• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembe"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Aspek dan Kriteria Penilaian Media Pembelajaran

by Romi Satria Wahono

Diskusi menarik terjadi di acara penyusunan kriteria penilaian lomba pembuatan media pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk SMA dan sederajat yang diselenggarakan Dikmenum. Tujuan diskusi sebenarnya adalah menentukan aspek dan kriteria apa yang akan digunakan untuk menilai sebuah media pembelajaran. Dalam bidang rekayasa perangkat lunak sebenarnya sudah ada teknik pengukuran perangkat lunak yang telah saya bahas di artikel sebelumnya. Tapi karena media pembelajaran termasuk jenis perangkat lunak yang melingkupi berbagai disiplin ilmu (pembelajaran, desain, komunikasi, dsb), maka pendapat dari berbagai domain expert menjadi wacana yang menyegarkan.

Saya mengusulkan modifikasi aspek penilaian dari tahun sebelumnya yang terdiri dari 4-5 aspek menjadi hanya 3 aspek, yaitu aspek rekayasa perangkat lunak, aspek instructional design (desain

pembelajaran) dan aspek komunikasi visual. Kriteria penilaian termasuk mekanisme penjurian tidak

digabungkan menjadi satu, tetapi dipisah dan tiap aspek dinilai oleh orang yang kompeten di aspek tersebut. Saya beserta beberapa rekan dari LIPI, IlmuKomputer.Com, dan Pustekkom kemudian menyusun kriteria penilaian dalam aspek rekayasa perangkat lunak. Untuk aspek instructional design (desain pembelajaran), rekan-rekan dari bidang pembelajaran dan pendidikan yang berperan, diantaranya ada mas Ridwan dan mas Uwes dari UNJ, dsb. Sedangkan aspek komunikasi visual dimanage oleh beberapa rekan dari ITB fakultas seni rupa, khususnya program studi desain dan komunikasi visual, diantaranya mas Indarsjah dan mas Agung.

Hasil dari penyusunan dan diskusi tentang aspek dan kriteria penilaian media pembelajaran saya share di bawah. Penjelasan lengkap tentang aspek yang susun akan saya tulis di artikel terpisah. Mudah-mudahan bisa menjadi acuan dan persiapan bagi rekan-rekan guru SMA di seluruh Indonesia yang ingin mengikuti lomba pembuatan media pembelajaran yang diselenggarakan Dikmenum tahun 2006 ini. Kriteria ini rencananya akan kita gunakan juga untuk menilai karya yang masuk pada program Smart Teacher yang baru saja kita launching.

Aspek Rekayasa Perangkat Lunak

(2)

 Reliable (handal)

 Maintainable (dapat dipelihara/dikelola dengan mudah)

 Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana dalam pengoperasiannya)

 Ketepatan pemilihan jenis aplikasi/software/tool untuk pengembangan

 Kompatibilitas (media pembelajaran dapat diinstalasi/dijalankan di berbagai hardware dan software yang ada)

 Pemaketan program media pembelajaran terpadu dan mudah dalam eksekusi

 Dokumentasi program media pembelajaran yang lengkap meliputi: petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas, menggambarkan alur kerja program)

 Reusable (sebagian atau seluruh program media pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk mengembangkan media pembelajaran lain)

Aspek Desain Pembelajaran

 Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis)

 Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum

 Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran

 Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran

 Interaktivitas

 Pemberian motivasi belajar

 Kontekstualitas dan aktualitas

 Kelengkapan dan kualitas bahan bantuan belajar

 Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran

 Kedalaman materi

 Kemudahan untuk dipahami

(3)

 Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi, latihan

 Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran

 Ketepatan dan ketetapan alat evaluasi

 Pemberian umpan balik terhadap hasil evaluasi

Aspek Komunikasi Visual

 Komunikatif; sesuai dengan pesan dan dapat diterima/sejalan dengan keinginan sasaran

 Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan

 Sederhana dan memikat

 Audio (narasi, sound effect, backsound,musik)

 Visual (layout design, typography, warna)

 Media bergerak (animasi, movie)

 Layout Interactive (ikon navigasi)

Penjelasan lengkap untuk penilaian dalam aspek rekayasa perangkat lunak dapat dinikmati dari artikel dalam situs ini berjudul Aspek Rekayasa Perangkat Lunak dalam Media Pembelajaran.

Aspek Rekayasa Perangkat Lunak dalam Media

Pembelajaran

by Romi Satria Wahono

(4)

Itu mungkin keluhan yang sering kita dengar ketika kita menggunakan sebuah software atau perangkat lunak di

komputer kita. Dan bukan sesuatu yang mustahil, kemungkinan besar terjadi juga di perangkat lunak media pembelajaran yang kita kembangkan. Jangan dilupakan bahwa media pembelajaran yang terdiri dari media presentasi pembelajaran (alat batu guru untuk mengajar) dan software pembelajaran mandiri (alat bantu siswa belajar mandiri) adalah juga suatu perangkat lunak. Baik tidaknya sebuah perangkat lunak, biasanya menunjukkan bagaimana kualitas perangkat lunak tersebut, hal ini sudah kita kupas tuntas di artikel tentang pengukuran perangkat lunak. Nah, media pembelajaran yang baik adalah yang memenuhi parameter-parameter berdasarkan disiplin ilmu rekayasa perangkat lunak, seperti pada contoh diatas (efisiensi, reliabilitas, usabilitas, dsb).

