• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KADAR EMISI GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR YANG MELALUI PENYERAP KARBON AKTIF DARI KULIT BUAH DURIAN (Durio zibethinus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KADAR EMISI GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DARI KENDARAAN BERMOTOR YANG MELALUI PENYERAP KARBON AKTIF DARI KULIT BUAH DURIAN (Durio zibethinus)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KADAR EMISI GAS KARBON MONOKSIDA (CO) DARI

KENDARAAN BERMOTOR YANG MELALUI PENYERAP KARBON

AKTIF DARI KULIT BUAH DURIAN (Durio zibethinus)

Ayusti Dirga H31109268

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin

Kendaraan bermotor merupakan penyumbang polusi udara terbesar di Indonesia. Gas buang yang dikeluarkan kendaraan bermotor sangat berbahaya bagi kesehatan terutama gas karbon monoksida (CO). Semakin lama masa pakai kendaraan bermotor, semakin banyak gas CO yang dikeluarkan. Pemanfaatan limbah kulit durian (Durio zibethinus) sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif dapat menurunkan konsentrasi gas CO dari kendaraan bermotor. Karbon kulit durian diaktivasi kimia dengan ZnCl2 10% selama 3 hari. Karbon aktif berukuran

100 mesh ditambahkan TiO2 dan dibuat dalam bentuk pellet silinder diameter 1 cm dan tinggi

0,5 cm. Pengukuran emisi gas CO menggunakan Portable Emission Analyzer PEM 9004 melalui tabung adsorpsi dalam waktu 1 menit. Hasil Penelitian menunjukkan karbon aktif tanpa penambahan TiO2 dapat menurunkan konsentrasi gas CO dari 0,604% menjadi 0,192%,

sehingga daya adsorpsi karbon aktif 68,2%. Karbon aktif dengan penambahan TiO2 memiliki

daya adsorbsi 97,8%, menurunkan konsentrasi gas CO dari 0,604% menjadi 0,0135%. Karbon aktif dengan penambahan TiO2 lebih optimal dalam menurunkan konsentrasi gas CO,

dibandingkan karbon aktif tanpa penambahan TiO2.

Kata kunci : Durio zibethinus, Karbon Aktif, Kendaraan Bermotor, Karbon Monoksida, TiO2.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak akan lepas dengan perkembangan teknologi. Berbagai inovasi teknologi telah digunakan untuk memudahkan berbagai aktivitas manusia. Salah satu teknologi yang perkembangannya cukup pesat adalah bidang tansportasi. Transportasi yang dimaksud meliputi transportasi udara, air dan darat. Di antara ketiga sistem transportasi tersebut, transportasi darat yang menggunakan sepeda motor relatif umum dan banyak digunakan oleh masyarakat.

Aktifitas transportasi di jalan raya semakin meningkat disebabkan oleh pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan dan daya tarik kota yang pesat. Angka kepemilikan kendaraan bermotor di

Indonesia menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat, sehingga timbul tiga persoalan yang sangat serius, yakni kemacetan, meningkatnya konsumsi bahan bakar dan semakin parahnya tingkat pencemaran udara akibat dari emisi gas buang yang dihasilkan (Prawoto, 2000). Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) dan Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) menunjukkan jumlah populasi kendaraan bermotor di Indonesia hingga 2010 lalu mencapai 50.824.128 unit (Arianto, 2011). Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, jumlah sepeda motor pada tahun 2011 yaitu 68.839.341 unit.

Bertambahnya jumlah sepeda motor ini akan berdampak pada segala aspek kehidupan masyarakat. Di satu pihak menunjukkan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di

(2)

pihak lain akan memperparah terjadinya pencemaraan udara. Hal ini disebabkan oleh gas buang yang di timbulkan dari kendaraan bermotor tersebut. Menurut Budiraharjo (1991) dalam Maryanto dkk (2009) polusi udara yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor sebesar 70– 80%, sedangkan pencemaran udara akibat industri dan lain-lain hanya 20 – 30% saja. Menurut Wardhana (2001) besarnya persentase pencemaran udara dari sumber transportasi di Indonesia adalah 70,50% CO; 18,34% HC; 8,89% NOx; 0,88% SOx; 1,33% partikel.

Gas-gas tersebut sangat berbahaya bagi manusia, selain berdampak negatif pada kesehatan, juga dapat berdampak negatif terhadap ekosistem atau lingkungan pada umumnya..

