• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PERSEPSI TERHADAP TAGLINE MEREK KO (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN PERSEPSI TERHADAP TAGLINE MEREK KO (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PERSEPSI TERHADAP TAGLINE MEREK KOSMETIK WARDAH “INSPIRING BEAUTY” DALAM IKLAN TELEVISI PADA BRAND AWARENESS

KONSUMEN

(Studi Pada Mahasiswi Universitas Brawijaya Malang) Gita Anisa Larensia (larensiagita@gmail.com)

Ika Rahma Susilawati Lusy Asa Akhrani

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran persepsi terhadap tagline merek dalam iklan televisi pada brand awareness konsumen. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 120 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan karakteristik mahasiswi muslim yang berada di lingkungan Universitas Brawijaya Malang, menggunakan kerudung dan mengetahui iklan Wardah. Penelitian ini dilakukan di Universitas Brawijaya Malang dengan menggunakan metode kuantitatif. Alat ukur penelitian ini disusun sendiri dalam bentuk 2 skala. Skala persepsi terhadap tagline disusun berdasarkan dimensi dari Swartz dan skala brand awareness konsumen disusun berdasar teori dari Aaker. Metode analisis yang digunakan oleh penulis adalah analisis regresi linier sederhana. Hasil dari penelitian menunjukkan terdapat pengaruh signifikan peran persepsi terhadap tagline merek dalam iklan televisi melalui hasil uji hipotesis pada brand awareness konsumen. namun dalam penelitian ini, tingkat persepsi terhadap tagline merek masih tergolong netral dan brand awareness konsumen tergolong pada tingkat brand recognition. Hal itu berarti bahwa tagline merek tersebut belum memiliki pengaruh yang kuat dalam menanamkan kesadaran merek pada konsumen.

(2)

ROLE OF PERCEPTION TOWARD BRAND OF TAGLINE OF WARDAH COSMETIC "INSPIRING BEAUTY" IN TELEVISION ADVERTISING ON BRAND

AWARENESS CONSUMER

(Research in Student of Brawijaya University) by:

Gita Anisa Larensia

ABSTRACT

This research aims to know the role of perception toward brand’s tagline in television commercial on consumer’s brand awareness. Samples which is used in this research is 120 persons. Sampling required in this research used purposive sampling with characteristic moslem students in Brawijaya University Malang whom using hijab and knowing about Wardah commercials. This research is taken place at Brawijaya University Malang by using quantitative method. The tool of measure in this research is arranged by the author in two scales. Perception scale toward brand’s tagline is arranged based on Swartz’s dimension and consumer’s scale of brand awareness is arranged based on the theory of Aaker. A method of analysis that is used by the author is simple linear regression analysis. Results of this research indicate that there is a significant influence of the role of perception toward brand’s tagline in television commercial through testing hypotheses on consumer’s brand awareness. However, in this research, the level of perception toward brand’s tagline is still relatively neutral and consumer’s brand awareness is on brand recognition level. It means that the brand’s tagline doesn’t have an intensity influence in instilling brand awareness to consumers.

(3)

Latar Belakang

Era globalisasi yang semakin canggih, tingkat persaingan bisnis begitu ketat sehingga

pelaku bisnis berlomba-lomba agar produk mereka laku di pasaran. Berbagai cara dilakukan

untuk menarik minat konsumen, diantaranya dengan menggunakan media promosi, baik

melalui media elektronik (iklan radio, televisi, internet) maupun media cetak (brosur, koran,

majalah). Kotler dan Armstrong (2008) mendefinisikan produk sebagai segala sesuatu yang

dapat ditawarkan kepada pasar agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi

yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Untuk memperkenalkan produk

kepada khalayak dibutuhkan proses pemasaran di dalamnya. Pemasaran (marketing)

merupakan proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun

hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan

sebagai imbalannya (Kotler & Armstrong, 2008).

Pemasaran sebuah produk membutuhkan media promosi seperti iklan TV, hal itu

dibutuhkan agar para konsumen mengerti tentang barang atau jasa yang baru diproduksi.

Sebuah iklan dapat memberikan proses stimulus kepada konsumen yang dapat menimbulkan

persepsi dan brand awareness (kesadaran merek). Bentuk stimulus yang terjadi adalah ketika

seseorang menonton tayangan di TV lalu melihat produk, selebriti, musik atau tagline dalam

satu iklan, hal itu dapat memunculkan sebuah respon dari penonton yang bisa menimbulkan

persepsi di pikiran dan dapat menanamkan brand awareness pada tiap orang. Persepsi

merupakan suatu proses individu untuk menyeleksi, mengorganisasikan, dan memberi arti

pada rangsangan yang diterimanya menjadi suatu gambaran yang berarti dan menyatu

(Schiffman & Kanuk, 2008).

Menurut Durianto dan Budiman (2004), setiap iklan mempunyai tujuan utama yaitu dapat

menanamkan kesadaran pada merek (brand awareness). Aakermengemukakan bahwa brand

(4)

mengasosiasikan suatu merek dengan kategori produknya (Husni, 2010). Hal ini merujuk

pada kekuatan dari keberadaan suatu merek pada pikiran konsumen. Beragam konsumen

dapat ditemui saat ini, misalnya pada wanita muslim yang memakai kerudung.