Setelah aspek dan penilaian media pembelajaran kita bahas, artikel ini akan fokus di satu sisi penilaian yaitu aspek rekayasa perangkat lunak. Bagaimanapun juga saya tetap bersandar ke standard pengukuran perangkat lunak (baik ISO standard maupun best practice) pada saat menyusun kriteria-kriteria penilaian. Saya modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan supaya lebih mudah dipahami oleh peserta lomba. Kriteria penilaian dalam aspek rekayasa perangkat lunak yang akhirnya disetujui dalam diskusi di tim penyusun (LIPI, Pustekkom,

IlmuKomputer.Com) adalah seperti di bawah:

1. Efektif dan Efisien dalam Pengembangan Maupun Penggunaan Media Pembelajaran

“Kok lambat yach?”

“Petunjuk Pemakaian: matikan seluruh program lain, karena program ini perlu memory 1GB untuk dapat dijalankan”

“Program besar sekali, menghabiskan space di komputer!”

Seringkali sebuah program yang sepertinya berukuran kecil dan memiliki fitur yang tidak terlalu rumit, tetapi berjalan sangat lamban. Kalau seandainya saja setiap komputer memiliki kecepatan yang tidak terbatas dan memory (RAM) yang bebas tidak terbatas, maka tentu tidak akan

menjadi masalah. Tetapi setiap komputer memiliki kecepatan terbatas, memory (RAM) terbatas dan kapasitas penyimpanan tetap (hardisk) terbatas. Oleh karena itu, penting untuk mengatur pemakaian resource (CPU, RAM dan hardisk) tersebut secara efektif dan efisien. Kelambatan, rendahnya respon dan throughput biasanya terjadi karena pembuat tidak memikirkan efesiensi sumber daya yang terserap oleh program. Misalnya untuk pemakaian gambar-gambar yang ditampilkan dalam ukuran kecil, pembuat tetap menggunakan gambar asli yang beresolusi tinggi, tidak melakukan usaha-usaha kompresi dan pemotongan yang tepat. Sebaliknya, ada pula

gambar yang seharusnya memakai resolusi tinggi, tetapi digunakan gambar yang beresolusi rendah.

Hal lain yang memungkinkan tidak efisiennya pemakaian resource adalah penggunaan algoritma yang kurang tepat Misalnya untuk pekerjaan pengurutan (sorting) sebuah kumpulan data,

(5)

dari komputer B, yang menjalankan algoritma yang berbeda untuk masalah yang sama. Kalau kita dapat memilih algoritma yang lebih tepat dan efisien di komputer B, maka program dapat saja berjalan lebih cepat 10 kali lipat di komputer B.

Salah satu kasus yang sering muncul adalah, karena terlalu bersemangat, pembuat media pembelajaran, menampilkan semua pustaka gambar yang ia miliki dan efek-efek animasi dan simulasi yang ia kuasai ke dalam media pembelajaran, meskipun mereka tidak terlalu penting dan efektif dalam membantu proses pembelajaran.

2. Reliabilitas (Kehandalan)

Murid: Pak, program ini kok sering hang ya? Guru: Kenapa? Kapan errornya?

Murid: Gak tahu, tidak ada pesan error tuh.

Program dikatakan reliable atau handal bila program dapat berjalan dengan baik, tidak mudah hang, crash atau berhenti pada saat pengoperasian. Kehandalan program juga dinilai dari seberapa jauh dapat tetap berjalan meskipun terjadi kesalahan pada pengoperasian (error tolerance). Pengguna memerlukan feedback sesuai dengan kondisi system (termasuk berapa lama pengguna harus menunggu, dll).

3. Maintainabilitas (Dapat Dipelihara/Dikelola dengan Mudah)

“Good software is maintainable” (Reinhard Miller) “It looks obvious until you try it” (IEEE Software)

“Programming is like poetry. It conveys a message, not only to the computer, but to those who modife and use your program” (Jonathan Bartlett)

Struktur program disusun dengan algoritma, alur penyajian, pengorganisasian, dan keterkaitan antar bagian sehingga mudah dalam modifikasi. Kode atau script tetap sederhana dan mudah dipahami meskipun menjalankan fungsi yang kompleks. Kode bersifat modular dengan dokumentasi pada tiap bagian yang memudahkan dalam modifikasi dan perubahan

(maintenance). Sehingga siapa saja yang ingin merubah/memperbaiki/menambah fitur program dapat dengan mudah melakukannya. Selain penambahan fitur, hal yang sering dilakukan oleh programer adalah menemukan bug dalam programnya. Justru ada pernyataan bahwa

membersihkan bug adalah 60% dari pekerjaan seorang programer.

