BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A.Konsep Pengetahuan
1. Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra
pendengaran, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan
memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan
dalam berperilaku (Setiawati.2008)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo. 2010).
2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2010) dalam domain kognitif berkaikan dengan
pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berinteraksi, analisa,
memecahkan masalah dan lain lain) yang berjenjang sebagai berikut:
a. Tahu (Knowledge)
Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk
dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal hal
atau keterangan yang berhasil dihimpun atau dikenali (recall of facts).
b. Memahami (Comprehension)
Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal
sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam
jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan,
menafsirkan, meramalkan dan mengekplorasikan.
c. Menerapkan (Aplication)
Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah
dipahami kedalam situasi dan kondisi yang sesuai.
d. Analisa (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian
yang terdiri unsur unsur atau komponen komponen yang berhubungan antara yang
satu dengan yang lainnya dalam suatu bentuk susunan.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian bagian atau
unsur unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang
bersangkutan dengan hal hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan
yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Mubarak (2011) faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
adalah:
a. Pendidikan.
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
agar dapat memahami suatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan
banyak. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, maka akan
menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi
dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek
fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas
empat katagori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi,
hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena
pematangan fungsi organ. Pada aspek pskologis atau mental, taraf berfikir
seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.
B. Perawatan Masa Nifas
Menurut Bahiyatun (2009) masa nifas adalah masa ( kira – kira 6 minggu )
setelah kelahiran bayi, selama tubuh ibu beradaptasi kekeadaan sebelum hamil, disebut
juga puerperium sedangkan menurut Saleha (2009) masa nifas adalah masa sesudah
persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk
memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang
lebih 6 minggu postpartum.
Periode masa nifas menurut Wulandari (2009) dibagi menjadi periode, yakni:
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
lamanya 6-8 minggu. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Menurut Nurjannah (2013) program dan kebijakan teknis yang disampaikan
pada buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2006
menganjurkan bahwa pada kunjungan 2 dan 3 yaitu 6 hari setelah persalinan dan 2
minggu setelah persalinan petugas kesehatan melakukan hal-hal berikut ini:
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau pendarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
Menurut Mitayani (2009) tujuan asuhan kebidanan selama masa postpartum
adalah mencegah hemoragi, memberikan kenyamanan fisik nutrisi hidrasi keamanan
dan eliminasi, memberikan motivasi pada ibu dan keluarga untuk mulai
mengintegrasikan proses kelahiran menjadi pengalaman hidup mereka, memelihara
C.Perawatan Luka Perineum 1) Definisi
Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di
bagian perineum (Mochtar, 2010).
Menurut Rukiyah (2010) Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral,
namun dapat juga bilateral. Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus
levator ani, yang terjadi pada persalinan normal atau persalinan dengan alat, dapat
terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga tidak kelihatan
dari luar. Perlukaan demikian dapat melemahkan dasar panggul, sehingga mudah
terjadi prolapsus genetalis. Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu:
a. Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan
secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses
persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek
sulit dilakukan penjahitan
b. Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara
vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Episiotomi juga
merupakan tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya
selaput lender vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal,
otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum.
Derajat Perlukaan pada Perineum : Derajat I, mukosa vagina, fauchette
posterior, kulit perineum. Derajat II, fauchette posterior, kulit perineum, otot
perineum. Derajat III, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
spinter ani eksternal, dinding rectum anterior.
Tindakan pada Luka Perineum. Derajat I : Tidak perlu dijahit jika tidak ada
dan kulit perineum ditutup dengan mengikut sertakan jaringan-jaringan
dibawahnya. Derajat III/IV : Penolong persalinan tidak dibekali keterampilan untuk
reparasi laserasi perineum. Maka hendaknya segera merujuk ke fasilitas rujukan.
(Walyani. 2015)
2) Lingkup Perawatan
Menurut Rukiyah (2010) Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk
pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari
perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut).
Sedangkan menurut Hamilton (2002) dalam Rukiyah (2010) lingkup perawatan
perineum adalah: Mencegah kontaminasi dari rektum, menangani dengan lembut
pada bagian yang terkena trauma, bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber
bakteri dan bau.
3) Waktu Perawatan
Menurut Ferer (2001) dalam Rukiyah (2010) waktu perawatan perineum
adalah: Saat mandi: Pada saat mandi, ibu postpartum pasti melepas pembalut,
setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan
perineum. Setalah buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar
terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan
bakteri pada perineum untuk itu diperlukan perbersihan perineum. Setelah buang
air besar: Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
perineum yang letaknya bersebelahan maka perlu proses pembersihan anus dan
perineum.
4) Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum
Gizi: Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan luka pada perineum karena pengantian jaringan sangat membutuhkan
protein.
Obat-obatan: Steroid: Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan
mengganggu respon inflamasi normal; Antikoagulan: dapat menyebabkan
hemoragik; Antibiotik spektrum luas/spesifik : Efektif bila diberikan segera
sebelum pembedahan untuk patologi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika
diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intravaskular.
Keturunan: sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya
dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah
kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa
darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori. Sarana prasarana:
kemampuan ibu dalam menyediakan sarana prasarana dalam perawatan perineum
akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu
dalam menyediakan antiseptik.
Budaya dan keyakinan: budaya dan keyakinan akan mempengaruhi
penyembuhan perineum, misalnya kebiasaantarak telur, ikan dan daging ayam,
akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi
penyembuhan luka.
5) Dampak Perawatan Luka Perineum Yang Tidak Benar
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal
sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya
infeksi pada perineum. Komplikasi: Munculnya infeksi pada perineum dapat
merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat
berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada
jalan lahir.
Kematian ibu postpartum: Penanganan komplikasi yang lambat dapat
menyebabkan terjadinya kematian pada ibu postpartum mengingat kondisi fisik ibu
postpartum masih lemah (Rukiyah.2010)
6) Fase-Fase Penyembuhan Luka
Fase-fase penyembuhan luka menurut Smeltzer (2002 : 490) dalam Rukiyah
(2010) adalah sebagai berikut:
a. Fase inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.
Respon vaskular dan selular terjadi ketika jaringan teropong atau
mengalami cidera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibronoplatelet
terbentuk dalam upaya untuk mengontrol pendarahan. Reaksi ini berlangsung
dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi venula.
Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokonstriksinya karena norefineprin
dirusak oleh enzim intra selular. Juga, histamin dilepaskan, yang meningkatkan
permeabilitas kapiler.
Ketika mikrosirkunasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti
antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium
vaskular selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat,
b. Fase Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari
Fibroblas memperbanyak dirinya dan membentuk jaringan-jaringan untuk
sel-sel yang bermigrasi. Sel-sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka;
kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber nutrisi bagi
jaringan granulasi yang baru.
Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan
aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka tercapai.
Tidak akan lebih dari 70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali. Banyak
vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses metabolisme yang
terlibat dalam penyembuhan luka.
c. Fase Muturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau bahkan setahun.
Sekitar 3 minggu setelah cidera fibroblas mulai meninggalkan luka.
Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun kedalam posisi
yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut
tetapi meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut
dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi tidak
pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka.
Dalam penatalaksaan bedah penyembuhan luka, luka digambarkan
sebagai penyembuhan melalui intensi pertama, kedua, atau ketiga.
Penyembuhan melalui intensi pertama (penyatuan primer). luka dibuat secara
aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, dan penutup dengan baik,
seperti dengan suture, sembuh dengan sedikit reaksi jaringan melalui intensi
pertama. Ketika luka sembuh melalui intensi pertama, jaringan granulasi tidak
Penyembuhan melalui instensi kedua (glanulasi). Pada luka dimana
terjadi pembentukan pus (supurasi) atau dimana tepi luka tidak saling merapat,
proses perbaikannya kurang sederhana dan membutuhkan waktu lebih lama.
Penyembuhan melalui instensi ketiga (Suture Sekunder). Jika luka dalam
baik yang belum disuture atau terlepas dan kemudian disuture kembali
nantinya, dua permukaan granulasi yang berlaeanan disambungkan. Hal ini
mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas.
7) Penatalaksanaan
a. Persiapan pada ibu postpartum: Perawatan perineum sebaiknya dilakukan
dikamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri
dengan kaki terbuka. Alat dan bahan: alat yang digunakan adalah botol, baskom
dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik.
b. Tujuan dilakukan perawatan luka perineum adalah untuk mengurangi rasa
ketidak nyamanan, mencegah infeksi, meningkatkan kebersihan, dan
penyembuhan pada luka perineum.
c. Prosedur pelaksanaan sebagai berikut: mencuci tangannya; mengisi botol plastik
yang dimiliki dengan air hangat; buang pembalut yang telah penuh dengan
gerakan kebawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut kedalam
kantong plastik; berkemih dan BAB ketoilet; semprotkan keseluruh perineum
dengan air hangat; keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan
d. Lakukan evaluasi, parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan
adalah: Perineum tidak lembab, posisi pembalut tepat, ibu merasa nyaman