• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Eksperimen dan Ekpost Fakto.d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penelitian Eksperimen dan Ekpost Fakto.d"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH METODOLOGI PENDIDIKAN

PENELITIAN EKSPERIMEN DAN EKPOS FAKTO

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. Surya Jatmika 14701251019

2. Rizki Nor Amelia 14701251022

3. Nursanti Dwi Yogawati 14701251032

4. Nur Ichsanuddin A.K. 14701251033

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. Badrun Kartowagiran

PENELITIAN DAN EVALUASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA

(2)

PENELITIAN EKSPERIMEN DAN EKPOS FAKTO PENELITIAN EKSPERIMEN

A. Pengertian

Wiersma (1991: 99) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang sekurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti. Menurut Davis (2004) penelitian eksperimental didasarkan pada asumsi bahwa dunia bekerja menurut hukum-hukum kausal. Hukum-hukum ini esensinya adalah linear, meskipun bersifat komplikasi dan interaktif. Tujuan penelitian eksperimental adalah untuk menetapkan hukum sebab-akibat dengan mengisolasi variabel kausal. Pendangan yang lebih ringan tentang asumsi-asumsi filosofis di belakang penelitian eksperimental adalah bahwa “kadang-kadang” dan “dalam cara yang sama”, dunia bekerja menurut hukum-hukum kausal. Dengan demikian, hubungan sebab-akibat mungkin bukan merupakan pandangan akhir dari realita, tetapi penunjukkan sebab dan akibat bermanfaat dalam keadaan/ kondisi yang sama (Davis, 2004: 3).

Pengertian yang lebih jelas tentang penelitian eksperimental dikemukakan oleh Gay (1981). Gay menyatakan bahwa metode penelitian eksperimental merupakan satu-satunya metode penelitian yang dapat menguji secara benar hipotesis yang menyangkut hubungan kausal (sebab-akibat). Dalam studi eksperimental, peneliti memanipulasi paling sedikit satu variabel, mengontrol variabel lain yang relevan, dan mengobservasi efek/ pengaruhnya terhadap satu atau lebih variabel terikat. Peneliti menentukaan “siapa memperoleh apa”, kelompok mana dari subjek yang memperoleh perlakuan mana. Manipulasi variabel bebas merupakan salah satu karakteristik yang membedakan penelitian eksperimental dari metode penelitian lain. Variabel bebas, juga diacu sebagai variabel eksperimental, variabel penyebab, atau variabel perlakuan yang aktivitas atau karakteristiknya dipercaya membuat suatu perbedaan. Dalam penelitian pendidikan variabel yang biasa dimanipulasi termasuk metode pengajaran, jenis penguatan (reinforcement), pengaturan lingkungan belajar, jenis materi belajar, dan ukuran kelompok belajar. Variabel terikat juga diacu sebagai variabel kriteria atau variabel pengaruh, yaitu hasil dari studi. Perubahan atau perbedaan dalam kelompok sebagai suatu hasil manipulasi variabel bebas (Gay, 1981: 207-208).

B. Pentingnya desain eksperimental

Pentingnya penelitian eksperimental dalam paradigma postpositivis jelas dalam kutipan berikut:

(3)

Ketika hipotesis kausal baik ditentukan dapat dirumuskan dan pengacakan untuk kondisi perlakuan dan kontrol etis dan layak, percobaan acak adalah metode terbaik untuk memperkirakan efek. (Feuer, Towne, & Shavelson 2002, hal.8)

Percobaan adalah desain pilihan untuk studi yang berusaha untuk membuat conclutions kausal, dan khususnya evaluasi inovasi pendidikan (Slavin, 2002, hal. 18)

Para penulis ini berpendapat bahwa penelitian eksperimental adalah satu-satunya jenis penelitian yang dipercaya dapat membangun hubungan sebab-akibat, meskipun mereka mengakui bahwa ada banyak masalah pendidikan dengan metode eksperimen kurang tepat. Kaum feminis telah menafsirkan pernyataan seperti bukti adanya dalam hirarki yang tepat prestise dalam metode penelitian (Reinharz, 1992). Beberapa masalah yang tidak setuju untuk penelitian eksperimental (SBR) dalam bentuk studi eksperimental diberikan posisi ini eksklusif di "hierarki kebenaran". Maxwell (2004) menentang rancangan percobaan sebagai "standar emas" dari penelitian pendidikan dan psikologis karena didasarkan "pada model terbatas dan bermasalah kausalitas" (hal. 3). Dia menantang "posisi istimewa yang SBR memberikan eksperimen acak dalam penelitian pendidikan, dan pemberhentian seiring penelitian kualitatif sebagai sarana ketat menyelidiki kausalitas. Maxwell berpendapat bahwa pemahaman realis kausalitas kompatibel dengan karakteristik kunci dari penelitian kualitatif, dan mendukung pandangan penelitian kualitatif sebagai pendekatan sah ilmiah untuk penjelasan santai "(Maxwell, 2004, hal.3). Cara untuk mempertimbangkan kemampuan penelitian kualitatif untuk membuat pernyataan kausal dibahas dalam bab berikutnya. Untuk saat ini, itu sudah cukup untuk membuat terlihat bahwa masalah ini telah dibesarkan sebagai kritik terhadap ketergantungan tunggal pada desain terkontrol secara acak sebagai orang-orang yang dapat menyebabkan dan laporan efek.

Selain itu, baik pendidik dan psikolog telah dikritik karena menggunakan praktek-praktek yang tidak bukti-bukti yang berbasis (Bickman, 1999; Feuer et al, 2002.). Penggunaan desain eksperimental yang diterima meningkat perhatian dengan berlalunya Anak yang ada di undang-undang seperti yang dibahas di sini dan di Bab 1 Panggilan bertindak untuk mengevaluasi efektivitas praktik berbasis sekolah menggunakan "berdasarkan penelitian ilmiah" yang menggunakan "ketat, sistematis , dan prosedur tujuan untuk memperoleh pengetahuan yang valid "(No Child Left Behind Act 0f 2001, Pub. L. No 107-110, judul IX. Bagian A, A7 9101 [37]). Ini menciptakan iklim politik yang mendukung penggunaan desain eksperimental atau quasi-eksperimental, sebaiknya dengan tugas acak kelompok. Implikasi terkait adalah bahwa probabilitas mendapatkan dana untuk program-program inovatif akan meningkat jika metode ini dipilih.