Semakin sedikit code program yang Anda tuliskan, semakin kecil keperluan agar code atau program maintainable. Semakin banyak code program yang Anda tuliskan, semakin perlu Anda memikirkan maintainabilitas program Anda.

4. Usabilitas (Mudah Digunakan dan Sederhana dalam Pengoperasiannya)

(6)

penunjuk arah. Dapat dibayangkan apabila di jalan raya tidak disediakan rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan, tentu orang akan tersesat dan tidak tahu ke mana arah yang akan dituju. Begitu pula dengan media pembelajaran, ketersediaan tooltip, help, icon, logo, tombol, dsb akan sangat membantu pengguna yang baru pertama kali menggunakan media tersebut. Desain dan tata letak navigasi sangat membantu pengguna untuk memanfaatkan media tersebut. Apabila terjadi kesalahan pada program (error) maka ditampilkan pesan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pengguna.

Konsistensi bentuk dan letak navigasi juga mempengaruhi kenyamanan pengguna ketika menghayati informasi yang tersirat dalam media pembelajaran. Dengan hanya melihat tampilan awal, pengguna dapat mengetahui kondisi program dan dapat menentukan aksi-aksi alternatif. Semua pilihan dan bahan tampak sehingga mudah dicari bilamana diperlukan tanpa mengganggu pengguna dengan informasi yang berlebihan. Pengguna juga dapat dengan sangat mudah

menebak, memperkirakan bahkan menentukan relasi antara aksi dan hasil, antara kontrol-kontrol dan efek yang ditimbulkannya, antara status software dan apa yang tampak.

5. Ketepatan Pemilihan Jenis Aplikasi/Software/Tool untuk Pengembangan

Karya media pembelajaran dikembangkan dengan aplikasi dan perangkat yang tepat sesuai dengan kebutuhan pengembang. Contohnya adalah untuk membuat desain grafis, tentu harus menggunakan perangkat lunak pengolah grafis, dan bukan perangkat lunak (aplikasi) yang diciptakan untuk mengolah kata. Contoh lain, untuk membuat presentasi, akan lebih mudah dikembangkan dengan perangkat lunak untuk membuat presentasi. Demikian juga tentang pemanfaatan tool yang tepat dan lebih mudah dalam pembuatan animasi, simulasi, test, dan fitur-fitur yang lain.

6. Kompatibilitas (Media Pembelajaran Dapat Diinstalasi/Dijalankan di Berbagai Hardware dan Software yang Ada)

Perkembangan software dan hardware sudah cukup banyak bervariasi, semakin tinggi spesifikasinya, semakin tinggi kecepatan prosesnya. Bila dulu kecepatan akses RAM paling tinggi 8 MB, saat ini kecepatannya berkali lipat hingga 1 GB, CD ROM yang dulu kecepatan bacanya paling tinggi 4X saat ini CD ROM sudah umum dan memiliki banyak fungsi dengan kapasitas kecepatan yang tinggi, seperti CD-RW dengan speed hingga 52X bahkan ada yang mampu membaca DVD, demikian juga dengan Software Aplikasi, bila dulu aplikasinya

sederhana dan cukup panjang proses menjalankan berbagai aplikasi didalamnya, saat ini aplikasi sudah sangat indah dengan tampilan grafis yang baik dan animatif, dengan navigasi yang mudah dan cepat dalam proses menjalankan aplikasinya.

Belajar akan lebih baik, jika setiap orang bisa bekerja dimanapun tanpa ada hambatan spesifikasi komputer dan software yang dipersyaratkan untuk menjalankannya, oleh karenanya hasil karya yang baik kendaknya dapat dijalankan diberbagai kondisi hardware dan sofware yang beragam, artinya bisa dijalankan didalam spesifikasi komputer yang paling rendah sekalipun, bisa

(7)

7. Pemaketan Program Media Pembelajaran Terpadu dan Mudah dalam Eksekusi

Media pembelajaran terpaket dengan baik. Proses instalasi berjalan secara otomatis dengan menggunakan Autorun. Dengan sekali install, program langsung dapat digunakan tanpa perlu melakukan instalasi lain satu persatu (plugin, dsb) atau proses rebooting komputer. Shorcut/icon secara otomatis muncul setelah proses instalasi dengan nama yang mudah diidentifikasi. Fitur untuk uninstall program disediakan untuk membantu pengguna apabila sudah tidak memerlukan program tersebut. Program dapat juga dikembangkan tanpa proses instalasi, artinya dengan satu klik semua berjalan dengan sendiri. Hal ini semakin memudahkan pengguna terutama untuk siswa-siswa yang kurang dalam mengenal komputer.

8. Dokumentasi Program Media Pembelajaran yang Lengkap

“Gimana nih cara instalasinya? Kok nggak panduannya?”