Kerudung merupakan sesuatu yang dapat menutupi kepala, leher, dan dada tanpa

menutupi muka. Fenomena para wanita yang memakai kerudung dapat dilihat dari para

komunitas wanita berkerudung bermunculan. Wanita yang menutup aurat diwajibkan

menggunakan kerudung, akan tetapi hal itu tidak membatasi wanita untuk tampil cantik

dengan menggunakan kosmetik, seperti wanita pada umumnya. Oleh karena banyaknya

pilihan kosmetik yang tersedia di pasaran, maka para konsumen muslim harus bisa memilih

kosmetik yang aman dan halal agar tidak mengecewakan ketika memakainya. Sebagai

perempuan pasti tidak dapat lepas dari paket kecantikan. Hal ini berkaitan dengan tugas

perkembangan masa dewasa awal yang menyatakan bahwa masa ini, sudah tergolong sebagai

seorang pribadi yang dewasa. Salah satu hal yang berperan yakni penampilan fisik yang

matang sehingga siap untuk melakukan tugas yang berat seperti bekerja dan menikah.

Salah satu perusahaan yang menggunakan iklan di televisi sebagai media promosi adalah

kosmetik Wardah. Sejak tahun 1995 hingga saat ini tagline dari kosmetik Wardah adalah

“Inspiring Beauty” yang berarti selalu meyakini kecantikan yang menginspirasi. Dari

beberapa ulasan di atas, maka peneliti memutuskan untuk menulis skripsi dengan judul:

Peran Persepsi Terhadap Tagline Merek Kosmetik Wardah “Inspiring Beauty” Dalam Iklan Televisi Pada Brand Awareness Konsumen.

Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah persepsi terhadap tagline merek kosmetik Wardah “Inspiring Beauty”

(5)

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran persepsi terhadap tagline merek kosmetik Wardah “Inspiring

Beauty” dalam iklan televisi pada brand awareness konsumen.

Landasan Teori A.Iklan dan Periklanan

Menurut pakar periklanan dari Amerika, Pattis (Nuraeni, 2008) iklan lebih sering

disebut sebagai usaha agar barang yang diperjualbelikan laku keras. Padahal

sesungguhnya iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk

memotivasi dan mempromosikan produk dan jasa kepada seseorang atau pembeli yang

potensial. Tujuannya adalah mempengaruhi calon konsumen untuk berpikir dan bertindak

sesuai dengan keinginan si pemasang iklan. Pengertian lainnya, iklan adalah seni

menyampaikan apa yang ditawarkan atau dijual untuk mendapatkan perhatian dan

menempatkan produk secara unik kedalam pikiran konsumen dengan alat bantu.

Periklanan adalah komunikasi komersil dan non-personal tentang sebuah organisasi dan

produk-produknya yang ditransmisikan ke suatu khalayak target melalui media bersifat

massal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang, atau

kendaraan umum (Lee & Johnson, 2007).

Secara spesifik, terdapat perbedaan dan persamaan antara iklan dan

periklanan. Persamaannya adalah bahwa keduanya merupakan pesan yang ditujukan

kepada khalayak. Perbedaannya yaitu iklan lebih cenderung kepada produk atau

merupakan hasil dari periklanan, sedangkan periklanan merupakan keseluruhan proses

yang meliputi penyiapan, perencanaan pelaksanaan, dan pengawasan penyampaian iklan

(Nuraeni, 2008).

Untuk menghasilkan iklan yang baik, suatu perusahaan dituntut untuk menjalankan

(6)

yang terdiri dari : Attention (Perhatian) iklan harus menarik perhatian khalayak

sasarannya, baik pembaca, pendengar, atau pemirsa, Interest (Minat) iklan harus bisa

membuat orang yang sudah memperhatikan menjadi berminat dan ingin tahu lebih lanjut,

Desire (Keinginan) iklan harus berhasil menggerakkan keinginan orang untuk memiliki

atau menikmati produk yang diiklankan, Conviction (Rasa Percaya) untuk menimbulkan

rasa percaya pada calon pembeli, sebuah iklan dapat ditunjang dengan berbagai kegiatan

peragaan seperti pembuktian, membagikan contoh secara gratis, menyampaikan

pandangan-pandangan positif dari tokoh masyarakat terkemuka (testimonial) serta hasil

pengujian oleh pihak ketiga, misalnya dari departemen kesehatan, laboratorium swasta

terkenal, atau dari perguruan tinggi, dan Action (Tindakan) tindakan merupakan upaya

terakhir untuk membujuk calon pembeli agar sesegera mungkin melakukan tindakan

pembelian atau bagian dari proses itu.

B.Persepsi Konsumen

Secara etimologi, persepsi berasal dari bahasa Latin perceptio yang berarti menerima

atau mengambil. Persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih,

diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna. Stimuli adalah input dari

obyek tertentu yang dilihat konsumen melalui satu atau beberapa panca inderanya

(Ferrinadewi, 2008).

