsumsi) dan spekulasi. Meskipun demikian peminjam tetap dikenakan bunga. Itulah sebabnya dalam ekonomi kapitalis, kegiatan transaksi ekonomi lebih banyak di sektor keuangan ini dibandingkan dengan sektor riil.

Selanjutnya diketahui pula bahwa, tingkat bunga mempunyai hubungan dengan tingkat inflasi. Hubungan tingkat bunga nominal dan tingkat bunga riil dengan inflasi dapat ditulis sebagai berikut:

i = r + π

Persamaan di atas merupakan persamaan Irving Fisher (Fisher equation). Dari persamaan tersebut ditunjukkan bahwa, tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan (Makiw. 2007) yaitu;

1). Karena tingkat bunga riil berubah dan 2). Karena tingkat inflasi berubah

Menurut teori kuantitas, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar 1 persen menyebabkan kenaikan tingkat inflasi sebesar 1 persen, selanjutnya dari persamaan Fisher dapat dinyatakan pula bahwa kenaikan 1 persen tingkat inflasi akan menaikkan suku bunga nominal sebesar 1 persen. Dari fakta ini jelas bahwa suku bunga dan inflasi mempunyai hubungan yang positif.

2.6 Hubungan Antara Suku Bunga dan GDP

(13)

bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB)m, suku bunga deposito dan suku bunga kredit (investasi, Modal dan konsumsi) yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap output (GDP) dan inflasi. Berikut hubungan antara kenaikan harga umum (inflasi) terhadap suku bunga.

Untuk diketahui, suku bunga merupakan tolak ukur dari kegiatan perekonomian dari suatu negara yang akan berimbas pada kegiatan perputaran arus keuangan perbankan, inflasi, investasi dan pergerakan currency.

Dan biasanya negara-negara besar (merupakan negara yang memiliki currency terbesar dalam transaksi di bursa), aktivitas ekonomi yang terjadi di negara-negara tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap fundamental perekonomian dunia.

Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank Sentral, maka akan direspon oleh para pelaku pasar dan para penanam modal untuk memanfaatkan moment tersebut guna meningkatkan produksi dan menanamkan investasinya.

Seiring dengan itu, akan berdampak juga pada jumlah produksi yang bertambah dan tenaga kerja yang juga akan semakin bertambah. Akibatnya ekspor bertambah dan jumlah pengangguran menurun, sehingga devisa yang masuk ke negara tersebut semakin menguatkan dollar terhadap mata uang lain.

Demikian pula sebaliknya, bila saja suku bunga menurun, produksi industri akan berkurang karena produsen akan membatasi kerugian. Apabila jumlah produksi berkurang, maka akan melemahkan mata uang tersebut.

(14)

pinjaman modal dan kredit perumahan semakin meningkat, tanpa didukung pertumbuhan ekonomi suatu negara. GDP merupakan indeks utama sistem akun nasional (Sistem of National Accounts - SNA) yang dikarakteristik oleh hasil final dari kesatuan aktifitas program ekonomi - penduduk, dan pengukuran biaya barang dan jasa, yang diproduksi oleh kesatuan untuk penggunaan akhir. GDP adalah indeks utama, yang menunjukkan kondisi ekonomi nasional. GDP adalah indikator produk manufaktur, yang berjumlah pada biaya produksi final barang dan jasa. Ini berarti, biaya barang dan jasa lanjutan, yang digunakan dalam produksi (seperti barang mentah, bahan-bahan, bahan bakar, bibit, makanan ternak, layanan pengangkutan udara, harga grosir, layanan komersil dan finansial, dll) tidak termasuk dalam GDP. Jika tidak, GDP akan mengandung akun berulang. Selain itu, GDP adalah produk domestik, karena diproduksi oleh penduduk. Penduduk adalah kesatuan ekonomi (usaha maupaun rumah tangga), dengan mengabaikan indentitas nasional dan kewarga negaraannya, yang memiliki suku bunga ekonomi dalam wilayah ekonomi negara.

Kredit Perumahan Rakyat

Pengadaan perumahan merupakan bagian terpenting dalam menunjang kesejahteraan hidup manusia, pentingnya data ini terletak pada kemampuannya untuk memicu perubahan kondisi perekonomian, memprediksi perubahan tingkat pertumbuhan. Turunnya jumlah unit perumahan baru dapat memperlambat perekonomian dan mendorong ke arah resesi. Sebaliknya, peningkatan pada jumlah unit perumahan baru mengindikasikan tumbuhnya perekonomian.