Pertanyaan ini muncul ketika media pembelajaran yang telah kita buat ternyata tidak dilengkapi dengan dokumentasi tentang cara instalasi dan cara penggunaan. Definisi rekayasa perangkat lunak menurut Ian Sommerville adalah:

“Program komputer dan dokumentasi yang berhubungan”

Jadi tidak boleh dilupakan bahwa sebutan perangkat lunak itu tidak hanya untuk program komputer, tetapi juga termasuk dokumentasi dan konfigurasi data yang berhubungan yang diperlukan untuk membuat program beroperasi dengan benar. Dengan definisi ini otomatis keluaran (output) produksi perangkat lunak disamping program komputer juga dokumentasi lengkap berhubungan dengannya. Ini yang kadang kurang dipahami oleh pengembang, sehingga menganggap cukup memberikan program yang jalan (running program) ke pengguna.

Dokumentasi media pembelajaran yang dibuat harus meliputi: petunjuk instalasi (jelas, singkat, lengkap), trouble shooting (jelas, terstruktur, dan antisipatif), desain program (jelas,

menggambarkan alur kerja program). Dokumentasi, selain berorientasi ke kemudahan pengguna dengan adanya help, readme, panduan penggunaan, dsb, juga berorientasi pada pengembang yang diimplikasikan pada lengkapnya dokumentasi dan penjelasan pada kode program sehingga memudahkan dalam modifikasi.

9. Reusabilitas (Sebagian atau Seluruh Program Media Pembelajaran dapat Dimanfaatkan Kembali untuk Mengembangkan Media Pembelajaran Lain)

Eric S. Raymond, seorang tokoh programmer opensource mengatakan “Good programmers know what to write. Great ones know what to rewrite and reuse”. Setelah level membuat terlewati, seorang pengembang harus meningkatkan kemampuan diri untuk tidak hanya

(8)

Template menu, icon, logo, tombol, dsb yang telah dibuat dapat dengan mudah digunakan untuk program lain. Library (DLL, API, dsb) juga dikemas dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan oleh program lain. Program tersusun secara modular, hal ini mempermudah penggunaan kembali (reusabilitas).

REFERENSI

[1] J.A. McCall, P.K. Richards, and G.F. Walters, Factors in Software Quality, Tehnical Report RADC-TR-77-369, US Department of Commerce, 1977.

[2] T.P. Bowen, G.B Wigle, and J.T. Tsai, Specification of Software Quality Attributes: Software Quality Evaluation Guidebook, Technical Report RADC-TR-85-37, Rome Air Development Center, Griffiss Air Force Base, 1985.

[3] IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology, IEEE Std 610.12-1990, Institute of Electrical and Electronics Engineers, New York, 1990.

[4] Hans Van Vliet, Software Engineering – Principles and Practice, John Wiley & Sons, 2000. [5] James F. Peters and Witold Pedrycz, Software Engineering: An Engineering Approach, John Wiley & Sons, 2000.

[6] Roger S. Pressman, Software Engineering: A Practitioner’s Approach Fifth Edition, McGraw-Hill, 2004.

[7] Ian Sommerville, Software Engineering 7th Edition, Addison-Wesley, 2004.

[8] Thomas H. Corment et.al., Introduction to Algorithms, Second Edition, MIT Press, 2002. [9] CodeZar.Com, Increase Maintainability

[10] Reinhard Müller, Programmer’s Style Guide

7 Langkah Mudah Membuat Multimedia Pembelajaran

by Romi Satria Wahono

Meskipun ada sedikit masalah di udara, alhamdulillah Seminar tentang Multimedia Pembelajaran di Udinus berjalan lancar. Seminar ini cukup heboh karena jumlah total peserta sekitar 1400 orang yang terbagi menjadi beberapa lokasi. 500-600 pendaftar

(9)

SMA (dan yang sederajat) yang datang karena ingin mendapatkan pengetahuan berhubungan dengan pengembangan multimedia pembelajaran, saya membawakan topik materi agak berbeda dari biasanya.

Materi kali ini saya pertajam ke langkah taktis pengembangan dan usaha memotivasi bapak ibu guru yang hadir untuk mengembangkan multimedia pembelajaran. Success story para bapak ibu guru yang memenangkan berbagai lomba level nasional dan internasional juga saya sampaikan, termasuk personnya saya tampilkan. Kebetulan acara seminar ini bersamaan dengan launching KOMED (Komunitas Multimedia Edukasi) yang beranggotakan pemenang-pemenang berbagai lomba pengembangan multimedia di tanah air. Jadi teman-teman pengembang multimedia pembelajaran juga banyak yang ikut hadir.

Apa saja 7 langkah mudah mengembangkan multimedia pembelajaran itu? Penjelasan lengkap ada di bawah.

1. TENTUKAN JENIS MULTIMEDIA PEMBELAJARAN

Perhatikan dengan benar, yang akan kita buat itu apakah alat bantu kita untuk mengajar (presentasi) ke siswa atau kita arahkan untuk bisa dibawa pulang siswa alias untuk belajar mandiri di rumah atau sekolah. Jenis multimedia pembelajaran menurut kegunannya ada dua:

1. Multimedia Presentasi Pembelajaran: Alat bantu guru dalam proses pembelajaran di kelas dan tidak menggantikan guru secara keseluruhan. Berupa pointer-pointer materi yang disajikan (explicit knowledge) dan bisa saja ditambahi dengan multimedia linear berupa film dan video untuk memperkuat pemahaman siswa. Dapat dikembangkan dengan software presentasi seperti: OpenOffice Impress, Microsoft PowerPoint, dsb.

2. Multimedia Pembelajaran Mandiri: Software pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri alias tanpa bantuan guru. Multimedia pembelajaran mandiri harus dapat memadukan explicit knowledge (pengetahuan tertulis yang ada di buku, artikel, dsb) dan tacit knowledge (know how, rule of thumb, pengalaman guru). Tentu karena menggantikan guru, harus ada fitur assesment untuk latihan, ujian dan simulasi termasuk tahapan pemecahan masalahnya. Untuk level yang kompleks dapat

menggunakan software semacam Macromedia Authorware atau Adobe Flash. Sayangnya saya masih belum bisa nemukan yang selevel dengan itu untuk opensource-nya. Kita juga bisa menggunakan software yang mudah seperti OpenOffice Impress atau Microsoft PowerPoint, asal kita mau jeli dan cerdas memanfaatkan berbagai efek animasi dan fitur yang ada di kedua software terebut.

2. TENTUKAN TEMA MATERI AJAR

Ambil tema bahan ajar yang menurut kita sangat membantu meningkatkan pemahaman ke siswa dan menarik bila kita gunakan multimedia. Ingat bahwa tujuan utama kita membuat multimedia pembelajaran adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa. Jangan terjebak ke memindahkan buku ke media digital, karena ini malah mempersulit siswa. Ketika guru biologi ingin

(10)

dilakukan (karena guru tidak bisa nggambar di komputer, dsb), maka ya jangan dilakukan Alangkah lebih baik apabila pohon tersebut dibawa saja langsung ke depan kelas. Ini salah satu contoh bagaimana media pembelajaran itu sebenarnya tidak harus dengan teknologi informasi. Dalam sertifikasi guru, pemanfaatan media pembelajaran seperti pohon itu, atau kecoak dikeringkan, dsb tetap mendapatkan poin penilaian yang signifikan.

3. SUSUN ALUR CERITA (STORYBOARD)

Susun alur cerita atau storyboard yang memberi gambaran seperti apa materi ajar akan

disampaikan. Jangan beranggapan bahwa storyboard itu hal yang susah, bahkan point-point saja asalkan bisa memberi desain besar bagaimana materi diajarkan sudah lebih dari cukup. Cara membuatnya juga cukup dengan software pengolah kata maupun spreadsheet yang kita kuasai, tidak perlu muluk-muluk menggunakan aplikasi pembuat storyboard professional. Untuk storyboard sederhana, saya berikan contoh karya pak ismudji dari SMA Bontang, Kaltim (ismudji-storyboard.pdf).

Sedangkan yang agak kompleks, bisa dilihat dari yang dibuat teman-teman di Brainmatics dan IlmuKomputer.Com untuk konten Rekayasa Perangkat Lunak (rpl-storyboard.pdf)

4. MULAI BUAT SEKARANG JUGA!

Jangan menunda atau mengulur waktu lagi, buat sekarang juga! Siapkan Openoffice Impress atau Microsoft PowerPoint anda. Mulai buat slide pertama, isikan bahan ajar yang ingin anda multimedia-kan. Terus masukkan bahan ajar anda di slide slide berikutnya, mulai mainkan image, link dengan gambar, suara dan video yang bisa kita peroleh dengan gampang di Internet. Bisa juga memanfaatkan situs howstuffworks.com untuk mencari ide

Jangan lupa juga bahwa banyak pemenang-pemenang lomba pengembangan multimedia pembelajaran yang hanya bermodal Openoffice Impress atau PowerPoint sudah cukup membuat karya yang berkualitas tinggi. Gambar disamping saya ambil dari karya pak Teopilus Malatuni, guru SMAN 1 Kaimana Papua Barat yang dibuat dengan tool sederhana, bisa mendapatkan skor signifikan di lomba dikmenum tahun 2007. Kuncinya adalah tekun, sabar dan pantang menyerah. Tidak ada ilmu pengetahuan yang bisa didapat secara instan, semua melewati proses panjang.

5. GUNAKAN TEKNIK ATM

(11)

 Cari dari berbagai sumber

 Buat sendiri apabila mampu

Saya berikan contoh bagaimana perdjoeangan mas Heru Suseno, guru fisika dari SMA Negeri 2

Madiun. Mas Heru ini dengan seriusnya menerapkan

ATM dengan mencoba meniru tampilan Microsoft Encarta di tahun 2006. Tahun 2007 beliau sudah

berhasil memperbaiki dan memodifikasi karya untuk selevel Encarta, tapi sudah tidak nyontek Encarta lagi

6. TETAPKAN TARGET

Jaga keseriusan proses belajar dengan membuat target pribadi, misalnya untuk mengikuti lomba, memenangkan award, menyiapkan produk untuk dijual, atau deadline jadwal mengajar di kelas. Target perlu supaya proses belajar membuat multimedia pembelajaran terjaga dan bisa berjalan secara kontinyu alias tidak putus di tengah jalan. Untuk lomba dan award, paling tidak di Indonesia ada berbagai event nasional yang bisa kita jadikan target. Balai pengembangan multimedia dan dinas pendidikan nasional di berbagai daerah saat ini saya lihat mulai marak menyelenggarakan berbagai event lomba di tingkat lokal.