Peneliti menggunakan dimensi dari Allport (Mar’at, 1991) sebagai alat untuk

mengukur persepsi terhadap tagline merek. Adapun tiga dimensi yang digunakan untuk

mengukurpersepsi terhadap tagline merek adalah sebagai berikut: panca indera yakni alat

tubuh yang berfungsi mengetahui keadaan luar. Panca indera terdiri dari indera penglihat,

pembau, pendengar, pengecap dan peraba. Dimensi kedua adalah pengalaman yang

mempunyai kata dasar ”alami” artinya mengalami, melakoni, menempuh, menemui,

(7)

mengenyam, menikmati, dan merasakan (Endarmoko, 2006). Dimensi terakhir,

pengetahuan individu yakni sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.

Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti motivasi dan faktor luar

berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan sosial budaya (Kamus Besar Bahasa

Indonesia, 2003).

C.Tagline

Tagline merupakan bagian dari iklan yang bertujuan agar iklan tersebut mudah diingat

oleh konsumen. Tagline dalam suatu iklan memegang peranan penting. Menurut Nuradi,

Kridalaksana, Noeradi, Utorodewo, Indrati (1996) tagline adalah kalimat singkat sebagai

penutup teks inti yang menyimpulkan secara singkat tujuan komunikasi suatu iklan.

Tagline merupakan suatu ungkapan pendek berisi pesan yang padat dan mudah diingat.

Tagline dapat disamakan dengan slogan, atau jargon dalam iklan. Penggunaan tagline

bermanfaat untuk memperkuat kemampuan iklan dalam mengeksekusi (mencapai

sasarannya) yaitu mempengaruhi konsumen untuk menggunakan produk yang diiklankan.

Peneliti menggunakan dimensi dari Eric Swartz (Fazry, 2011) sebagai alat untuk

mengukur tagline sebuah merek. Adapun enam dimensi yang digunakan untuk mengukur

tagline sebuah merek adalah sebagai berikut: Original (asli) yakni sebuah tagline harus orisinil atau asli dan ungkapan yang disampaikan unik atau khusus atau merupakan

kata-kata yang biasa dalam kehidupan sehari-hari. Believable(dapat dipercaya) yakni apa yang dijanjikan sebuah merek dalam tagline sesuai dengan apa yang akan konsumen rasakan

atau dapatkan. Simple (sederhana) adalah ekspresi atau makna dari sebuah tagline dapat dipahami oleh konsumen. Provocative (dapat mempengaruhi atau merangsang) yakni

(8)

bergerak dan membuat mereka berpikir tentang sebuah merek. Memorable(mudah diingat) yakni membuat kesan atau pengaruh yang abadi atau lama.

D. Brand Awareness

Peter dan Olson (1996) menyatakan bahwa brand awareness adalah sebuah tujuan

umum komunikasi untuk semua strategi promosi. Menciptakan brand awareness, pemasar

berharap bahwa kapanpun kebutuhan kategori muncul, brand tersebut akan dimunculkan

kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif dalam

pengambilan keputusan. Peter dan Olson (1996) menyatakan tingkat brand awareness

dapat diukur dengan meminta konsumen menyebutkan nama brand yang mana yang

dianggap akrab oleh konsumen. Apakah pengingatan ulang atau brand awareness sudah

mulai memadai tergantung pada dimana dan kapan suatu keputusan pembelian dilakukan.

Strategi brand awareness yang tepat tergantung pada seberapa terkenal brand tersebut.

Kadang kala tujuan promosi adalah untuk memelihara tingkat brand awareness yang

sudah tinggi.

Brand awareness memiliki beberapa tingkatan dari tingkatan yang paling rendah

(tidak menyadari brand) sampai tingkatan yang paling tinggi yaitu top of mind (Aaker,

1997). Tingkatan brand awareness tersebut adalah sebagai berikut : Brand Unaware

(tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida brand awareness

dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek. Brand Recognition (pengenalan

brand) adalah tingkat minimal brand awareness, dimana pengenalan suatu merek muncul

lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall). Brand Recall

(pengingatan kembali merek) adalah pengingatan kembali merek tanpa bantuan (unaided

recall). Top of Mind (puncak pikiran) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh

konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen, atau merek tersebut

(9)

Peneliti menggunakan tingkatan brand awareness dari Aaker sebagai dimensi untuk

mengukur brand awareness konsumen.

E. Kerangka Pemikiran

Berikut merupakan kerangka pemikiran dari peneliti:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,

maka peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut:

Ha: Terdapat peran persepsi terhadap tagline merek “Inspiring Beauty” dalam iklan

Wardah pada brand awareness konsumen.

H0: Tidak terdapat peran persepsi terhadap tagline merek “Inspiring Beauty” dalam iklan

Wardah pada brand awareness konsumen.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian

korelasional. Analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana yang

pelaksanaannya dilakukan dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service

Solution) version 16 for windows. Sampel penelitian ini berjumlah 120 orang yang berada di

Universitas Brawijaya Malang. Sampel ini diambil dengan menggunakan purposive

Tagline merek Wardah

Brand Awareness

Stimulus (iklan)

(10)

sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sehingga layak untuk

dijadikan sampel (Sugiyono, 2010).

Alat Ukur

Skala peran persepsi terhadap tagline merek ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan

teori mengenai persepsi dari Allport (Mar’at, 1991) dan teori mengenai tagline merek dari

Swartz (Fazry, 2011). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Fenomena sosial dalam penelitian

ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel

penelitian (Sugiyono, 2010). Respon jawaban akan menggunakan 5 poin skala Likert, dengan

alternatif pilihan: 5 menunjukkan sangat setuju (SS), 4 menunjukkan setuju (S), 3

menunjukkan cukup setuju (CS), 2 menunjukkan kurang setuju (KS), dan 1 menunjukkan

sangat tidak setuju (STS).

Skala brand awareness konsumen ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori

mengenai brand awareness dari Aaker (1997). Respon jawaban akan menggunakan 5 poin

skala Likert, dengan alternatif pilihan: 5 menunjukkan sangat setuju (SS), 4 menunjukkan

setuju (S), 3 menunjukkan cukup setuju (CS), 2 menunjukkan kurang setuju (KS), dan 1

menunjukkan sangat tidak setuju (STS).

Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Jenis validitas tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan

validitas konstrak. Validitas isi merujuk kepada sejauh mana isi sebuah tes atau skala dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur. Sedangkan validitas konstrak mengacu pada validitas

teori yang digunakan peneliti apakah sudah sesuai dengan apa yang hendak diteliti. Sebuah

tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek

(11)

Kedua skala ini dilakukan uji coba terhadap 50 mahasiswiUniversitas Brawijaya Malang, kemudian dilakukan analisis aitem dengan cara mengukur korelasi antara aitem dengan skor

total. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem-total dengan menggunakan batasan

rix ≥ 0,25. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,25 daya pembedanya

dianggap memuaskan. Pada penelitian ini skala di katakan valid apabila memiliki koefisien

validitas di atas 0,25.

Uji reliabilitas dari kedua skala dihitung menggunakan teknik uji reliabilitas Alpha

Cronbrach’s dengan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service Solution)

version 16 for Windows. Syarat sebuah dimensi dikatakan reliabel adalah apabila nilai alpha

cronbach-nya diatas 0,70, sehingga jika nilai alpha cronbach-nya kurang dari 0,70

dinyatakan tidak reliabel. Batas ini diambil berdasarkan teori Nunmaly, Kaplan dan Saccuzo

yang menyatakan bahwa koefisien reliabilitas 0,70 sampai 0,80 adalah cukup tinggi untuk

penelitian data (Surapranata, 2004).

Prosedur penelitian diawali dengan pembuatan proposal penelitian yang dilanjutkan

dengan penyusunan alat ukur. Penyusunan alat ukur diawali dengan pembuatan blue print

kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Jumlah aitem pada

awal penyusunan alat ukur adalah 60 untuk skala persepsi terhadap tagline merek dan 21

untuk skala brand awareness konsumen. Setelah dilakukan uji coba terhadap terhadap 50

(12)

persepsi terhadap tagline merek dan 21 untuk skala brand awareness konsumen. Skala yang

sudah diuji coba ini kemudian digunakan untuk mengambil data yang dilakukan dengan

menyebarkan kedua skala pada 120 mahasiswi Universitas Brawijaya Malang yang

memenuhi kriteria untuk dijadikan subyek penelitian. Penyebaran skala persepsi terhadap

tagline merek skala brand awareness konsumen dilakukan sendiri oleh peneliti secara

individual.

Hasil Penelitian

Data penelitian yang diperoleh dari pengisian skala persepsi terhadap tagline merek dan

skala brand awareness konsumen diolah menggunakan bantuan program SPSS version 16 for

Windows yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi Statistik

Variabel Statistik Empirik

Peran Persepsi Terhadap Tagline

Merek

Skor Minimum 42

Skor Maximum 83

Mean 63,82

Standar Deviasi 8,124

Brand Awareness Konsumen Skor Minimum 47

Skor Maximum 149

Mean 120,68

Standar Deviasi 18,820

Tabel 2 menunjukkan bahwa skor empirik untuk variabel persepsi terhadap tagline

merek, rata-rata (mean) sebesar 63,82 dengan nilai terendah persepsi terhadap tagline merek

42 dan nilai tertinggi sebesar 83, sedangkan untuk standar deviasi pada variabel persepsi

terhadap tagline merek sebesar 8,124. Skor empirik untuk variabel brand awareness

(13)

47 dan nilai tertinggi sebesar 149, sedangkan untuk standar deviasi pada variabel brand

awareness konsumen sebesar 18,820.

Berdasarkan deskripsi statistik, dapat dibuat suatu norma untuk pemberian makna atau

interpretasi terhadap skor skala yang diperoleh.

Tabel 3. Norma Pengkategorian Subyek Penelitian

Kategori Daerah Keputusan Jumlah Subyek Persentase (%)

Negatif X < 96 12 10 %

Netral 96 ≤ X < 144 101 84,17 %

Positif 144 ≤ X 7 5,83 %

Total 120 100

Berdasarkan tabel 3 diatas menjelaskan bahwa subyek dengan jumlah sebanyak 120

memiliki skor umum terhadap variabel peran persepsi terhadap tagline merek kurang dari 96.

Subyek sebanyak 101 memiliki skor umum kurang dari 96 dan lebih dari 144, kemudian

untuk skor kurang dari 144 memiliki 7 subyek. Hal ini menunjukkan bahwa skor umum yang

dimiliki subyek terhadap variabel peran persepsi terhadap tagline merek terdapat pada

kategori netral.

Pada variabel brand awareness konsumen akan dibahas mengenai bentuk sebaran

jawaban responden terhadap keseluruhan konsep yang diukur. Dengan jumlah responden 120

orang, maka nilai indeks dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Nilai Indeks = {(F1x1) + (F2x2) + (F3x3) + (F4x4) + (F5x5)}/5

Dimana :

F1 adalah frekuensi responden yang menjawab 1 dari skor yang digunakan dalam daftar

pertanyaan.

F2 adalah frekuensi responden yang menjawab 2 dari skor yang digunakan dalam daftar

(14)

F3 adalah frekuensi responden yang menjawab 3 dari skor yang digunakan dalam daftar

pertanyaan.

F4 adalah frekuensi responden yang menjawab 4 dari skor yang digunakan dalam daftar

pertanyaan.

F5 adalah frekuensi responden yang menjawab 5 dari skor yang digunakan dalam daftar

pertanyaan.

Sebaran jawaban responden, selanjutnya akan diperoleh sebuah kecenderungan dari

seluruh jawaban yang ada. Skoring yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dari angka 1

dan angka 5, oleh karena itu angka indeks yang dihasilkan akan dimulai dari angka 20 hingga

angka 100 dengan rentang sebesar 80. Penelitian ini menggunakan kriteria 3 kotak (Three

-Box Method), maka rentang sebesar 80 akan dibagi tiga dan akan menghasilkan rentang

sebesar 26,67. Rentang tersebut akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan nilai indeks

responden yang digunakan dalam penelitian ini (Ferdinand, 2006), yaitu sebagai berikut:

20,00 - 46,67 = Rendah

46,68 - 73,34 = Sedang

73,35 - 100 = Tinggi

Tabel 4. Frekuensi Jawaban Variabel Brand Awareness Konsumen

Skor Top of Mind Brand Recall Brand Recognition Unaware of Brand Jumlah

1 40 6 28 101 175

2 131 31 123 321 606

3 217 106 250 199 772

4 170 175 358 75 778

5 36 30 46 22 134

Jumlah 594 348 805 718 2465

Nilai indeks tiap dimensi :

 Top of Mind (puncak pikiran)

{(40x1)+(131x2)+(217x3)+(170x4)+(36x5)}= 1813/5 = 362,6. Angka indeks dapat diketahui

(15)

 Brand Recall (pengingatan kembali merek)

{(6x1)+(31x2)+(106x3)+(175x4)+(30x5)}/5 = 247,2. Angka indeks dapat diketahui dengan

cara menghitung 247,2/5 = 49,44 dengan kategori sedang.

 Brand Recognition (pengenalan merek)

{(28x1)+(123x2)+(250x3)+(358x4)+(46x5)}/5 = 537,2. Angka indeks dapat diketahui

dengan dengan cara menghitung 537,2/5 = 107,44 dengan kategori tinggi.

 Unaware of Brand (tidak menyadari merek)

{(101x1)+(321x2)+(199x3)+(75x4)+(22x5)}/5 = 350. Angka indeks dapat diketahui dengan

cara menghitung 350/5 = 70 dengan kategori sedang.

Nilai rata-rata seluruh dimensi untuk variabel brand awareness adalah : Indeks brand

awareness = (65,32+ 49,44 + 107,44+70)/4 = 292,2 /4 = 73,05

Maka indeks variabel brand awareness bagi responden adalah sedang. Berdasarkan Tabel

4 dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel brand awareness memiliki indeks sedang dengan

nilai sebesar 73,05 yang menunjukkan Wardah mempunyai brand awareness yang biasa saja

di mata konsumen. Dimensi top of mind memiliki angka indeks sedang dengan 65,32,

dimensi brand recall memiliki angka indeks sedang dengan 49,44, dimensi brand recognition

memiliki angka indeks tinggi dengan 107,44 dan dimensi unaware of brand memiliki angka

indeks sedang dengan 70. Hal ini menunjukkan bahwa skor umum yang dimiliki subyek

terhadap variabel brand awareness konsumen terdapat pada kategori brand recognition.

Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang terdiri dari uji

asumsi klasik (uji normalitas, uji heterokedastisitas) dan uji linieritas untuk mengetahui

apakah data yang diperoleh termasuk dalam sebaran normal dan dapat digunakan untuk

(16)

Tabel 5. Hasil Pengujian Asumsi Normalitas Kolmogorov-Smirnov Variabel Signifikansi Keterangan

Residual Model (e) 0,587 Normal

Sumber : Hasil Analisis SPSS

Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa kedua variabel dalam penelitian ini menyebar

secara normal karena memiliki nilai signifikansi (0,587) lebih besar dari alpha 5% (0,050),

maka hipotesis H0 diterima dan dapat dikatakan bahwa Residual Model (e) mengikuti sebaran

normal dengan batas tingkat kesalahan sebesar 5%.

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, maka

disebut homoskedastisitasdan jika varian berbeda maka, disebut heteroskedastisitas.

Gambar 2.

Plot Uji Heterokedastisitas

Berdasarkan gambar di atas, terlihat titik-titik yang tersebar secara acak, tidak

membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas

pada model regresi.

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui linieritas hubungan antara variabel peran

(17)

Tabel 6. Hasil Pengujian Linieritas

Variabel Bebas Variabel Terikat Signifikansi Keterangan Peran persepsi

terhadap tagline merek

Brand awareness konsumen

0,000 Linier

Hasil uji linieritas menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000. Dapat dilihat nilai

signifikansi lebih kecil dari alpha 5% (0,000 < 0,050), sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan linier antara Variabel Peran Persepsi Terhadap Tagline Merek Kosmetik

Wardah “Inspiring Beauty” Dalam Iklan Televisi (X) pada Variabel Brand Awareness

Konsumen (Y).

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui apakah variabel peran persepsi terhadap

tagline merek berpengaruh terhadap brand awareness konsumen. Dalam pengolahan data

dilakukan beberapa tahapan untuk mencari pengaruh antara variabel independen dan

dependen. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 didapatkan hasil

sebagai berikut.

Tabel 7. Hasil Analisis Regresi

Variabel bebas Variabel terikat Koefisien t hitung Sig. t Keterangan Konstanta Y 25,754 7,772 0,000 Berpengaruh

X 0,315 11,624 0,000 Berpengaruh

R² = 0,534

F hitung = 135,113

p-value = 0,000

F tabel (1,118,5%) = 3,921

(18)

Berdasarkan tabel hasil analisis regresi pada Variabel Peran Persepsi Terhadap Tagline

Merek Kosmetik Wardah “Inspiring Beauty” dalam Iklan Televisi (X) pada Variabel Brand

Awareness Konsumen(Y). Tabel tersebut dapat menjelaskan sebagai berikut.

Persamaan Regresi yang terbentuk:

Y = 25,754 + 0,315 X

Besarnya koefisien 0,315 dan bertanda positif menyatakan bahwa setiap peningkatan skor

jawaban pada variabel X sebanyak 1 satuan, maka skor jawaban Y akan mengalami

peningkatan sebesar 0,315. Dengan kata lain maka semakin tinggi faktor Peran Persepsi

Terhadap Tagline Merek Kosmetik “Inspiring Beauty” dalam Iklan Televisi (X) yang

dirasakan, maka akan meningkatkan faktor Brand Awareness (Y) pada konsumen tersebut.

Nilai koefisien determinasi (R2) yang didapatkan adalah sebesar 0,534, maka besarnya

pengaruh total variabel X terhadap variabel Y adalah sebesar 0,534 atau sekitar 53,4%, dan

sisanya sebesar 46,6% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian. Variabel lain di luar

penelitian dapat dicontohkan seperti sikap, motif, kepentingan, dan pengalaman dalam

mempelajari apa yang dilihat. Unsur dalam lingkungan juga dapat mempengaruhi persepsi

seperti keadaan dan tempat kerja. Selain itu, dilakukan pengujian hipotesis untuk melihat

signifikansi dari pengaruh variabel secara keseluruhan terhadap variabel brand awareness

konsumen. Pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8. Hasil Uji Hipotesis

Variabel bebas Variabel terikat F hitung Sig. F Keterangan X Y 135,113 0,000 Berpengaruh

R-square = 0,534 F tabel = F(1,118,5%) = 3,921

Berdasarkan Tabel 8, pengujian hipotesis menggunakan uji F. Pada tabel nilai F hitung

sebesar 135,113 dan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai F hitung lebih besar dari nilai F

(19)

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh dari variabel X terhadap variabel Y dengan

tingkat batas kesalahan 5%.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran persepsi terhadap tagline merek

kosmetik Wardah “Inspiring Beauty” dalam iklan televisi berpengaruh pada brand awareness

konsumen. Hasil penelitian yang diperoleh dari pengujian hipotesis sesuai dengan hipotesis

penelitian pertama yang diajukan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara peran persepsi

terhadap tagline merek pada brand awareness konsumen. Hal ini sebagaimana ditunjukkan

oleh nilai F hitung 135,113 > F tabel 3,921 dan signifikansi lebih kecil dari Alpha 5%

(0,000<0,050).

Sebuah perusahaan dengan mereknya akan berhasil jika merek tersebut mempunyai posisi

khusus dalam benak konsumen. Hal itu dikarenakan proses seseorang dalam memposisikan

diri didasarkan pada persepsi, maka dasar untuk dapat mengelola merek dengan baik adalah

mengelola persepsi. Posisi yang kuat merupakan hasil dari penyampaian pesan yang memberi

tahu konsumen tentang hal-hal yang menyebabkan sebuah merek lebih baik daripada

merek-merek pesaingnya. Dalam hal ini pesan-pesan merek-merek dapat disampaikan melalui sebuah

tagline yang dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap merek (Fazry, 2011).

Peran persepsi terhadap tagline merek kosmetik Wardah “Inspiring Beauty” dalam iklan

televisi pada brand awareness konsumen khususnya pada mahasiswi di Universitas

Brawijaya Malang dapat diketahui bahwa persepsi mereka terhadap tagline merek Wardah

berada pada kategori netral. Tagline yang dimiliki oleh perusahaan kosmetik Wardah

“Inspiring Beauty” masih kurang kuat sehingga tidak mudah diingat oleh para konsumen.

Jika diulas secara detail, enam aspek persepsi terhadap tagline merek Wardah yang

digunakan dalam pembuatan skala yang dikemukakan oleh Swartz (Fazry, 2011) yakni

(20)

unik atau khusus atau merupakan kata-kata yang biasa dalam kehidupan sehari-hari),

Believable (apa yang dijanjikan sebuah merek dalam tagline sesuai dengan apa yang akan

konsumen rasakan atau dapatkan), Simple (ekspresi atau makna dari sebuah tagline dapat

dipahami oleh konsumen), Provocative (dapat menginspirasi dan menggerakkan konsumen

ketika membaca atau mengetahui sebuah tagline), Persuasive (menjual sebuah ide, sehingga

dapat membuat konsumen bergerak dan membuat mereka berpikir tentang sebuah merek),

Memorable (membuat kesan atau pengaruh yang abadi atau lama), aspek yang memberikan

korelasi terbesar pada brand awareness konsumen adalah aspek believable yaitu sebesar

0,664 dan yang memberikan korelasi terkecil pada brand awareness konsumen adalah aspek

simple yaitu sebesar 0,377.

Aspek believable (apa yang dijanjikan sebuah merek dalam tagline sesuai dengan apa

yang akan konsumen rasakan atau dapatkan) dengan nilai korelasi 0,664. Hal ini

menunjukkan bahwa semakin konsumen mempercayai dan yakin bahwa tagline merek dari

kosmetik Wardah adalah “Inspiring Beauty” maka akan dapat mempengaruhi tingkat brand

awareness (kesadaran merek) dari para konsumen. Ketika konsumen menerima dan

mempercayai informasi yakni tagline sebuah merek, hal itu dapat mempengaruhi pikiran

seseorang dan dapat menanamkan kesadaran merek pada masing-masing individu.

Aspek keenam dengan nilai korelasi 0,377 yakni simple (ekspresi atau makna dari sebuah

tagline dapat dipahami oleh konsumen). Hal ini menunjukkan bahwa tagline merek Wardah

dinilai kurang simpel atau sederhana sehingga orang mungkin merasa masih sulit memahami

atau mengenali Wardah melalui tagline mereknya.

Hasil skor jawaban pada skala brand awareness konsumen pada subyek penelitian berada

pada kategori brand recognition. Menurut Aaker (1997), brand recognition (pengenalan

brand) adalah tingkat minimal brand awareness, dimana pengenalan suatu merek muncul

(21)

dicontohkan jika konsumen yang tidak mengetahui produk Wardah, dapat dibantu dengan

menyebutkan warna kemasan kosmetik atau menyebutkan tagline merek Wardah yakni

“Inspiring Beauty”.

Tingkat kesadaran merek pada konsumen Wardah masih jauh dari posisi top of mind

(puncak pikiran) hal itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti : kurang penekanan

pada tagline suatu merek dan banyak sekali produk kosmetik dari para kompetitor yang

sudah lama bermunculan sehingga para konsumen tidak terlalu perhatian dengan tagline

merek Wardah. Oleh karena itu, para konsumen setidaknya sudah mengetahui tentang

keberadaan produk Wardah akan tetapi tidak mengetahui tagline merek Wardah “Inspiring

Beauty”.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengaruh persepsi terhadap tagline merek

kosmetik Wardah “Inspiring Beauty” pada brand awareness konsumen memberikan

sumbangan efektif sebesar 53,4%. Variabel lain di luar penelitian ini sebesar 46,6%. Variabel

lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang sekiranya mempengaruhi adalah pengalaman

konsumen dalam melihat iklan di televisi, pengalaman konsumen dalam mempersepsikan

sesuatu yang mereka lihat karena persepsi merupakan proses kognitif, di mana seorang

individu memberikan arti kepada lingkungan.

Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan penelitian di atas terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan keterbatasan

dalam penelitian ini, di antaranya sebagai berikut : peneliti kurang bisa mendapat gambaran

mengenai brand awareness konsumen khususnya pada dimensi unaware of brand. Hal itu

disebabkan karena pada skala brand awareness konsumen, peneliti membuat ulang

pernyataan mengenai dimensi unaware of brand yang dapat menyebabkan terjadi bias

penelitian karena tidak mencerminkan mengenai dimensi tersebut. Pada penelitian ini terjadi

(22)

kedua skala tersebut peneliti menggunakan pernyataan yang bermakna sama. Pada skala

peran persepsi terhadap tagline merek peneliti tidak mencantumkan pernyataan mengenai

apakah konsumen menggunakan produk Wardah atau tidak. Peneliti menemukan kesulitan

untuk menemukan angka pasti mahasiswi yang berkerudung di Universitas Brawijaya

Malang, sehingga tidak bisa menentukan sampel jumlah penelitian. Peneliti kurang

menambahkan karakteristik sampel penelitian, sehingga data yang didapat kurang spesifik.

Besarnya sumbangan efektif pada penelitian ini kemungkinan adanya overlap pada skala

persepsi terhadap tagline merek dan brand awareness konsumen. Hal itu dapat dilihat pada

kedua skala dengan menggunakan pernyataan yang bermakna sama, sehingga mempengaruhi

efek sumbangan yang cukup besar.

Saran

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperbanyak jumlah subyek yang hendak diteliti,

serta menambahkan karakteristik sampel sehingga dapat lebih memperkaya data penelitian.

Peneliti hendaknya memperbaiki skala mengenai tagline merek agar lebih mengetahui

pemahaman tentang persepsi terhadap tagline merek. Sama halnya dengan skala persepsi

terhadap tagline, skala mengenai brand awareness konsumen hendaknya diperbaiki guna

mengetahui pentingnya konsumen mengenali iklan dari merek produk tersebut.

Pihak perusahaan kosmetik Wardah, untuk lebih sering menayangkan iklan produknya di

televisi atau mencantumkan tagline “Inspiring Beauty” di kemasan produk. Mungkin tidak

hanya dari sisi tagline yang harus diperkuat, akan tetapi juga dari aspek lain, seperti cara

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, D. (1997). Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta : Spektrum Mitra Utama.

Durianto, D. & Budiman, L. J. (2004). Brand Equity Ten. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Endarmoko, E. (2006). Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia.

Fazry, L. (2011). Pengaruh Tagline dan Above The Line Terhadap Keputusan Penggunaan Kartu Axis di SMA Negeri 3 Cimahi. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia. http://repository.upi.edu/operator/upload/s_mbs_0606968_chapter2.pdf. diakses tanggal 2 Februari 2013.

Ferdinand, A. (2006). Metode Penelitian Manajemen. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ferrinadewi, E. (2008). Merek & Psikologi Konsumen : Implikasi Pada Strategi Pemasaran. Jakarta : Graha Ilmu.

Husni, A. R. (2010). Analisis Pengaruh Brand Awareness Terhadap Brand Attitude Handphone Merek Nokia. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. http://eprints.undip.ac.id/23338/1/Achmad_Rifqi_Husni.Pdf. diakses tanggal 15 Oktober 2012.

Khasali, R. (1995). Manajemen Periklanan : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.

Kotler, P & Armstrong, G. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1 Edisi 12. Jakarta : Erlangga.

Lee, M & Johnson, C. (2007). Prinsip-prinsip Pokok Periklanan Dalam Perspektif Global. Jakarta : Kencana Predana Media Group.

Mar’at. (1991). Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nuradi. Kridalaksana, H. Noeradi, W. Utorodewo, F. Indrati, N. R. (1996). Kamus Istilah PeriklananIndonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Nuraeni, N. (2008). Pengantar Periklananan.

http://pengantarperiklanan.blogspot.com/2008/03/prolog.html. diakses tanggal 22 November 2012.

Peter, J. P. & Olson, J. C. (1996). Consumer Behavior, Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jilid 2; alih bahasa, Sihombing, Damos. Jakarta: Erlangga Publishing Company, Boston Massachusset, AS.

Schiffman, L. & Kanuk, L. (2008). Perilaku Konsumen Edisi Ketujuh. Jakarta : PT. Indeks.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung : Alfabeta.

(24)

Gambar

Gambar 1.  Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Hasil Uji Reliabilitas
Tabel 2. Deskripsi Statistik
Tabel 3. Norma Pengkategorian Subyek Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diharapkan dari adanya upaya meningkatkan kualitas ini adalah (1) terwujudnya program ekstrakurikuler yang sesuai harapan, (2) tercapainya peningkatan

“ pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang atau jasa dengan cara melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk

Penelitian ini mengkaji peran Product Involvement, perceived risk, satisfaction, dan trust dalam proses pemilihan konsumen terhadap pedagang online instagram untuk

JKN Syariah sebagai upaya pembiayaan kesehatan ibu dan bayi dengan adanya alokasi dana dari BAZNAS tanpa adanya subsidi dari pemerintah, adanya program Community of Nurse

Hasil pengamatan sementara peneliti, pada bulan Agustus dan September tahun 2008 diperoleh bahwa masyarakat kelurahan Sidiangkat ketika mengalami sakit mereka menggunakan

Abdul Haris Semendawai, Revisi Undang-Undang No.13 tahun 2006, Momentum Penguatan Perllindungan Saksi dan Korban, Perlindungan Jurnal saksi dan Korban, Volume 1 Tahun

Penelitian ini merupakan sebuah kajian keamanan yang menganalisis tentang upaya Pemerintah Indonesia dalam menangani masalah Imigran Ilegal yang menuju Australia

Data yang telah diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dianalisis untuk memperoleh kejelasan sehingga peneliti dapat menyimpulkan hasil dari penelitian yang dilakukan