(4)

kemudian secara sistematis memanipulasi satu (atau beberapa) variabel pengobatan untuk menguji efek. Pengendalian banyak variabel (seperti perbedaan karakteristik latar belakang peserta) dapat mengakibatkan kelebihan simplikasi yang mendistorsi bagaimana fenomena tersebut terjadi di dunia nyata. Namun itu adalah pengendalian banyak variabel yang memungkinkan peneliti untuk mengklaim bahwa satu variabel memiliki efek tertentu. Dengan demikian peneliti dalam paradigma ini bekerja dalam ketegangan antara kontrol dan manipulasi (mengubah satu atau beberapa variabel pada satu waktu) dan representasi dari fenomena di dunia nyata. Asumsi dasar paradigma ini adalah bahwa peneliti perlu untuk menghilangkan penjelasan alternatif yang mungkin untuk membuat klaim pengetahuan yang satu variabel menyebabkan perubahan lain. Bahkan dengan kontrol yang cermat dari variabel dan manipulasi yang sistematis dari variabel pengobatan, peneliti dalam paradigma ini berhati-hati untuk mengakui bahwa hasil mereka "benar" pada tingkat tertentu probabilitas dan hanya dalam kondisi yang ada selama percobaan. Klaim pengetahuan ini diperkuat ketika hasilnya dapat ditampilkan berulang kali di bawah kondisi serupa.

C. Desain penelitian dan ancaman terhadap validitas

Setiap orang tua, guru, konselor, atau administrator yang menemukan siswa yang tidak membaca serta orang berpikir mereka harus mengalami menantang kompleks untuk mencari cara untuk meningkatkan kinerja. Apakah kinerja yang buruk karena defisit keterampilan, instruksi yang tidak pantas, kurangnya dukungan rumah, resistensi tekanan untuk melakukan, penguatan cukup untuk untuk upaya yang dilakukan, kurangnya kedewasaan atau "kesiapan untuk membaca", atau apa? Pendidik dan psikolog telah memutuskan dengan pertanyaan ini dan giat penggunaan desain jelas sistematis, berusaha untuk menemukan cara-cara untuk meningkatkan kinerja membaca.

(5)

D. Validitas Penelitian Eksperimen

Dalam penelitian eksperimen terdapat dua hal yang digunakan sebagai ukuran menilai kredibilitas hasil dari penelitian eksperimen yang dilakukan, yaitu internal validity (validitas internal) dan external validity (validitas eksternal).

1. Validitas Internal

Validitas internal merupakan terjadinya suatu perubahan yang berpengaruh pada variabel terikat (dependent variable) akibat efek dari adanya variabel bebas (indepedent variable), maupun adanya beberapa variabel di luar kontrol peneliti (extraneous variable). Apabila variabel ekstrane (extraneous variable) dapat terkontrol, maka hasil dari penelitian eksperimen maupun perlakuan yang dilakukan akan memenuhi tingkatan valid secara internal. Menurut D.T. Campbell dan Stanley (1963) terdapat delapan variabel ekstrane yang dapat mempengaruhi validitas internal, yaitu:

a. History

History yang dimaksud adalah peristiwa atau kejadian yang terjadi/tiba-tiba muncul selama penelitian berlangsung/dilaksanakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Contoh: adanya pelatihan kebakaran secara tiba-tiba di saat penelitian berlangsung. Untuk mengatasi adanya permasalahan kejadian yang tiba-tiba terjadi, peneliti dapat mengontrolnya dengan membentuk/memilih kelompok kontrol yang terkena peristiwa/kejadian yang sama dan dianggap sebagai pengecualian dalam perlakuan (treatment). `

b. Maturation

Maturation mempunyai arti mengenai perubahan biologis atau psikologis yang terjadi pada peserta penelitian ketika penelitian sedang berlangsung atau dilaksanakan. Contoh: siswa/peserta mengalami kelelahan dalam mengikuti penelitian.

Solusi mengatasi kejadian maturation, dengan memilih/membentuk kelompok kontrol yang memiliki perubahan kematangan biologis maupun psikologis yang sama. Satu-satunya perbedaan adalah dalam penerimaan perlakuan eksperimen.

c. Testing

Testing muncul dalam penelitian, karena peneliti menggunakan pretest maupun posttest yang didesain sedemikian rupa menjadi tes yang “disesuaikan” dengan keadaan yang dihadapi dengan membuat pretest yang hampir sama/mirip dengan posttest. Menurut Borman et al. (2007) dalam mengatasi permasalahan testing lebih baik menggunakan pretest yang berbeda dengan posttest. Semua peserta penelitian mendapatkan pretest maupun posttest, diharapkan efek dari test tersebut dapat berimbang.

d. Instrumentation

(6)

observasi berikutnya. Menurut Borman et al (2007) hasil dari pretest yang dilakukan tidak digunakan untuk mengukur besaran perubahan nilai pada posttest. Lebih baik, peneliti menggunakan hasil pretest untuk dokumentasi dalam menentukan perbandingan kelompok yang diprioritaskan dalam perlakuan.

e. Statistical Regression

Statistika regresi akan menjadi permasalahan dalam validitas ketika peneliti menggunakan kelompok ekstrim sebagai peserta/subjek penelitian. Contohnya: menggunakan siswa yang tingkat intelegensinya tinggi semua atau rendah semua. Permasalahan validitas terjadi hanya apabila peneliti menggunakan pretest untuk memilih peserta yang ekstrim pada kurva normal dan memberikan tes lagi menggunakan instrumen tersebut untuk mengkaitkan hasil penilaian. Menurut Borman et al (2007) mengemukakan bahwa dalam penelitian hindari menggunakan kelompok ekstrim saja, siswa-siswa dalam kelas merepresentasikan kemampuan yang berbeda-beda satu dengan yang lain.