 Teacher Innovation (Microsoft): Sekitar Mei

 Lomba Pembuatan Multimedia Pembelajaran (Dikmenum): Sekitar Oktober

 eLearning Award (Pustekkom): Sekitar September

 Game Technology Competition (BPKLN): Setahun 3-4 kali di berbagai universitas

 dsb

7. INGAT TERUS TIGA RESEP DARI SUCCESS STORY

Dari pengalaman menjadi juri lomba di berbagai event, saya lihat kesuksesan bapak ibu guru dalam mengembangkan multimedia pembelajaran bukan dari kelengkapan infrastruktur atau berlimpahnya budget yang dimiliki, tapi justru dari ketiga hal ini:

1. Berani mencoba dan mencoba lagi

2. Belajar mandiri (otodidak) dari buku-buku yang ada (perlu investasi membeli buku)

3. Tekun dan tidak menyerah meskipun peralatan terbatas

(12)

pertama beliau tahun 2005 berformat HTML, masih polos sekali, bahkan beberapa halaman error karena salah link. Kemudian beliau belajar dari awal menggunakan software presentasi dan akhirnya tahun 2007 beliau berhasil menghasilkan produk yang sudah siap jual dalam tema Musik Gamelan. Beliau rekam satu persatu puluhan peralatan gamelan jawa, dan dimasukkan ke multimedia pembelajaran yang beliau buat. Dahsyatnya kita bisa nanggap wayang tanpa gamelan dan gending asli, cukup dengan software itu saja, asal dimainkan banyak orang dengan masing-masing memilih satu jenis gamelan.

Tentu tidak ada kata mudah dalam berdjoeang, paling tidak 7 hal diatas adalah langkah yang cukup mudah ditempuh dan pada kenyataannya banyak yang berhasil berkarya karena tekun dan pantang menyerah mengulang-ulang 7 hal itu.

Bagi bapak dan ibu guru, selamat berdjoeang!

Guru dan Pengembangan Multimedia Pembelajaran

by Romi Satria Wahono

Sudah beberapa pekan ini saya mengisi seminar dan workshop bertema teknik pengembangan multimedia pembelajaran. Pesertanya rata-rata adalah guru, baik SD, SMP, SMA dan sederajat. Yang pertama, seminar yang diadakan oleh Komed (Komunitas Multimedia Edukasi) di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Ini lumayan heboh karena total peserta lebih dari 1000 orang. Kemudian tanggal 3 April 2008, saya diundang Direktorat Profesi Pendidik ke gedung baru Depdiknas untuk menyampaikan teknik

(13)

UNJ bareng dengan kang Onno memberi materi ke ratusan guru-guru SD, SMP dan SMA. Sehari kemudian, yaitu tanggal 16 April 2008, saya sudah ditunggu rekan-rekan guru di Pontianak yang mengikuti acara seminar eLearning dan multimedia pembelajaran di Politeknik Negeri Pontianak (Polnep).

Ramainya guru ikut acara seminar ini ternyata karena sistem baru sertifikasi profesi guru di Depdiknas, dimana guru akan mendapatkan kredit (kum) nilai apabila mengikuti kegiatan ilmiah seperti seminar. Kredit penilaian ini nanti berimplikasi ke besar tunjangan yang akan diberikan oleh Depdiknas kepada guru. Tentu implementasi di lapangan dari sistem penilaian baru untuk guru ini bisa ke arah negatif dan positif. Negatifnya, banyak guru yang akhirnya hanya mengejar kertas sertifikat semata, seminarnya sendiri tidak diikuti dengan baik. Namun saya lihat efek positifnya cukup signifikan, karena guru banyak yang tercerahkan dan termotivasi untuk belajar kembali mengupdate ilmu yang dimiliki. Khususnya untuk tema pengembangan multimedia pembelajaran, saya lihat banyak guru yang kontak japri ke saya untuk bertanya-tanya lebih detail. Ada juga yang membentuk komunitas (seperti Komed di Jawa Tengah) dan membuat beberapa event belajar bersama dengan memanfaatkan infrastruktur di sekolah yang sudah lengkap. Tentu kenyataan ini cukup menggembirakan kita semua

Materi yang saya berikan pada intinya adalah langkah-langkah mengembangkan multimedia pembelajaran yang sudah saya bahas di blog ini. Materi saya update dan modifikasi sesuai dengan latar belakang pengetahuan peserta seminar atau workshop. Kadang saya berikan pengantar tentang eLearning, learning management system (LMS), beserta teknik pemilihan LMS apabila memang banyak guru dan admin di sekolah yang tertarik mengembangkan konten (multimedia pembelajaran) sekaligus dengan sistem LMSnya.

Untuk bapak ibu guru yang tertarik atau sedang dalam proses belajar mengembangkan multimedia pembelajaran, jangan lupa untuk menetapkan target. Target ini penting untuk menjaga keseriusan dan kontinyuitas proses belajar, bentuknya bisa berupa: target ikut lomba, mendapat award, target berupa produk siap jual (kerjasama dengan penerbit), atau sekedar penggunakan multimedia pembelajaran untuk belajar mengajar di kelas. Untuk lomba paling tidak event-event berikut perlu diingat.

 Teacher Innovation (Microsoft): April

 Lomba Pembuatan Multimedia Pembelajaran (Dikmenum): Oktober

 Lomba Pembuatan Multimedia Pembelajaran (BPM Pustekkom, Regional per wilayah)

 eLearning Award (Pustekkom): September

 Game Technology Competition (BPKLN): Setahun tiga kali

Materi seminar dapat didownload dari: romi-multimediapembelajaran.zip

(14)

Teknik Pengukuran Kualitas Perangkat Lunak

by Romi Satria Wahono

Deras masuknya produk perangkat lunak dari luar negeri di satu sisi menguntungkan pengguna karena banyaknya pilihan produk dan harga. Namun di sisi lain cukup mengkhawatirkan karena di Indonesia tidak ada institusi yang secara aktif bertugas membuat standard dalam pengukuran kualitas perangkat lunak yang masuk ke Indonesia. Demikian juga dengan produk-produk perangkat lunak lokal, tentu akan semakin meningkat daya saing internasionalnya apabila pengembang dan software house di Indonesia mulai memperhatikan masalah kualitas perangkat lunak ini.

Kualitas perangkat lunak (software quality) adalah tema kajian dan penelitian turun temurun dalam sejarah ilmu rekayasa perangkat lunak (software engineering). Kajian dimulai dari apa yang akan diukur (apakah proses atau produk), apakah memang perangkat lunak bisa diukur, sudut pandang pengukur dan bagaimana menentukan parameter pengukuran kualitas perangkat lunak.

Bagaimanapun juga mengukur kualitas perangkat lunak memang bukan pekerjaan mudah. Ketika seseorang memberi nilai sangat baik terhadap sebuah perangkat lunak, orang lain belum tentu mengatakan hal yang sama. Sudut pandang seseorang tersebut mungkin berorientasi ke satu sisi masalah (misalnya tentang reliabilitas dan efisiensi perangkat lunak), sedangkan orang lain yang menyatakan bahwa perangkat lunak itu buruk menggunakan sudut pandang yang lain lagi (usabilitas dan aspek desain).

APA YANG DIUKUR?

Pertanyaan pertama yang muncul ketika membahas pengukuran kualitas perangkat lunak, adalah apa yang sebenarnya mau kita ukur. Kualitas perangkat lunak dapat dilihat dari sudut pandang proses pengembangan perangkat lunak (process) dan hasil produk yang dihasilkan (product). Dan penilaian ini tentu berorientasi akhir ke bagaimana suatu perangkat lunak dapat

dikembangkan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna. Hal ini berangkat dari pengertian kualitas (quality) menurut IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology [3] yang dikatakan sebagai:

(15)

Dari sudut pandang produk, pengukuran kualitas perangkat lunak dapat menggunakan standard dari ISO 9126 atau best practice yang dikembangkan para praktisi dan pengembang perangkat lunak. Taksonomi McCall adalah best practice yang cukup terkenal dan diterima banyak pihak, ditulis oleh J.A. McCall dalam technical report yang dipublikasikan tahun 1977 [1].

Di lain pihak, dari sudut pandang proses, standard ISO 9001 dapat digunakan untuk mengukur kualitas perangkat lunak. Dan diskusi tentang ini berkembang dengan munculnya tema kajian tentang CMM (The Capability Maturity Model) yang dikembangkan di Software Engineering Institute, Carnegie Mellon University serta beberapa kajian lain seperti SPICE (Software Process Improvement and Capability dEtermination) dan BOOTSTRAP. CMM, SPICE dan

BOOTSTRAP mengukur kualitas perangkat lunak dari seberapa matang proses pengembangannya.

Tulisan ini akan mencoba fokus ke bagaimana mengukur perangkat lunak dilihat dari sudut pandang produk. Untuk pengukuran proses pengembangan perangkat lunak akan dibahas pada tulisan lain.

PARAMETER DAN METODE PENGUKURAN

When you can measure what you are speaking about, and express it in numbers, you know something about it. But when you can not measure it, when you can not express it in numbers, your knowledge is of a meagre and unsatisfactory kind. (Lord Kelvin)

Pendekatan engineering menginginkan bahwa kualitas perangkat lunak ini dapat diukur secara kuantitatif, dalam bentuk angka-angka yang mudah dipahami oleh manusia. Untuk itu perlu ditentukan parameter atau atribut pengukuran. Menurut taksonomi McCall [1], atribut tersusun secara hirarkis, dimana level atas (high-level attribute) disebut faktor (factor), dan level bawah (low-level attribute) disebut dengan kriteria (criteria). Faktor menunjukkan atribut kualitas produk dilihat dari sudut pandang pengguna. Sedangkan kriteria adalah parameter kualitas produk dilihat dari sudut pandang perangkat lunaknya sendiri. Faktor dan kriteria ini memiliki hubungan sebab akibat (cause-effect) [4][5]. Tabel 1 menunjukkan daftar lengkap faktor dan kriteria dalam kualitas perangkat lunak menurut McCall [1].