Gas karbon monoksida (CO) merupakan parameter pencemaran udara yang sangat perlu diperhatikan karena merupakan polutan yang sangat berbahaya dari kendaraan bermotor, tentunya dapat mengganggu kesehatan manusia. Kendaraan bermotor merupakan sumber utama CO terutama pada kendaraan yang sudah tua, karena mesin kendaraan kurang berfungsi secara baik (Basuki, 2008). Gas CO utamanya dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna yang sangat mungkin terjadi pada kendaraan bermotor. Secara teori, pembakaran tidak sempurna terjadi karena kekurangan oksigen dalam proses pembakaran. Karena sifatnya yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna sangat sulit diketahui keberadaannya. Gas CO merupakan komponen gas yang sangat beracun karena lebih cepat mengikat haemoglobin menjadi

carboxyhaemoglobin sehingga menyebabkan

penghambatan aliran O2 untuk mengikat

haemoglobin. Kekurangan suplai O2 pada batas

tertentu, yaitu pada meningkatnya resiko kematian (Zulfah, 2011).

Berbagai usaha yang telah dilakukan untuk mengendalikan emisi gas buang yang keluar dari knalpot agar memenuhi standar baku mutu, seperti modifikasi mesin pembakar, pengembangan reaktor sistem pembuangan gas buang dan subtitusi bahan bakar. Usaha tersebut dapat menurunkan konsentrasi gas

buang hasil pembakaran, seperti melakukan inovasi pada knalpot dengan penambahan karbon aktif (Maryanto, 2009). Karbon aktif dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap) gas emisi (Basuki, 2008; Maryanto, 2009), akan tetapi karbon aktif yang tersedia biasanya mahal sehingga tidak ekonomis digunakan sebagai adsorben. Adsorben dengan harga yang lebih murah seringkali memiliki kapasitas adsorpsi yang rendah, karena itu efisiensinya juga rendah. Karbon aktif yang ekonomis dapat dibuat dari limbah padat seperti cangkang kelapa sawit (Meisrilestari, 2013), kulit kakao (Handoko dkk., 2012), serbuk gergaji, sekam padi, kulit durian (Mirna dkk., 2006) dan lainnya. Di samping itu, dapat mengurangi pencemaran yang disebabkan oleh limbah.

Limbah kulit buah durian (Durio

zibethinus) memiliki potensi yang besar untuk

dimanfaatkan dan dijadikan karbon aktif. Kulit durian mengandung selulosa cukup tinggi sekitar 50 – 60% sehingga terdapat gugus aktif karbonil, hidroksil, dan eter yang berpotensi dalam proses adsorpsi (Masturah, 2012). Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan sebuah penelitian tentang analisis kadar emisi gas CO dari kendaraan bermotor melalui penyerap karbon Aktif dari kulit buah durian (Durio zibethinus).

METODE PENELITIAN Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain limbah kulit durian, akuades, ZnCl2 10%, TiO2, dan amilum.

Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu alat-alat gelas yang pada umumnya digunakan pada laboratorium, pisau, tungku, cawan porselin, Tanur (Muffle furnace tipe 6000), Oven (tipe SPNISOSFD), kertas saring Wathmann 42, lumpang/mortar, batang pengaduk, ayakan 100 mesh, sendok, cetakan, labu semprot, desikator, neraca analitik

(3)

(Shimadzu AW220), penyaring Buchner, pompa vakum (ABM tipe 4EK F6 3CX-4), FT-IR model SHIMADZU 820 IPC, SEM-EDX Tescan Vega3SB, Portable Emissions Analyzer PEM 9004, dan sepeda motor Yamaha.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung pada bulan Januari-Mei 2014 di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Terpadu Jurusan Kimia, Laboratorium Material dan Energi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, dan Laboratorium Terpadu Fisika Modern Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni di tempat parkir Sains Building Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.

Pembuatan Arang dari Kulit Durian

Limbah kulit durian dibersihkan dari kotoran yang terikut kemudian dipotong-potong hingga ukurannya kecil kemudian dijemur sampai kering. Selanjutnya dimasukkan di dalam kaleng bekas kemudian dibakar sampai terbentuk karbon (Handoko dkk., 2012).

Pembuatan Karbon Aktif

Kulit durian yang sudah menjadi arang digerus dengan menggunakan mortar lalu 175 gram arang tersebut diaktivasi dengan menggunakan 700 mL ZnCl2 10% dengan

waktu 3 hari. Arang kemudian disaring dan dicuci sampai bersih dengan akuades hingga pH hasil cucian netral (pH = 7) dan dipanaskan 80

0C selama 24 jam. Arang aktif kemudian

didinginkan dan digerus sampai halus, setelah itu disaring dengan ayakan 100 mesh (Handoko dkk., 2012 ; Agusta, 2012).

Pembuatan Media Penyerap

Arang aktif dari kulit buah durian sebanyak 100 gram dicampur dengan 15 gram TiO2 dan diaduk homogen selama 30 menit. Setelah itu ke dalam campuran ditambahkan 15 gram amilum dan diaduk sampai homogen beserta dengan 100 mL air. Adonan yang telah bercampur sempurna kemudian dicetak dan dipres kemudian dioven pada suhu 120 0C selama 3 jam (Handoko dkk., 2012).

Karakterisasi Karbon Aktif

Karbon aktif kulit durian dianalisis dengan alat SEM-EDX Tescan Vega3SB dan FT-IR model SHIMADZU 820 IPC.

Penjerapan Gas Karbon Monoksida (CO) Menggunakan Karbon Aktif dari Kulit Durian (Durio zibethinus)

Gambar 1. Rangkaian Alat Knalpot-Tabung Adsorpsi- Portable Emission Analyzer PEM 9004

Pertama–tama diukur kandungan awal gas CO pada motor dengan Portable Emission

Analyzer PEM 9004. Setelah itu kandungan

gas CO diukur dengan penambahan bahan adsorben (75 butir) dimasukkan ke dalam tabung adsorpsi (Handoko dkk., 2012) dan

Portable Emission Analyzer PEM 9004.

Kemudian dicatat kadar CO yang terbaca pada alat.

Penentuan Daya Adsorbsi Gas Karbon Monoksida (CO) Melalui Penyerap Karbon Aktif dari Kulit Durian (Durio Zibethinus)

Untuk mengetahui persentase gas Karbon Monoksida yang terjerap (daya adsorpsi) oleh karbon aktif, dapat dihitung dengan rumus :

(4)

Daya Adsorbsi = x 100%

Karakterisasi Karbon Aktif Kulit Durian (Durio zibethinus)

Penentuan Gugus Fungsi (Uji FTIR)

Gambar 2. Hasil uji FT-IR berupa grafik spectrum sampel karbon kulit durian (a) karbon aktif kulit durian (b) karbon aktif dengan penambahan TiO2 (c)

Pengujian FTIR dilakukan untuk melihat dan mendeteksi gugus-gugus fungsi senyawa organik pada sampel. Hasil pengujian FTIR sampel karbon sebelum diaktivasi, setelah aktivasi dan karbon aktif yang telah disisipi TiO2 dapat dilihat pada Gambar 2. Hasil gugus

fungsi struktur arang kulit durian pada FTIR (Gambar 2.a) menunjukkan adanya pita lebar dengan intensitas kuat pada daerah 3417,88 cm -1 yang menunjukkan adanya ikatan O–H dan

pada daerah 1560,41 cm-1 menunjukkan adanya

ikatan C=C aromatik (Lambert, dkk., 2011). Spektrum FTIR pada arang kulit durian yang telah diaktivasi selama tiga hari (Gambar 2.b) memperlihatkan adanya pita lebar pada daerah 3421,72 cm-1 yang menunjukkan adanya

ikatan O–H. Vibrasi C=C alifatik yang ditunjukkan dengan adanya pita serapan di daerah 1618,28 cm-1 dan pada daerah 1515,05

menunjukkan adanya ikatan C=C aromatik (Lambert, dkk., 2011).

Spektrum arang aktif dengan penyisipan TiO2 (Gambar 2.c) tidak memperlihatkan

perbedaan yang cukup signifikan dengan spektrum arang kulit durian yang telah

diaktivasi. Adanya pita lebar pada daerah 3379,29 cm-1 yang menunjukkan adanya ikatan

O–H dan daerah 1560,41 menunjukkan adanya ikatan C=C aromatik. Namun, vibrasi C=C alifatik tidak nampak (Lambert, dkk., 2011). Struktur Permukaan (Uji FE-SEM)

Dari hasil pengujian struktur permukaan dengan FE-SEM dapat dilihat struktur

permukaan bahan dasar karbon yang telah diaktivasi seperti Gambar 3.

Gambar 11. Hasil FE-SEM karbon sebelum diaktivasi (a) karbon

setelah diaktivasi (b) karbon aktif dengan penambahan TiO2 (c), perbesaran 1000 kali

Dari Gambar 3 memperlihatkan bentuk permukaan yang berbeda. Karbon kulit durian sebelum diaktivasi (a) memperlihatkan bentuk permukaan dengan pori sedikit. Karbon kulit durian setelah diaktivasi (b) terbentuk ruang atau pori, dengan diameter pori yang beragam sehingga luas permukaan karbon semakin bertambah. Pori-pori yang terbentuk saat proses aktivasi dimana karbon bereaksi dengan

activating agent yaitu ZnCl2. Selama proses

aktivasi, ZnCl2 mengeliminasi atom hidrogen

dan oksigen dari material karbon, sehingga meningkatkan kandungan karbon. Karbon aktif dengan penambahan TiO2 (c) tidak

memperlihatkan banyak pori dengan jelas. Hal ini disebabkan oleh TiO2 yang ditambahkan

tidak tercampur secara homogen sehingga a

b

c

a b

(5)

terlihat menutupi pori-pori yang terbentuk. Pengambilan Sampel Awal dan Akhir

Pengambilan sampel awal dan akhir dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui stabilitas emisi kendaraan selama pengambilan sampel. Nilai konsentrasi CO pada kontrol awal ini akan digunakan sebagai standar/acuan terhadap penurunan konsentrasi CO. Pengambilan sampel akhir bertujuan untuk mengetahui konsentrasi akhir gas CO yang akan dibandingkan dengan konsentrasi awal gas CO sehingga dapat diketahui kestabilan emisi gas yang dikeluarkan motor selama pengambilan sampel. Pengambilan sampel awal dan akhir dilakukan dengan menggunakan tabung adsorpsi tanpa penyerap karbon aktif masing-masing selama satu menit. Hasil pengambilan sampel CO awal dan akhir ditunjukkan dalam Table 1 berikut :

Tabel 1. Hasil pengambilan sampel awal dan akhir gas CO dengan tabung adsorbsi

Perulangan Konsentrasi CO (%) Sampel awal Sampel Akhir

1 0,614 0,675

2 0,594 0,727

Rata-rata 0,604 0,701

Uji Daya Adsorbsi Gas CO

Pada bagian penelitian ini akan dibandingkan daya adsorben karbon aktif terhadap emisi gas buang kendaraan bermotor yaitu gas karbon monoksida (CO). Sebelum pengukuran, motor dipanaskan ±5 menit dalam kondisi idle. Tabung adsorbsi diisi dengan media penyerap (karbon aktif tanpa penambahan TiO2 dan karbon aktif dengan

penambahan TiO2). Setelah tabung adsorbsi

diisi dengan media penyerap, usahakan tabung adsorbsi tidak bocor, agar gas CO yang terukur murni dari knalpot kendaraan bermotor. Salah satu ujung tabung adsorbsi dihubungkan dengan knlpot kendaraan dan probe Portable

Emission Analyzer PEM 9004 ditancapkan di

ujung yang lain dari tabung adsorbsi.

Pengukuran dimulai dengan mengalirkan gas emisi menit melalui tabung adsorbsi dengan media penyerap karbon aktif tanpa penambahan TiO2 selama satu menit. Setelah itu, probe PEM

9004 ditancapkan dan diukur selama 10 detik. Berdasarkan penelitian Basuki dkk., 2008 untuk setiap pengukuran konsentrasi sampel gas CO dibutuhkan waktu yang relatif singkat agar nilai gas CO yang terukur bukan gas CO terakumulasi di tabung adsorbsi.

Tabel 2. Daya adsorbsi penurunan konsentrasi gas CO

Media

Penyerap CO awal (%)Konsentrasi Pengujian ke- CO akhir (%)Konsentrasi

Konsentrasi CO rata-rata (%) Daya Adsor bsi (%) Karbon aktif kulit durian 0,604 1 0,027 0,192 68,2 2 0,357 Karbon aktif kulit durian dengan penambah an TiO2 0,604 1 0,027 0,0135 97,8 2 0,000

Konsentrasi gas CO pada saat pangambilan sampel awal 0,604%. Konsentrasi ini masih berada dibawah ambang batas yang ditetapkan oleh pemerintah di dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2006 yaitu konsentrasi gas CO yang diemisikan oleh kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin pada kondisi idle ≤5,5%. Setelah melewati media karbon aktif kulit durian dengan panjang media 20 cm, konsentrasi gas CO turun menjadi 0,192%. Sehingga daya adsorbsi gas CO oleh karbon aktif sebesar 68,2%.

Setelah melewati media karbon aktif kulit durian dengan penambahan TiO2, konsentrasi

gas CO turun menjadi 0,0135%. Sehingga daya adsorpsi gas CO oleh karbon aktif yang disisipi TiO2 sebesar 97,8%. Konsentrasi gas CO

setelah melewati media penyerap karbon aktif kulit durian dengan TiO2 lebih kecil

dibandingkan konsentrasi gas CO setelah melewati media penyerap karbon aktif tanpa

(6)

penyisipan TiO2. Penurunan ini menunjukkan

bahwa penyerap karbon aktif yang disisipi TiO2

lebih berpengaruh terhadap adsorpsi gas CO, dan lebih optimal dalam menurunkan konsentrasi gas CO, bila dibandingkan dengan media penyerap karbon aktif tanpa penyisipan TiO2.

Gambar 4. Grafik penurunan konsentrasi gas CO melalui penyerap

karbon aktif (1) dengan penambahan TiO2 (2)

Penambahan TiO2 hanya berfungsi sebagai

katalis bukan sebagai adsorben dan tidak berpengaruh terhadap efisiensi removal gas buang. Penambahan TiO2 terlalu banyak akan

mengurangi jumlah karbon aktif kulit durian yang berfungsi sebagai adsorben gas CO. Dengan berkurangnya jumlah karbon aktif kulit durian, maka pori adsorpsi akan berkurang pula. Efisiensi penurunan konsentrasi gas CO juga akan menurun. Penurunan konsentrasi gas CO setelah melewati media karbon aktif kulit durian yang disisipi TiO2 terjadi karena struktur

lapisan karbon aktif kulit durian sebagai media penjerap telah mengalami perubahan. Perubahan ini terjadi karena molekul TiO2 yang

menyisip ke dalam struktur lapisan karbon aktif kulit durian memiliki ukuran molekul yang lebih besar dari ukuran kation yang terdapat dalam struktur lapisan karbon kulit durian.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Masa pakai kendaraan bermotor mempengaruhi jumlah emisi gas karbon monoksida (CO) yang dikeluarkan. Masa pakai 7 tahun atau motor keluaran tahun 2007 mengeluarkan gas CO rata-rata paling banyak yaitu 1,135% dan keluaran 2011 mengeluarkan gas CO rata-rata paling sedikit yaitu 0,326%.

2. Karbon aktif dari kulit durian (Durio

zibethinus) dapat menurunkan konsentrasi

gas CO dari kendaraan bermotor 0,604% menjadi 0,192% dengan daya adsorpsi 68,2%. Sedangkan karbon aktif dari kulit durian (Durio zibethinus) yang disisipi TiO2 meningkatkan daya adsorbsi gas CO

97,8%, menurunkan konsentrasi gas CO dari kendaraan bermotor 0,604% menjadi 0,0135%.

DAFTAR PUSTAKA

A Teledyne Technologies Company, 2008,

Operating Instructions For PEM-9004

Portable Emissions Analyzer,

California.

Agusta, D., 2012, Uji Adsorpsi Gas CO pada Asap Kebakaran dengan Menggunakan Karbon Aktif dari Arang Tempurung Kelapa yang Terimpregnasi TiO2,

skripsi tidak diterbitkan, Jurusan teknik kimia, Universitas Indonesia.

Arianto, A., 2011, Kendaraan Bermotor di Indonesia Terbanyak di ASEAN,

Tempo.

Arifin, Zainal, Sukoco, 2009, Pengendalian

Polusi Kendaraan, Alfabeta, Bandung.

Basuki, K.T., Setiawan, B., dan Nurimaniwathy, 2008, Penurunan Konsentrasi CO dan NO2 Pada Emisi

Gas Buang Menggunakan, Arang Tempurung Kelapa yang Disisipi TiO2,

Makalah disajikan dalam Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir,

(7)

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN, Yogyakarta, 25-26 Agustus. Chahaya, S.I., 2003, Pengandalian Pencemaran

Udara Melalui Penanganan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatra Utara. Dasuki, F.S., 1994. Kontrol Emisi Gas Buang

pada Sepeda Motor. PT. Federal Motor,

Jakarta.

Fardiaz, Srikandi.1992. Polusi Air & Udara, Kanisius, Yogyakarta.

Faza, C.A., Masturah, R., 2011, Produksi

Arang Aktif dari Limbah Kulit Durian sebagai Filtrasi Air, Universitas Syiah

Kuala, Banda Aceh.

Handoko, C.T., Elisabeth, dan Syadiyah, H., 2012, Efektivitas Penjerapan Polutan

Gas Beracun Karbonmonoksida (CO) Menggunakan Arang Aktif Berbahan Dasar Limbah Kulit Kakao, Makalah

disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 2 Juni. Lambert, J.B., Gronert, S., Shurvell, H.F., dan

Lighter, D.A., 2011, Organic Structural

Spectroscopy, Pearson, USA.

Maryanto, D., Mulasari, S.A., dan Suryani, D., 2009, Penurunan kadar emisi gas buang Karbon Monoksida (CO) dengan Penambahan Arang Aktif Pada Kendaraan Bermotor di Yogyakarta,

KESMAS UAD,3 (3), 198-205.

Meisrilestari, Y., Khomaini, R., dan Wijayanti, H., 2013, Pembuatan Arang Aktif dari Cangkang Kelapa Sawit dengan Aktivasi Secara Fisika, Kimia dan Fisika-Kimia, Konversi, 2 (1), 46-51.

Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2006 Tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama, 2006, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. Salamah, S., 2008, Pembuatan Karbon Aktif

dari Kulit Buah Mahoni dengan Perlakuan Perendaman dalam Larutan KOH, Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Ahmad Dahlan.

Sayoga, A., 2001, Pengaruh Masa Pakai dan Tingkat Transmisi Terhadap Kadar Emisi Gas Buang Sepeda Motor Honda Astrea Grand, Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Teknik, Universitas Mataram. Sembiring, M.T., Sinaga, T.S., 2003, Arang

Aktif (Pengenalan dan Proses Pembuatannya), USU digital library, Sumatera Utara.

Wardhana, Wisnu Arya. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit ANDI. Yogyakarta.

Yulianti, R., Aulia, F.A., dan Ferdianti, F., 2011, Analisa Besarnya Pencemaran Udara Berdasarkan Tingkatan Gas Buang Kendaraan Sepeda Motor di lingkungan Parkir Universitas Gunadarma Kalimalang, Program Kreatifitas Mahasiswa, Universitas Gunadarma.

Zulfah, Wibowo, A., dan Hartoni, U.C., 2011, Analisa Pengaruh Penggunaan Catalytic Converter Pada Mesin Motor Empat Langkah Terhadap Penurunan Emisi Gas Buang, Engineering,

3 (2).

Gambar

Gambar  1.   Rangkaian  Alat  Knalpot-Tabung  Adsorpsi-  Portable  Emission Analyzer PEM 9004
Gambar 2. Hasil  uji  FT-IR  berupa  grafik  spectrum  sampel  karbon  kulit durian (a) karbon aktif kulit durian (b) karbon aktif  dengan penambahan TiO 2  (c)
Tabel 1. Hasil pengambilan sampel awal dan  akhir  gas  CO  dengan  tabung  adsorbsi
Gambar 4.  Grafik  penurunan  konsentrasi  gas  CO  melalui  penyerap  karbon aktif (1) dengan penambahan TiO 2  (2)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Game Online di warnet terhadap perkembangan bahasa anak usia 9-12 tahun di Kelurahan Cempaka Putih, Ciputat

Untuk dapat mencapai efektivitas kerja, organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan dalam hal ini pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa

Atas pelayanan penerbitan naskah dinas yang diterbitkan oleh pemerintah daerah dipungut biaya administrasi (leges) sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian

Sontak dia terkejut karena Daffa masih belum mengerjakan soal apapun “Mana jawabannya?!” Tanyanya dengan suaranya yang berat.. Kepalanya sedikit menunduk untuk melihat dari

Hasil penelitian Ketchand dan Strawser (1998) yang menggunakan akun- tan publik sebagai unit analisisnya dengan mengklasifikasikan ke dalam partisi yang kurang berpengalaman

Cinta tanah air atau bela negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu, dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air,

Aplikasi ini diharapkan dapat diimplementasikan sebagai bagian dari prosedur kepesertaan pada Dana Pensiun GKJ.Untuk penelitian selanjutnya yaitu dapat menggabungkan

Suatu daerah dengan daerah lainnya memiliki berbagai perbedaan dalam kehidupan sosial budaya.. Kehidupan sosial budaya di suatu daerah dipengaruhi