(15)

Dampak yang harus diperhatikan dalam kebijakan naik-turunnya suku bunga apakah semakin meningkatkan peluang usaha dan peluang kerja atau malah justru meningkatkan pengangguran dan PHK. Dan perlu diketahui, pengangguran terjadi akibat ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dan orang yang membutuhkan pekerjaan,sehingga hanya sedikit yang mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

Disisi lain, suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh pihak bank atau peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga itu merupakan balas jasa yang akan diterima kemudian atas pengorbanan yang dilakukan atau kata lain suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau sebagai sewa penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu.

Pada prinsipnya suku bunga adalah harga atas penggunaan uang atau sebagai sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu, yang umumkan dalam 'persentase'.

Setiap masyarakat (atau investor) yang melakukan interaksi dengan bank, baik interaksi dalam bentuk simpanan, maupun pinjaman (kredit), akan selalu terkait dan dikenakan dengan yang namanya bunga. Bagi masyarakat (atau investor) yang menanamkan dananya pada bank, baik itu simpanan tabungan, deposito dan giro akan diberikan suku bunga simpanan (dalam bentuk %).

Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan, maka masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank, dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan.

Dan begitu sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat masyarakat (atau investor) dalam menabung akan berkurang sebab masyarakat berpandangan tingkat keuntungan yang akan mereka peroleh dimasa yang akan datang dari bunga adalah sangat kecil.

(16)

Inflasi dan pengangguran merupakan keburukan kembar dalam setiap perekonomian. Untuk memahami arti penting keburukan kember ini, maka dituangkan dalam matrik indikator kesejahteraan nasional dalam bentuk indeks kesengsaraan (Misery Indexs). Indeks ini didefinisikan sebagai penjumlahan tingkat inflasi dan tingkat pengangguran.

Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor.

Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih murah. Harga yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai impor cenderung naik. Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya permintaan terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah pengusaha akan mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan sejumlah pekerja kehilangan pekerjaan.

Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi merupakan indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi yang tinggi dapat mendorong Bank Sentral menaikkan tingkat bunga. Hal ini menyebabkan terjadinya kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil.

Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua parameter yang dapat digunakan untuk mengukur baik buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu negara. Hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran untuk jangka pendek dapat dijelaskan dengan menggunakan Kurva Phillip yang dikemukakan oleh ekonom bernama A.W. Phillips.

(17)

malah dapat memburuk keadaan ekonomi di negara tersebut. dari penjelasan diatas inflasi mempengaruhi daya beli masyarakat yang cenderung menurun, dengan hal tersebut berdampak pada pelaku usaha didalam negri untuk menekan biaya produksi agar usaha miliknya tidak mengalami kebangkrutan.

Salah satu solusi untuk menekan biaya produksi adalah dengan mengeluarkan atau mem - phk kan sebagian pekerjanya. Dan dari situ lah mulai bermunculan pengangguran yang disebabkan oleh inflasi. Jadi menurut saya inflasi itu sangat berpengaruh bagi perekonomian termasuk angka pengangguran di suatu negara.

2.8 Dampak Inflasi

(18)

Pendapatan riil merosot

Orang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan karena terjadinya inflasi. Daya beli uangnya menurun atau pendapatan tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Nilai riil tabungan dan pinjaman merosot

Hal ini terjadi pada masyarakat yang menyimpan sebagian kekayaannya dalam bentuk depostio dan tabungan di bank. Pada saat inflasi, nilai tabungan akan merosot. Masyarakat yang memegang uang tunai akan rugi karena nilai riil turun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi mendatangkan menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

2.9 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Inflasi di Indonesia

(19)

Inflasi dapat dibagi menjadi beberapa tingkatan, pembagian inflasi itu sendiri berdasarkan atas tingkat dari keparahannya. Inflasi atau kenaikan harga harga terjadi bukan karena tidak ada sebab atau terjadi kenaikan begitu saja. Namun terjadinya inflasi atau kenaikan itu ada penyebabnya. Karena saya tinggal di Negara Indonesia maka dari itu saya akan bahas tentang penyebab inflasi di Indonesia. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya inflasi di Indonesia? Semua itu akan saya uraikan secara lebih jelas pada penjelasan di bawah.