(16)

Kualitas software diukur dengan metode penjumlahan dari keseluruhan kriteria dalam suatu faktor sesuai dengan bobot (weight) yang telah ditetapkan [2]. Rumus pengukuran yang digunakan adalah:

Fa = w1c1 + w2c2 + … + wncn

Dimana:

Fa adalah nilai total dari faktor a wi adalah bobot untuk kriteria i ci adalah nilai untuk kriteria i

Kemudian tahapan yang harus kita tempuh dalam pengukuran adalah sebagai berikut:

Tahap 1: Tentukan kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu faktor

Tahap 2: Tentukan bobot (w) dari setiap kriteria (biasanya 0 <= w <= 1)

Tahap 3: Tentukan skala dari nilai kriteria (misalnya, 0 <= nilai kriteria <= 10)

Tahap 4: Berikan nilai pada tiap kriteria

Tahap 5: Hitung nilai total dengan rumus Fa = w1c1 + w2c2 + … + wncn

CONTOH PENGUKURAN PERANGKAT LUNAK

Untuk mempermudah pemahaman, akan diberikan sebuah contoh pengukuran kualitas perangkat lunak dari faktor usabilitas (usability). Yang akan diukur adalah dua buah perangkat lunak yang memiliki fungsi untuk mengkontrol peralatan elektronik (electronic device). Perangkat lunak yang pertama bernama TukangKontrol, sedangkan kedua bernama Caktrol. Contoh dan hasil pengukuran dapat dilihat pada Table 2 dan 3.

(17)

Tabel 3: Hasil Pengukuran Usabilitas Dua Perangkat Lunak

Dari penghitungan yang ada di Tabel 3, dapat kita simpulkan bahwa dari faktor usabilitas, kualitas dari perangkat lunak bernama TukangKontrol lebih baik daripada Caktrol. Nilai total TukangKontrol untuk faktor usabilitas adalah 16.8, sedangkan Caktrol adalah 10.2 (dari maksimum total nilai 20).

Catatan: Edisi lengkap dari tulisan ini dapat dibaca di majalah SDA Magazine edisi Juni 2006.

REFERENSI

[1] J.A. McCall, P.K. Richards, and G.F. Walters, Factors in Software Quality, Tehnical Report RADC-TR-77-369, US Department of Commerce, 1977.

[2] T.P. Bowen, G.B Wigle, and J.T. Tsai, Specification of Software Quality Attributes: Software Quality Evaluation Guidebook, Technical Report RADC-TR-85-37, Rome Air Development Center, Griffiss Air Force Base, 1985.

[3] IEEE Standard Glossary of Software Engineering Technology, IEEE Std 610.12-1990, Institute of Electrical and Electronics Engineers, New York, 1990.

Gambar

Gambar disamping saya ambil dari karya pak Teopilus Malatuni, guru SMAN 1 Kaimana Papua
Tabel 1: Faktor dan Kriteria dalam Kualitas Perangkat Lunak
Tabel 2: Contoh Pengukuran Usabilitas Dua Perangkat Lunak
Tabel 3: Hasil Pengukuran Usabilitas Dua Perangkat Lunak

Referensi

Dokumen terkait

d. Entitas lain yang berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku wajib dikonsolidasikan, namun tidak termasuk perusahaan.. Pengendalian adalah Pengendalian

Berdasarkan keterangan di atas, Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat memutuskan bahwa PT KLMI telah memenuhi syarat permohonan pailit dan

30/VI/2003 tertanggal 20 Juni 2003 dengan kewenangan khusus untuk menegakan hukum terhadap tindak pidana terorisme; Detasemen Khusus 88 Anti Teror dalam pemberantasan

adanya inventory dan tidak akan menin&#34;katkan throu&#34;hut sistem; a&#34;asan itu@ kemudian adaah untuk menyinkronkan airan materia seama erada

Dari pendapat para pakar sebagaimana telah diuraikan diatas dihubungkan dengan pertanyaan mengenai --apa yang harus dilakukan oleh seorang Advokat dalam menghadapai risiko

Ada beberapa strategi yang dapat ditempuh dalam meningkatkan kemampuan menulis karya ilmiah di kalangan guru, yaitu: (1) pelatihan menulis karya ilmiah di kalangan guru,

1) Pengukuran dan penelitian hanya dilakukan pada mesin Mori Seiki NH4000 DCG di PT Pudak Scientific. 2) Model yang akan digunakan perbaikan menggunakan metode

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Catrunada (2008) menyatakan jika mahasiswa yang melakukan prokrastinasi dalam mengerjakan penyusunan skripsi mengalami