f. Differential Selection

Apabila peserta penelitian dalam penelitian eksperimen yang dilakukan memiliki perbedaan karakteristik tidak akan mempengaruhi pada perlakuan yang dilakukan baik di kelas eksperimen maupun kontrol. Tetapi apabila peserta dalam penelitian cenderung bersifat homogen satu dengan yang lain tentu akan mempengaruhi validitas hasil dari penelitian eksperimen. Kunci dalam penelitian eksperimen adalah prinsip pemilihan peserta dengan random/acak.

g. Experimental Mortality

Experimental mortality berkaitan dengan adanya partisipan/individu/peserta pada penelitian eksperimen yang memutuskan untuk keluar/tidak mengikuti proses penelitian yang berlangsung karena berbagai alasan. Misalnya alasan waktu, minat, pelarangan orang tua, teman, dsb. Hal tersebut berakibat pada sulitnya penarikan kesimpulan dari nilai hasil penelitian. Dalam hal ini, peneliti perlu memilih kelompok sampel besar dan membandingkan mengenai siswa yang keluar pada penelitian dengan siswa yang tersisa pada penelitian tersebut untuk pengukuran hasil penelitian. Menurut Borman et al (2007) peneliti perlu membandingkan hasil pretest dari siswa-siswa yang mengikuti penelitian secara penuh dengan siswa-siswa yang keluar dari penelitian, hasil dari perbandingan tersebut akan menunjukkan bahwa siswa-siswa yang mengikuti penelitian secara penuh akan terlihat lebih baik dari siswa yang keluar di tengah penelitian. Meskipun memang hasil penelitian nanti akan mengalami bias generalisasi, tetapi peneliti perlu melengkapi data tersebut.

h. Selection-Maturation Interaction

(7)

perbedaan perubahan antara satu individu dengan individu yang lain meskipun telah dipilih secara acak/random. Pemilihan individu dan perbedaan perubahan individu akan berpengaruh pada nilai/skor instrumen/penilaian, khususnya pada perbedaan kelompok yang hasil intervalnya tidak sama satu sama lain. Maka perlu adanya perbedaan interpretasi hasil dengan skala yang berbeda disesuaikan dengan perbedaan yang ada.

Selain delapan variabel di atas yang mempengaruhi validitas internal penelitian, terdapat beberapa variabel ekstrane lain yang mempengaruhi validitas terutama berkaitan dengan perlakuan (treatments) yang digunakan dalam penelitian. T.D. Cook dan Campbell (1979) mengemukakan empat variabel ekstrane, yaitu:

a. Experimental Treatment Diffusion

Hal ini terjadi ketika kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat berkomunikasi satu sama lain dan memungkinkan kelas kontrol dapat belajar dari kelas eksperimen mengenai informasi tentang treatment (perlakuan) serta dapat menimbulkan masalah pada validitas internal. Untuk itu bagaimanapun caranya peneliti eksperimen haruslah menjaga kedua kelas/kelompok eksperimen/kontrol terpisah dan tidak saling berhubungan.

b. Compensatory Rivalry by the Control Group

Terjadi apabila secara umum peneliti mengumumkan bahwa adanya kelas/kelompok kontrol dan kelas/kelompok eksperimen pada partisipan. Hal itu dapat memicu sebuah persaingan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen karena kelompok kontrol akan merasa menjadi dibedakan dengan kelompok eksperimen yang mendapatkan perlakuan (treatment). Peneliti perlu untuk berusaha menghindari adanya kekhawatiran dan ekspektasi/harapan yang muncul berlebihan pada partisipan dengan menekankan/menjelaskan pada manfaat atas perlakuan eksperimen yang sedang diteliti.

c. Compensatory Equalization of Treatments

Terjadi ketika hanya kelompok/kelas eksperimen yang mendapatkan perlakuan, sehingga menimbulkan ketidaksamaan pada kelompok kontrol dengan eksperimen yang dapat mempengaruhi validitas penelitian. Manfaat dari perlakuan yang diterapka perlu untuk disebarkan pada semua partisipan yang terlibat dalam penelitian dan diharapkan semua kelompok tersebut memperoleh manfaat dari eksperimen yang dilakukan.

d. Resentful Demoralization of the Control Group

(8)

memberikan perlakuan yang sama dengan kelompok eksperimen setelah mendapatkan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan.

2. Validitas Eksternal

Validitas eksternal berkaitan erat dengan generalisasi dari hasil penelitian. Terdapat hambatan-hambatan dalam kemampuan kita menarik kesimpulan dari data sampel pada orang lain, tempat, situasi masa lampau maupun situasi masa yang akan datang. Menurut Campbell dan Cook (1979) terdapat tiga faktor yang dapat berpengaruh pada generalisasi hasil, yaitu:

a. Interaction of selection and treatment

Hal ini menimbulkan pertanyaan dalam membuat generalisasi antara beberapa kategori manusia antar kelompok dengan perbedaan karakteristik satu dengan yang lain. Sebab diantara mereka telah terjadi hubungan yang telah lama terbentuk sebelumnya, yang dimaksud adalah perbedaan karakteristik satu kelompok manusia dengan kelompok yang lain (contoh: ras, sosial/komunitas, geografis, umur, jender, dsb). Satu strategi yang perlu diterapkan yaitu dengan membuat partisipan dalam penelitian merasa nyaman dengan populasi penelitian yang dipilih dengan perbedaan yang ada.

b. Interaction of setting and treatment

Antara setting/tempat penelitian dengan treatment yang dilakukan akan terjadi interaksi

diantara keduanya. Dengan demikian interaksi keduanya akan mendukung jalannya proses penelitian yang sedang dilakukan dan akan berpengaruh satu sama lain ketika penelitian di lakukan pada tempat yang berbeda serta perlakuan yang berbeda. Peneliti perlu menganalisis dampak/efek dari penerapan perlakuan pada tempat yang berbeda. c. Interaction of history and treatment

Kadangkala terjadi hubungan sebab akibat antara kejadian masa lalu dan masa sekarang yang merupakan kejadian tak biasa dan berpotensi tidak dapat diukur dalam penelitian. Peneliti perlu melakukan penelitian lagi pada waktu yang berbeda kemudian mencoba melakukan generalisasi hasil pada waktu yang berbeda.

Menurut Bracht dan Glass (1968) mengemukakan satu tipe validitas eksternal yaitu ecological validity/validitas ekologi yang dipengaruhi sepuluh faktor, yaitu:

a. Explicit Description of the Experimental Treatment

Deskripsi kejelasan/ketegasan dari perlakuan eksperimen yang secara umum dapat dilakukan berbagai cara untuk memodifikasi proses penelitian sehingga hasil penelitian masih terdapat bias. Perlu adanya penjelasan yang cukup dalam perlakuan tersebut agar pembaca dapat mengembangkan kembali penelitian yang dilakukan. b. Multiple-Treatment Interference

Apabila partisipan dalam penelitian menerima lebih dari dua perlakuan dan hal tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai perlakuan mana yang lebih berpengaruh pada hasil.

c. The Hawthorne Effect

(9)

penelitian tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh intensitas pencahayaan dengan produktivitas pekerja pada penelitian tersebut. Hal tersebut perlu diperhatikan oleh peneliti bahwa terdapat hal-hal yang perlu dicermati secara mendalam sebelum diambil kesimpulan hasil penelitian.

d. Novelty and Disruption Effects

Perlakuan (treatment) baru yang diterapkan dalam penelitian mungkin akan memberikan hasil yang positif pada partisipan karena merupakan sesuatu hal yang baru bagi partisipan. Atau malah justru hasil yang sebaliknya bisa terjadi karena mungkin adanya gangguan dalam aktivitas normal.

e. Experimenter Effect

Efektivitas penerapan perlakuan sangat bergantung pada spesifikasi/siapa individu dalam mengatur penelitian eksperimen. Efek ketergantungan tersebut dapat membuat penelitian eksperimen untuk digeneralisasikan pada situasi yang berbeda.

f. Pretest Sensitization

Partisipan yang telah mengikuti pretest akan menjadi lebih peka pada perlakuan daripada partisipan yang mengikuti perlakuan tetapi tidak mengikuti pretest.

g. Posttest Sensitization

Sama dengan pretest sensitization bahwa partisipan yang mengikuti posttest akan berpengaruh pada respon mereka atas perlakuan yang diberikan.

h. Interaction of History and Treatment Effect

Penelitian eksperimen dilakukan pada waktu-waktu tertentu dengan penyesuaian faktor-faktor yang tidak dapat diulang pada tempat/waktu yang berbeda. Perlakuan tidak dapat digeneralisasikan pada situasi yang lain yang berbeda.

i. Measurement of the Dependent Variable

Efektivitas dari perlakuan pada variabel yang bergantung pula pada tipe pengukuran maupun pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian.

j. Interaction of Time of Measurement and Treatment Effects

Pemilihan waktu yang tepat dalam melakukan posttest dapat mempengaruhi hasil dari penelitian.

E. Ancaman lain terhadap validitas

Selain faktor-faktor/variabel-variabel yang mempengaruhi validitas penelitian eksperimen, terdapat dua faktor penting yang dapat mempengaruhi validitas:

a. Treatment Fidelity (Ketepatan dalam menerapkan perlakuan).

b. Strength of Experimental Treatment (Kekuatan dampak dari perlakuan eksperimen yang diterapkan).

F. Desain Penelitian Eksperimental

(10)

baik mengontrol banyak sumber ketidakvalidan dan desain yang jelek hanya mengontrol sebagian.

G. Jenis Desain Kelompok

Dalam desain eksperimen ada empat prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Penempatan subjek secara acak

2. Adanya perlakuan

3. Adanya mekanisme kontrol 4. Adanya ukuran keberhasilan

Ada tidaknya keempat prinsip tersebut akan sangat menentukan kualitas eksperimen yang dilakukan. Dengan dasar tersebut, desain eksperimen dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni praeksperimen, eksperimen murni dan eksperimen semu.

Keterangan :

X : Uji atau variabel bebas atau penyebab

O : Proses observasi atau pengukuran variabel tidak bebas atau efek atau akibat R : Random atau acak yang menunjukkan bahwa subjek dalam kelompok itu dipilih

secara acak

1. Desain Pra-Eksperimental

Disebut pre-experimental karena desain ini belum merupakan desain sungguh-sungguh. Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dikarenakan tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.

a. Studi Kasus Satu Tembakan (The One Shot Case Study)

Sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding dan tanpa pre-test. Dengan model ini, peneliti hanya ingin mengetahui efek dan perlakuan yang diberikan pada kelompok tanpa mengindahkan pengaruh faktor lain.

b. Satu Kelompok Prates-Postes (The One Group Pretest-Posttest)

Eksperimen yang dilakukan tanpa adanya kelompok pembanding tetapi sudah menggunakan pre-test, sehingga besarnya efek dari perlakuan dapat diketahui dengan pasti.

c. Time Series Design

X O2

(11)

Dalam desain eksperimen ini, pengukuran variabel dependen dilakukan secara periodik pada selang waktu tertentu. Sebelum diberi perlakuan, grup diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan dan kejelasan grup sebelum diberi perlakuan. Jika hasil pretest selama empat kali ternyata nilainya berbeda-beda, berarti group tersebut dalam kondisi tidak stabil dan tidak konsisten. Setelah kondisi mulai tidak labil, maka perlakuan dapat mulai diberikan.

2. Desain Eksperimental Sebenarnya (True-Experimental Designs)

Desain ini disebut eksperimen murni karena mekanisme kontrol dilakukan relatif memadai, terutama penempatan subjek secara random. Dengan penempatan subjek secara random, maka diasumsikan ada kesetaraan awal setiap kelompok.

a. Desain Kelompok Kontrol Prates-Postes (The Pretest-Posttest Control Group Design ; Desain ini sering disebut juga desain eksperimen klasik)

Pada fase pascauji, dikaji apakah eksperimen tersebut berimbas pada kelompok uji atau tidak, hasilnya dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ada tidaknya perbedaan akibat eksperimen diuji dengan statistika.

b. The Posttest-Only Control Group Design

D.T Campbell dan Stanley (1996: 25) dalam Donna M.Mertens (2010: 136) mengatakan bahwa pretest tidak dilakukan karena dimungkinkan bisa menimbulkan bias.

c. Single Factor Multiple-Treatment Design

Single Factor Multiple-Treatment Design sama seperti grup desain true-experiment yang lain, tetapi disini digunakan tiga sampai empat kelas. Dua kelas diberi perlakuan dan satu kelas menggunakan pembelajaran tradisional.

d. Desain Solomon Empat Kelompok (The Solomon Four-Group Design)

Desain eksperimen ini merupakan kombinasi dari pretest-postest control group design dengan posttest only group design. Kekurangan dari desain ini adalah subjeknya sangat banyak.

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

R O1 X O2

R O1 O2

R X O2

R O2

R O1 O2

R O1 X1 O2

(12)

e. Desain Faktorial

Desain ini menggunakan dua atau lebih variabel independen (stimulus) yang dikombinasikan. Kombinasi inilah yang disebut faktor. Contoh: Pada percobaan study reading comprehension, variabel bebas pertama: strategi instruksional yang memiliki dua level; kemudian variabel bebas kedua: jenis kelamin, yang juga memiliki dua level. Jadi, penelitian tersebut memiliki desain faktorial 2x2.

A : Strategi instruksional

(A1 : succes for all dan A2 : tradisional reading comprehension instructional)

B : Jenis kelamin

(B1 : laki-laki dan B2 : perempuan)

Dalam melakukan analisis untuk desain faktorial, peneliti menguji pengaruh variabel utama, serta interaksi yang mungkin:

A B A x B

A x B mengacu pada interaksi antara A dan B. Dalam penelitian Borman et al (2007), pengujian ini digunakan untuk mengetahui: efek utama untuk strategi pembelajaran (A), efek utama untuk jenis kelamin (B), dan efek interaksi (A x B). Desain faktorial cukup umum digunakan dalam penelitian eksperimental karena memungkinkan peneliti untuk menguji efek dari berbagai jenis variabel yang mungkin diharapkan berpengaruh pada outcome-nya, yaitu : tingkat kelas, usia, jenis kelamin, etnis atau ras, atau jenis kecacatan.

f. Cluster Randomization Design

Cluster Ramdomization Design yang berarti bahwa sekolah, bukan siswa, secara acak ditugaskan untuk dikondisikan. Namun, data dikumpulkan pada individu siswa, bukan tingkat sekolah karena sekolah adalah unit tugas. Peneliti perlu melakukan analisis statistik (regresi linier hirarkis) yang memungkinkan untuk tes efek tingkat sekolah. Kemudian siswa dapat dibandingkan setelah efek tingkat sekolah dikendalikan.

3. Desain Eksperimental Semu (Quasi-Experimental Designs)

R O1 X O2

R O1 O2

R X O2

(13)

Quasi experimental disebut juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol.

a. Static Group Comparison Design

Static group comparison design melibatkan pemberian perlakuan pada kelompok eksperimental dan membandingkan kinerjanya pada posttest dengan kelompok kontrol.

Dua ancaman utama untuk desain ini adalah: (1) differential selection, karena kelompok memiliki perbedaan karakteristik pada awalnya; dan (2) experimental mortality jika peserta di drop out dari penelitian. Padahal hal ini sangat penting untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang latar belakang kedua kelompok untuk menentukan bagaimana mereka berbeda.

Peneliti mengakui bahwa kelompok itu tidak sangat cocok, tapi cukup asimiliar untuk meredakan kekhawatiran serius tentang diferensial sebagai ancaman terhadap validitas. Sehingga, Bickman et al (2000) tidak menggunakan pretest.

b. The Nonequivalent Control Group Design

Desain ini hampir sama dengan static group design, tetapi menggunakan pretest. Desain ini beranggapan bahwa differential selection dan experimental mortality dapat dikontrol menggunakan pretest. Peneliti akan mampu menentukan apakah dua kelompok berbeda awalnya pada variabel dependen. Karena ada pretest dan posttest, mereka mampu membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum intervensi.

c. Regression-Discontinuity (R-D) Design

X O2

O2

O1 X O2

(14)

Desain ini digunakan jika situasi tidak memungkinkan untuk melakukan eksperimen. Ini sedikit rumit, tapi Mark dan Gramble (2009: 208) menjelaskan sebagai berikut:

Dalam desain RD, perlakuan yang diterima siswa tergantung dari nilai mereka sebelumnya yang disebut Quantitative Assigment Variabel (QAV). Siswa yang nilainya di atas nilai speciffic cutoff pada QAV dijadikan kelompok pembanding, dan siswa yang di bawah cutoff mendapatkan perlakuan. Dalam sebuah compensatory afterschool reading program, misalnya, rata-rata skor membaca adalah QAV, dengan skor siswa di bawah cutoff ditugaskan untuk mengikuti program tersebut dan siswa di atas cutoff sebagai kelompok pembanding. Kemudian, setelah program, siswa akan dinilai pada ukuran hasil (program pasca skor reading). Logika dasar Desain RD adalah bahwa jika program ini efektif, harus ada lompatan terdeteksi dalam skor di cutoff. Selain itu, umumnya tidak ada ancaman validitas yang masuk akal yang bisa menjelaskan diskontinuitas dalam skor yang terjadi tepatnya di cutoff.

Desain RD memang jarang dilaksanakan, tetapi desain ini telah mendapatkan banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir dan telah masuk dalam kategori penelitian dengan pendekatan analisis secara alternatif.

H. Masalah desain lainnya

1. Jenis variabel dalam penerapan

Dalam bab ini, saya telah berfokus hampir secara eksklusif pada variabel dimanipulasi Jenis variabel yang berada di bawah kendali peneliti, seperti konseling atau strategi pembelajaran. Variabel tersebut berada di jantung dari desain penelitian eksperimental. Jenis lain dari variabel lebih sulit untuk memanipulasi karena logistik, etika, atau faktor genetik. Misalnya, orang tidak dapat secara acak ditugaskan untuk menjadi laki-laki atau perempuan, atau menjadi Kaukasia, Afrika, Amerika, atau latino. Pengaruh variabel seperti mungkin sangat penting untuk menyelidiki, tetapi karena mereka tidak dapat dimanipulasi, pendekatan yang berbeda untuk penelitian telah dikembangkan, seperti penelitian komparatif dan korelasional kausal, yang dijelaskan dalam bab berikutnya. Namun demikian, variabel-variabel nonmanipulable dapat dikombinasikan dengan variabel-variabel dimanipulasi dalam penelitian eksperimental yang menggunakan desain faktorial.

2. Ordering Effect (pemesanan efek).

(15)

mana beberapa peserta menerima satu perlakuan pertama dan beberapa menerima pelakuan lainnya terlebih dahulu. Setelah mengukur variabel dependen sekali, administrasi perlakuan dapat dibalik untuk kedua kelompok. Misalnya, tim peneliti telah mengembangkan strategi untuk mengajar ilmu baik menggunakan "virtual reality" teknologi untuk pemotongan hewan atau pendekatan tradisional. Mereka mungkin menyiapkan alat sampel mereka dalam setengah dan mengajar satu setengah unit menggunakan virtual reality pertama, diikuti oleh unit diajarkan dalam modus tradisional. Sisi lain dari peserta akan berpartisipasi dalam modus tradisional pertama dan kemudian kondisi virtual reality.

3. Matching (pencocokan)

Dalam penelitian di mana pengacakan tidak mungkin (misalnya, dalam bab ini, desain eksperimental kuasi), seorang peneliti mungkin memilih untuk mencoba pertandingan peserta pada variabel penting-misalnya, jenis kelamin, usia, jenis kecacatan, tingkat gangguan pendengaran, atau etnis. Dengan pasangan yang cocok antara perlakuan dan kelompok kontrol, peneliti dapat mengontrol beberapa variabel asing (misalnya, anak-anak remaja). Masalah selalu muncul dalam pencocokan dalam mencoba untuk menemukan kecocokan 'sempurna'. Peserta untuk siapa tidak cocok dapat ditemukan harus dihilangkan dari penelitian. Pencocokan pada lebih dari satu variabel bisa sangat bermasalah. Seorang peneliti yang menggunakan pencocokan memiliki beberapa pertanyaan penting untuk menjawab; di mana variabel harus peserta dicocokkan? Apa teoritis rasional untuk pilihan pencocokan variabel? Pada berapa banyak variabel yang harus kelompok dicocokkan? Seberapa dekat apakah pertandingan harus? Apakah pencocokan berdasarkan pertandingan satu-ke-satu di kesamaan kelompok (Breaugh & Arnold, 2007)? Pencocokan mempunyai masalah di mana tidak mungkin untuk mencocokkan pada semua variabel yang membedakan orang dalam dua kelompok. Para peneliti perlu berhati-hati dalam menafsirkan hasil dari penelitian yang menggunakan kelompok cocok.

(16)

Elbaum (2007) menggunakan desain Caunter-skor untuk menguji pengaruh mode administrasi tes matematika bagi siswa dengan dan tanpa cacat belajar. Kedua mode administrasi termasuk administrasi standar di mana instruksi pengantar diberikan kepada siswa, yang saat selesai tes tanpa lanjut komentar guru; dalam kondisi eksperimental, guru membaca setiap item keras untuk Sudent dan memungkinkan mereka waktu untuk menyelesaikan item sebelum membaca pertanyaan berikutnya. Setengah siswa memiliki administrasi standar diikuti oleh read-keras administrasi; urutan ini terbalik untuk bagian lain dari siswa.

4. Tantangan menggunakan rancangan percobaan dalam penelitian pendidikan dan psikologis.

Banyak tantangan yang dihadapi peneliti yang ingin menggunakan desain eksperimen untuk menyelidiki fenomena pendidikan dan psikologis. Beberapa faktor tersebut antara lain kebijakan sekolah membatasi perlakuan yang berbeda, kesulitan dalam mengidentifikasi kelompok yang sesuai perbandingan, ukuran sampel yang kecil, bias sampling, dan pertimbangan etis. Karena masalah ini, beberapa peneliti telah berpaling ke desain single-subjek (dijelaskan dalam Bab 7) dan desain kualitatif (dijelaskan dalam bab 8).

5. Perspektif Tranformative tentang penelitian eksperimental

Peneliti Transformatif dibagi untuk kesesuaian menggunakan single-kelompok, eksperimen, dan desain kuasi-eksperimental untuk penelitian pendidikan, psikologis dan sosiologis. Feminis, seperti Reinharz (1992), Busa (2004), dan St Pierre (2006), menimbulkan pertanyaan tentang metode penelitian berakar pada asumsi postpositivist seperti kekakuan yang diperlukan untuk mengontrol variabel asing, sifat manipulatif peneliti dalam membuat keputusan tentang perawatan, kurangnya konsultasi dengan peserta yang akan terpengaruh oleh perlakuan (atau ketiadaan), dan jarak maintenanceof dari anggota masyarakat yang dapat mengakibatkan ketidakakuratan pemahaman yang mungkin dikoreksi dengan memiliki lebih dekat, hubungan pribadi dengan anggota kelompok tersebut. Melibatkan anggota kelompok sasaran dalam perencanaan studi, perilaku, dan interpretasi hasil dapat mengakibatkan pemahaman yang sangat berbeda. Juga, feminis menyatakan keprihatinan tentang bias gender dalam penelitian pada semua tahap proses sebagaimana dibuktikan oleh teori-teori pendidikan dan psycologicla utama yang didasarkan pada subjek laki-laki saja atau yang dikonstruksi dengan bias laki-laki (lihat pembahasan di bab 1 tentang topik ini). Sama umum adalah bahwa penelitian dilakukan dengan serba putih populasi telah digeneralisasi untuk populasi minoritas.

(17)

dari konteks dari pengaturan penelitian terjadi tidak hanya dalam penelitian laboratorium, tetapi dalam penelitian eksperimental yang mencoba untuk mengontrol pengaturan untuk menghilangkan hipotesis saingan. Namun, variabel terkontrol dapat membatasi validitas temuan dalam pengaturan lainnya. Para peneliti yang fokus pada pengurangan fenomena sosial yang kompleks untuk satu atau beberapa nomor yang dapat dianalisis secara statistik menjalankan risiko menghadap variasi penting dalam hal pelaksanaan pengobatan dan karakteristik peserta penelitian yang mungkin memiliki kekuatan penjelas untuk hasil (F. Erickson & Gutierrez, 2002).

I. Langkah-langkah perencanaan dan pelaksanaan penelitian eksperimental

Ludico, Marguerite G. (2010) menyampaikan langkah-langkah dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian eksperimental. Studi Eksperimental erat mengikuti seperangkat prosedur yang rinci dalam proposal penelitian. Setelah studi eksperimental dimulai, ada sedikit penyimpangan dari prosedur ini. Para peneliti mengambil peran aktif dalam mendirikan penelitian tetapi, tidak seperti seorang peneliti kualitatif, tidak memainkan peran interaktif dengan para peserta. Sebuah studi eksperimental berguna untuk menentukan hubungan sebab-akibat. Misalnya, pertanyaan penelitian berikut menyebabkan studi berusaha untuk membangun hubungan sebab-akibat:

• Apakah menggunakan komputer menyebabkan peningkatan prestasi matematika?

• Apakah pelatihan ketrampilan sosial memiliki efek pada keterampilan komunikasi anak-anak prasekolah?

Salah satu dari studi ini akan menggunakan langkah-langkah berikut untuk melakukan penelitian eksperimental:

a. Pilih topik

b. Review literatur yang relevan dan menentukan pertanyaan penelitian. c. Mengembangkan hipotesis penelitian.

d. Pilih dan menetapkan peserta grup. e. Pilih instrumen pengukuran. f. Pilih kontrol untuk variabel asing.

g. Menentukan dan mengelola perawatan eksperimental. h. Mengumpulkan dan menganalisis data.

i. Membuat keputusan tentang hipotesis. j. Merumuskan kesimpulan.

Perlu diingat bahwa dalam mempersiapkan proposal, peneliti akan melanjutkan melalui semua kecuali tiga terakhir dari langkah ini. Dalam proposal, langkah-langkah akhir dapat diganti dengan bagian refleksi manfaat dan keterbatasan proposal. Namun, perlu diketahui bahwa di bagian metode proposal akan membahas bagaimana peneliti berencana untuk mengumpulkan dan menganalisis data.

(18)

Ada beberapa kelebihan penelitian eksperimen diantaranya yaitu penelitian ini merupakan pendekatan yang paling kuat dengan adanya pengontrolan terhadap seluruh variabel-variabel yang relevan. Sedangkan kelemahan penelitian eksperimen yaitu pendekatan ini paling bersifat membatasi (restrictive) dan dapat dibuat-dibuat.

PENELITIAN EKPOS FAKTO (EX-POST FAKTO) A. Pengertian

Ketika diterjemahkan secara harfiah, Ex-post facto memiliki arti “yang dilakukan setelahnya”. Dalam konteks sosial dan penelitian pendidikan memiliki arti “setelah fakta” atau secara retrospektif mengacu pada studi yang meneliti kemungkinan hubungan antara penyebab dan efek, dengan mengamati kondisi yang ada atau keadaan untuk menemukan penyebab-penyebab yang masuk akal. Pada dasarnya para peneliti bertanya-tanya tentang faktor apa sajakah yang tampaknya terkait dengan kejadian tertentu, atau kondisi, atau aspek-aspek perilaku. Penelitian Ex post facto adalah metode dimana menelusuri kembali kemungkinan peristiwa yang sudah terjadi apakah peristiwa tersebut dikendalikan, direkayasa atau dimanipulasi oleh para investigator (Cooper and Schindler 2001:136). Peneliti hanya dapat melaporkan apa yang sudah terjadi atau apa yang sedang terjadi dengan mencoba berpegang pada faktor konstan dengan memberikan perhatian penuh terhadap sampling.

Donald Ary (1982:382-383) juga menyatakan bahwa penelitian ex-post facto merupakan penemuan empiris yang dilakukan secara sistematis, peneliti tidak melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas karena manifestasinya sudah terjadi. Penelitianan ex post facto bertujuan menemukan penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku, gejala atau fenomena yang disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan perubahan pada variabel bebas secara keseluruhan sudah terjadi. Sebagai contoh : kita akan menguji hipotesis bahwa perceraian akan mengakibatkan penyimpangan perilaku anak-anak. Dalam situasi ini kita tidak dapat mengeksperimenkan suatu keluarga untuk melakukan perceraian. Perceraian dalam hal ini bukan variabel bebas yang tidak dapat dimanipulasikan. Suatu hal yang tidak mungkin dilakukan pada keluarga yang sedang mengalami perceraian.

(19)

saling berhubungan atau berpengaruh, serta menemukan bagaimana gejala-gejala atau perilaku itu terjadi.

B. Karakteristik Penelitian Ex-Post Facto

1. Data dikumpulkan setelah semua peristiwa terjadi.

2. Variabel terikat ditentukan terlebih dahulu, kemudian merunut ke belakang untuk menemukan sebab, hubungan, dan maknanya.

3. Penelitian deskriptif yaitu menjelaskan penemuannya sebagaimana yang diamati. 4. Penelitian korelasional, mencoba menemukan hubungan kausal fenomena yang

diteliti.

5. Penelitian eksperimental, dan ex post facto dasar logika yang digunakan dan tujuan yang ingin dicapai sama yaitu menentukan validitas empiris. Contoh: jika x maka y. Perbedaan antara penelitian eksperimen dan ex post facto adalah tidak ada kontrol langsung variable bebas dalam penelitian ex post facto.

6. Penelitian ex post facto dilakukan jika dalam beberapa hal penelitian eksperimen tidak dapat dilaksanakan.

C. Langkah-Langkah Penelitian Ex Post Facto

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik, peneliti perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perumusan Masalah

Masalah yang ditetapkan harus mengandung sebab atau kausa bagi munculnya variabel dependen, yang diketahui berdasarkan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan atau penafsiran peneliti terhadap hasil observasi fenomena yang diteliti. Masalah penelitian ini dapat berbentuk pernyataan hipotesis atau tujuan. Rumusan hipotesis digunakan jika sifat dasar perbedaan dapat diprediksi oleh peneliti sebelum data dikumpulkan. Sedangkan rumusan pernyataan tujuan digunakan bila peneliti tidak dapat memprediksi perbedaan antar kelompok subjek yang dibandingkan dalam variabel tertentu.

2. Hipotesis

Setelah masalah dirumuskan, peneliti harus mampu mengidentifikasikan tandingan atau alternatif yang mungkin dapat menerangkan hubungan antar variabel independen dan dependen.

3. Pengelompokkan Data

Penentuan kelompok subjek yang akan dibagi, pertama-tama kelompok yang diplih harus memiliki karakteristik yang menjadi konsen penelitian. Selanjutnya Peneliti memilih kelompok yang tidak memiliki karakteristik tersebut atau berbeda tingkatannya.

4. Pengumpulan Data

(20)

hipotesis tandingan. Karena penelitian ini menyelidiki fenomena yang sudah terjadi, sering kali data yang diperlukan sudah tersedia sehingga peneliti tinggal memilih sumber yang sesuai. Disamping itu berbagai instrumen seperti les, angket, interview, dapat digunakan untuk mengumpul data bagi peneliti.

5. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan, serupa dengan yang digunakan dalam penelitian diferensial maupun eksperimen. Dimana perbandingan nilai variabel dependen dilakukan antar kelompok subjek atas dasar faktor yang menjadi konsen. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik analaisi uji-T, independen atau ANAVA, tergantung dari jumlah kelompok dari faktor tersebut. Apapun teknik analisis statistik inferensial yang digunakan, biasanya analisis tersebut diawali dengan perhitungan niali rata-rata atau mean dan stansar deviasi untuk mengetahui antar kelompok secara deskripitif.

D. Kelebihan Penelitian Ex post facto

1. Penelitian ex post facto memenuhi kebutuhan penting bagi para peneliti dimana pendekatan eksperimen yang lebih teliti tidak memungkinkan. Dalam kasus dugaan hubungan antara merokok dan kanker paru-paru, misalnya, ini tidak dapat diuji secara ekperimental (hanya sejauh keprihatinan terhadap sesama)

2. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna tentang sifat fenomena –apa yang terjadi dengan apa dan dalam kondisi bagaimana. dengan demikian penelitian ex post facto adalah alat ekplorasi yang berharga.

3. Peningkatan dalam teknik statistik dan metodologi umum telah membuat desain ex post facto lebih dipertahankan.

4. Penelitian ex post facto sangat cocok ketika sedang mengekplorasi hubungan sebab-akibat dalam konteks yang lebih sederhana

5. Metode ini dapat memberikan dan menyediakan sumber hipotesis yang bermanfaat yang kemudian dapat diuji dengan lebih teliti

E. Kelemahan Penelitian Ex post facto

1. Kurangnya kontrol, peneliti tidak dapat memanipulasi variabel independen atau untuk mengacak subyeknya

2. Tidak tahu pasti apakah faktor penyebab telah di masukkan atau bahkan telah diidentifikasi

3. Tidak ada faktor tunggal yang menjadi sebab suatu akibat, tetapi beberapa kombinasi dan interaksi faktor-faktor berjalan bersama di bawah kondisi tertentu menghasilkan akibat tertentu

4. Ketika sebuah hubungan antar variabel ditemukan, permasalahan timbul dalam menentukan penyebab dan efeknya dengan kemungkinan terbalik

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Ary, D., Jacobs, L. C. and Razavieh, A. (1972)Introduction to Research in Education. New York:Holt,Rinehart & Winston.

Cohen, L. and Manion, L. (1994) Research Methods in Education (fourth edition). London: Routledge.

Creswell, John W. (2002). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. Boston: Pearson.

Kerlinger, F. N. (1986) Foundations of Behavioral Research (third edition). New York: Holt, Rinehart &Winston.

Referensi

Dokumen terkait

Ia juga boleh ditakrifkan sebagai satu sistem politik yang memberi peluang kepada rakyat membentuk dan mengawal pemerintahan negara (Hairol Anuar 2012). Dalam hal

Adalah sebuah fakta bahwa jumlah perempuan di dunia ini lebih banyak dari

Saudara dianjurkan untuk membawa Berkas Dokumen Asli yang berkenaan dengan data isian sebagaimana yang telah saudara sampaikan pada Dokumen Penawaran Admnistrasi,

Strategi untuk meningkatkan konsumsi pakan oleh ternak pada kondisi pemeliharaan tradisional ialah dengan memberikan suplemen yang tersusundari

Untuk sistem besar yang terdiri dari puluhan atau lebih pembangit unit termal, maka penggunaan komputer sebagai alat bantu komputasi adalah suatu keniscayaan, sehingga

Kopi (Coffea sp) juga merupakan komoditas andalan bagi sebagian besar petani di kabupaten Kendal, karena kebutuhan sehari-hari sebagian besar dicukupi oleh hasil produksi

Kandungan energi yang rendah dalam ransum mengakibatkan unggas akan meningkatkan konsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan energi setiap hari, dan sebaliknya pakan atau

Setelah menempuh serangkaian kegiatan yang telah ditetapkan, akhirnya diperoleh hasil penelitian yang menggambarkan kondisi nyata dari kepemimpinan kepala sekolah,