Penyebab inflasi

Jika kita bicara masalah inflasi pasti yang ada dibenak

anda pertama kali adalah tentang kenaikan harga, karena inflasi itu sendiri merupakan kejadian dimana harga

harga barang dan juga jasa mengalami kenaikan secara bersama sama dalam kurun waktu yang lama. Terjadinya inflasi di Negara kita bukan tanpa sebab, tapi ada beberapa penyebab yang mengakibatkan terjadinya inflasi.

Agar terhindar dari inflasi kita harus mengetahui penyebab inflasi itu sendiri, sebab untuk mengatasi terjadinya inflasi salah satunya adalah dengan mengetahui penyebab nya terlebih dahulu baru setelah itu mencari cara untuk mengatasinya. Jadi sebelum dibahas tentang bagaimana cara untuk mengatasi inflasi ada baiknya dibahas tentang penyebab terjadinya inflasi terlebih dahulu. seperti yang telah dikatakan diatas karena kita berada di Negara Indonesia maka yang dibahas adalah penyebab inflasi di Indonesia.

Penyebab inflasi di Indonesia

Inflasi dibagi menjadi empat tingkatan tergantung dari tingginya kenaikan atau tergantung dari tingkat parahnya. Empat tingkatan pada inflasi yaitu :

Inflasi ringan Inflasi sedang Inflasi berat Inflasi hiper

(20)

Permintaan barang mengalami peningkatan yang cukup tinggi, sedangkan produksi barang tidak mengalami peningkatan

Menurunnya nilai tukar rupiah kepada dollar Adanya kenaikan BBM atau minyak bumi

(21)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Inflasi adalah kecendruangan meningkatnya harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus

2. Jenis-Jenis Inflasi

o Demand Pull Inflation

o Cost Push Inflation

o Bottle neck inflasi

3. Indeks harga Konsumen (IHK) merupakan persentase yang digunakan untuk menganalisis tingkat/ laju inflasi. IHK juga merupakan indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur inflasi di Indonesia.

4. Pertumbuhan uang dan inflasi menjadi salah satu isu penting dalam literatur kebijakan moneter dan fiskal di dunia

(22)

Daftar Pustaka

Nasir, M. 2014. Ekonomi Moneter dan Kebanksentrala. Jakarta. Mitra Wacana Media

http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx

(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://www.apapengertianahli.com/2015/05/pengertian-inflasi-jenis-jenis-inflasi-cara-penanganan.html

(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

https://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_harga_konsumen

(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/53183

(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=124892

(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://diazdarmawan95.blogspot.co.id/2015/03/pengaruh-inflasi-terhadap-pengangguran.html

(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://aranipratiwi.blogspot.co.id/2011/03/inflasi-dan-dampaknya-terhadap.html

(diakses: pada hari Senin, 23 November 2015)

http://www.informasi-pendidikan.com/2015/06/penyebab-inflasi-di-indonesia.html

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh nilai tukar, inflasi, suku bunga, dan jumlah uang beredar terhadap pertumbuhan ekonomi di kota

Dengan adanya hubungan sebab-akibat dan hubungan jangka panjang antara inflasi dengan pertumbuhan ekonomi, diharapkan pemerintah dan Bank Indonesia dapat

Berdasarkan hasil uji Impulse Response Function, diperoleh hasil bahwa dalam jangka panjang Inflasi membawa pengaruh terhadap penurunan jumlah uang beredar nilai tukar rupiah

1) Secara teoritis, tingkat inflasi dipengaruhi oleh jumlah uang beredar untuk itu perlu dilakukan adanya pengkajian secara terus menerus tentang laju inflasi dalam

Sesuai dengan uraian di atas maka tujuan penelitian dalam menganalisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Laju Pertumbuhan Ekonomi Dan Upah Minimum Terhadap Tingkat

Psikologi (harapan masyarakat) mengenai kenaikan harga-harga (expectations), laju inflasi ditentukan oleh laju pertumbuhan jumlah uang yang beredar dan harapan masyarakat

Variabel nilai tukar dan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada jangka pendek namun signifikan pada jangka panjang, sedangkan variabel nilai impor

Inflasi dipandang sebagai salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, ada berbagai pandangan mengenai dampak inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi