Indonesia Defense University
Peluang dan Tantangan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dalam Perspektif Postur Pertahanan Negara Republik Indonesia
Oleh:
David Putra Setyawan
Mahasiswa Pasca Sarjana Program Studi Diplomasi Pertahanan
Universitas Pertahanan
Berdasarkan buku “Strategi dan Postur dan Pertahanan Keamanan Negara dalam
Jangka Panjang Kedua Tahun 1994-2018 (Revisi TA 1997-1998)”, postur pertahanan
merupakan “wujud kemampuan dan kekuatan serta gelar Hankamneg yang diharapkan
dapat mendukung pelaksanaan strategi dalam mencapai sasaran dan tujuan
Hankamneg.” Dalam pelaksanaannya, postur pertahanan negara dilihat dari berbagai faktor sebagai berikut. Pertama adalah Komponen Utama, yang meliputi kemampuan
(kemampuan pertahanan, intelijen, strategis, operasi militer selain perang, dll), kekuatan
(jumlah personil dan alutsista) dan gelar (pangkalan militer masing-masing matra). Kedua
adalah Komponen Cadangan yang merupakan Kompi Bala Cadangan di lingkup matra
angkatan darat dan masih merupakan model yang akan dikembangkan dimasa
mendatang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dan yang terakhir adalah Komponen
Pendukung yang merupakan segenap warga negara, sumberdaya alam dan buatan
sarana prasarana nasional yang secara langsung dan tidak langsung dapat meningkatkan
kekuatan komponen utama dan cadangan.
Dengan pengertian tersebut, maka peran penting postur pertahanan negara dalam
terwujudnya visi Jokowi untuk membentuk Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah
sebagai indikator pertahanan dan keamanan negara untuk mengawal tujuan nasional.
Peningkatan kekuatan militer seluruh matra tentu penting untuk mencapai kemampuan
pertahanan yang memadai, namun berdasarkan visi jokowi di bidang maritim, maka
sudah seharusnya matra laut menjadi perhatian khusus. Untuk melihat apakah postur
pertahanan kita sudah cukup memadai atau belum, maka perlu diperhatikan berbagai
Indonesia Defense University
negara kepulauan dengan luas laut sebesar 93,000 km2 , garis pantai sebesar 54,716 km2
dan + 17,000 pulau. Dengan luas wilayah sebesar itu, tentunya menjadi tantangan bagi
TNI AL untuk mampu mengamankan wilayah baik dari ancaman internal maupun
eksternal yang mungkin muncul setelah pengaplikasian visi Jokowi untuk membentuk
jalur perdagangan internasional melalui Indonesia. Jangan sampai nantinya, visi yang
seharusnya mampu membawa perubahan baik bagi di Indonesia dan dipandang sebagai
suatu keuntungan justru membawa masalah baru yang lebih komples. Oleh sebab itu,
persiapan pemerintah khususnya melalui TNI AL perlu menjadi pertimbangan tersendiri.
Sebagai gambaran, berdasarkan jurnal pertahanan Jane's Sentinel Security
Assessment - Southeast Asia (diakses dari https://janes.ihs.com tentang Indonesia Navy
tanggal 29 Oktober 2014) TNI AL kita memiliki jumlah personel sebanyak 65,000
personel, 2 kapal selam, 6 kapal perang kelas Frigates dan 24 kelas Corvettes serta 20
kapal reaksi cepat. Dengan fakta demikian, sudah cukupkah kekuatan tempur TNI AL kita
untuk meng-cover seluruh wilayah laut Indonesia? Sebagai perbandingan, Singapura
memiliki 5 kapal selam, 6 kapal kelas frigates dan corvettes, serta 11 kapal reaksi cepat
untuk melindungi wilayah lautnya yang hanya 10 km2. Selain itu, perlu dipertimbangkan
beberapa masalah seperti banyaknya alutsista yang sudah usang atau non-operasional
serta banyaknya kapal-kapal yang berumur lebih dari 50 tahun dengan berbagai masalah
turunan seperti masalah pemeliharaan, persenjataan kuno dan kekuarangan suku
cadang. Tentunya ini akan menjadi tantangan bagi pemerintahan Jokowi untuk
melakukan pembaharuan alustita dan berbagai komponen tempur lainnya sehingga
tercapai minimum essentialforces untuk menjaga wilayah laut Indonesia. Faktor lain yang
ikut menjadi tolak ukur dalam postur pertahanan negara kita adalah dukungan anggaran
yang memadai. Berdasarkan materi powerpoint yang disampaikan pada mata kuliah NDS
tanggal 26 September 2014 oleh Kol.Christine, dijelaskan bahwa untuk mencapai postur
pertahanan negara, hanya dapat diwujudkan dengan anggaran sebesar 1,95 % - 3,95%
dari PDB. Faktanya, berdasarkan jurnal pertahanan Jane's Sentinel Security Assessment
- Southeast Asia (diakses dari https://janes.ihs.com tentang Defence Budget Overview
tanggal 29 Oktober 2014), sampai dengan tahun 2018 anggaran pertahanan Indonesia
Indonesia Defense University
Tabel Indonesia Defence Budget Overview (https://janes.ihs.com tanggal 29 Oktober 2014)
Dengan fakta-fakta berdasarkan data yang ada serta penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa secara keseluruhan, postur pertahanan negara belum memadai atau
belum memenuhi visi dari Jokowi tentang poros maritim dunia ditinjau dari kekuatan
militer kita dalam menghadapai berbagai ancaman yang ada atau setidaknya memenuhi
Minimum Essential Force strategy dalam meningkatkan industri pertahanan nasional.
Masalah ini tentunya perlu menjadi pertimbangan khusus dan tantangan tersendiri bagi
pemerintahan Jokowi dalam mencapi visinya untuk mewujudkannya Indonesia sebagai
poros maritim dunia. Tentu saja, hal ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dicapai dalam
jangka pendek. Akan tetapi, setidaknya Jokowi telah mengingatkan kita akan kejayaan
maritim Indonesia dan berusaha untuk mengawali langkah-langkah untuk mewujudkan
kejayaan Indonesia sebagai Negara Maritim. Pada akhirnya, ini akan menjadi tugas dan
tanggung jawab seluruh elemen bangsa untuk mengawal, menjaga dan mewujudkan hal
tersebut pada masa sekarang dan di masa yang akan datang.